DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. NUKMAN, M. Ag
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
SITI RIZKY AMALIA (05220220040)
YAYU INDARWATI (05220220003)
WINNY CITRA (05220220004)
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat,karunia, serta taufk dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “ Konsep uang dan riba dalam perspektif ekonomi islam”. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan, dan
pengetahuan penulis dalam penyusunannya. Namun kesulitan tersebut dapat dibantu
oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa tenaga dan pikiran. Dan juga
kami berterima kasih kepada Ayah selaku Dosen mata kuliah Hukum Investasi dan
Pasar Modal Syariah yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, walaupun penulis sudah berusaha dengan sebaik-
baiknya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan guna penyempurnaan penyusunan dan penulisan makalah ini. Penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat dan dapat memperluas serta menambah pengetahuan bagi
kita semua. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I
A. Pendahuluan........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian................................................................................................ 3
BAB II
A. Uang Dalam Perspektif Islam............................................................................ 4
B. SejarahUangDalam Islam................................................................................... 5
C. Jenis-Jenis Uang.................................................................................................. 8
D. Fungsi Uang DalamEkonomi Islam................................................................... 10
E. Riba ...................................................................................................................... 12
F. Macam-macam Riba Menurut Ulama............................................................... 14
G. Pandangan Islam Tentang Riba........................................................................ 15
H.Larangan Riba Dalam Al-Quran Dan Hadist................................................... 18
I. Larangan Riba Dalam Al-Sunnah...................................................................... 20
BAB III
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
A. Pendahuluan
pendapatan juga diukur dengan satuan uang. Uang merupakan faktor yang sangat
dalam istilah uang. Jauh sebelum bangsa barat menggunakan uang dalam setiap
transaksinya, dunia Islam telah mengenal alat pertukaran dan pengukur nilai
tersebut berupa emas dan perak dalam berbagai ayat. Para fuqaha menafsirkan
emas dan perak tersebut sebagai dinar dan dirham. Sebelum manusia menemukan
uang sebagai alat tukar, ekonomi dilakukan dengan menggunakan sistem barter,
peran yang sangat penting bagi semua kegiatan masyarakat. Uang sudah
merupakan suatu kebutuhan, bahkan uang menjadi salah satu penentu stabilitas
sistem barter sudah lenyap, akan tetapi masih digunakan untuk tingkat
pedesaan.
para pemilik sumber daya ekonomi dalam menerima pendapatan yang berupa
1
uang, yang kemudian dapat mereka tukarkan dengan barang dan jasa yang mereka
pilih sendiri. Dalam hal ini masyarakat yang menerima penghasilannya, baik
berupa upah, gaji, sewa, bunga deviden dan segala sesuatu dalam bentuk uang,
kebutuhannya.
Secara makro, mereka yang terlibat di dalam kegiatan produksi barang dan
jasa dapat melakukan pertukaran barang dan jasa tersebut dengan mudah dan
uang tersebut untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor usaha
dan produksi.
Fadl, meskipun peranan uang sebagai alat tukar dapat dibenarkan. Barter adalah
sebuah metode penukaran yang tidak praktis dan umunya menunjukan banyak
biasanya transaksi riba sering dijumpai dalam transaksi hutang piutang dimana
kreditor meminta tambahan dari modal asal kepada debitor. tidak dapat dinafikkan
bahwa dalam jual beli juga sering terjadi praktek riba, seperti menukar barang
2
yang tidak sejenis, melebihkan atau mengurangkan timbangan atau dalam takaran.
haramnya riba bahwa riba adalah tiap tambahan sebagai imbalan dari masa
tertentu, baik pinjaman itu untuk konsumsi atau eksploitasi, artinya baik pinjaman
itu untuk mendapatkan sejumlah uang guna keperluan pribadinya, tanpa tujuan
Berbicara riba identik dengan bunga bank atau rente, sering kita dengar di
disebabkan rente dan riba merupakan “bunga” uang, karena mempunyai arti yang
sama yaitu sama-sama bunga, maka hukumnya sama yaitu haram. Pelarangan
dalam ekonomi. Penghapusan riba dalam ekonomi Islam dapat dimaknai sebagai
penghapusan riba yang terjadi dalam jual beli dan hutang pihutang. Dalam
konteks ini, berbagai transaksi yang spekulatif dan mengandung unsur gharar
harus dilarang. Demikian pula halnya dengan bunga yang merupakan riba nasi’ah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3
BAB II
aset yang digunakan dalam pembayaran. Menurut Case and Fair, uang secara
umum didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditukar dengan pembelian
barang. Uang ialah suatu bentuk mata uang yang bisa digunakan sebagai alat tukar
menukar. Uang memiliki fungsi untuk pertukaran dan penyimpan nilai. Uang
adalah sumber daya yang digunakan oleh masyarakat pada umumnya sebagai alat
untuk pembayaran dan sebagai alat untuk melakukan kegiatan membeli barang
atau jasa.
Menurut para ekonom muslim, ada banyak definisi uang, akan tetapi tidak
ada konsensus tentang definisi yang sempurna. Pandangan yang berbeda tentang
sifat uang menghasilkan definisi yang berbeda. Nazim al- Shamri berkata: Hal ini
dapat diterima oleh semua pihak sebagai tradisi (Urf), legitimasi hukum atau nilai
dari objek itu sendiri, dan juga dapat diterima untuk memainkan peran perantara
Dalam pemikiran al-Gazali uang ialah “suatu nikmat allah yang digunakan
4
masyarakat sebagai penolong untuk memperoleh berbagai kebutuhan hidup, yang
sebenarnya tidak ada nilainya, tetapi sangat diperlukan bagi manusia untuk
disuatu negara yang berakibat nantinya pada terjadinya kerugian negara. Sifat
buruk ini juga berdampak negatif terhadap stabilitas ekonomi. Oleh karena itu,
Jadi dapat kami simpulkan dari berbagai definisi konsep uang dari sudut
pandang ekonomi Islam, dapat diambil kesimpulan bahwa uang merupakan alat
transaksi/pembayaran orang dalam produksi barang atau jasa, baik yang berasal
dari perak maupun emas, logam dan tembaga. Jika masyarakat menerimanya dan
Pada awalnya belum ada benda khusus yang dipakai sebagai uang, akan
tetapi transaksi pada masa itu masih tetap bisa berjalan menggunakan alat
transaksi yang paling sederhana, yakninya dengan cara barter. Namun lambat laun
seiring peningkatan taraf hidup manusia serta kebutuhan sesama manusia yang
tidak tentu bisa disesuaikan, proses pertukaran barang pun semakin sulit untuk
dilaksanakan, sehingga penerapan barter tidak lagi efektif dan kurang efisien. oleh
karena itu, manusia mulai berpikir untuk mengadakan alat khusus yang digunakan
untuk bertransaksi, inilah yang disebut uang. Evolusi uang juga dapat dilihat dari
5
nilai intrinsiknya. Mulanya uang digunakan dalam komoditas yang memiliki nilai
rahasia, dan pada saat ini digunakan dalam uang fiat yang tidak memiliki nilai
rahasia. Saat itu, mayoritas penduduk menggunakan alat tukar berbasis mata uang,
Tapi, waktu berlalu dengan cepat. Cadangan emas dan perak semakin
tipis. Jadi, diciptakanlah jenis mata uang lain, seperti uang kertas dan koin, yang
pada masa itu tidak terbuat dari perak dan emas. Sejarah uang dapat diuraikan
1. Barter
Pada zaman dahulu, belum ada nama benda yang disebut "uang" sebagai alat
transaksi jual beli. Hal tidak berarti tidak ada kegiatan jual beli pada waktu itu,
membutuhkan anatara sesama manusia. Transaksi jual beli saat zaman dahulu
Sistem moneter gold standard menggunakan alat transaksi berupa koin emas
dan perak. Masa pemakaianya koin emas dan perak ini ada sebelum dipakai
uang jenis fiat money. Emas maupun perak diambil sebagai mata uang karena
mempunyai nilai intrinsik. Pada masa itu, sistem moneter di seluruh dunia
cenderung baik.
3. Gold-Backed Money
6
zaman, sisi lain menimbulkan beberapa kesulitan dan ketidak percayaan diri.
Karena emas adalah benda dengan nilai yang sangat tinggi, penggunaannya
Akibatnya, penggunaan emas tidak dianjurkan bagi orang yang terlibat dalam
kejahatan kekerasan. Sebagai manfaat tambahan, nilai emas yang sangat tinggi
melakukan pembelian barang atau jasa dengan pembayaran yang jauh lebih
rendah. Ada inovasi baru di sini, yaitu ada "Bank" khusus untuk menaruh
emas yang dimiliki masyarakat. Masyarakat yang mempunyai emas lalu ingin
kepemilikan (uang kertas) atas sejumlah emas, di mana emas tersebut dapat
diambil lagi ketika diinginkan pemiliknya. Selain itu, sertifikasi tersebut juga
4. Fiat Money
Setelah terjadinya Perang Dunia I, uang yang dipakai tidak lagi 100% di-
backup oleh cadangan emas, tetapi hanya sebagian (parsial) saja yang di-
backup. Bank mulai menyetujui pemberian uang kertas (paper money) tanpa
benar-benar memiliki cadangan emas. Pada saat sekarang ini bank terus
"menciptakan" uang tanpa ter-backup oleh emas, terlebih lagi bank sentral
7
bank bisa menyalurkan uang lebih banyak lagi kepada sektor riil. Pada
backed money resmi dihapuskan dan digantikan dengan fiat money. Uang
tersebut 100% tidak di-backup oleh emas dan hingga saat ini masih digunakan
C. Jenis-jenis Uang
Uang terbagi dalam berbagai jenis dan digunakan sebagai alat untuk
penggunaan jenis ini berbeda-beda. Sesuai dengan nilai intrinsik, fungsi benda,
dan fungsi perkakas, sifat uang juga berubah. Banyak jenis mata uang dapat
1. Berdasarkan Bahan
Ada dua jenis uang tergantung pada bahan baku yang digunakan untuk
membuatnya.
a. Uang logam ialah uang dari bahan perak, emas, aluminium dan perunggu
serta bahan lainnya. Uang logam, biasanya dengan nilai nominal yang
lebih rendah.
b. Uang kertas, yaitu uang yang bahan bakunya terbuat dari bahan kertas.
Uang kertas biasanya bernilai tinggi dan mudah untuk dibawa dalam
keperluan transaksi sehari-hari. Uang kertas terbuat dari bahan kertas yang
memiliki kualitas tinggi, bagus, tahan air, tahan sobek, dan tahan pudar.
8
2. Berdasarkan Nilai
Bergantung pada nilai uang, ada nilai intrinsik (uang berwujud) atau nilai
nominal (nilai yang dinyatakan dalam uang). Jenis uang ini terbagi menjadi
dua jenis.
a. Memiliki nilai penuh (full bodied money), yaitu uang yang nilai
b. Tidak memiliki nilai penuh (representative full bodiet money), Uang yang
Jenis uang ini sering disebut sebagai token currency atau uang token.
Terkadang nilai fisik uang jauh lebih kecil dari pada nilai uang yang
dinyatakan di dalamnya.
3. Berdasarkan Lembaga
uang yang dianggap oleh lembaga tersebut. Jenis uang yang dikeluarkan oleh
a. Uang kartal adalah uang yang dikeluarkan oleh bank sentral, baik uang
b. Uang giral yaitu uang yang dikeluarkan oleh bank umum, seperti halnya
cek, giro, cek perjalanan, dan kartu kredit. Perbedaan yang tepat antara
9
2) Nominal dalam uang kartal sudah tertera dan memiliki batasan,
yang dinyatakan dalam jumlah nominal, giro tidak dijamin dan ada
4. Berdasarkan Kawasan
Berbeda dengan jenis mata uang lain, mata uang ini disajikan di kota atau
daerah yang hanya memiliki satu jenis mata uang. Secara umum, mata uang
jenis tertentu hanya berlaku di wilayah tertentu, tidak di wilayah lain atau di
a. Mata uang lokal adalah uang yang hanya ada di satu negara pada suatu
b. Mata uang regional adalah uang yang beredar di suatu wilayah tertentu,
seperti Euro di Eropa Tengah, dan memiliki nilai lebih tinggi dari mata
uang lokal.
c. Mata uang yang banyak digunakan antar negara dan digunakan sebagai
Dari perspektif ekonomi Islam, uang juga memiliki fungsi sebagai alat
tukar dan standar harga. Akan tetapi peran uang sebagai unit pertukaran dan
10
praktik transaksi yang diterima di zaman modern masih diperdebatkan di kalangan
ekonom Islam.
Uang berfungsi sebagai mata uang tunggal atau satuan standar pertukaran
dalam transaksi yang melibatkan barang dan jasa. Adanya uang dalam
transaksi atau pembayaran dengan uang sebagai satuan nilai. Untuk uang
sebagai satuan standar ukuran nilai haruslah mempunyai nilai dan daya beli
Setiap orang menggunakan uang sebagai alat tukar untuk bertransaksi barang
atau jasa. Contohnya, jika seseorang itu memiliki suatu keinginan untuk
dasar manusia.
3. Uang sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value atau store of wealth)
11
butuhkan saat mereka membutuhkannya. Itu tergantung pada motivasi mereka
untuk menarik uang dari perdagangan dan menghindari peluang yang tidak
terduga.
sering digunakan. Ini merubah fungsi uang yang mana sebagai alat
berkaitan dengan kredit dan transaksi kredit dan menggunakan uang sebagai
dasar perhitungan jumlah suatu pembayaran atau transaksi kredit. Dari sudut
bunga dilarang dalam Islam. Jelas dalam Islam bahwasanya fungsi uang ini
hanya sebagai alat tukar menukar. Karena uang adalah alat untuk merubah
bentuk barang dari satu bentuk ke bentuk lainnya, uang dalam sistim ekonomi
Islam dan ekonomi konvensional memiliki fungsi sebagai alat tukar dan
komoditas.
E. Riba
1. Pengertian Riba
nuwuw), membesar (al-‘uluw), dan meningkat (al-irtifa). diambil dari kata رَﺑﺎ
12
artinya menambah. Riba merupakan suatu tambahan lebih dari modal asal,
biasanya transaksi riba sering dijumpai dalam transaksi utang piutang dimana
kreditor meminta tambahan dari modal asal kepada debitur, tidak dapat dinafikan
bahwa dalam jual beli sering terjadi praktek riba, seperti menukar barang yang
kepada peminjam.
pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba,
namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah
dikutip oleh Heri Sudarsono, riba adalah tambahan yang diisyaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya ‘iwad yang dibenarkan syariat atas penambahan
tersebut.
13
Menurut al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat, sebagaimana yang dikutip oleh
ada ganti/ imbalan yang disyaratkan bagi salah satu dari dua orang yang membuat
dikatakan kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih. apabila tidak
mampu melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga atau pinjaman)
Menurut al-Mali sebagaimana yang dikutip oleh Hendi Suhendi, riba ialah
akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak diketahui
mengakhirkan tukaran kedua belah pihak atau salah satu keduanya”. Menurut
Muhammad Abduh sebagaimana yang dikutip oleh Hendi Suhendi, bahwa yang
orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya),
karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah
ditentukan.
bunga, berbeda denga perbankan yang berbasis syariah yang memakai prinsip
bagi hasil yang belakangan ini lagi marak dengan diterbitkannya undang-undang
14
perbankan syariah di Indonesia nomor 7 tahun 1992.
riba utang-piutang dan riba jual beli. Katagori pertama terbagi lagi menjadi qardh
dan riba riba Jahiliyah. Sedangkan katagori kedua, riba jual beli, terbagi menajadi
riba fadhl dan riba nasi`ah. Dalam hal ini para ulama berpendapat tentang katagori
riba, yaitu:
1. Riba Fadli yaitu riba dengan sebab tukar menukar barang sejenis dengan
jumlah yang berbeda seperti menjual emas dengan emas, gandum dengan
gandum dan beras dengan beras yang kualitasnya sama tetapi kuantitasnya
berbeda.
2. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang
kredit dengan cara menetapkan adanya dua macam harga bila dibeli dengan
secara kontan.
3. Riba Qardh yaitu pinjam meminjam atau berhutang piutang dengan menarik
keuntungan dari orang yang meminjam atau yang berhutang seperti meminjam
4. Riba Yad yaitu bila salah satu dari penjual atau pembeli dalam jual beli telah
Di dalam Islam, riba secara khusus berada dalam kelebihan baik itu
kelebihan dalam bentuk barang , maupun uang, seperti dua rupiah sebagai
15
penukar satu rupiah. Riba berarti kelebihan atau pertambahan dan jika dalam
suatu kontrak penukaran barang yang di minta sebagai penukaran satu barang
yang sama, hingga di sebut dengan riba. Pada dasarnya, Riba adalah pembayaran
yang yang dikenakan terhadap pinjaman yang berlaku dimana modal yang berada
yang melibihi dari pada modal pokok yang di pinjamkan, hingga hal tersebut
pengharaman riba tidak hanya dalam bentuk bunga bunga tinggi saja tetapi
melainkan untuk menghapus bentuk riba yang lain. Perintah tersebut guna untuk
membangun system baru yang bersifat bakhil dengan bersifat bermurah hati, dan
mementingkan diri sendiri guna bisa membantu orang lain tanpa mengharap
Setelah mengetahui macam bentuk bisnis dan serta transaksi kredit, yang
mengandung Riba, pinjaman modal yang diterima oleh pemberi pinjaman yang
Islam. Karena islam melarang adanya Riba, contohnya dalam kasus minjam-
uangnya agar dikembalikan dengan adanya bunga misal 250 Ribu hal seperti ini
dalam Islam tidak diperbolehkan , akan tetapi beda jika si A mempunyai niatan
membayar hutang kepada peminjam dengan uang yang lebih tanpa si B meninta
16
Riba juga merupakan sebagian dari kegiatan Ekonomi yang telah
yang ada dalam Riba ini sangat menguntungkan kaum pemilik modal karena
melarang adanya Riba karena menumbuhkan tradisi shadaqah agar tidak ada yang
teraniaya karena adanya Riba. Dalam kesamaan antara Bunga dan Riba yang di
larang dalam Al-Quraan dan hadits sulit dibantah bila pemahaman masyarakat
muslim terhadap konsep yang ada dalam riba dan persamaannya belimlah merata
sehingga masih banyak umat Islam bergabung dalam bank konvensional yang
menggunakan system bunga dalam kehidupan maka dari itu turunlah ayat Allah
yang melarang adanya Riba yang menyebabkan kerusakan dan kemelaratan dalam
1. Riba Nasi’ah berarti menunda atau menunggu dan mengacu pada waktu yang
memberikan tambahan, Karena itu Riba Nasi’ah mengacu pada bunga pada
utang.
2. Riba fadhl, Islam menghapus yang ada dalam instituasi bunga, tetapi semua
bentuk pertukaran yang tidak jujur dan tidal adil dalam Al-Quraan dan As-
sunnah.
Saat ini betapa banyak orang Islam yang datang ke bank untuk memohon
kredit dengan rasa optimis menjalankan usaha, Mereka tidak sadar bahwa
17
dibebani dengan pembayaran yang adanya bunga, karena mereka merasa cukup
ringan dari keuntungan yang didapat tanpa memikirkan bunga yang akan
dibayar, sebagai orang Muslim yang tidak mampu berpikir dan berhitung, maka
sebaiknya tidak berhubungan dengan bank, yang akan mendekatkan dia kearah
Riba karena akan menimbulkan kemudharatan bagi dia dan keluarganya. Riba
pandangan syariah islam, Sehingga Riba sangat jelas di larang oleh syariah
Islam menganjurkan agar semua orang akan bekerja dengan cara yang
halal tanpa adanya kecanggungan yang berdekaant dengan adanya riba, tetapi
masyarakat masih belum sadar akan kelakuan yang mereka lakukan dengan riba,
mahkluk yang bermoral dan berakhlak harus memahami dan melakukan akan
adanya larang yang sudah di tentukan oleh syariat Islam. Kesulitan dalam
dapat . setiap upaya yang melihat larangan riba sebagai suatu perintah agama
akan menjadikan pedoman agar tidak menyakiti orang lain . Oleh karena itu
Islam mempunyai pandangan yang melarang akan adanya Riba agar umat Islam
18
Pada pembahahasan ini akan diuraikan tentang larangan riba yang dapat
perbuatan taqarrub kepada Allah Ta'ala. Disebutkan dalam surat Al-Rum ayat
39.
Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
Kedua, Riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk. Allah Ta'ala mengancam
memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.
mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami
19
Ketiga, Riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang
dipraktekkan pada masa tersebut. Disebutkan dalam surat Ali Imran ayat
130.
Ayat ini turun pada tahun ke-3 Hijriyah. Secara umum ayat ini harus
riba (artinya bukan berarti jika bunga berlipat ganda disebut riba, tetapi jika kecil
bukan riba), tetapi merupakan sifat umum dari praktek pembungaan uang pada
saat itu.
ayat 278-279 dari Surat al-Baqarah yang turun pada tahun ke-9 Hijriyah.
Keempat, Allah Ta'ala dengan jelas dan tegas mengharamkan apa pun jenis
tambahan yang diambil dari pinjaman. Ini adalah ayat terakhir yang
20
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
riba ataupun sejenisnya. Larangan supaya umat Islam tidak melibatkan diri
dengan riba bersumber dari beberapa surah di Al- Qur'an dan hadist Rasulullah
saw. Hadits berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah digariskan
melalui al-Quran, pelarangan riba dalam hadits lebih terinci. Banyak hadits yang
menguraikan masalah riba. Dengan melihat larangan riba, pada dasarnya terdapat
1. Riba yang dimaksud untuk menambah harta itu tidaklah menam- bah di
sisi Allah.
4. Larangan sisa-sisa riba yang masih ada. Dalam kondisi ini dapat
(berangsur-angsur).
21
Pembahasan ini penting karena dari dulu masalah tersebut telah
BAB III
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah tentang konsep uang dan riba dalam perspektif
islam yaitu:
1. Kesimpulan dapat ditarik dari diskusi yang dijelaskan. Apakah uang terbuat
dari emas, perak, tembaga, atau besi, itu adalah alat tukar yang diterapkan
22
islam, riba secara khusus berada dalam berlebihan baik itu kelebihan dalam
bentuk barang, maupun uang, seperti dua rupiah sebagai penukar satu rupiah.
23
DAFTAR PUSTAKA
24