Anda di halaman 1dari 11

TAUFIK HIDAYAT

A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
INTRUMEN PASAR MODAL SYARIAH: SAHAM SYARIAH

A. Pengertian Pasar Modal Syariah


Istilah pasar biasanya digunakan istilah bursa, exchange, dan market. Sementara untuk
modal sering digunakan istilah efek, sekuritas, dan stock.
Pasar modal merupakan salah satu cara atau kaidah untuk melakukan kegiatan investasi.
Pasar modal sama seperti pasar biasa pada umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan
pembeli dengan objek yang diperjual belikan adalah hak kepemilikan perusahaan dan surat
pernyataan utang perusahaan.
Pasar modal juga dikenal dengan nama bursa efek. Bursa efek menurut UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyedikan sistem
dan/atau sarana untuk menemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek di antara mereka. Dengan demikian objek transaksi di pasar modal
berupa efek, yaitu surat berharga berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit peenyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pasar Modal adalah transaksi
modal diantara pihak penyedia dana (investor) dengan pihak yang memerlukan modal
(pengusaha) dengan menggunakan instrumen saham (adalah satuan nilai atau pembukuan
dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah
perusahaan), obligasi (suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan
suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk
membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo
pembayaran), reksadana, dan instrumen turunannya.

B. Pertimbangan Dalil Hukum Islam pada Pasar Modal Syariah


1. Al-Qur’an
a. QS. Al-Baqarah [2]:275
“... dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ...”
b. QS. An-Nisaa’ [4]:29
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
“Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka di antara kamu ...”
c. QS. Al-Maa’idah [5]:1
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu ...”
2. Hadits
a. “Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari
dua pihak yang berserikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati yang lainnya.
Maka, apabila salah satu pihak mengkhianati yang lain, Aku pun meninggalkan
keduanya.” (HR. Abu Dawud, al-Daruquthni, al-Hakim, dan al-Baihaqi)
b. “Nabi SAW melarang pembelian ganda pada satu transaksi pembelian.” (HR. Abu
Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i)
3. Kaidah Fiqh
“Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang
mengharamkannya”.
4. Pendapat Ulama
a. Pendapat Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni Juz 5/173 (Beirut: Dal al-Fikr, tanpa
tahun): “Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra serikatnya,
hukumnya boleh karena ia membeli pihak lain”.
b. Pendapat Dr. Wahab al-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu Juz
3/1841:”Bermuamalah dengan (melakukan kegiatan transaksi di atas) saham
hukumnya boleh, karena pemilik saham adalah mitra dalam perseroan sesuai dengan
saham yang dimilikinya”.
c. Keputusan muktamar ke-7 Majma’ Fiqh Islami tahun 1992 di Jeddah: “Boleh menjual
atau menjaminkan saham dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku pada
perseroan”.

C. Institusi Pendukung Pasar Modal


Ada beberapa institusi yang diperlukan institusi pasar modal yang akan melakukan
transaksi perdagangan sampai penyelesaian transaksi. Di antara institusi-institusi tersebut yaitu:
1. Bapepam
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
Dalam melakukan aktivitas pasar modal diperlukan suatu institusi yang berwenang
mengawasi semua aktivitas, karena keberadaan dan aktivitas pasar modal melibatkan
banyak pihak. Maka untuk mewujudkan tempat investasi yang lebih baik, diperlukan
instansi yang berfungsi sebagai pengatur (regulator).
2. Bursa Efek
Bursa efek merupakan tempat dilakukannya aktivitas perdagangan sekuritas
(modal), dan penyediaan sistem untuk mempertemukan penjual dan pembeli.
3. Lembaga Kriling dan Penjamin (LKP) serta Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (LPP)
Lembaga kriling dan penyimpanan dibentuk untuk melakukan kliring, yang
merupakan proses yang digunakan untuk menetapkan dan memberi hak dan kewajiban
kepada anggota bursa atas transaksi yang dilakukan.

4. Kustodian
Kustodian adalah pihak yang memberi jasa terhadap penitipan sekuritas atau harta
lain yang berkaitan dengan sekuritas. Lembaga kustodian ini terdiri dari LPP,
perusahaan sekuritas atau perusahaan efek dan bank umum yang disetujui pemerintah.
5. Biro Administrasi Efek
Biro administrasi efek merupakan lembaga pendukung pasar modal di Indonesia,
yang mempunyai peranan dalam pengelolaan sekuritas. Dalam hal ini Biro
Administrasi Efek memberi jasa terhadap perusahaan penerbit (emiten) dalam bentuk
pencatatan dan pengalihan kepemilikan sekuritas bagi perusahaan penertbit.
6. Wali Amanat
Wali amanat merupakan pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh
pemegang obligasi. Jadi, peranan wali amanat diperlukan pada saat penerbitan
obligasi. Dan bertindak sebagai wali amanat bagi investor.
7. Underwriter
Underwriter adalah pihak yang bertugas untuk menjual sekuritas. Underwriter
akan mengambil resiko untuk menjual sekuritas dengan mendapatkan fee (imbalan
yang diterima atas usaha yang telah dikerjakan untuk pihak lain) dan komisi dari
perusahaan yang dijamin.
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
8. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah pasar di mana sekuritas pertama kali dikeluarkan dengan kerja
sama perusahaan dan pemerintah. Pada pasar perdana perusahaan akan memperoleh
dana dengan menjual sekuritas.
9. Pasar Sekunder
Pasar sekunder merupakan tempat di mana pembeli dan penjual datang bersama
untuk memperdagangkan sekuritas dengan teratur, melalui harga yang jelas bagi pihak
penjual dan pembeli. Yang dimaksud pasar sekunder adalah penjualan efek/sertifikat
setelah pasar perdananya berakhir. Pasar sekunder merupakan pasar di mana surat
berharga dijual setelah pasar perdana.

D. Prinsip-Prinsip Pasar Modal Syariah


Terdapat beberapa prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan yang
ditawarkan menurut Puntjowinoto, sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Abdul Ghafur Anshari
sebagai berikut:
1. Transaksi dilakukan atas harta yang memberi nilai manfaat dan menghindari setiap
transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang memberi manfaat akan dilakukan dengan
bagi hasil.
2. Uang sebagai alat pertukaran, bukan komoditas perdagangan dimana fungsinya adalah
sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta.
Adapun manfaat atau keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan asas pemakaian
barang atau harga yang dibeli dengan uang tersebut.
3. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsur penipuan di
salah satu pihak baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
4. Resiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan resiko yang
besar atau melebihi kemampuan menanggung resiko.
5. Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung
resiko.
6. Manajemen yang tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi
manusia serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
E. Fungsi Pasar Modal Syariah
Fungsi pasar modal syariah di antaranya:
1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan
memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan liquiditas.
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan
mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham
yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi ini ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin pada harga saham.

F. Karakteristik Pasar Modal Syariah


Pasar modal yang ideal adalah yang memenuhi unsur etik dan fair/transparan, disamping
adanya unsur efisien. Obaidullah yang mengutip pandangan Baruch Lev mengatakan, bahwa
“pengertian etik dan fair adalah terdapatnya persamaan kesempatan (equality of opportunity),
di mana seluruh pihak dalam pasar modal mendapat akses informasi yang sama dan relevan
untuk mengevaluasi aset”.
Gambaran mengenai pasar modal yang efisien, etik, dan faur, menurut Shefrin dan Statman
(1993) yang dikutip oleh Obaidullah, mengandung tujuh karakteristik sebagai berikut:
1. Bebas dari pemaksaan
Menurut kaidah ini investor memiliki hak untuk bertransaksi dan bebas membuat
kontrak juga berarti bahwa investor tidak boleh dilarang dalam bertransaksi. Termasuk
dalam kaidah ini adalah bahwa investor berhak untuk mencapai informasi dan pada
saat yang sama tidak boleh ditekankan untuk membuka rahasia tertentu.
2. Bebas dari salah interpretasi
Bahwa investor mrmiliki hak untuk mendapat informasi yang besar, sehingga tidak
minimbulkan salah interpretasi.
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
3. Hak untuk mendapatkan informasi yang sama
Bahwa seluruh investor memiliki akses yang sama untuk mendapatkan satu set
informasi yang khusus. Apabila satu pihak memiliki satu set informasi maka harus
dikemukakan kepada yang lain.
4. Hak untuk memproses informasi yang sama
Dalam hal ini investor memiliki hak dan kemampuan yang sama untuk memproses
informasi, di mana tidak ada satu pihak yang dirugikan.
5. Bebas dari gejolak hati
Menurut kaidah ini, seluruh investor selayaknya terbebas dari berbuat kesalahan
karena kurang pengendalian diri.
6. Hak untuk bertransaksi pada harga yang efisien
Bahwa investor melakukan transaksi pada tingkat harga yang menurut persepsinya
efisien atau benar.
7. Hak untuk memiliki kekuatan tawar menawar yang sama
Bahwa dalam bertransaksi, para investor memiliki kekuatan tawar-menawar yang
sama untuk negosiasi.

G. Instrumen Pasar Modal Syariah


Instrumen pasar modal pada prinsipnya yaitu semua surat berharga (efek) yang umum
diperjualbelikan melalui pasar modal. Adapun yang menjadi instrumen pasar modal syariah
yaitu:
1. Saham Syariah
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan pada suatu
perusahaan. Pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan. Saham merupakan surat berharga yang mempresentasikan penyertaan
modal ke dalam suatu perusahaan.
Dalam syariah diatur ketentuan bahwa penyertaan modal tersebut harus dilakukan
pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti
bidang perjudian, menjalankan riba, memproduksi barang yang diharamkan seperti bir,
dan lain-lain.
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur untuk
mengukur perkembangan kinerja suatu investasi pada saham yang berbasis syariah.
Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah. Selain kriteria tersebut dalam proses
pemilihan saham yang masuk JII (Jakarta Islamic Index), BEI melakukan tahap-tahap
pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek liquiditas dan kondisi keuangan
emiten, yaitu memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali
termasuk dalam 10 kapitalisasi besar); memilih saham berdasarkan laporan keuangan
tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva
maksimal sebesar 90%; memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan
urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir; memilih 30
saham dengan urutan berdasarkan tingkat liquiditas rata-rata nilai perdagangan reguler
selama satu tahun terakhir.
2. Obligasi Syariah
Obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan yang
menyatakan bahwa investor sebagai pemegang obligasi tersebut telah meminjamkan
sejumlah uang kepada perusahaan. Adapun yang dimaksud dengan obligasi syariah
adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Sebelum melaksanakan investasi pada obligasi, disarankan bagi para investor untuk
memperhatikan peringkat obligasi, yaitu metode penilaian akan kemungkinan gagal
bayar pada suatu obligasi. Saat ini terdapat dua perusahaan pemeringkat efek, yaitu PT
PEFINDO dan PT Kasnic Duff & Phelps Credit Rating Indonesia.
Tidak semmua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah karena untuk
menerbitkan obligasi syariah terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.
Syarat pertama adalah aktivitas utama emiten harus halal atau tidak bertentangan
dengan substansi Fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001. Syarat kedua adalah peringkat
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
investment grade, yaitu perusahaan harus memiliki fundamental usaha yang kuat;
memiliki fundamental keuangan yang kuat; memiliki citra yang baik bagi publik.
Di Indonesia terdapat dua skema obligasi syariah yang telah berjalan, yaitu obligasi
syariah mudharabah dan obligasi syariah ijarah. Obligasi mudharabah merupakan
obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian rupa sehingga
pendapaatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah
mengetahui pendapatan emiten. Sedangkan obligasi ijarah menggunakan akad sewa
sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap dan bisa diketahui sejak awal obligasi
diterbitkan.
Obligasi syariah mudharabah memiliki pedoman khusus dengan disahkannya
Fatwa DSN No. 33/DSN-MUI/XI/2002, sedangkan obligasi syariah ijarah tercantum
dalam Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004. Dan obligasi syariah mudharabah konversi
memiliki payung hukum Fatwa No. 29/DSN-MUI/V/2007.
3. Reksadana Syariah
Reksadana adalah sekumpulan saham, obligasi, serta efek lain yang dibeli oleh
sekelompok investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi yang profesional.
Dengan membeli sebagian unit Penyertaan, investor individual dengan dana yanng
terbatas dapat menikmati manfaat atas kepemilikan berbagai macam efek. Selain itu,
investor juga terbebas dari kesulitan untuk menganalisis efek.
Reksadana syariah merupakan reksadana yang mengalokasikan seluruh dana atau
portofolionya ke dalam instrumen syariah seperti saham yang tergabung dalam JII,
obligasi syariah, dan berbagai instrumen keuangan syariah lainnya. Reksa dana syariah
memiliki payung hukum Fatwa DSN No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang pedoman
pelaksanaan investasi untuk reksa dana syariah.

INSTRUMEN PASAR MODAL SYARIAH


Pasar modal berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 merupakan kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Sehingga Pasar Modal Syariah merupakan pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya
terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
dipandang telah sesuai dengan syariah. Dan suatu efek yang dipandang telah memenuhi prinsip-
prinsip syariah apabila telah memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah dari DSN-
MUI. Instrumen pasar modal syariah dikelompokkan ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
1. Sekuritisasi aset atau proyek aset yang merupakan bukti penyertaan, baik dalam penyertaan
musyarakah(partnership). Penyertaan musyarakah adalah yang mewakili modal tetap (fixed
capital) dengan hak pengelolaan, mengawasi manajemen, dan hak suara dalam mengambil
keputusan. Penyertaan mudharabah adalah mewakili modal kerja dengan hak atas modal dan
keuangan itu tetapi tanpa hak suara, hak pengawasan atau hak pengelolaan.
2. Sekuritisasi hutang atau emisi surat hutang yang timbul atas jual beli atau merupakan sumber
pendanaan bagi perusahaan.
3. Sekuritisasi modal. Merupakan emisi surat berharga perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam
pasar modal syariah yang berbentuk saham.
Sehingga kriteria dan efek syariah yang dapat diperdagangkan menurut fatwa DSN-MUI
No. 40/DSN-MUI/X/2003 adalah sebagai berikut:
1. Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah, Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan
Prinsip-prinsip Syariah.
2. Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria
sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa.
3. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah yang
dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
4. Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah
Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal)
dengan Manajer Investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal,
maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.
5. Efek Beragun Aset Syariah adalah Efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif EBA
Syariah yang portofolio-nya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
lembaga keuangan, Efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan
investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah.
6. Surat berharga komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam jangka
waktu tertentu yang sesuai dengan Prinsip-prinsip syariah.
Instrumen pasar modal syariah dengan prinsip-prinsip syariah adalah sebagai berikut:
1. Muqaradah atau Mudharabah Funds
Dana dalam bentuk saham yang memberikan kesempatan kepada para investor untuk bersama-
sama dalam pembiayaan atau investasi dengan perjanjian bagi hasil dan bagi risiko (profit and loss
sharing). Pihak yang tergabung dalam investasi pada umumnya diikat dengan suatu perjanjian
dalam bentuk syirkah apabila badan usaha itu berbentuk Perseroan Terbatas (PT), sehingga
pemodal (shohibul maal) ikut serta dalam pengelolaan atas perusahaan yang diinvestasikan.
2. Muraqadhah atau mudharabah Bonds
Obligasi yang sesuai dengan prinsip syariah adalah obligasi yang berdasarkan
prinsip mudharabah. Biasanya dikeluarkan oleh perusahaan yang bertujuan membiayai proyek-
proyek tertentu atau proyek dari kegiatan perusahaan yang bersifat jangka panjang. Perusahaan
yang menerbitkan obligasi syariah (mudharabah) bertindak sebagai mudharib (pengelola) yang
tujuannya adalah membiayai proyek tertentu dan pada saat yang sama investor merupakan pihak
yang memiliki dana tersebut (shohibul maal).
Diantara instrumen yang diperkenankan dalam Islam, ada yang diharamkan dari beberapa
instrumen pasar modal yang diharamkan, yaitu:
1. Preffered stock (Saham Istimewa)
Merupakan saham yang memeberikan suatu hak yang lebih besar dibandingkan saham
biasa dalam hal dividen ketika perusahaan yang diinvestasikan atau dimiliki telah dilikuidasi. Ciri-
cirinya; pertama, hak utama atas dividen. Kedua, hak atas aktiva perusahaan. Ketiga, pendapatan
tetap dalam jangka waktu yang lain. Keempat, memiliki jangka waktu yang tidak terbatas dan
kelima, tidak memilki hak suara. Alasan diharamkannya adalah adanya keuntungan yang bersifat
tetap (pre-determined revenue), hal ini termasuk dalam kategori riba. Selain itu, pemilik
saham preference diperlakukan secara istimewa terutama pada saat dilikuidasi, hal ini
bertentangan dengan prinsip keadilan.

2. Forward Contract
TAUFIK HIDAYAT
A31116035
RMK PASAR MODAL SYARIAH
Merupakan salah satu jenis transaksi yang diharamkan karena bertentangan dengan
syariah. Forward contract merupakan jual beli yang di dalamnya terdapat unsur riba, sedangkan
transaksinya dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo.
3. Option
Transaksi yang tidak disertai dengan underlying asset atau real aset, atau dengan kata lain
objek yang ditransaksikan tidak dimilki oleh pihak penjual. Tetapi, jika transaksi option
merupakan representasi dari nilaiintangible asset, maka dianggap sebagai nilai dari real asset dan
dapat dibenarkan menurut syariah. Karakteristik transaksi option adalah;
1. Akad yang terjadi pada hak memilih saja dan objeknya bukan surat berharga.
2. Pada umumnya kesepakatan jual beli tersebut tidak terlaksana, tetapi diselesaikan dengan
perolehan pembeli atas optionnya atau penjual atas perbedaan harga.
3. Transaksinya disertai spekulasi atas naiknya harga pada keadaan ia membeli dan spekulasi atas
turunnya harga pada saat kondisi ia menjual.
4. Berlangsungnya peredaran hak memilih atau transaksi option kembali dengan mencakup
muamalah formalitas.

DAFTAR PUSTAKA
Mardani. 2015. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syari’ah: Analisis Fiqih dan Keuangan. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syariah Modern. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai