Anda di halaman 1dari 26

SISTEM INVESTASI PASAR MODAL SYARIAH

BASROWI1 dan AULA NURUL MA’RIFAH2


1)
STEBI Lampung, Indonesia email: basrowi2018@gmail.com
2)
Program Studi Magister Ekonomi Syariah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018 M/1439 H

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bursa efek merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini.
Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi bursa efek sebagai media untuk
menyerap investasi dan untuk memperkuat posisi keuangan. Bahkan, perekonomian modern
tidak akan mungkin maju dan berkembang tanpa bursa efek. Secara umum bursa efek syariah
dan bursa efek konvensional tidaklah jauh berbeda, hanya saja bursa efek syariah sangat
mengedepankan prinsip syariah. Bursa efek syariah dikembangkan dalam rangka
mengakomodasi kebutuhan umat Islam yang ingin melakukan investasi di produk-produk
atau instrument bursa efek sesuai syariah Islam. Dengan semakin beragamnya instrument-
instrumen di bursa efek syariah, diharapkan masyarakat akan memilih alternatif investasi
yang sesuai dengan keinginannya yang memberikan keuntungan baginya.1
Untuk mengembangkan pasar modal syariah di Indonesia, harus ada perkembangan
instrument-instrumen bursa efek yang dikuatkan dengan fatwa DSN-MUI serta
perkembangan kelembagaan dan struktur pasar modal itu sendiri yang selalu di pantau oleh
Bapepam-LK. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan kerangka hukum untuk
memfasilitasi pengembangan bursa efek syariah serta mendorong pengembangan
instrumennya.2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian pasar modal syari’ah?
2. Apa sajakah dasar hukum pasar modal syari’ah?
3. Bagaimanakah fungsi dan karakteristik pasar modal syari’ah?

1 Awaluddin, Pasar Modal Syariah: Analisis Penawaran Efek Syariah di Bursa Efek Indonesia, (Jurnal
Kajian Ekonomi Islam – Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016, Solok, 2016), h.138.
2 Dewi Actutti Mocthar, “Penyalahgunaan Posisi Dominan Dalam Kepemilikan Saham Silang”, (Jurnal
Cakrawala Hukum, Vol.18, No.2 Desember 2013), h.123.
4. Bagaimanakah struktur pasar modal syari’ah?
5. Apa sajakah yang menjadi Instrumen Pasar Modal Syari’ah?
6. Apa sajakah kriteria emiten atau perusahaan publik?
7. Transaksi efek apa sajakah yang dilarang?
8. Apa sajakah resiko pasar modal syari’ah?

C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui makalah ini adalah untuk mendeskripsikan
tentang:
1. pengertian pasar modal syari’ah;
2. dasar hukum pasar modal syari’ah;
3. fungsi dan karakteristik pasar modal syari’ah;
4. struktur pasar modal syari’ah;
5. instrumen pasar modal syari’ah;
6. kriteria emiten atau perusahaan publik;
7. transaksi efek yang dilarang; dan
8. resiko pasar modal syari’ah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Modal Syari’ah


Istilah pasar biasanya digunakan istilah bursa, exchange dan market. Sementara untuk
istilah modal sering digunakan istilah efek, securities, dan stock. Pasar modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.3 Sedangkan yang dimaksudkan dengan efek pada pasal 1 ayat (5) adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
uang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap
deviratif dari efek.4
Pasar modal dikenal juga dengan nama bursa efek. Bursa efek menurut Pasal 1 ayat
(4) UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak yang menyelenggrakan dan
menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-
pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. 5 Bursa efek di Indonesia
dikenal Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES). Belakangan, tanggal 30
Oktober 2007 BES dan BEJ sudah dimerger dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI). 6
Sehingga, hanya ada satu pelaksana bursa efek di Indonesia, yaitu BEI. Sedangkan bagi pasar
modal syari’ah, listing-nya dilakukan di Jakarta Islamic Index yang telah diluncurkan sejak 3
Juli 2000.
Menurut Darmadji, dkk Pasar modal Syariah adalah pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang ataupun modal
sendiri. 7
Menurut Siamat, pasar modal syariah dalam arti sempit adalah suatu tempat yang
terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu
sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan
baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara
lain menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme

3 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 Ayat (12)
4 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 Ayat ayat (5) dan (12)
5 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 ayat (4)
6
Awaluddin, Pasar Modal Syariah: Analisis Penawaran Efek Syariah di Bursa Efek Indonesia, (Jurnal
Kajian Ekonomi Islam – Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016, Solok, 2016), h.138.
7 Darmadji, dkk. “Pasar modal Syariah." Makalah On-line: https://andyyjr20.blogspot.com/.../makalah-
pasar-modal-syariah.ht diakses tanggal 3 November 2018

3
permintaan dan penawaran. Definisi pasar modal dalam arti luas adalah pasar konkret atau
abstrak yang mempertemukan pihak yang menawar dan yang memerlukan dana jangka
panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas.8
Menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman, pasar modal adalah pasar dimana
dana modal-utang dan ekuitas-diperdagangkan. Di dalamnya termasuk penempatan pribadi
sumber-sumber utang dan ekuitas dan juga pasar-pasar dan bursa-bursa terorganisasi.9
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.10
Sedangkan pasar modal syari’ah secara sederhana dapat diartikan sebagain
pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syari’ah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan
terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, sdpekulasi dan lain-lain.11
Jadi berdasarkan uraian di atas, pasar modal syari’ah adalah pasar modal yang seluruh
mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan
mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Sedangkan yang
dimaksud dengan efek syari’ah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang akad, perusahaan, maupun cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syari’ah.

B. Dasar Hukum
Firman Allah, antara lain dalam QS. al-Baqarah [2]: 275:

َّ ِ ‫انَ ِمنََ ْالم‬


َ‫سَََۚذَ ِلكََ ِبأنَّ ُه َْم‬ ُ َّ‫لَكماٌَقُو َُمَالَّذِيٌَتخب‬
َّ ‫ط َهَُال‬
َُ ‫شٌْط‬ ّ ِ ََ‫الَّذٌِنٌََأ ْ ُكلُون‬
ََّ ‫الرباَلٌََقُو ُمونََ ِإ‬
ََ‫نَر ِبّ َِهَفا ْنتهى‬
َْ ‫نَجاءَهَُم ْو ِعظةََ ِم‬ َْ ‫الرباَََۚفم‬ ّ ِ ََ‫اّللَُ ْالبٌْعََوح َّرم‬
ََّ َ‫ل‬ََّ ‫الرباَََۚوأح‬
ّ ِ َ‫ل‬َُ ْ‫قالُواَ ِإنَّماَ ْالب ٌْ َُعَ ِمث‬
َ‫ارَََۚ ُه َْمَفٌِهاَخا ِلد ُون‬َِ َّ‫ابَالن‬
َُ ‫صح‬ ْ ‫نَعادََفأُولَئِكََأ‬ َْ ‫اّللَََۚوم‬
ََِّ َ‫فل َهَُماَسلفََوأ ْم ُرَهَُ ِإلى‬

Terjemahannya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

8 Dahlan Siamat. Pasar Modal Syariah. On-line: http://www.akademi.edu diakses tanggal 3 November
2018
9
Dewi Actutti Mocthar, “Penyalahgunaan Posisi Dominan Dalam Kepemilikan Saham Silang”, (Jurnal
Cakrawala Hukum, Vol.18, No.2 Desember 2013), h.123.
10
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 40/DSN-MUI/X/2003, tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
11
ibid

4
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.12

‫ع ٍْ تَ َشاض ِي ُْ ُك ْى َٔ ََل‬
َ ً ‫اسج‬ ِ َ‫ َُ ُك ْى ِت ْانث‬ْٛ ‫ٍَ آ َيُُٕا ََل تَأ ْ ُكهُٕا أ َ ْي َٕانَ ُك ْى َت‬ِٚ‫ُّ َٓا انَّز‬َٚ‫َا أ‬ٚ
َ ‫اط ِم ِإ ََّل أ َ ٌْ تَ ُكٌَٕ ِت َج‬
َ ُ‫ت َ ْمتُهُٕا أ َ َْف‬
‫ ًًا‬ٛ‫س ُك ْى ِإ ٌَّ ا ََّّللَ َكاٌَ ِت ُك ْى َس ِح‬

Terjemahannya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu. QS. An-Nisa [4] : 29)13

َ‫ٌراَلعلَّ ُك َْم‬ ََّ َ‫اّللَوا ْذ ُك ُروا‬


ً ‫اّللَك ِث‬ ََِّ َ‫ل‬
َِ ‫ض‬
ْ ‫نَ ف‬ َ ِ ‫صَلَة َُفا ْنت ِش ُرواَفًَِ ْاْل ْر‬
َْ ‫ضَوابْتغُواَ ِم‬ َّ ‫تَال‬ ِ ُ‫فإِذاَق‬
َِ ٌ‫ض‬
َ‫ت ُ ْف ِل ُحون‬

Terjemahannya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS.
Al-Jumu’ah [62] : 10)14

12
Tafsir Jalalayn: (Orang-orang yang memakan riba), artinya mengambilnya. Riba itu ialah tambahan
dalam muamalah dengan uang dan bahan makanan, baik mengenai banyaknya maupun mengenai waktunya,
(tidaklah bangkit) dari kubur-kubur mereka (seperti bangkitnya orang yang kemasukan setan disebabkan
penyakit gila) yang menyerang mereka; minal massi berkaitan dengan yaquumuuna. (Demikian itu), maksudnya
yang menimpa mereka itu (adalah karena), maksudnya disebabkan mereka (mengatakan bahwa jual-beli itu
seperti riba) dalam soal diperbolehkannya. Berikut ini kebalikan dari persamaan yang mereka katakan itu secara
bertolak belakang, maka firman Allah menolaknya, (padahal Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba. Maka barang siapa yang datang kepadanya), maksudnya sampai kepadanya (pelajaran) atau nasihat (dari
Tuhannya, lalu ia menghentikannya), artinya tidak memakan riba lagi (maka baginya apa yang telah berlalu),
artinya sebelum datangnya larangan dan doa tidak diminta untuk mengembalikannya (dan urusannya) dalam
memaafkannya terserah (kepada Allah. Dan orang-orang yang mengulangi) memakannya dan tetap
menyamakannya dengan jual beli tentang halalnya, (maka mereka adalah penghuni neraka, kekal mereka di
dalamnya).
13
Tasir jalalayn: (Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan
yang batil) artinya jalan yang haram menurut agama seperti riba dan gasab/merampas (kecuali dengan jalan)
atau terjadi (secara perniagaan) menurut suatu qiraat dengan baris di atas sedangkan maksudnya ialah hendaklah
harta tersebut harta perniagaan yang berlaku (dengan suka sama suka di antara kamu) berdasar kerelaan hati
masing-masing, maka bolehlah kamu memakannya. (Dan janganlah kamu membunuh dirimu) artinya dengan
melakukan hal-hal yang menyebabkan kecelakaannya bagaimana pun juga cara dan gejalanya baik di dunia dan
di akhirat. (Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu) sehingga dilarang-Nya kamu berbuat demikian.
(QS. An-Nisa [4] : 29)
14
Tafsir Jalalayn: Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi) perintah ini
menunjukkan pengertian ibahah atau boleh (dan carilah) carilah rezeki (karunia Allah, dan ingatlah Allah)
dengan ingatan (sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung) yakni memperoleh keberuntungan. Pada hari
Jumat, Nabi saw. berkhutbah akan tetapi tiba-tiba datanglah rombongan kafilah membawa barang-barang
dagangan, lalu dipukullah genderang menyambut kedatangannya sebagaimana biasanya. Maka orang-orang pun

5
ًَّ‫لَماٌَُتْلىََعل ٌْ ُك َْمَغٌْرََ ُم ِح ِل‬ َْ َّ‫ٌاَأٌُّهاَالَّذٌِنََآمنُواَأ ْوفُواَبِ ْالعُقُو َِدَََۚأ ُ ِحل‬
َِ ‫تَل ُك َْمَب ِهٌم َةَُ ْاْل ْنع‬
ََّ ِ‫امَإ‬
ُ‫اّللٌَ ْح ُك َُمَماٌَ ُِرٌ َد‬ ََّ ‫ص ٌْ َِدَوأَ ْنت َُْمَ ُح ُرمََََۚ ِإ‬
ََّ َ‫ن‬ َّ ‫ال‬

Terjemahannya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Ma’idah [5]: 1)15

Kaidah fiqh: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkan.”. “Tidak boleh melakukan perbuatan hukum atas milik orang lain tanpa
seizinnya”

C. Fungsi dan Karakteristik Pasar Modal Syari’ah


Pasar modal berperan menjalankan dua fungsi secara simultan berupa fungsi ekonomi
dengan mewujudkan pertemuan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang memerlukan dana, dan fungsi keuangan dengan memberikan
kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh imbalan bagi pemilik dana melalui
investasi. Pada fungsi keuangan, pasar modal berperan sebagai sarana bagi pendanaan usaha
atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal
(investor).16
Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Sedangkan pada fungsi yang kedua pasar
modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti
saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan

berhamburan keluar dari mesjid untuk menemui rombongan itu, kecuali hanya dua belas orang saja yang masih
tetap bersama Nabi saw. lalu turunlah ayat ini.
15
Tafsir Jalalayn: (Hai orang-orang yang beriman, penuhilah olehmu perjanjian itu) baik perjanjian yang
terpatri di antara kamu dengan Allah maupun dengan sesama manusia. (Dihalalkan bagi kamu binatang ternak)
artinya halal memakan unta, sapi dan kambing setelah hewan itu disembelih (kecuali apa yang dibacakan
padamu) tentang pengharamannya dalam ayat, "Hurrimat `alaikumul maitatu..." Istitsna` atau pengecualian di
sini munqathi` atau terputus tetapi dapat pula muttashil, misalnya yang diharamkan karena mati dan sebagainya
(tanpa menghalalkan berburu ketika kamu mengerjakan haji) atau berihram; ghaira dijadikan manshub karena
menjadi hal bagi dhamir yang terdapat pada lakum. (Sesungguhnya Allah menetapkan hukum menurut yang
dikehendaki-Nya) baik menghalalkan maupun mengharamkannya tanpa seorang pun yang dapat menghalangi-
Nya.
16
Soemitra Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”. Jakarta: Kencana, 2010. Hal 118-128

6
dana yang di milikinya sesuai dengan karaketristik keuntungan dan resiko masing-masing
instrumen.
Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur
dari waktunya merupakan modal jangka panjang. Pasar modal juga mampu menjadi tolak
ukur kemajuan perekonomian suatu Negara. Pasar modal memungkinkan percepatan
pertumbuhan ekonomi dengan memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk dapat
memanfaatkan dana langsung dari masyarakat tanpa harus menunggu tersedianya dana dari
operasi perusahaan.
Ada beberapa manfaat pasar modal, yaitu:17
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus
memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
deversifikasi.
3. Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi suatu negara.
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5. Penyebaran kepemilikan,keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklam berusaha
yang sehat.
6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7. Memberi kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.
8. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa
diperhitungkan melalui keterbukaan,likuiditas,dan diversifikasi investasi.
9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial.
Sedangkan menurut Metwally keberadaan pasar modal syariah secara umum
berfungsi18:
1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan
memperoleh bagian dari keuntungan resikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas.
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan
mengembangkan lini produksinya.

17
Alim Mustofa dan Hendri Cahyono, “Analisis Kontribusi Pasar Modal sebagai Sarana Pendanaan
Usaha bagi Perusahaan serta Multiplier Effect yang ditimbulkannya dalam Perekonomian”, (Surabaya:
Kampus Unesa, 2012) h. 6
18
Dessy Agustina Harahap dan Windy Sri Wahyuni, “Peranan Urgensi Pengaturan Hukum Efek Syariah
dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia”, (Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial : Medan, 2016),
h.157

7
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham
yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvevsional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin pada harga saham.
Sedangkan karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal yaitu :
1. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek
2. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat diperjualbelikan
melalui pialang.
3. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di Bursa efek
diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan dan
kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak
tidak lebih dari 3 bulan.
4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap perusahaan
dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali
5. Saham tidak boleh diperjualbelikan dengan harga lebih tinggi dari HST
6. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST.
7. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam
bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah
8. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode
perdagangan setelah menentukan HST
9. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan, dan
dengan harga HST.

D. Struktur Pasar Modal Syari’ah


1. Pengelola Pasar Modal
a. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bepepam–LK)
Pada tanggal 10 Agustus 1977 pemerintah mulai melakukan usaha
pengaktifan pasar modal Indonesia dengan membentuk Badan Pelaksana Pasar
Modal (Bapepam) yang kemudian sejak tahun 1991 berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal.19 Sejak tahun 2005 Bapepam disempurnakan menjadi
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (disingkat Bapepam –
LK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor KMK

19
Yenni Samri Julianti Nasution, “Peranan Pasar Modal Dalam Perekonomian Negara”, (Human Falah,
Volume 2. No 1 Januari – Juni 2015, Sumatera Utara), h.110

8
606/KMK.01./2005 tanggal 30 Desember 2005. Bapepam – LK berada di bawah
Departemen Keuangan Republik Indonesia yang bertugas membina, mengatur,
dan mengawasi sehari – hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan.
Tujuan Bapepam – LK adalah mewujudkan terciptanya kegiatan pasar
modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat. Teratur: menjamin bahwa seluruh pelaku pasar modal wajib
mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan bidangnya masing – masing dan
melaksanakannya secara konsisten. Wajar: seluruh pelaku pasar modal
melakukan kegiatannya dengan memerhatikan standar dan etika yang berlaku di
dunia bisnis serta mengutamakan kepentingan masyarakat banyak. Efisien:
kegiatan pasar modal dilakukan secara cepat dan tepat dengan biaya yang relatif
murah.
Menurut Bapepam, ada dua strategi utama yang dicanangkan Bapepam
untuk mencapai pengembangan pasar modal syari’ah dan produk pasar modal
syari’ah. Pertama, pengembangkan kerangka hukum untuk memfasilitasi
pengembangan pasar modal berbasis syari’ah. Kedua, mendorong perkembanagn
pasar modal berbasis syari’ah. Selanjutnya, dua strategi utama tersebut dijabarkan
Bapepam menjadi tujuh implementasi strategi, yaitu 1) mengatur penerapan
prinsip syari’ah; 2) menyusun strandar akuntansi; 3) mengembangkan profesi
pelaku pasar; 4) sosialisasi prinsip syari’ah; 5) mengembangkan produk; 6)
menciptakan produk; 7) meningkatkan kerja sama dengan DSN-MUI.
b. Bursa Efek
Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi
yang mempertemukan pembeli dan penjual efek yang dilakukan baik langsung
maupun dengan menempatkan wakil-wakilnya.20 Kewajiban dan tanggung jawab
bursa efek antara lain :
1) Bursa efek wajib menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan
anggota bursa efek.
2) Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba bursa efek wajib disusun
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada Bapepam.

20
Halim J (PT. Bank Mandiri) dan Marcories (Binus Business School), “Analisis Pengaruh Pergerakan
Bursa Internasional Terhadap Pergerakan Bursa Indonesia”, (Journal of Applied Finance and Accounting 3 (2)
Jakarta 2009), h. 186

9
3) Bursa efek wajib menetapkan peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan,
perdagangan, kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian transaksi bursa,
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan bursa efek.
c. Lembaga Kliring dan Penjaminan
Lembaga kliring dan penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan
jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Yang dapat menjadi
pemegang saham lembaga kliring dan penjaminan adalah bursa efek, perusahaan
efek, biro administrasi efek, bank kustodian, atau pihak lain atas persetujuan
Bapepam. Lembaga yang menjalankan fungsi lembaga kliring dan penjaminan di
Indonesia oleh PT. KPEI (Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia).
d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian di pasar modal Indonesia
dilaksanakan oleh PT. KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Fungsi LPP
adalah menyediakan layanan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi
yang teratur, wajar, dan efisien.
e. Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara di Luar Bursa Efek
Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara di Luar Bursa Efek
adalah pihak yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam untuk
menyelenggarakan perdagangan surat utang Negara diluar bursa efek.
Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara di luar Bursa Efek antara lain
Himpunan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun) yang merupakan Self
Regulatory Organization (SRO) yang mendapat izin usaha dari Bapepam dengan
surat keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/2003 tanggal 25 Desember
2003.

2. Para Pelaku Pasar Modal


a. Emiten
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau
melakukan emisi di bursa disebut emiten.21 Emiten melakukan emisi dapat
memilih dua macam instrument pasar modal apakah bersifat kepemilikan atau
utang. Jika bersifat kepemilikan, maka diterbitkanlah saham dan jika yang dipilih

21
Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum

10
adalah instrument utang, maka yang dipilih adalah obligasi. Tujuan melakukan
emisi adalah:
1) Untuk perluasan usaha
2) Untuk memperbaiki struktur modal
3) Untuk mengadakan pengalihan pemegang saham
4) Keterbukaan mendorong meningkatnya profesionalisme
5) Menurukan kesenjangan social, karena peluang masyarakat menjadi investor
besar, dan
6) Sarana promosi
b. Investor
Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan
yang melakukan emisi disebut investor. Tujuannya adalah:
1) Memperoleh dividen, yaitu keutungan yang akan diperoleh investor yang
dibayar oleh emiten
2) Kepemilikan perusahaan, semakin banyak saham yang dimiliki, maka
semakin besar pengusahaan perusahaan.
3) Berdagang, yaitu investor akan menjual kembali pada saat harga tinggi.
Jadi pengharapannya adalah pada saham yang benar-benar dapat menaikkan
keuntungannya dari jual beli sahamnya.
c. Perusahaan Pengelola Dana (Investment Company)
Perusahaan pengelola dana merupakan perusahaan yang beroperasi di
pasar modal dengan mengelola modal yang berasal dari investor. Perusahaan ini
mempunyai dua unit, yaitu pengelola dana (fund management) dan penyimpanan
dana (kustodian).
d. Reksadana
Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi.22

3. Lembaga Penunjang Pasar Modal


a. Lembaga Penunjang Pasar Perdana
Lembaga penunjang untuk emisi saham :

22
Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah
Saham, (Jakarta: Danareksa, 2014), h.9

11
1) Penjamin emisi efek (underwriter), yaitu pihak yang membuat kontrak dengan
emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan
atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
2) Akuntan publik yang disahkan BPKP, bertugas memeriksa laporan keuangan
perusahaan dan memberikan pendapatnya, memeriksa pembukuan, apakah
sesuai dengan standar akuntansi Indonesia dan ketentuan Bapepam.
3) Konsultan hukum, bertugas meneliti aspek-aspek hukum emiten dan
memberikan pendapat segi hukum (legal opinion) tentang keadaan dan
keabsahan usaha emiten.
4) Notaris
5) Agen penjual yang umumnya adalah perusahaan efek
6) Perusahaan penilai yang diperlukan apabila perusahaan emiten akan menilai
kembali aktivanya.
Lembaga penunjang untuk emisi obligasi :
1) Wali amanat (trustee) merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang
efek yang bersifat utang.
2) Penanggung (guarantor), yang bertanggung jawab atas dipenuhinya
pembayaran pinjaman pokok obligasi serta imbalannya (bunga bagi
konvensional) dari emiten kepada para pemegang obligasi tepat pada waktunya,
apabila emiten tidak memenuhi kewajibannya.
3) Agen pembayaran (paying agent), yang bertugas membayar imbalannya
obligasi yang biasanya dilakukan setiap 2 kali setahun dan pelunasan pada saat
obligasi telah jatuh tempo.
b. Lembaga Penunjang Pasar Sekunder
Lembaga penunjang pasar sekunder terdiri atas :
1) Perusahaan efek (securities company), yang dapat menjalankan satu atau
beberapa kegiatan, baik sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek,
manajer investasi, maupun penasihat investasi.
2) Pedagang efek (dealer), berfungsi untuk menciptakan pasar bagi efek tertentu
dan menjaga keseimbangan harga serta memelihara likuiditas efek dengan cara
membeli dan menjual efek tertentu di pasar sekunder, disamping melakukan
jual beli efek untuk diri sendiri.
3) Perantara pedagang efek yang lebih dikenal broker atau pialang yang bertugas
menjadi perantara dalam jual beli efek antara emiten dengan investor dalam hal
12
menerima pesanan jual dan pesanan beli investor untuk di tawarkan di bursa
efek.
4) Biro administrasi efek, yaitu pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten
secara teratur menyediakan jasa-jasa dalam rangka memperlancar
administrasinya.

13
Struktur Reksa Dana Syariah

Pengelola PM Para Pelaku Pasar Lembaga Penunjang Pasar Modal

Modal
Bapepam LK Emiten 1. Lembaga Penunjang Pasar
Perdana:
Bursa Efek A. Lembaga penunjang emisi saham:
Investor
1) Penjamin emisi efek
Lembaga Kliring dan Penjaminan Perusahaan Pengelola Dana: 2) Akuntan publik
1. fund management 3) Konsultan hukum
Lembaga Penyimpanan dan 4) Notaris
2. Kustodian
5) Agen penjual
Penyelesaian
6) Perusahaan penilai
Penyelenggara Perdagangan Surat Reksadana B. Lembaga penunjang emisi obligasi:
Utang Negara di Luar Bursa Efek 1) Wali amanat
Penjaminan 2) Penanggung
3) Agen pembayaran

2. Lembaga Penunjang Pasar


Sekunder:
a) Perusahaan efek
b) Pedagang efek
c) Perantara pedagang efek
d) Biro administrasi efek

Diagram 1.
Struktur Reksa Dana Syariah
Sumber: Basrowi dan Ma’rifah, 2018
E. Instrumen Pasar Modal Syari’ah
Sampai saat ini, efek–efek syariah menurut Fatwa DSN MUI No.40/DSN-
MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang
Pasar Modal mencakup: 1) Saham Syariah, 2) Obligasi Syariah, 3) Reksadana Syariah, 4)
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan 5) surat berharga
lainnya yang sesuai dengan prinsip – prinsip syariah. Belakangan, instrument keuangan
syariah bertambah dalam fatwa DSN-MUI No.65/DSN-MUI/III/2008 Tentang Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah dan fatwa DSN-MUI No.66/DSN-MUI/III/2008
Tentang Waran Syariah pada tanggal 06 Maret 2008.

14
JENIS-JENIS
EFEK SYARIAH

SAHAM SYARIAH OBLIGASI SYARIAH REKSADAN SYARIAH

Surat berharga Efek Beragun Aset


komersial syariah (EBA) Syariah
lainnya

Ditinjau dari segi akadnya: Ditinjau dari institusi yang


menerbitkan obligasi syariah:

Sukuk ijarah Suku Sukuk Suku Sukuk Berharga


Mudharabah Musyarkah Korporasi Syariah negara

Sukuk Sukuk
murabahah istishna

Diagram 2. Jenis-jenis efek syariah


Sumber: Basrowi dan Ma’rifah, 2018

1. Saham Syariah
Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.23
Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal
dalam suatu perusahaan terbatas. Dengan dmikian si pemilik saham merupakan
pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula
kekuasaannya di perusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal
dengan nama dividen. Pembagian dividen ditetapkan pada penutupan laporan

23
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 40/DSN-MUI/X/2003, tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal

15
keuangan berdasarkan RUPS ditentukan berapa dividen yang dibagi dan laba yang
ditahan.
Di pasar skunder atau dalam aktifitas perdagangan saham sehari-hari, harga-
harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan.
Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas
saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak factor, baik
yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana
perusahaan tersebut bergerak) maupun factor yang sifatnya makro seperti tingkat suku
bunga (interest rate) inflasi, nilai tukar dan faktor–faktor non-ekonomi seperti kondisi
social dan politik, dan faktor lainnya.
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dari memegang saham ini
antara lain:
a. Diivident yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan
dari laba yang dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai
maupun dakam bentuk saham.
b. Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang
diberikan emiten.
c. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli
saham di pasar modal.
Sedangkan saham syariah adalah serifikat yang menunjukan bukti kepemilikan
suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2. Obligasi Syariah (Sukuk)


Obligasi atau bonds secara konvensional adalah merupakan bukti utang dari
emiten yang dijamin oleh oenanggung yan mengandung janji pembayaran numga atau
janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh
tempo. Di sini obligasi merupakan instrument utang bagi perusahaan yang hendak
memperoleh modal.
Sedangkan obligasi syariah sesuai dengan Fatwa DSN No.32/DSN-
MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan emiten kepada keluarga pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah

16
berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo.
Dalil-dalil yang memperbolehkan sukuk adalah sebagai berikut:

‫َكتُة‬ٛ‫س ًّٗ فَٱكتُثُُِٕ َٔن‬ َ ‫ٍ ِإنَٗ أَ َجم ُّي‬َٚ‫ُتُى ِتذ‬َٚ ‫ٍَ َءا َيُُٕاْ إِرَا تَذَا‬ِٚ‫ُّ َٓا ٱنَّز‬َٚ‫أ‬َٚ
‫َكتُة‬ٛ‫عهَّ ًَُّ ٱ ََّّللُ فَه‬
َ ‫ة َك ًَا‬ َ ُ ‫َكت‬ٚ ٌَ‫ب َكا ِتة أ‬ ُ ِ‫َُ ُكى َكات‬َّٛ‫ت‬
َ ‫َأ‬ٚ ‫ة ِتٱن َعذ ِل َٔ ََل‬
ٌِ‫ٔا فَإ‬َٙ‫َثخَس ِيُُّ ش‬ٚ ‫ك ٱ ََّّللَ َستَّّۥُ َٔ ََل‬ َ ِ٘‫ًُ ِه ِم ٱنَّز‬ٛ‫َٔن‬
ِ َّ ‫َت‬ٛ‫ ِّ ٱن َح ُّك َٔن‬َٛ‫عه‬
َٕ ُْ ‫ُ ًِ َّم‬ٚ ٌَ‫ ُع أ‬ٛ‫َستَ ِط‬ٚ ‫فًا أَٔ ََل‬ٛ‫ض ِع‬َ َٔ‫ ًٓا أ‬ٛ‫س ِف‬ َ ِ٘‫َكاٌَ ٱنَّز‬
َ ‫ ِّ ٱن َح ُّك‬َٛ‫عه‬
‫َ ُكََٕا‬ٚ ‫ ٍِ ِيٍ ِ ّس َجا ِن ُكى فَإٌِ نَّى‬َٚ‫ذ‬ِٛٓ ‫ش‬
َ ْ‫ُّّۥُ ِتٱن َعذ ِل َٔٱستَش ِٓذُٔا‬ٛ‫ًُ ِهم َٔ ِن‬ٛ‫فَه‬
ِ َ‫ش َٓذَا ِء أ ٌَ ت‬
‫ض َّم ِإحذَى ُٓ ًَا‬ ُّ ‫ضٌَٕ ِيٍَ ٱن‬ َ ‫اٌ ِي ًٍَّ تَش‬ِ َ‫ ٍِ فَ َش ُجم َٔٱي َشأَت‬َٛ‫َس ُجه‬
ْ‫عٕاْ َٔ ََل تَسٔ َٔ ُيٕا‬ ُ ُ‫ش َٓذَا ُء ِإرَا َيا د‬ َ ‫أ‬َٚ ‫فَتُزَ ِ ّك َش ِإحذَى ُٓ ًَا ٱل ُخ َشٖ َٔ ََل‬
ُّ ‫ب ٱن‬
‫ظ ِعُذَ ٱ ََّّللِ َٔأَل َٕ ُو‬ُ ‫س‬َ ‫شا إِنَٗ أَ َج ِه ِّۦ رَ ِن ُكى أَل‬ٛ
ً ِ‫شا أَٔ َكث‬ًٛ ‫ص ِغ‬ َ ُُِٕ‫أٌَ تَكتُث‬
‫َُ ُكى‬َٛ‫شََٔ َٓا ت‬ِٚ ِ ‫ش َٓذَ ِج َٔأَدََٗ أَ ََّل تَشتَاتُٕاْ ِإ ََّل أٌَ تَ ُكٌَٕ ِت َج َشج ً َح‬
ُ ‫اض َشج تُذ‬ َّ ‫ِنه‬
‫ضا َّس َكاتِة‬ َ ُٚ ‫َعتُى َٔ ََل‬ٚ‫ ُكى ُجَُاح أ َ ََّل تَكتُثَُْٕا َٔأَش ِٓذُٔاْ ِإرَا تَثَا‬َٛ‫عه‬ َ ‫س‬ َ َٛ‫فَه‬
‫ُعَ ِهّ ًُ ُك ُى ٱ ََّّللُ َٔٱ ََّّللُ تِ ُك ِّم‬َٚٔ َ‫ٕق تِ ُكى َٔٱتَّمُٕاْ ٱ ََّّلل‬
ُ ‫س‬ُ ُ‫ذ َٔإٌِ تَفعَهُٕاْ فَإََِّّۥُ ف‬ِٛٓ ‫ش‬
َ ‫َٔ ََل‬
٢٨٢ ‫ى‬ٛ‫ع ِه‬
َ ‫ء‬َٙ‫ش‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi
itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu
menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang

17
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika
mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu (QS: Al-Baqarah: 282)

Maksud dari ayat tersebut (QS: Al-Baqarah: 282) telah dibahas oleh pakar
Fiqh Academy Jeddah, dan telah melahirkan keputusan No. 5 Tahun 1988 dengan
menetapkan (a) Sejumlah kumpulan asset dapat diwakili dalam suatu akte
resmi/bonds (b) Akta resmi yang dimaksud dapat dijual pada harga pasar yang
tersedia dan komposisi dari kumpulan asset dengan pengamanan terdiri dari bentuk
asset fisik dan asset financial penjualan.24
Ditinjau dari segi akadnya, obligasi syariah terbagi pada obligasi syariah
ijarah, mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna. Berbagai jenis
struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah mendapatkan endorsement
dari The Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) dan diadopsi dalam UU No.19 tahun 2008 tentang SBSN, antara lain:
a. Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah
dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas surat asset kepada pihak lain berdasarkan harga
dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan asset
itu sendiri. Sukuk ijarah dibedakan menjadi Ijarah al Muntahiyah Bittamlik (sale
and lease back) dan Ijarah Headlease and Sublease.
Sukuk ijarah ini sejalan dengan QS. Al-Qosash : 26 yaitu:

ُ ‫٘ ٱل َ ِي‬
ٍٛ ُّ ِٕ َ‫ت ٱنم‬ َ ‫ َش َي ٍِ ٱس‬َٛ‫تٔٔ ِجشُِ إِ ٌَّ خ‬
َ ‫تٔٔ َجش‬ ِ ‫أ َ َت‬َٚ ‫لَانَت ِإحذَى ُٓ ًَا‬
َ ‫ت ٱس‬
٢٢
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya"

24
Muhammad Iqbal Fasa, Sukuk: Teori dan Implementasi (Yogyakarta: Jurnal Volume 1, nomor 1, Juni
2016, UIN Sunan Kalijaga), h.82

18
b. Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain
yang menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja sama
tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya.
Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi
penyedia modal.
Seperti yang dijelaskan pada QS Al-Baqarah : 275 yang yang telah ditulis pada
subbab “Dasr Hukum” yang artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.”

Maksud ayat tersebut adalah pelarangan riba dalam bentuk obligasi yang sudah
marak saat ini. Dengan berkembangnya sukuk, maka praktek bagi hasil yang
diperbolehkan.25
c. Sukuk musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada,
atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul akan
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak
d. Sukuk istishna’ yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad istishna’ dimana para pihak menyepakati jualbeli dalam rangka pembiayaan
suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi
barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
Sedangkan ditinjau dari institusi yang menerbitkan obligasi syariah, maka
obligasi syariah terbagi dua, yaitu obligasi korporasi (perusahaan) dan obligasi
Negara (SBSN).

25
Muhammad Iqbal Fasa. Op. Cit. h.83

19
a. Sukuk korporasi
Sukuk korporasi merupakan jenis obligasi syariah yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan yang memenuhi prinsip syariah. Dalam penerbitkan sukuk korporasi
terdapat beberapa pihak yang terlibat, yaitu:
1) Obligor, adalah emiten yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan
nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo.
2) Wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.
3) Investor, yaitu pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan
nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
b. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Surat berharga syariah Negara di singkat SBSN, atau dapat disebut sukuk
Negara, adalah surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun paluta asing.
Sukuk Negara diterbitkan dengan tujuan :
1) Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara.
2) Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah.
3) Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah.
4) Diversifikasi basis investor.
5) Mengembangkan alternative instrument investasi.
6) Mengoptimalkan pemanfaatann Barang Milik Negara, dan
7) Memanfaatkan dana – dana masyarakat yang belum terjalin oleh sistem keuangan
konvensional.

Saat ini negara Indonesia sebagai satu satu negara yang mengeluarkan sebuah produk
finansial bernama Green Sukuk Indonesia. Sukuk atau surat utang negara tersebut adalah
obligasi syariah pertama di dunia.26 Penerbitan Green Sukuk adalah upaya inovatif untuk
mendorong pembangunan hijau berkelanjutan dan dapat melibatkan berbagai pihak misalnya
swasta dan pemerintah. Inovasi ini bertujuan untuk mengangkat pendanaan swasta untuk
pembangunan hijau dan berkelanjutan, sekaligus menempatkan perekonomian Indonesia di
jalur menuju pembangunan rendah karbon dan tahan perubahan iklim.

26
Yoga Sukmana. "Wapres Jusuf Kalla "Pamer" Green Sukuk di KTT G20", Kompas.com
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/12/03/081400326/wapres-jusuf-kalla-pamer-green-sukuk-di-ktt-g20.

20
3. Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta
(shahib al-mal) dengan menejer investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi
sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara menejer investasi sebagai wakil shahib
al-mal dengan pengguna investasi.27 Ada bebarapa keuntungan dan resiko dalam
investasi di reksadana diantaranya sebagai berikut.
Keuntungan berinvestasi di reksadana adalah :
a) Tingkat likuiditas yang baik
b) Manajer profesional
c) Diversifikasi
d) Biaya rendah
Sedangkan resiko investasi reksadana adalah :
a) Resiko perubahan kondisi ekonomi dan politik
b) Resiko berkurangnya nilai unit penyertaan
c) Resiko wanprestasi oleh pihak-pihak terkait
d) Resiko likuiditas
e) Resiko kehilangan kesempatan transaksi investasi pada saat pengajuan klaim
asuransi.
4. Efek Beragun Aset Syariah
Adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif EBA syariah yang
portofolionya terdiri dari asset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan yang timbul dikemudian hari, jual beli pemilikan asset
fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah,
sarana peningkatan investasi arus kas serta asset keuangan setara, yang sesuai
dengan prinsip – prinsip syariah.28

5. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue)


Mekanisme rights bersifat opsional di mana rights merupakan hak untuk
membeli saham pada harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Rights ini

27
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 40/DSN-MUI/X/2003, tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
28
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 40/DSN-MUI/X/2003, tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal

21
diberikan kepada pemegang saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan
saham baru yamg dikeluarkan perusahaan pada saat second offering. Berbeda dengan
warran masa perdagangan rights sangat singkat, berkisar antara 1 – 2 minggu saja.29
6. Warran Syariah
Fatwa DSN-MUI No.66/DSN-MUI/III/2008 tentang Warran Syariah pada
tanggal 06 Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal tidak
hanya berhenti pada instrument efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada
produk derivatifnya. Produk turunan saham (derivatif) yang dinilai sesuai dengan
kriteria DSN adalah warran. Berdasarkan fatwa pengalihan saham dengan imbalan
(warran), seorang pemegang saham diperbolehkan untuk mengalihkan kepemilikan
sahamnya kepada orang lain dengan mendapatkan imbalan.

F. Kriteria Emiten atau Perusahaan Publik


Berbagai kriteria emiten adalah:30
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan Emiten atau perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah tidak boleh
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 angka 1 di atas, antara lain:
a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional;
c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram;
d. Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak
moral dan bersifat mudharat.
e. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat (nisbah)
hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya;
3. Emiten atau perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan efek syariah wajib untuk
menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas efek
syariah yang dikeluarkan.

29
Fatwa DSN-MUI No.65/DSN-MUI/III/2008 Tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Syariah
30
Fatwa DSN MUI No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal

22
4. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin bahwa
kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki syariah compliance
officer.
5. Dalam hal emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah sewaktu-waktu
tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka efek yang diterbitkan dengan
sendirinya sudah bukan sebagai efek syariah.

G. Transaksi Efek Yang Dilarang


Berbagai jenis transaksi efek yang dilarang meliputi:31
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung unsur
dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman.
2. Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan
kezhaliman sebagaimana dimaksud ayat 1 di atas meliputi:
a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu.
b. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek Syariah) yang belum
dimiliki (short selling);
c. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam bentuk memperoleh keuntungan
atas transaksi yang dilarang;
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan;
e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas
pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah tersebut;
dan
f. Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu
efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain;
g. Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.

Harga pasar dari efek syariah harus mencerminkan nilai valuasi kondisi yang
sesungguhnya dari aset yang menjadi dasar penerbitan efek tersebut dan/atau sesuai dengan
mekanisme pasar yang teratur, wajar dan efisien serta tidak direkayasa.

31
ibid

23
G. Resiko Pasar Modal Syari’ah
Resiko investasi di pasar modal pada prinsipnya semata – mata berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Resiko yang mungkin dapat
dihadapi oleh investor antara lain :
1. Resiko daya beli (purchasing power risk)
Resiko daya beli berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang
menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil. Investor mencari atau memilih
jnis investasi yang memberikan keuntungan yang jumlahnya sekurang – kurangnya
sama dengan investasi dilakukan sebelumnya. Disamping itu, investor mengharapkan
memperoleh pendapatan atau capital gain dalam waktu yang tidak lama.
2. Resiko bisnis (business risk)
Resiko bisnis adalah suatu resiko menurunnya kemampuan memperoleh laba
yang pada gilarannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan (emiten)
membayar imbalan (bunga dalam konvensional) atau dividen.
3. Resiko tingkat bunga (interest rate risk)
Biasanya, kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga–harga
instrument pasar modal. Resiko naiknya tingkat bunga misalnya jelas akan
menurunkan harga–harga di pasar modal. Oleh karena itu, investor di pasar modal
syariah harus memposisikan dirinya sebagai rekan bagi perusahaan yang siap berbagi
laba dan rugi.
4. Resiko pasar (market risk)
Apabila pasar bergairah (bullish) umunya hampir semua harga saham di bursa
efek mengalami kenaika. Sebaliknya apabila pasar lesu (bearish) saham-saham akan
ikut pula mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat menyebabkan
harga-harga surat berharga anjlok terlepas dari adanya perubahan fundamental atas
kemampuan perolehan laba perusahaan.
5. Resiko likuiditas (liquidity risk)
Resiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat
segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah tentang pasar modal, maka secara umum pasar
modal adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
dalam memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang
membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha menjual efek-efek di pasar modal.
Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang
menurut mereka menguntungkan.
Struktur pasar modal di Indonesia terdiri dari, yaitu:
1. Pengelola pasar modal (Bapepam, bursa efek, dll)
2. Para pelaku pasar modal (Emiten, investor, perusahaan pengelola dana)
3. Lembaga penunjang pasar modal
Sedangkan instrumen pasar modal syariah yaitu :
1. Saham syariah
2. Obligasi syariah (sukuk)
3. Reksadana syariah
4. Efek beragun asset syariah
5. Surat Berharga Syariah Lainnya
6. Rights Issue
6. Warran syariah

25
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin, “Pasar Modal Syariah: Analisis Penawaran Efek Syariah di Bursa Efek
Indonesia,” (Jurnal Kajian Ekonomi Islam – Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember
2016, Solok, 2016)

Dewi Actutti Mocthar, “Penyalahgunaan Posisi Dominan Dalam Kepemilikan Saham


Silang”, (Jurnal Cakrawala Hukum, Vol.18, No.2 Desember 2013)

Soemitra Andri. 2012. “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”. Jakarta: Kencana, 2010.
Alim Mustofa dan Hendri Cahyono, “Analisis Kontribusi Pasar Modal sebagai
Sarana Pendanaan Usaha bagi Perusahaan serta Multiplier Effect yang
ditimbulkannya dalam Perekonomian”, Surabaya: Kampus Unesa

Dessy Agustina Harahap dan Windy Sri Wahyuni, “Peranan Urgensi Pengaturan Hukum
Efek Syariah dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia”, (Jurnal Pendidikan
Ilmu-ilmu Sosial : Medan, 2016)

Yenni Samri Julianti Nasution, “Peranan Pasar Modal Dalam Perekonomian Negara”,
(Human Falah, Volume 2. No 1 Januari – Juni 2015, Sumatera Utara)

Halim J (PT. Bank Mandiri) dan Marcories (Binus Business School), “Analisis Pengaruh
Pergerakan Bursa Internasional Terhadap Pergerakan Bursa Indonesia”, (Journal of
Applied Finance and Accounting 3 (2) Jakarta 2009)

Burhanuddin. 2010. Aspek Hukum Lembaga keuangan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Huda, Nurul dan Nasution, Mustofa. 2008. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta:
Kencana.

Kasmir. 2009. Bank dan lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawunaili Pres.

Nasaruddin, M.Irsan dan Indra Surya. 2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta:
Prenada Media.

Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. 2009. Islamic Economics Ekonomi Syariah Bukan Opsi,
Tetapi Solusi, Jakarta: Bumi Aksara.

Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Gramedia.

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana.

Widoatmodjo, Sawidji & Blikolong, J.B. 2000. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal:
Pengetahuan Dasar. Jakarta: Jurnalindo Aksara Grafika.

26

Anda mungkin juga menyukai