Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

HUKUM EKONOMI SYARIAH DI PASAR UANG, INSTRUMEN


MONETER DAN SURAT BERHARGA

DisusungunamemenuhitugaskelompokmatakuliahHukum Ekonomi
Syariah
DosenPengampu :Muh. Izza, M.S.I

Oleh :

1. Eka Nur Kharisma (4320006)


2. Nova Karisma (4320019)
3. Galuh Hayuningtyas (4320030)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan


limpahan rahmat, karunia, serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Hukum Ekonomi Syariah Di
Pasar Uang, Instrumen Moneter Dan Surat Berharga”ini.

Terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Muh. Izza, M.S.I


selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami,serta kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam meyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap
adanya kritik maupun saranagar kedepannya lebih baik lagi. Kami sangat
berharap makalah ini dapat bermanfaat baik bagi semuanya.

Pekalongan, 10 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Pengertian dan Dasar Hukum...........................................................................3
B. Implementasi Hukum Ekonomi Syariah di Pasar Uang, Instrumen
Moneter dan Surat Berharga.............................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran agama islam memuat semua aspek kehidupan, salah
satunya perekonomian. Seiring berkembangnya zaman, banyak
muncul istilah-istilah dan juga jenis transaksi ekonomi, seperti
transaksi bursa efek, valuta asing, pasar uang, dan lain-lain.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas seputar pasar uang.
Seperti yang kita ketahui bahwa pasar uang berbeda dengan pasar
tradisional yang biasa kita kenal dan kita kunjungi. Yang
ditransaksikan dalam pasar uang yakni hak untuk menggunakan
uang dalam jangka waktu tertentu. Adapun barang yang
ditransaksikan dalam pasar uang ini yaitu secarik kertas berupa
surat hutang atau janji untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada waktu tertentu pula (Antonio, 2001: 183).1
Selain pasar uang, makalah ini juga membahas Instrumen
Moneter. Hampir seluruh instrumen moneter mengandung unsur
bunga, sedangkan dalam perekonomian islam tidak ada yang
namanya sistem bunga. Maka dari itu instrumen – instrumen yang
mengandung bunga tidak dapat diterapkan dalam pelaksanaan
kebijakan moneter yang berbasis islam. Sedikit kilas balik bahwa
transaksi dalam perdagangan zaman dahulu menggunakan barter
atau pertukaran antar barang, kemudian berganti menggunakan
uang sebagai alat tukar dan alat bayar. Namun di era yang modern
ini, dimana manusia menghendaki segala sesuatunya menjadi
lebih praktis dan aman, maka dari itu uang yang berfungsi sebagai
alat tukar sekaligus alat bayar digeser atau digantikan dengan

1
Luqman Hakim, Pasar Uang Berdasarkan Prinsip Syariah, Jurnal Khatulistiwa – Journal Of
Islamic Studies Vol.4 No.1, tahun 2014, hlm. 2.
surat berharga yang berupa cek, wesel, surat sanggup ataupun
surat berharga dalam bentuk lainnya.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum dari pasar uang, instrumen
moneter dan surat berharga?
2. Bagaimana implementasi hukum ekonomi syariah di pasar
uang, instrumen moneter, dan surat berharga?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan dasar hukumdari pasar uang,
instrumen moneter dan surat berharga.
2. Memaparkan implementasi hukum ekonomi syariah di pasar
uang, instrumen moneter, dan surat berharga.

2
Kingkin Wahyuningdiyah, Rekonstruksi Hukum Surat Berharga Dalam Pembangunan Sistem
Hukum Nasional, Fiat Justisia Jurnal Hukum Vol.5 No.3, tahun 2011, hlm.330.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum


1. Pasar Uang
Pasar uang dapat dimaknai sebagai berikut :
a) Pasar uang adalah pasar dimana surat-surat berharga jangka pendek
diperdagangkan
b) Pasar uang adalah transaksi pinjam meminjam atau jual beli dengan
menggunakan surat berharga yang lazim diperdagangkan dengan
jangka waktu transaksi kurang dari satu tahun, baik atas dasar valuta
domestic maupun valuta asing.
c) Pasar uang menyediakan pembelanjaan jangka pendek yang
dilakukan atas dasar pinjaman.
d) Pasar uang juga diartikan sebagai pasar yang mempertemukan pihak
yang menawarkan dana dan pihak yang memerlukan dana.3
a. Pasar Uang dalam Perspektif Islam
Pengertian dan Pandangan Islam Terhadap fungsi Uang. Pengertian Uang
secara bahasa, definisi uang (nuqud) terdapat beberapa makna
diantaranya :4
a) Al-Naqdu : yang baik dari Dirham, dikatakan Dirhaamun nuqdun,
yakni baik. Ini adalah sifat.
b) Al-naqdu : Meraih Dirham, dikatakan Naqada al-daraahima
yanquduha naqdan, yakni meraihnya ( menggenggam, menerima ).
c) Al-naqdu : Membedakan Dirham dan mengeluarkan yang palsu.
Sibawaihi bersyair
d) “ Tanfii Yadaaha al- Hashaa fii Kulli Haajiratin-Nafya al-
Daraahima Tanqaadu alShayaarifu”

3
Veithzal Rivai, Financial Institution Manajemen, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 4
4
Al-Zamakhsyary, Asas Al-Balaghah dalam Ahmad Hasan, Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2005 ) h. 18
e) Artinya : “Tangannya (Unta) mengais-ngais di setiap padang pasir-
memilahmilah dirham oleh tukang uang (pertukaran,
f) Pemeriksaan pembuat utang)”
b. Landasan Hukum Pasar Uang dalam Islam
Berikut ini merupakan dalil-dalil yang digunakan oleh Dewan Syariah
Nasional dalam menetapkan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan
prinsip syariah.
a. QS. Al- Maidah (5) :1
‫ُمِح ِّلىَغْيَر َع َلْيُك ْم ُيْتٰل ىَم اِااَّل اَاْلْنَع اِمَبِهْيَم ُةَلُك ْم ُاِح َّلْتِباْلُع ُقْو ِۗد َاْو ُفْو اٰا َم ُنْٓو ااَّلِذ ْيَنٰٓيَاُّيَها‬
‫ّٰل‬
‫ُيِرْيُد َم اَيْح ُك ُم ال َهِاَّنُحُر ٌۗم َو َاْنُتْم الَّصْيِد‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia
kehendaki”.
b. QS. Al-Baqarah (2) : 275
Artinya : “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian
itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa
mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya”.
c. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf Kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram”
d. Hadis Nabi riwayatMuslim, Tirmidzi, an-nasa‟I, Abu Daud, dan Ibnu Majah
dari Abu Hurairah “rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung
gharar”
e. Hadis Nabi riwayatIbnu Majah dari “Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad
dari ibnu Abbas dan riwayat Imam Malik dari Yahya “Tidak boleh
membahayakan orang lain dan menolak bahaya dengan bahaya”
f. Kaidah Fikih “Pada dasarnya segala sesuatu dalam muamalah boleh
dilakukan sampe ada dalil yang mengharamkannya” “segala mudharat
(bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin” “Segala mudharat (bahaya)
harus dihilangkan”5
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional Tentang Pasar Uang Berdasarkan Prinsip
Syariah
Latar belakang dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional No:
37/DSNMUI/X/2002, tentang pasar uang antarbank berdasar prinsip syariah
adalah atas pertimbangan sebagai berikut 6:
1) Bahwa bank syariah dapat mengalami kekurangan likuiditas disebabkan
oleh perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana
atau kelebihan likuiditas yang dapat terjadi karena dana yang terhimpun
belum dapat disalurkan kepada pihak yang memerlukan.
2) bahwa dalam rangka peningkatan efisiensi pengelolaan dana, bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah memerlukan
adanya pasar uang antarbank
3) bahwa untuk memenuhi keperluan itu, maka dipandang perlu penetapan
fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah.

Diantara keputusan fatwa Dewan Syariah Nasional No:


37/DSN-MUI/X/2002, tentang pasar uang antarbank berdasar prinsip
syariah adalah sebagai berikut:

1. Ketentuan Umum sebagai berikut :


- Pasar uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar
uang antarbanak yang berdasarkan bunga.

5
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijaksanaan, dan Studi Empiris di Indonesia, ,
h.32
6
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijaksanaan, dan Studi Empiris di Indonesia
- Pasar uang antarbank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antarbank yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
- Pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah adalah kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antarpeserta pasar berdasarkan
prinsip-prinsip Syariah
- Peserta pasar uang sebagaimana tersebut dalam butir 3 adalah : bank
syariah sebagai pemilik atau penerima dana dan bank konvensional
hanya sabagai pemilik dana.
2. Ketentuan Khusus, diantaranya :
- Akad yang dapat digunakan dalam pasar uang antarbank berdasarkan
prinsip syariah adalah: mudharabah (muqadharah)/Qiradh; musyarakah;
qard; wadi'ah; al-Sharaf.
- Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang (sebagaimana tersebut
dalam butir 1) menggunakan akad-akad syariah yang digunakan dan
hanya boleh dipindahtangankan sekali. Adapun implikasi dari adanya
fatwa Dewan Syariah Nasional No:37 adalah, bahwa karena dalam pasar
uang antarbank berdasarkan prinsip syariah tidak dibenarkan
mengunakan bunga, maka bisa diganti dengan menggunakan alternatif
akad-akad lain seperti:29 Pertama: Mudharabah, yaitu akad kerjasama
suatu usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (malik,shahib al-
maal) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua („amil,
mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha
dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak. Kedua: Musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak menberikan
kontribusi dana(modal) dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Ketiga: al-Qardh,
yaitu suatu aqad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan ketentuan
bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada
lembaga keuangan syariah pada waktu yang telah disepakati oleh
lembaga keuangan syariah dan nasabah Keempat: Wadiah (titipan uang,
barang dan surat-surat berharga), yaitu akad seseorang kepada yang lain
dengan menitipkan suatu benda untuk dijaganya secara layak
(sebagaimana halnya kebiasaan).Kelima: al-Sharf (jual beli valuta
asing).7
d. Mekanisme Pasar Uang
Mekanisme ysng terjadi pasar uang yang dapat berfungsi dengan
baik apabila dapat memenuhi beberapa syarat diantaranya sebagai berikut
:
1. Banyak instrumen-instrumen yang dapat digunakan sebagai pengganti
uang yang dapat diperdagangkan. Uang yang dapat diperdagangkan harus
memiliki bentuk (instrument) tertentu, yaitu : Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), sertifikat deposito, dan call
money.
2. Adanya lembaga keuangan yang bersedia untuk menjadi pencipta di
pasar (market maker), serta lembaga ini yang akan menyimpan
instrumen-instrumen yangterdapat pada pasar uang serta dapat
menjualnya kepada para unit yang memiliki suatu kelebihan pada dana
dalam waktu jangka pendek, serta membelinya yang berasal dari unit
yang kekurangan dana dalam kurun waktu jangka pendek. Di Indonesia
fungsi ini digunakan oleh Ficorinvest yang disebut sebagai security
house.
3. Prasarana komunikasi yang memadai.
4. Informasi pada lembaga keuangan yang dapat dipercaya, adalah data
keuangan pada perusahaan yang mengeluarkan SBPU, yang berfungsi
supaya para peminat dapat membuat penelitian mengenai keadaan
perusahaan.

Dari penjelasan mekanisme tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa


pengertian dari mekanisme pasar uang adalah sebagai berikut:

7
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijaksanaan, dan Studi Empiris di Indonesia
a) mekanisme Call money, yang dapat diperdagangkan dengan cara
langsung antarbank, dan biasanya dapat dilakukan melalui telepon. Hal
tersebut, dapat dilakukan karena adanya suatu kebutuhan yang terletak
pada liquiditas bank yang biasanya bersifat mendesak, baik disebabkan
adanya suatu kekurangan dalam kliring ataupun untuk memenuhi
kebutuhan dalam kewajiban likuiditas.
b) SBI dan SBPU harus bisa diperdagangkan dengan melewati security
house (Ficorinvest) yang dapat digunakan sebagai perantara antara
pemilik dan pemakai, serta melalui jual beli dalam surat-surat berharga
dengan mekanisme; BI menjual SBI kepada Ficorinvest, barulah setelah
kepada lembaga keuangan.
c) mekanisme untuk SBPU; nasabah, baik untuk badan usaha ataupun untuk
perorangan yang mengeluarkan surat aksep maupun wesel yang
digunakan untuk mendapatkan dana dari yang berasal dari bank maupun
lembaga keuangan non-bank, selanjutnya surat-surat berharga tersebut
dapat diperjualbelikan oleh bank atau lembaga keuangan non-bank
melalui security house yang akan memperjualbelikan dengan BI.8
e. Pedoman Syariah dalam Penciptaan Instumen Pasar Uang
Berikut ini adalah pedoman syariah yang harus diperhatikan dalam
penciptaan instrumen pada pasar uang, diantaranya :
- Uang tidak dapat menghasilkan apa-apa. Uang hanya akan berkembang
apabila diinvestasikan pada kegiatan ekonomi riil (tangible economic
activity);
- Keberhasilan kegiatan ekonomi diukur dengan return on investment
(ROI). Return ini hanya boleh diestimasikan tetapi tidak boleh ditentukan
terlebih dahulu di depan;
- Bagian saham dalam perusahaan, kegiatan mudharabah atau kemitraan
musyarakah dapat dipejual-belikan untuk kegiatan investasi dan bukan
untuk tujuan spekulasi atau untuk tujuan perdagangan paper;

8
Cecep Maskanul Hakim (Peneliti Biro Perbankan Syariah BI/Staf Pengajar STEI Tazkia), Mengenal
Pasar Uang Syariah, dalam Republika…..
- Piranti keuangan Islami, seperti bagian saham dalam suatu kemitraan
atau perusahaan dapat dinegosiasikan (dibeli atau dijual) karena ia
mewakili bagian saham dalam jumlah aset dari bisnis nyata.9

2. Instrumen Moneter

Berikut adalah instrumen-instrumen utama yang terdapat dalam


kebijakan moneter dalam konvensional dan syari’ah yang digunakan untuk
mengatur jumlah uang yang beredar :

- Operasi pasar terbuka (Open Market Operation)


Open Market Operation atau Operasi pasar Terbuka adalahinstrumen
kebijakan moneter pemerintah
yang dilakukakn dengan cara memperjual belikan surat bergarga yang
dimiliki oleh pemerintah
(Goverment Scurities). Jika pemerintah menghendaki jumlah uang yang
beredar di masyarakat
meningkat, maka pemerintah menjual surat berharga yang dimiliki
kepada masyarakat. Sebaliknya,
Jika pemerintah menghendaki jumlah uang yang beredar di masyarakat
menurun, maka pemerintah
akan membeli surat-surat berharga pemerintah yang ada di tangan
masyarakat tersebut.
- Discount Politic (Politik Diskonto)
Discount Rate atau Fasilitas Diskonto adalah intrumen kebijakan moneter
yang dilakukan dengan caramengendalikan jumlah uang yang beredar
dengan cara mempermainkan tingkat suku bunga banksentral (seperti
bank indonesia) terhadap bank umum (seperti bank BRI, Mandir, BNI,
dll). Padakondisi tertentu, bank umum akan mengalami defisit atau
kekurangan uang yang kemudian bankumum tersebut akan meminjam
uang ke bank sentral. Jika pemerintah ingin meningkatkan jumlah uang

9
Dr. Yahia Abdul Rahman, Islamic Instruments For Managing Liquidity, International Journal of
Islamic Financial Services, Vol.l, No. 1, April-June 1999.
yang beredar maka pemerintah akan menurunkan tingkat suku bunga
peminjaman uang, begitujuga sebaliknya jika pemerintah ingin
menurunkan jumlah uang yang beredar maka pemerintah
perlumeningkatkan tingkat suku bunga peminjaman.
- Reserve Requirement Ratio (Rasio Cadangan Wajib)
Reserve Requirement Ratio atau Rasio Cadangan Wajib adalahinstrumen
kebijakan moneter yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan
jumlah uang yang beredar melalui mempermainkan jumlah dana
cadangan simpanan pemerintah oleh bank sentral. Jika pemerintah ingin
meningkatkan jumlah uang yang beredar maka pemerintah menurunkan
rasio cadangan wajib, dan jika pemerintah ingin menurunkan uang yang
beredar di wilayah perekonomian maka pemerintah meingkatkan rasio
cadangan wajib.
- Moral Persuasion (Himbauan Moral)
Moral Persuasion atau Himbauan Moral adalah instrumenkebijakan moneter
yang digunakan olehpemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang
beredar dimasyarakat melalui pemberian himbauan kepada para pelaku
ekonomi seperti bank swasta dan lain sebagainya. Seperti contoh, bank
sentral memberikan himbauan kepada bank-bank baik swasta maupun
negeri yang memberikan kredit untuk berhati - hati dalam memberikan
uang kredit kepada nasabah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
dan selanjutnya bank tersebut harus meminjam uang lebih banyak kepada
bank sentral seperti bank indonesia
agar jumlah uang yang beredar lebih banyak.10

Adapun yang menjadi landasan hukum dari kebijakan moneter (larangan

riba) adalah sebagai berikut:

1) Ar-Rum :39
Artinya :“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar

10
http://www.feedsia.com/2016/01/pengertian-kebijakan-moneter-instrumen.html, diakses pada
tanggal22 September 2017
bertambah pada harta manusia, maka riba itu menambah pada sisi Allah,
dan dan apa yang kamu beberupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mekeridhoan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang yang
melipatgandakan(pahalanya).
Riba termasuk salah satu topik yang sangat penting dalam kajian ekonomi
Islam dan banyak diperbincangkan dalam Al-qur`an. Bahkan sebagiamana
pengharaman khamar, pengharaman riba juga dilakukan secara bertahap. Ini
menunjukkan betapa riba telah menjadi telah menjadi tradisi bangsa Arab
yang pemberantasanya tidak dapat dilakukan sekaligus.
Dari ayat inilah riba itu didefenisikan
sebagai Ziyadah. Yang dimaksud dengan riba adalah nilai atau harga yang
ditambahkan kepada harta atau unag yang dipinjamkan kepada orang lain.
Pada ayat tersebut belum ada ketetapan hukam tentang haramnya riba.
Agaknya ayat ini sekedra ancang-ancang terhadap larangan riba dalam ayat-
ayat yang turun kemudian.
2) An-nisa`:160-161
Artinya: “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami
haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan Karena merekabanyak menghalangi (manusia)
dari jalan Allah,(161).Dandisebabkan mereka memakan riba, padahal
Sesungguhnyamereka Telah dilarang daripadanya, dan Karena
merekamemakan harta benda orang dengan jalan yang batil. KamiTelah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.”
pada ayat 160 diatas, Allah menginformasikan salah satu bentuk kezaliman
orang yahudi yaitu menghalangi manusia dari jalan Allah.Sedangkan pada
ayat selanjutnya, ayat 161 Allah SWT menjelaskan sebab lain yang
membuat orang Yahudi dihukum, mengharamkan sesuatu yang sebelumnya
telah dihalalkan Allah SWT disebabkan karena orang-orang Yahudi
memakan riba, sesuatu yang sangat tidak manusiawi dan terlarang. Melalui
ayat ini seolah Allah ingin mengingatkan kita untuk tidak melakukan dua
hal, Pertama, menghalnagi diri dan orang lain menuju jalan Allah.
Kedua,memakan
riba sesuatu yang sangat dilarang keras dalam kitab suci. Jika dua hal ini
diperlakukan maka Allah akan menghukum kita dengan hukuman yang
tidak ringan.
3) Ali Imran; 130
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan”.
Pada ayat ini , Allah dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis
tambahan yang diambil dari pinjaman. Pada saat itu (III H) pengambilan
bunga dengan jumlah yang besar banyak dilakukan orang Arab. Akibatnya
banyak masyarakat yang ekonominya lemah menjladi terzalimi. Ulama
telah sepakat bahwa riba hukumnya haram.11

3.Surat – Surat Berharga

Pengertian Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yaitu surat berharga


negara yang diterbitkan sesuai dengan prinsip syariah, yaitu bukti atas
adanya bagian dari penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing.

Aset- aset dalam SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau barang
milik negara yang memiliki nilai ekonomis, yang berupa tanah dan/atau
bangunan maupunselain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka
penerbitan SBSN yang dijadikan sebagai dasar dalam penerbitan SBSN.
Sehingga, yang dimaksud dengan penerbitan SBSN adalah untuk
membiayai APBN atau pembangunan proyek dan penerbitnya adalah
pemerintah langsung atau perusahaan dalam penerbit SBSN.12
11
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi, ( Bandung : Ciptapustaka Media Perintis, 2012)
h.224
12
Rifki Ismal, Sekuritisasi SBSN untuk Pengembangan Pasar Keuangan Syariah Indonesia,
Kumpulan Hasil Riset Terbaik Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah IV, Universitas
Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 yang berisi tentang Surat
Berharga Syariah Negara (selanjutnya disebut UU SBSN) yang tidak lepas dari
sebuah pertimbangan diantaranya sebagai berikut:

1. bahwa strategi dan kebijakan pembangunan nasional untuk mewujudkan


masyarakat adil, makmur, dan sejahtera serta untuk memulihkan sektor
ekonomi, perlu disertai dengan upaya pengelolaan keuangan Negara secara
optimal melalui peningkatan efisiensi dalam pengelolaan barang milik
negara dan sumber pembiayaan anggaran negara;
2. bahwa dalam rangka pengelolaan keuangan negara untuk meningkatkan
daya dukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam
menggerakkan perekonomian nasional secara berkesinambungan,
diperlukan pengembanganberbagai instrumen keuangan yang mampu
memobilisasi dana publik secara luas dengan memperhatikan nilai-nilai
ekonomi, sosial dan budaya yang berkembang dalam masyarakat;
3. bahwa potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang
menggunakaninstrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang
besar belumdimanfaatkan secara optimal;
4. bahwa sektor ekonomi dan keuangan syariah perlu
ditumbuhkembangkanmelalui pengembangan instrument keuangan syariah
sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional dalam rangka
peningkatan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
5. bahwa instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah
mempunyaikarakteristik yang berbeda dengan instrument keuangan
konvensional, sehingga perlu pengelolaan dan pengaturan secara khusus,
baik yang menyangkut instrumen maupun perangkat hukum yang
diperlukan.

Brawijaya Malang, 3-4 November 2015. Paper ini mengkaji kemungkinan sekuritisasi SBSN
menjadi instumen pasar keuangan syariah baru (disebut S-SBSN) yang akan : (i) mengembangkan
pasar keuangan syariah, (ii) menjadi alternatif operasi moneter syariah, dan (iii) meningkatkan
partisipasi publik dalam pembangunan nasional melalui SBSN.
Dengan adanya Undang-Undang tersebut, maka adanya tujuan dalam
pembentukan negara Indonesia yang telah dicantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Ke-4, yang berisi tentang untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia menjadi pertimbangan pertama dalam
pembentukan UU SBSN guna mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan
sejahtera. Yang dalam artinya, Undang-undang ini dibuat untuk bertujuan
sebagai instrumen (tool) atau payung hukum dalam upaya melegalisasi upaya
pemerintah dalam menggali sumber-sumber dana dimasyarakat guna
menutupi defisit anggaran dalam APBN sehingga pembangunan-
pembangunan yang sudah direncanakan dapat berjalan dan tidak terhambat
karena kekurangan dana.13

1. Implementasi Hukum Ekonomi Syariah di Pasar Uang, Instrumen


Moneter dan Surat Berharga
1. Implementasi sistem keuangan syariah pada pasar uang terdapat
dalam instrumen pasar uang syariah, antara lain:
a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), yakni surat
berharga berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia. Akad yang digunakan SBIS adalah akad
mudharabah, musyarakah, ju’alah, wadiah, qardh, wakalah.
SBIS saat ini sudah diterbitkan oleh Bank Indonesia
menggunakan akad Ju’alah.14 SBIS Ju’alah ini merupakan
instrumen moneter yang tidak dapat diperjualbelikan atau
dipindahtangankan dan bukan merupakan bagian dari

13
Pasal 4 UU SBSN
14
Ahmad ifham, Ini Lho Bank Syariah! Memahami Bank Syariah dengan Mudah, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2015), hlm. 294.
portofolio investasi bank syariah.15Mekanisme implementasi
SBIS ju’alah dapat dibagankan sebagai berikut:16

b. Repurchase Agreement (Repo) SBIS, yaitu transaksi


pemberian pinjaman oleh Bank Indonesia kepada BUS atau
UUS dengan agunan SBIS, dimana repo tersebut kepemilikan
efek tetap pada pihak penjual.
c. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), ialah surat berharga
negara sebagai bukti atas bagian aset SBSN, baik dalam mata
uang rupiah maupun valuta asing yang dimana surat tersebut
diterbitkam berdasarkan prinsip syariah.
d. Repurchase Agreement (Repo) SBSN, adalah transaksi
penjualan SBSN oleh bank kepada Bank Indonesia dengan
janji pembelian sesuai dengan harga dan jangka waktu yang
disepakati. Karakteristik Repo SBSN sebagai berikut :
1) Menggunakan akad jual beli yang disertai dengan
janji oleh Bank kepada Bank Indonesia dalam
dokumen terpisah untuk membeli kembali SBSN
dalam jangka waktu dan harga tertentu yang
disepakati
2) Berjangka waktu paling lama 14 hari kalender

15
Ahmad ifham, Ini Lho..., hlm.299.
16
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2015), hlm. 159
3) Terhadap penggunaan Repo SBSN dikenakan biaya
repo SBSN dengan rate sebesar BI-Rate + marjin 50
bps.
Syarat SBSN yang direpokan:
1) Merupakan jenis dan seri yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dapat direpokan
2) Tercatat dalam rekening perdagangan di BI-SSSS
3) Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 10 hari
kerja yang dihitung satu hari setelah Repo SBSN jatuh
tempo.17
e. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS), yakni kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan
prinsip syariah dalam bentuk rupiah ataupun valuta asing.
Instrumen yang digunakan dalam PUAS ini adalah Sertifikat
Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA) dan Sertifikat
Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah
Antarbank (SIKA).18
2. Implementasi Hukum Ekonomi Syariah pada Instrumen Moneter
3. Implementasi prinsip-prinsip syariah dalam UU N0.19 tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Instrumen pembiayaan syariah harus selaras dan memenuhi
prinsip syariah yakni transaksi yang dilakukan oleh para pihak
harus adil, halal, thayyib, dan maslahat. Transaksi keuangan islam
harus terbebas dari unsur-unsur berikut:
a. Riba
b. Maysir
c. Gharar
Karakteristik lain dari penerbitan instrumen keuangan syariah yaitu
memerlukan adanya transaksi pendukung yang tata cara dan
17
Otoritas Jasa Keuangan,Booklet Perbankan Indonesia 2016, edisi maret 2016
18
Evan Hamzah Muchtar&Siti Najma, Aplikasi Sistem Keuangan Syariah Pada Pasar Uang,
Jurnal Asy-Syukriyyah Vol. 20 N0.1, thn 2019, hlm.22.
mekanismenya bersifat khusus dan berbeda dengan transaksi keuangan
pada umumnya. Jenis akad yang digunakan dalam penerbitan surat
berharga syariah:
a. Ijarah
b. Mudharabah
c. Musyarakah
d. Istishna
e. Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
Prinsip-prinsip syariah dalam Undang-undang SBSN, dapat ditemukan
pada pasal-pasal berikut ini:

1) Pasal 1 angka (1) tentang pengertian SBSN, yang berbunyi sebagai


berikut: Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN,
atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing.
2) Pasal 1 angka (5) tentang pengertian Akad, yang berbunyi sebagai
berikut: Akad adalah perjanjian tertulis yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Pasal 1 angka (6) tentang pengertian Ijarah, yang berbunyi sebagai
berikut: Ijarah adalah Akad yang satu pihak bertindak sendiri atau
melalui wakilnya menyewakan hak atas suatu aset kepada pihak lain
berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang disepakati.
4) Pasal 1 angka (5) tentang pengertian Mudharabah, yang berbunyi
sebagai berikut: Mudarabah adalah Akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih, yaitu satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain
sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama
tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui
sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan
oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.
5) Pasal 1 angka (8) tentang pengertian Musyarakah, yang berbunyi
sebagai berikut: Musyarakah adalah Akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang
maupun bentuk lainnya.19

19
Muhammad Kholid, Implementasi Hukum Ekonomi Syariah Dalam Surat Berharga Syariah
Negara Indonesia, Jurnal Hukum Ekonomi Islam, Vol.3, No. 2, thn 2019, hlm. 127-130
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar uang adalah transaksi pinjam meminjam atau jual beli dengan
menggunakan surat berharga yang lazim diperdagangkan dengan jangka
waktu transaksi kurang dari satu tahun, baik atas dasar valuta domestic
maupun valuta asing.

dalil-dalil yang digunakan oleh Dewan Syariah Nasional dalam


menetapkan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip
syariah.
1) QS. Al- Maidah (5) :1, QS. Al-Baqarah (2) : 275
2) Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf Kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”
3) Hadis Nabi riwayatMuslim, Tirmidzi, an-nasa‟I, Abu Daud, dan
Ibnu Majah dari Abu Hurairah “rasulullah SAW melarang jual
beli yang mengandung gharar”

instrumen-instrumen utama yang terdapat dalam kebijakan


moneter dalam konvensional dan syari’ah yang digunakan untuk
mengatur jumlah uang yang beredar :

- Operasi pasar terbuka (Open Market Operation)


- Discount Politic (Politik Diskonto)
- Reserve Requirement Ratio (Rasio Cadangan Wajib)
- Moral Persuasion (Himbauan Moral)
Adapun yang menjadi landasan hukum dari kebijakan moneter
(larangan riba) adalah sebagai berikut:Ar-Rum :39 ,An-nisa`:160-
161,Ali Imran; 130
Pengertian Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yaitu surat
berharga negara yang diterbitkan sesuai dengan prinsip syariah,
yaitu bukti atas adanya bagian dari penyertaan terhadap aset SBSN,
baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun penulisan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah dimasa yang akan datang. Demikianlah makalah ini,
semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim,luqman.(2014).“Pasar Uang Berdasarkan Prinsip


Syariah”. Jurnal Khatulistiwa – Journal Of Islamic
Studies, Vol.4 No.1, hlm. 2.
Wahyuningdiyah, Kingkin.(2011). “Rekonstruksi Hukum
Surat Berharga Dalam Pembangunan Sistem Hukum Nasional”.
Fiat Justisia Jurnal Hukum, Vol.5 No.3 , hlm.330.

Muhammad Kholid, Implementasi Hukum Ekonomi Syariah


Dalam Surat Berharga Syariah Negara Indonesia, Jurnal Hukum
Ekonomi Islam, Vol.3, No. 2, thn 2019

Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia


2016, edisi maret 2016
Evan Hamzah Muchtar&Siti Najma, Aplikasi Sistem
Keuangan Syariah Pada Pasar Uang, Jurnal Asy-Syukriyyah
Vol. 20 N0.1, thn 2019

Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandun:


Remaja Rosda Karya, 2015),

Ahmad ifham, Ini Lho Bank Syariah! Memahami Bank


Syariah dengan Mudah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2015g : Remaja Rosda Karya, 2015)

Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi,


( Bandung : Ciptapustaka Media Perintis, 2012)

http://www.feedsia.com/2016/01/pengertian-
kebijakan-moneter-instrumen.html, diakses pada tanggal22
September 2017

Dr. Yahia Abdul Rahman, Islamic Instruments For Managing


Liquidity, International Journal of Islamic Financial
Services, Vol.l, No. 1, April-June 1999.
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori,
Kebijaksanaan, dan Studi Empiris di Indonesia
Veithzal Rivai, Financial Institution Manajemen,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013)
Al-Zamakhsyary, Asas Al-Balaghah dalam Ahmad
Hasan, Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2005 )
Kingkin Wahyuningdiyah, Rekonstruksi Hukum Surat
Berharga Dalam Pembangunan Sistem Hukum Nasional, Fiat
Justisia Jurnal Hukum Vol.5 No.3, tahun 2011

Hasil diskusi

1. instrumen yang digunakan dalam PUAS yaitu SIMA (Sertifikat investasi


Mudharabah Antar bank) dan SIKA ( Sertifikat Perdagangan Komoditi
berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank) apa yang dimaksud dengan
instrumen tersebut? ( Alfina Dita _43200115)

Jawaban:

*SIMA**adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah


yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dan di lain pihak
sebagai sarana penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang
kekurangan dana.

Sertifikat ini berjangka waktu 90 hari, diterbitkan oleh kantor pusat bank
syariah dengan format dan ketentuan standar yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Pemindagtanganan Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank
hanya dilakukan oleh bank penanam dana pertama saja, sedangkan bank
penanam dana kedua tidak diperkenankan memindahtangankan kepada
pihak lain sampai berakhirnya jangka waktu.

Pembayaran akan dilakukan oleh bank syariah penerbit sebesar nilai


nominal ditambah imbalan bagi hasil (yang dibayarkan awal bulan
berikutnya dengan nota kredit melalui kliring, bilyet giro Bank Indonesia
(BI) atau transfer elektronik).

*SIKA* merupakan sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Umum Syariah


(BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam transaksi PUAS. Sertifikat ini
sekaligus bukti jual beli dengan pembayaran tangguh atas perdagangan
komoditi di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). SiKA diterbitkan dalam rupiah,
dengan atau tanpa warkat (script) untuk jangka waktu overnight hingga 365
hari. Transaksi SiKA melibatkan tiga elemen. Pertama, peserta komersial,
yakni BUS, UUS dan Bank Asing yang menjalankan usaha berprinsip
syariah yang kelebihan likuiditas. Kedua, konsumen komoditi, yakni BUS
dan UUS yang membutuhkan likuiditas dan menerbitkan SiKA. Ketiga,
Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Adapun mekanisme transaksi SiKA adalah
sebagai berikut. Peserta Komersial membeli komoditi di Bursa dari Peserta
Pedagang Komoditi secara tunai dan menerima Surat Penguasaan Atas
Komoditi Tersetujui (SPAKT). Sementara itu, Konsumen Komoditi membeli
komoditi di bursa dari Peserta Komersial. Atas transaksi tersebut,
Konsumen Komoditi menerima SPAKT dan menerbitkan SiKA. adalah
suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan
dana untuk mendapatkan keuntungan dan di lain pihak sebagai sarana
penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan
dana.

Sertifikat ini berjangka waktu 90 hari, diterbitkan oleh kantor pusat bank
syariah dengan format dan ketentuan standar yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Pemindagtanganan Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank
hanya dilakukan oleh bank penanam dana pertama saja, sedangkan bank
penanam dana kedua tidak diperkenankan memindahtangankan kepada
pihak lain sampai berakhirnya jangka waktu.

2.Bagaimana jika pasar uang tidak mempunyai landasan dalam Al-Qur'an?


Serta dampak apa yang akan terjadi? (Dini indriyank_4320048)

Jawab : Dampak jika pasar uang tidak berlandaskan pada al-quran yaitu
dikhawatirkan akan menyebabkan riba nasi'ah, sebab pada pasar uang
konvensional kebanyakan menggunakan sistem bunga.

3. Menurut kelompok kalian, lebih menguntungkan mana antara hukum


ekonomi syariah atau hukum ekonomi konvensional dalam pasar uang,
instrumen moneter, dan surat berharga itu sendiri? (Ani Syafaah 4320007)

Lalu Jika kelompok kalian diharuskan untuk memilih, mana yang akan
kalian pilih hukum ekonomi syariah atau hukum ekonomi konvensional?
dan Apa alasannya?

Jawaban :

hukum ekonomi syariah atau hukum ekonomi konvensional dalam pasar


uang, instrumen moneter, dan surat berharga itu sendiri merupakan dua
ekonomi yang digunakan dalam perbankan. Dalam memperoleh keuntungan
ekonomi konvensional menerapkan sistem bunga tetap dan mengembang.
Dan sistem bunga ini diaplikasikan dalam pinjaman yang dipinjamkan oleh
nasabah. Sedangkan ekonomi syariah tidak menggunakan sistem bunga
melainkan menggunakan bagi hasil yang telah ditentukan oleh rasio untung
dan rugi dalam memperoleh keuntungan.

Kelompok kami memilih ekonomi syariah karena pada ekonomi syariah itu
sendiri telah dibuat dan dikembangkan berdasarkan dengan ketentuan
agama islam, berbeda halnya dengan ekonomi konvensional. Dan dalam
ekonomi syariah pembagian dalam keuntungan nya dalam bank syariah
disesuaikan dengan akad maupun dengan kerjasama yang sebelumnya telah
disepakati dari awal pada saat terjadinya perjanjian

4.Bagaimana perkembangan pasar modal syariah di indonesia saat ini dan


bagaimana strategi untuk mengembangkan pasar modal syariah di
indonesia? ( Elsa Tiara 4320063)

Jawab:

Pasar modal syariah di Indonesia memasuki usia satu dekade pada tahun
2021 ini. Peluncuran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun
2011 dianggap sebagai momen titik balik perkembangan pasar modal
syariah Tanah Air.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menilai, pasar
modal syariah semakin menjadi pilihan investasi yang populer bagi
masyarakat Indonesia.

Hal tersebut terlihat dari jumlah investor syariah yang meningkat lebih dari
16.789%, dari hanya 531 investor pada 2011 mejadi 89.678 investor per
Januari 2021.Perkembangan pasar modal syariah juga terlihat dari jumlah
saham syariah meningkat 82% sejak tahun 2011, dari 237 saham menjadi
432 saham. Jumlah tersebut setara 59% dari total saham yang tercatat di
BEI.

• Adapun lima stategi yang dilakukan untuk pengembangan pasar modal


syariah yang diimplementasikan oleh BEI dalam bentuk; Pertama, program
literasi dan inklusi PMS untuk memperkuat basis investor syariah ritel;
Kedua, program pengembangan efek dan instrumen syariah untuk
memperluas bauran produk PMS;Ketiga, program pengembangan
infrastruktur PMS untuk memperkuat layanan dan landasan hukum/fatwa
PMS; Keempat, program penguatan sinergi dengan para stakeholder PMS;
dan Kelima, pemanfaatan teknologi untuk pendidikan investasi syariah.

5.faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pesatnya perkembangan


instrument syariah khusunya sukuk atau bisa disebut SBSN? ( Intan ayu
Anggraeni 4320014)

Jawab : Faktor-faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan

instrumen keuangan syariah khususnya Sukuk yaitu:

(1) Adanya

kebutuhan pendanaan yang bersifat spesifik dan memerlukan struktur

Sukuk yang baru.

(2) Semakin meningkatnya partisipasi investor

konvensional di pasar keuangan syariah.

(3) Besarnya kebutuhan sektor


perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya untuk portofolio

investasi.

(4) Besarnya partisipasi aktif dari para pelaku pasar, ekonom,

pakar syariah, dan para stake-holder keuangan syariah lainnya untuk

menciptakan struktur baru yang sesuai dengan prinsip syariah.

(5)Potensi permintaan terhadap Sukuk Negara oleh investor domestik dan


luar negeri diperkirakan sangat tinggi, dengan mengacu pada kondisi, salah
satunya: tingginya peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah.

6. Apakah pasar uang syariah itu ada kaitannya dengan perbankan syariah?
Mohon penjelasannya ( Novi Safitri _4320072)

Jawaban

Pasar uang syariah berkaitan dengan perbankan syariah. Biasanya pasar


uang syariah itu disalurkan melalui perbankan syariah. Karena orang-orang
yang memegang pasar syariah itu ada di perbankan syariah jadi nya 2 hal
tersebut saling berkaitan

Anda mungkin juga menyukai