Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BURSA EFEK / SAHAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Kontemporer

DOSEN PENGAMPU : MHD. SAHDANI HRP., S.H.I., M.H.

DISUSUN OLEH :

1. DENNY SAPUTRA (120.010)


2. ARI SEPTIO
3. IMAM ZARKASYI
4. NOFRILIANTO

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) – YDI LUBUK SIKAPING

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Studi fiqh kni semakin menghadapi tantangan yang besar dan kompleks.
Pesatnya kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi
bukan hanya memaksa para ilmuwan secara umum tetapi juga para ulama dan
peminat studi fiqh, untuk lebih gigih menimba pengalaman, peka terhadap
perkembangan serta cermat dalam studi-studi literatur.
Di sisi lain, sebagai salah satu dampak positif dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah bertambah dan meluasnya tata cara umat
manusia dalam melakukan usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sebagai salah satu tuntutan dari kehidupan, sebab pada dasarnya di waktu Allah
menciptakan makhluk-Nya yaitu di waktu manusia dilahirkan, Allah telah
memberikan untuknya rezekinya. Rezeki itu berupa saham yang dipertaruhkan di
dalam perusahaan dunia ini dimana terdapat saham makhluk manusia secara
merata. Tidak mungkin seseorang mendapatkan hasil sahamnya itu tanpa ia
berusaha, sebab malas tidak membawa bahagia bagi manusia.
Memenuhi kebutuhan hidup adalah merupakan salah satu ajaran agama
yang harus dipenuhi oleh setiap umat Islam. Salah satu di bidang usaha dalam
rangka menghidupi diri, keluarga dan masyarakat di alam modern sekarang ini
dan belum pernah dilakukan pada masa-masa terdahulu khususnya pada masa
Rasulullah, masa sahabat, masa tabi’in dan pada masa penyusunan kitab-kitab
mazhab adalah bursa efek. Bursa efek adalah merupakan salah satu institusi
terpenting yang beroperasi dalam pasar modal dan mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam bidang perekonomian suatu Negara terutama Negara-negara
yang menjalankan system ekonomi liberal atau kapitalis yang dikenal juga dengan
ekonomi pasar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BURSA EFEK


Bursa efek adalah lembaga atau perusahaan yang menyelenggarakan atau
menyediakan fasilitas sistem-sistem pasar untuk mempertemukan penawaran jual
dan beli efek antara berbagai perusahaan/perorangan yang terlibat dalam tujuan.
Memperdagangkan efek perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di bursa efek.
Menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995, bursa efek adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan system dan sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan
efek diantara mereka.1
Menurut Hasyim dalam Yanggo dan Hafid Ashari mengatakan istilah bursa
efek merupakan kombinasi dari kata bursa dan efek. Bursa adalah gedung yang
ditetapkan sebagai kantor dan tempat perdagangan uang dan efek termasuk semua
pelelangan efek-efek. Efek adalah setiap saham, obligasi, atau bukti lainnya
termasuk sertifikat serta surat pengganti atau bukti sementara dari surat tersebut.
Bukti keuntungan dan surat jaminan opsi atau hak-hak lain untuk memesan atau
membeli saham, obligasi atau bukti penyertaan dalam modal.2

Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual
dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual
(emitem) dalam dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan
modal, sehingga mereka berusaha untuk menjual efek di pasar-pasar modal.
Sehingga pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli efek dari
perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan
nama bursa efek, dan di Indonesia dewasa ini ada dua bursa efek, yaitu bursa efek
Jakarta dan bursa efek Surabaya.3 .

1
Heri Sudarsono, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Ekohisia,
hal. 191
2
Ismail Nawawi, 2009, Ekonomi Kelembagaan Syariah, Surabaya: CV. Putra Media
Nusantara, hal. 152.
3
Ahmad Radami dan Abdul Hamid, 2008, Lembaga Keungan Syariah, Jakarta: Zikral,
hal. 123.

2
3

B. FUNGSI BURSA EFEK


Adapun fungsi-fungsi terpenting yang dilakukan oleh bursa efek adalah
sebagai berikut :
1. Pengadaan pasar berkesinambungan dan sempurna (Continus Perfect Market)
Bursa merupakan representasi dari pasar yang terus menerus, operasional, atas
surat-surat berharga di dalamnya dilakukan pada waktu-waktu kerja yang resmi.
Keistimewaan bursa efek adalah biasanya ia merupakan pasar sempurna dalam
arti ekonomi, maksudnya yaitu adalah terpenuhinya pengetahuan penjual dan
pembeli atas kondisi pasar
2. Kemudahan investasi modal
Investasi dalam bursa efek mempunyai keunggulan dengan mudahnya
investasi tersebut jika dibandingkan dengan bidang-bidang investasi lainnya.
3. Mendorong untuk menabung dan mengumpulkan harta
Bursa efek merealisasikan keistimewaan bagi para penabung yang mendorong
mereka untuk memanfaatkan harta dalam bentuk surat-surat berharga.
4. Keseimbangan harta
Tugas ini dinamakan sebagai arbitrase yaitu istilah untuk suatu proses
penyeimbang harta bagi saham tertentu antara beberapa bursa dalam suatu Negara
tertentu, jika dalam Negara tersebut terdapat lebih dari sattu bursa, seperti efek
bursa Kairo dan Alexandria di Mesir atau juga bursa efek Jakarta dan Surabaya di
Indonesia.
Sedangkan fungsi bursa efek yang dikemukakan oleh Ahmad adalah sebagai
berikut :
1. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan
kepada masyarakat.
2. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme penawaran dan permintaan.
3. Untuk membantu dalam pembelanjaan dunia usaha.
4

C. BURSA EFEK DALAM PERSEPTIF ISLAM


1. Dasar Hukum Bursa Efek menurut Al-Qur’an dan Hadist.
a. Al-Qur’an

Artinya : “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)
jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Qur’an, Al-Baqarah (2): 275-279).
5

Dan dalam firman-Nya :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas
dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh,
Allah Maha Penyayang kepadamu.” (Al-Qur’an, An-Nisa’ (4): 29)

Allah berfirman :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan
bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum
sesuai dengan yang Dia kehendaki..” (Al-Qur’an, Al-Maidah (5): 1)

b. Al Hadist
Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW. bersabda :
“ Ketahuilah, siapa yang memelihara anak yatim sedangakan anak yatim itu memiliki harta
maka hendaklah ia menginvestasikannya (membisniskannya), janganlah ia membiarkan hara
itu idle, sehingga it uterus berkurang lantara zakat.”4

2. Pendapat / Pemikiran Ulama


Khalid ‘Abd Al-Rahman Ahmad dalam bukunya Al Tafhir Al-Iqtisadi Fi Al
Islam, tidak hanya menilai tentang bursa efekm tetapi lebih jauh ia menilai
perusahaan perseroan (persekutuan antar pemegang saham) itu sendiri. Menurut

4
Adrian Sutedi, 2009, Segi-segi hokum pasar modal, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 86.
6

pendapatnya perseroan yang modalnya diwujudkan dalam lembaran-lembaran


saham adalah batal dan tidak dibenarkan oleh syariat, alasannya5:
1. Perseroan itu tidak lagi didirikan atas dasar aktivitas anggota pemegang saham
(mengolah dan memproduksi) untuk mengembangkan kekayaan dan system
perekonomian sebagai yang dikenal Islam.
2. Tidak adanya batas waktu berakhirnya persekutuan pemilik saham, juga
bertentangan dengan syariat Islam.
3. Terjadinya untung atau rugi tidak akan mempengaruhi besar kecilnya saham
dalam perseroan.
4. Dalam perseroanm para komisaris dan anggota direksi (manajer) selaku
pengelola perusahaan selalu memperoleh bagian laba. Ini haram hukumnya
menurut Islam.

Mengenai penerbitan obligasi, pandangan yang senada dikemukakan oleh


majelis fatwa Al Syariah Kuwait. Dalam fatwa dinyatakan bahwa apabila obligasi
itu merupakan instrument investasi (qiradh), maka menerbitkan atau
memperdagangkan di bursa efek hukumnya haram secara qath’i. karena hal
tersebut jelas termasuk riba. Tentang saham apabila pemilikan saham itu
dimasukan sebagai penyertaan dalam persekutuan modal ini tidak mengapa.
Tetapi apabila saham dijadikan intrumen investasi (qiradh) kemudian
diperdagangkan di bursa, ini sudah termasuk haram.6

Berbeda dengan kedua pandangan tersebut pendirian yang dikemukan oleh Ali
‘Abd Al Rasul, dosen dan doctor dalam bidang ekonomi Universitas Al Azhar.
Menurut pendapatnya bahwa kehadiran bursa saham serta obligasi adalah seiring
dengan perkembangan perbankan, sebagai tuntutan yang dharuri dalam konteks
system ekonomi dan politik. Kedua-duanya mubah hukumnya secara syar’i. 7

Untuk mengetahui apakah bursa efek dibenarkan dalam pandangan hokum


Islam ataukah tidak akan dibahas dari tiga segi. Pertama, dari sisi kelembagaan.
Kedua, dari sisi hakikat surat-surat berharga itu sendiri, dan Ketiga adalah dari sisi

5
Ismail Nawawi, 2009, Ekonomi Kelembagaan Syariah, Surabaya: CV. Putra Media
Nusantara, hal. 161.
6
Ibid., hal.162.
7
Ibid.,
7

transaksinya, baik transaksi saham, obligasi, surat pembiayaan, maupun surat


investasi dan termasuk praktek-praktek transaksi dalam bursa efek itu sendiri.

1. Kelembagaan bursa efek.


Dari sisi kelembagaan, bursa efek adalah merupakan sebuah lembaga baru
yang tidak dikenal pada masa Rasulullah dan bahkan pada masa keemasan
pengembangan Fiqh Islam (Masa Imam Mazhab). Bursa efek belum
terumuskan sebelumnya dalam kitab-kitab fiqh klasik. Oleh karena itu maka
dalam rangka menentukan apakah lembaga bursa efek ini sesuai dengan
hokum Islam ataukah tidak maka cara yang dapat ditempuh adalah dengan
mengembalikannya kepada koridor Siyasah Syariyyah (politik islam) yaitu
asas manfaat dan menolak kerusakan.
2. Surat-surat berharga.
Surat-surat berharga adalah dokumen untuk menetapkan adanya hak
kepemilikan dalam suatu proyek atau hutang atas hal itu. Transaksi dalam
surat berharga tersebut bukan atas kertas itu sendiri melainkan atas hak-hak
yang direpresentasikan oleh kertas-kertas tersebut. Surat berharga berdasarkan
hal-hal yang direpresentasikan adakalanya berupa saham dan adakalanya
berupa bonds (surat pengakuan hutang/obligasi). Dari sisi ini juga hamper
sama dengan pembahasan tentang sisi kelembagaan yang tidak ada satu teks
ayat atau hadist pun yang melarang tentang surat berharga.
3. Transaksi surat berharganya.
a. Hukum transaksi Saham
Dari pandangan Islam, dapat dilakukan analisis dari sisi pembagian dan
macam-macam saham sebagai berikut;
1) Saham perusahaan yang beroperasi dalam hal-hal yang halal dan baik,
modalnya bersih dari riba dan penyucian harta kotor serta tidak memberikan
salah satu pemegang sahamnya keistimewaan materi atas pemegang saham
lainnya.
Saham perusahaan yang seperti ini adalah boleh secara syar’I, bahkan
sangat dianjurkan dan disenangi (sunnah), karena adanya manfaat yang diraih
dan kerusakan yang bias dihindari dengan saham tersebut. Perdagangan (jual-
beli) saham perusahaan tersebut, aktivitas mediator, publikasi saham dan
8

pendaftarannya serta ikut memperoleh bagian dari keuntungannya, semua itu


diperbolehkan. Apalagi semua aktivitas dan dana yang ditanamkan di sana
adalah bersumber dari yang halal.
2) Saham perusahaan yang beroperasi dalam hal yang diharamkan dan
menjijikan, atau modalnya merupakan harta yang haram dari mana pun
asalnya, atau perusahaan tersebut memberikan keistimewaan materi bagi
sebagian pemegang saham seperti pengembalian modal lebih dahulu ketika
perusahaan dilikuidasi atau keistimewaan atas hak tertentu dalam keuntungan.
Melakukan aktivitas dalam saham yang jelas-jelas dilarang Allah dan
Rasul, apalagi uang yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut bersumber
dari yang haram adalah merupakan perbuatan haram dan mendapat dosa dari
Allah. Sehingga dengan demikian maka tidak dibolehkan menanam saham
dalam perusahaan seperti itu, begitu juga menjadi pialang dalam sahamnya,
mengedarkan dan mencatatkannya dalam pasar. Semua itu termasuk dalam
kategori yang diharamkan dalam ajaran agama Islam.
3) Saham perusahaan yang operasionalnya bercampur antara yang halal dan yang
haram sebagai contoh jika aktivitas dan modal perusahaan tersebut halal,
hanya saja perusahaan tersebut memakai pinjaman ribawi untuk mendanai
sebagian aktivitasnya, atau operasional perusahaan tersebut berdasarkan akad-
akad yang haram. Perusahaan ini sangat banyak dijumpai dewasa ini, dan
bahkan bias disebutkan bahwa sebagian besar atau pada umumnya
perusahaan-perusahaan termasuk dalam kategori ini.
Dalam masalah ini, para Ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan
jelas keharamanya, sebab berpegang pad kaidah Fiqh yang artinya
“apabila bercampur halal dengan yang haram, maka hal itu hukumnya
condong pada yang haram”. Namun ada juga riwayat dari salafus Shalih
yang menyebutkan bahwa, “harta yang bercampur antara halal dan
haram, jika lebih banyak halalnya maka boleh berinteraksi dalam harta
tersebut selagi sesuatu yang menjadi objek mu’amalah tersebut
hakikatnya tidak haram”.
9

D. HUKUM BURSA EFEK DITINJAU DARI BENTUK TRANSAKSINYA


Bentuk-bentuk transaksi pada bursa efek adalah bermacam-macam. Dalam
pembahasan ini akan dibicarakan bagaimana bentuk-bentuk transaksi pada bursa
efek tersebut dan apa hukumnya. Berikut pembahasannya :
a. Hukum Transaksi Spot (langsung).
Transaksi spot (langsung) atau disebut juga dengan pasar masa sekarang.
Dalam transaksi ini pembeli membayar harga secara sempurna dan menerima
surat berharga dari penjual sesuai dengan prosedur yang ada dalam bursa. Bentuk
transaksi ini dibolehkan dalam ajaran Islam, karena ia merupakan jual beli tunai,
dimana surat berharga dan harganya diserahterimakan secara langsung dan tidak
ada tangguh sama sekali.
b. Hukum Trading On Margin.
Bentuk transaksi ini adalah pembeli membayar sebagian harga secara tunai,
kemudian perantara (pialang) mencari pinjaman kepada pihak bank untuk
melunasi sisa harga, dengan syarat surat berharga objek transaksi tersebut
dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman. Surat berharga
tersebut didaftarkan atas nama perusahaan perantara (pialang) dan bukan atas
nama pembeli, kemudian pihak pialang membayar bunga kepada bank atas
pinjaman tersebut dan membebankannya kepada pembeli dalam bentuk harga
yang lebih tinggi dari harga bunga.
Dalam transaksi ini, pembeli tidak membayar harga secara keseluruhan,
sampai batas ini tidak ada permasalahan secara Syar’I karena syariat Islam
membolehkan jual beli tempo. Hanya saja keharaman tersebut timbul karena
pialang menghutangkan sisa harga akad dengan system bunga yang nyata-nyata
dilarang dalam ajaran agama Islam.
c. Hukum Short Sale
Bentuk dari transaksi ini adalah penjual melakukan penjualan terhadap surat
berharga yang tidak ia miliki pada waktu akad penjualan, namun ia melakukan
pembelian pada waktu jatuh tempo dan menyerahkannya pada pembeli atau
dengan cara berhutang dari pialang. Pada kondisi ini, pialang menyimpan harga
sampai penjual membelinya dan menyerahkannya kepada pialang. Ini dari Short
Sale ini adalah penjualanan surat berharga yang tidak menjadi milik penjual,
10

begitu juga pembelian sesuatu yang tidak menjadi milik penjual. Hal ini
diharamkan sesuai hadist Nabi SAW.
Rasulullah SAW melarang jual beli sesuatu yang tidak dimiliki dan melarang
keuntungan dari sesuatu yang tidak bias dijamin kepastiannya.
d. Hukum Transaksi Option
Transaksi ini tidak terjadi pada surat berharga tapi objeknya adalah hak beli
atau hal jual atas surat berharga, sehingga objek akad adalah hak tersebut.
Transaksi option ini didefinisikan sebagai akad yang memberikan hak bagi
pemegangnya untuk membeli atau menjual surat berharga tertentu pada masa akan
dating dengan harga tertentu yang ditentukan pada waktu akad.
Pada transaksi ini orang yang menjual surat berharga pada umumnya tidak
memiliki barang tersebut pada waktu akad, padahal kepemilikan secara sah atas
barang mutlak diperlukan pada waktu akad. Kemudian dalam hal ini unsure adu
keberuntungan sangat tinggi, sehingga transaksi ini adalah merupakan salah satu
bentuk perjudian dan diharamkan dalam ajaran Islam
e. Hukum Transaksi Indeks Bursa
Indeks-indeks pasar modal merupakaa wasilah yang membantu para pekerja
dalam bursa untuk memperoleh informasi tentang kondisi perekonomian pasar
modal. Indeks mencerminkan sejauh mana perubahan yang terjadi pada harga
surat berharga dalam pasar modal baik naik maupun turun. Indeks bukanlah
komoditi dan juga bukan surat berharga, namun pelaku pasar melakukan taruhan
atasnya sesuai dengan transaksi option, forward atau future. Transaksi ini adalah
merupakan sebuah perjudian yang dilarang dalam Islam.

E. TRANSAKSI YANG DILARANG DALAM BURSA EFEK ISLAM


Dewan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa No. 40
DSN-MUI/X/2003 tentang: pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip
syariah di pasar modal Ban III Pasal 5 tentang transaksi efek mengemukakan
butir-butir transaksi yang dilarang dalam bursa efek Islam yaitu transaksi yang
mengandung unsur gharar, dharar, riba, maysir, riswah, maksiat, yang meliputi8:
a. Najasy, yaitu melakukan penawaran palsu
8
Indah Yuliana, 2010, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN Maliki Pres,
hal.48.
11

b. Ma’I al ma’dum yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang
belum dimiliki (short selling)
c. Insider trading, yaitu memiliki informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang
d. Menimbulkan informasi yang menyesatakan
e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi efek syariah dengan fasilitas
pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah
tersebut
f. Ikhtikar (penimbunan), yaitu pembelian dan pengumpulan suatu efek syariah,
dengan tujuan mempengaruhi pihak lain
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bursa efek (BE) adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan system dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkkefek diantara mereka.

1. Fungsi bursa efek diantaranya :


a. Keseimbangan harga
b. Mendorong untuk menabung dan mengumpulkan harta
c. Kemudahan investasi modal
d. Pengadaan pasar bekesinambungan dan sempurna (continus perfect market)
2. Bursa efek dalam perspektif Islam :
a. Dasar hukum
Dasar hukum bursa efek ada pada Al Qur’an surah Al Baqarah, An Nisa’,
Al Maidah, dan juga Hadist Rasul
b. Pandangan Ulama
Menurut pandangan ulama bursa efek dapat dilihat dari 3 segi yakni segi
kelembagaan, dari segi surat-surat berharga, dan dari segi transaksinya.
c. Hukum bursa efek ditinjau dari bentuk-bentuk transaksinya
1) Hukum Transaksi Spot (langsung) boleh
2) Hukum Transaksi On Margin tidak boleh/haram
3) Hukum Short Sale tidak boleh/haram
4) Hukum Transaksi Option tidak boleh/haram
Hukum Transaksi Indeks Bursa tidak boleh/haram.

B. SARAN
Penyusun menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini.
Sehingga penyusun menyarankan apabila terdapat kekurangan dalam isi dari
makalah ini, maka saran – saran dan kritik dari pembaca adalah penutup dari
semua kekurangan penulis serta menjadikan semua itu menjadi bahan acuan
untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, Ismail. 2009. Ekonomi Kelembagaan Syariah. Surabaya: CV. Putra


Media Nusantara.

Radami, Ahmad dan Abdul Hamid. 2008. Lembaga Keungan Syariah, Jakarta:
Zikral

Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta:


Ekohisia

Sutedi, Adrian. 2009. Segi-segi hokum pasar modal. Bogor: Ghalia Indonesia.

Yuliana, Indah Yuliana. 2010. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN
Maliki Pres.

12

Anda mungkin juga menyukai