Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PASAR UANG DAN BURSA VALUTA ASING


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Masailul Fiqih
Dosen Pengampu: Drs.H. E. Z Abidin, M.Pd.I.

Disusun oleh:
1. Hendri Lamiri
2. Linda Gustiani R.
3. Nisa Nurfajriyah
4. Rahmadania Fitriyani
5. Yayat Nurhidayat
6. Ziadatun Nisa

PROGRAM STUDI PAI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM – PUI MAJALENGKA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, sholawat serta
salam semoga dicurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad saw,
keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang selalu taat dan patuh
terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasullullahsaw hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, berkat izin dan pertolongan dari Allah SWT
pembuatan makalah tentang “Pasar Uang dan Bursa Valuta Asing” dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
melengkapi tugas mata kuliah Masailul Fiqih. Dalam pelaksanaan
pembelajaran maupun saat pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih
banyak masalah dan kendala yang dihadapi. Sehingga pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.H. E. Z Abidin, M.Pd.I.
selaku dosen pembimbing mata kuliah, dan semua pihak yang turut
membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Demikianlah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Dan tidak
lepas dari keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu,
penulis tetap menerima kritik dan saran dari berbagai pihak. Guna
kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi penulis ke depannya dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Majalengka, 21 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Pasar Uang.............................................................................................................5
1. Pengertian Pasar Uang........................................................................................5
2. Fungsi Pasar Uang..............................................................................................5
B. Valuta Asing..........................................................................................................6
1. Pengertian Pasar Valuta Asing...........................................................................6
2. Tujuan Adanya Valuta Asing.............................................................................6
3. Pelaku Valuta Asing...........................................................................................7
C. Pasar Uang dan Bursa Valuta Asing menurut pandangan Islam.............................8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar uang adalah keseluruhan permintaan dan penawaran dana-dana
atau surat-surat berharga yang mempunyai jangka waktu satu tahun atau
kurang dari satu tahun dan dapat disalurkan melalui lembaga-lembaga
perbankan. Adanya pasar uang ini beranjak dari kondisi prekonomian dunia
yang tidak stabil, bahkan telah terjadinya krisis moneter secara global,
sehinga timbullah pemikiran untuk diadakannya sistem simpan pinjam, kredit
baik jangka pendek maupun jangka panjang seperti SBI, SBPU, SUN,
Repurchase Agrement, dan diharapkan dapat membantu di saat krisis
moneter.
Di Indonesia dalam kehidupan ummat, untuk kesejahteraan hidupnya
memerlukan jasa perbankan, dan salah satu produk perbankan yang saat ini
berkembang adalah Valuta Asing. Untuk memenuhi berbagai keperluan
masyarakat dalam negeri atau yang sering bepergian kemanca negara,
diperlukan adanya pasar tempat pertukaran mata uang, atau transaksi jual beli
mata uang, baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan
jenis. Dalam pandangan Islam, pada dasarnya transaksi jual beli adalah
sebagai sebuah aktivitas ekonomi dalam kehidupan manusia yang tidak
mungkin dihindari, hal ini memiliki dasar seperti tersebut dalam surah Al
Baqarah ayat 275.
Bagi kaum muslimin, transaksi valuta asing sangat diperlukan dalam
rangka efisiensi dengan berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Berkenaan
dengan hal ini, dalam ‘urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi valuta asing
dikenal pula beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam
pandangan Islam berbeda-beda antara satu bentuk dengan bentuk yang
lainnya. Dengan kata lain, tidak semua jenis tansaksi valuta asing dibenarkan
oleh hukum Islam. Perbankan syari’ah sebagai lembaga keuangan yang
memfasilitasi perdagangan internasional tentu tidak dapat menghindarkan diri
dari keterlibatannya dalam transaksi valuta asing. Karena itu perbankan

1
2

syariah yang salah satunya bergerak dalam bisnis syari’ah harus menyusun
kontruksi rancang bangun transaksi valuta asing, tanpa harus terlibat pada
mekanisme transaksi valuta asing yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
syari’ah. Bagi hakim-hakim Peradilan Agama tentu harus mengetahui dan
mengerti praktek transaksi valuta asing, karena hal ini terkait kompetensi
kewenangan mengadili, manakala dihadapkan sebuah kasus sengketa bisnis
syariah yang dalam kenyataannya terdapat penyimpangan dari prinsip-prinsip
syari’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pasar Uang?
2. Apa pengertian dari Bursa Valuta Asing?
3. Bagaimana Pasar Uang dan Bursa Valuta Asing menurut pandangan
Islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dari Pasar Uang
2. Mengetahui pengertian dari Bursa Valuta Asing
3. Mengetahui Pasar Uang dan Bursa Valuta Asing menurut pandangan
Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pasar Uang
1. Pengertian Pasar Uang
Pasar Uang merupakan sarana lembaga keuangan, perusahaan non
keuangan, dan perusahaan lainnya dalam memenuhi kebutuhan dana
jangka pendek walaupun dalam rangka melakukan penempatan dana atas
kelebihan likuiditas atau dalam pasar uang, valuta asing diperlukan untuk
membayar kegiatan ekspor, impor, dan hutang luar negeri.
Sedangkan menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2001), pasar uang
adalah suatu tempat pertemuan abstrak dimana para pemilik dana jangka
pendek dapat menawarkan kepada calon pemakai yang membutuhkannya,
baik secara langsung maupun melalui perantara.
2. Fungsi Pasar Uang
Pasar uang memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Mempermudah masyarakat memperoleh dana-dana jangka pendek
untuk membiayai modal kerja atau keperluan jangka pendek lainnya
b. Memberikan kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam
pembangunan dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
c. Menunjang program pemerataan pendapatan bagi masyarakat
d. Sebagai perantara dalam perdagangan surat-surat berharga berjangka
pendek
e. Sebagai penghimpun dana berupa surat-surat berharga jangka pendek
f. Sebagai sumber pembiayaan bagi perusahan untuk melakukan investasi
g. Sebagai perantara bagi investor luar negeri dalam menyalurkan kredit
jangka pendek kepada perusahaan di Indonesia.

3
4

B. Valuta Asing
1. Pengertian Pasar Valuta Asing
Valuta Asing (valas) atau foreign exchange (forex) ataupun foreign
currency itu sendiri memiliki beberapa definisi yang disajikan oleh
beberapa ahli, yaitu:
a. Menurut Hamdy Hadi (2016), valuta asing adalah mata uang asing yang
difungsikan sebagai alat pembayaran untuk membiayai transaksi
ekonomi keuangan internasional dan juga mempunyai catatan kurs
resmi pada bank sentral.
b. Menurut Jose Rizal Joesoef (2008:4), valuta asing adalah mata uang
asing atau alat pembayaran luar negeri.
c. Pengertian pasar valuta asing menurut Mandala Manurung (2004),
adalah “pasar di mana mata uang asing diperjualbelikan”.
Dapat disimpulkan bahwa pasar valuta asing atau foreign exchange
market, forex) atau disingkat valas merupakan suatu jenis perdagangan
atau transaksi yang memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lainnya (pasangan mata uang/pair) yang melibatkan
pasar-pasar uang utama di dunia selama 24 jam secara berkesinambungan.
2. Tujuan Adanya Valuta Asing
Tujuan adanya valuta asing dalam transaksi dunia:
a. Sebagai media untuk bertransaksi di negara lain, misalnya oleh turis
asing.
b. Sebagai media untuk mempertahankan daya beli.
c. Bisa mengirimkan uang ke luar negeri dengan mudah.
d. Untuk mendapatkan keuntungan di pasar valas.
e. Alat pengendali kurs, nilai mata uang suatu negara (kurs) bisa menguat
dan melemah karena beberapa faktor. Lewat pengelolaan yang tepat
dari pemakaian valas tertentu, suatu negara bisa mengendalikan nilai
tukar mata uangnya lebih mudah
f. Alat memperlancar perdagangan internasional karena masing-masing
negara tidak terkendala nilai mata uang masing-masing. Baik negara
5

penjual maupun negara pembeli bisa menyepakati menggunakan mata


uang yang berbeda.
3. Pelaku Valuta Asing
Pergerakan nilai di valuta asing seringkali berubah setiap waktu
dipengaruhi hukum demand dan supply yang melibatkan berbagai pelaku
pasar. Pelaku-pelaku pasar tersebut di antaranya:
a. Pemerintah: Pemerintah melakukan transaksi valuta asing dengan
tujuan yang beragam, seperti membayar hutang dan menerima
pendapatan dari luar negeri.
b. Perusahaan: Perusahaan selalu berinovasi untuk meningkatkan daya
saing dan menekan biaya produksi dengan mengimpor berbagai sumber
daya baru yang lebih terjangkau. Perusahaan juga berupaya untuk
memperluas jaringan distribusi barang dan jasa dengan melakukan
ekspor, sehingga mereka memperoleh pendapatan dalam bentuk mata
uang asing. Kegiatan ekspor dan impor membuat perusahaan
membutuhkan mata uang negara lain dalam jumlah yang cukup besar.
c. Masyarakat: Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi masyarakat
untuk melakukan transaksi valuta asing, yaitu:
 Kegiatan spekulasi, dilakukan dengan memanfaatkan fluktuasi
pergerakan nilai valas untuk memperoleh keuntungan.
 Kebutuhan konsumsi, ketika berada di luar negeri, mereka
membutuhkan mata uang negara lain.
d. Bank Umum: Bank melakukan transaksi jual beli valas untuk beberapa
kebutuhan, seperti melayani nasabah yang ingin menukarkan mata uang
negara lain. Selain itu, bank juga memiliki kewajiban yang harus
dipenuhi terhadap pasar valuta asing.
e. Bank Sentral: Bank sentral berada di berbagai negara merupakan
lembaga independen yang sering melakukan jual beli valas untuk
intervensi atau menstabilkan nilai tukar mata uang negaranya.
6

f. Broker: Broker merupakan perusahaan yang menjadi perantara


terjadinya transaksi di pasar valuta asing. Mereka bertugas untuk
membantu pihak-pihak yang ingin mencari penjual dan pembeli.
C. Pasar Uang dan Bursa Valuta Asing menurut pandangan Islam
Dalam Islam valuta asing dapat diibaratkan dengan pertukaran antara
emas dan perak ( al-sharf ). Secara harfiah al–sharf berarti penambahan,
penukaran, penghindaran, pemalingan atau transaksi jual beli. Adapun dalam
referensi keuangan syari’ah, bai’al-sharf didefinisikan sebagai jual beli, atau
pertukaran mata uang asing dengan mata uang yang lain, seperti antara rupiah
dan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya.
Sebagai dalil dalam transaksi valuta asing, dapat merujuk pada Al Qur’an
surah An Nahal ayat 14, Surah Al Anbiya ayat 107, dan surah Al- Jatsiyah
ayat 13. Berdasarkan ayat-ayat ini, Ali Anwar menyimpulkan bahwa tujuan
ekonomi Islam adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan ekonomi umat yang makmur dengan cara melaksanakan
produksi barang dan jasa dengan kualitas dan kuantitas yang cukup, guna
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta menumbuhkan kesejahteraan
duniawi dan ukhrawi secara serasi dan seimbang.
2. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang adil dan merata.
3. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang menjamin kemerdekaan, baik dalam
memilih jenis barang dan jasa maupun sistem distribusi.
4. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang tidak menimbulkan mafsadah.
5. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang mandiri.
Selain dalil-dalil Al Qur’an tersebut diatas, juga ditemukan beberapa
hadits Rasulullah SAW yang dapat dijadikan landasan hukum operasional
transaksi valuta asing seperti :
Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah dari Abu Sa’id Al Khudri yang artinya :
Rasulullah SAW bersabda “ Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh atas
dasar kerelaan ( antara kedua belah pihak )”.
Hadits riwayat Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Abu Dawud,
Turmudzi, Nasa’i dan Ibnu Majah berbunyi yang artinya : Juallah emas
7

dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan
sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam (dengan syarat harus)
sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah
sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”.
Dengan demikian pada dasarnya transaksi valuta asing dapat
diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu.
Zainul Arifin dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah
menyebutkan prinsih-prinsip syari’ah dalam transasksi valuta asing sebagai
berikut :
1. Pertukaran harus dilakukan secara tunai (bai’ naqd), artinya masing-masing
pihak harus menerima atau menyerahkan masing-masing mata uang pada
saat bersamaan.
2. Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial,
transaksi perdagangan barang dan jasa atar bangsa, bukan dalam rangka
spekulasi.
3. Harus dihindari jual beli bersyarat, misalnya si A setuju membeli barang
hari ini dengan syarat B harus membelinya kembali pada tanggal tertentu
dimasa mendatang.
4. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini
mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.
5. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai, atau dengan kata
lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan ( bai’ ainaih).
Berkenaan dengan hal ini, ada beberapa jenis transaksi valuta asing
yang biasa dilakukan pada transaksi valuta asing konvensional seperti
disebutkan terdahulu, dimana kalau dicermati pelaksanaannya mempunyai
motif komersial berupa ekspor impor, lalu lintas modal, funding berupa
pinjaman valuta asing dan kebutahan cashflow, investasi dan ada pula yang
bermotif spikulasi. Sehubungan hal ini menurut fatwa Dewan Nasional
Majelis Ulama Indonesia Nomor : 28/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret
2002 tentang hukum transaksi valuta asing yang sekarang berjalan di pasar
valas sebagai berikut :
8

1. Transaksi spot yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk
penyerahan pada saat itu ( over the counter ) atau penyelesaiannya paling
lambat dalam jangka waktu 2 hari. Menurut syari’ah, hukumnya transaksi
yang seperti ini adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua
hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan
merupakan transaksi Internasional.
2. Transaksi forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu
yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun, hukumnya
adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan
( muwa’adah ) dan penyerahannya dilakukan dikemudian hari, padahal
harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang
disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk
kebutuhan yang tidak dapat dihindari ( li al-hajah ).
3. Transaksi Currency Futures/Swap yaitu kontrak pembelian dan penjualan
valuta asing dengan harga sport yang dikombinasikan dengan pembelian
antara penjual valuta asing yang sama dengan harga forward dalam jangka
waktu dimasa depan, atau dengan kata lain pertukaran mata uang dengan
mata uang lainnya tidak dilakukan dengan tunai melainkan berjangka waktu
yang cukup lama. Terhadap hal ini hukumnya haram, karena mengandung
maisir ( spikulasi ).
4. Transaksi Currency Options, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam
rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir
tertentu, hukumnya haram karena mengandung unsur maisir ( spikulasi ).
Dengan demikian, jenis transaksi valuta asing yang memiliki dasar
syari’ah adalah transaksi spot yang dalam pelaksanaannya telah sesuai
dengan prinsip-prinsip syari’ah. Adapun jenis transaksi valuta asing lainnya,
nampaknya tidak sejalan dengan prinsip-prinsip syari’ah, karena dalam
prakteknya tidak dilakukan secara tunai dan mengandung unsur spikulasi.
9

Berkenaan dengan hal ini, perlu disadari bahwa pada dasarnya Islam
memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai barang dagangan
(komoditas). Dengan kata lain, dalam konsep Islam tidak dikenal money
demand for speculation karena spikulasi tidak dibenarkan. Islam juga tidak
mengenal konsep time value of money, namun Islam mengenal konsep
economic value of time, artinya bahwa yang dinilai adalah waktu itu sendiri.
Dalam hal ini uang adalah flow concept sehingga harus selalu berputar
dalam perekonomian. Dengan demikian, dalam transaksi valuta asing, umat
Islam perlu memperhatikan aturan main yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syari’ah.
Di Indonesia, fatwa hukum Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama
Indonesia telah mengatur ketentuan dan batasan dalam transaksi valuta
asing melalui fatwa DSN Nomor : 28/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret
2002. Dalam fatwa tersebut dikemukakan beberapa prilaku perdagangan
valuta asing yang biasa dilakukan pada pasar valuta asing konvensional
yang harus dihindari seperti “Perdagangan tanpa penyerahan (future non
delivery trading atau margin trading), jual beli valuta asing bukan transaksi
komersial, melakukan penjualan melebihi jumlah yang dimiliki atau dibeli,
dan melakukan transaksi pure swap’’.
Sementara itu DSN juga memberikan penjelasan tentang kebolehan
transaksi valuta asing dengan ketentuan “Tidak untuk spikulasi (untung-
untungan, adanya kebutuhan transaksi untuk berjaga-jaga (simpanan),
transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis dan nilainya harus sama
serta dilakukan dengan tunai ( al-taqabudh ), apabila berlainan jenis, maka
harus dilakukan dengan nilai tukar ( kurs ) yang berlaku pada saat transaksi
dan dilakukan secara tunai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa ketentuan dan persyaratan seperti yang
dikemukakan di atas, merupakan prinsip dasar yang harus diberlakukan
dalam transaksi valuta asing yang berbasis syari’ah. Dan boleh jadi dalam
dunia perbankan Islam, transaksi valuta asing seperti ini masih menyisakan
perdebatan panjang ditinjau dari sisi fikih.
Mengingat keterlibatan perbankan Islam dalam dunia keuangan
internasional yang tidak dapat dihindari, maka mengharuskan kita
mengembangkan suatu kebijakan dan instrumen syari’ah yang cocok dengan
dunia perbankan saat ini, dengan standar acuan seperti tidak untuk tujuan
komersial atau spikulasi, karena adanya kebutuhan transaksi (li al-hajjah),
nilai tukar harus tetap dikuasai, baik oleh pembeli mapun penjual, baik secara
material maupun hukum, transaksi valuta asing itu harus dari jenis yang
sama/mata uang sejenis yang memiliki kuantitas dan kualitas yang sama
sekalipun model dari mata uang itu berbeda, dilakukan secara tunai sebelum
kedua belah pihak (pembeli dan penjual) berpisah, dan apabila berlainan jenis
mata uangnya, harus dilakukan dengan nilai tukar ( kurs) yang berlaku pada
saat transaksi dilakukan dan secara tunai, kemudian motif tarnsaksi itu untuk
perdagangan barang dan jasa.
Oleh Karena itu, dalam konteks kekinian valuta asing yang berbasis
syari’ah, merupakan hal yang harus dicermati sebagai tuntutan mayarakat
muslim yang bergerak sesuai dengan dinamika manusia dalam memenuhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat.
B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Pasar Uang dan Bursa Valuta Asing”
yang kami buat. Kami menyadaridalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangan. Maka, kritik dan saran konstruktif kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini menjadi motivator
dan inspirator bagi kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Drs.H.Tarsi, S.H.,M.H.I., Pasar Uang Dan Valuta Asing Konvensional dan Yang
Berbasis Syariah, hal. 1-16.

https://www.ocbc.id/id/article/2022/12/28/pasar-valuta-asing-adalah

Debi Eka Putri, Fauziah, Purboyo, dkk, Lembaga Keuangan Bank & Non Bank,
Widina Bhakti Persada Bandung,( Oktober, 2021), hal. 61-76

Rasmawati A.R., Muliyati, dkk, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Pt Global


Eksekutif Teknologi, ( Cetakan pertama, September 2022), hal. 20-21

11

Anda mungkin juga menyukai