Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

UANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Makro Islam
Dosen Pengampu: Agus Ahmad Nasrulloh., S.E.I, M.E.Sy

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Septiyani Setiyaningsih (201002046)
2. Eva Lailatul Fadilah (201002049)
3. Aceng Febi (201002055)
4. Seni Nurkhofifah (201002063)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SILIWANGI

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “UANG DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Ekonomi Makro Islam yang diampu oleh Bapak Agus Ahmad Nasrulloh., S.E.I,
M.E.Sy. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Uang dalam
Prespektif Ekonomi Islam bagi para pembaca dan juga tim penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi acuan
agar tim penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Tasikmalaya, 27 Februari 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Sejarah Munculnya Uang ............................................................................................... 2
B. Uang dalam Pandangan Pemikir Islam ......................................................................... 3
C. Pengertian, Ciri-Ciri dan Konsep Uang dalam Islam................................................. 5
D. Fungsi Uang Dalam Ekonomi Islam .............................................................................. 7
E. Uang Bukan Komoditas namun Alat Tukar ................................................................. 9
F. Time Value Of Money vs Economic Value Of Time................................................... 10
G. Flow Concept VS Stock Concept ................................................................................. 10
H. Manfaat dan Peran Uang dalam Pembangunan Ekonomi ....................................... 11
BAB III.................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Uang merupakan salah satu sarana dan penunjang dalam kehidupan. Sebagian
orang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian, karena di dalam
masyarakat modern saat ini, mekanisme perekonomian berdasarkan atas kegiatan-
kegiatan ekonomi seperti jual beli, sewa-menyewa, ekspor impor, dan sebagainya
memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tujuan. Semua kalangan
masyarakat dari tingkat bawah hingga kalangan tingkat atas tidak lepas dari
penggunaan uang.
Pada awal belum diciptakannya uang, masyarakat melakukan kegiatan ekonomi
atau transaksi dalam perdagangan dilakukan dengan cara tukar-menukar atau biasa
disebut dengan barter. Dalam proses pertukaran demikian, barang-barang dan jasa-jasa
secara langsung dipertukarkan dengan barang-barang dan jasa-jasa lainnya, yang saling
dibutuhkan oleh pihakpihak yang bersangkutan.
Dalam konsep Islam, pertukaran mata uang diperbolehkan asalkan tidak
mengandung unsur spekulasi. Uang pada hakikatnya adalah milik Allah swt. Yang
diamanahkan kepada kita untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan
masyarakat. Oleh karenanya, menimbun uang dalam arti dibiarkan tidak produktif tidak
dikehendaki karena berarti mengurangi jumlah uang beredar. Dalam pandangan Islam,
uang adalah flow concept, karenanya harus selalu berputar dalam perekonomian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Munculnya Uang?
2. Bagaimana Uang dalam Pandangan Pemikir Islam?
3. Apa Pengertian, Ciri-Ciri dan Konsep Uang dalam Islam?
4. Apa Fungsi Uang dalam Ekonomi Islam?
5. Apa yang dimaksud Uang bukan Komoditas namun Alat Tukar?
6. Apa Itu Time Value Of Money VS Economic Value Of Time?
7. Bagaimana Flow Concept VS Stock Concept?
8. Apa Manfaat dan Peran Uang dalam Pembangunan Ekonomi?
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Sejarah Munculnya Uang
2. Untuk Memahami Uang dalam Pandangan Pemikir Islam
3. Untuk Memahami Pengertian, Ciri-Ciri dan Konsep Uang dalam Islam
4. Untuk Memahami Fungsi Uang dalam Ekonomi Islam
5. Untuk Memahami Uang bukan Komoditas namun Alat Tukar
6. Untuk Memahami Time Value Of Money VS Economic Value Of Time
7. Untuk Memahami Flow Concept VS Stock Concept
8. Untuk Memahami Manfaat dan Peran Uang dalam Pembangunan Ekonomi

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Uang
Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhan secara mandiri. Mereka
memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai buah-buahan. Karena jenis
kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-
masing individu memenuhi kebutuhan makannya secara mandiri. Dalam priode yang
dikenal sebagai priode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan
atau kegiatan jual beli.
Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju,
kegiatan dan interaksi antar sesama manusiapun meningkat tajam. Jumlah dan jenis
kebutuhan manusia juga semakin beragam. Ketika itulah, masing-masing individu
mulai tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Bisa dipahami, karena Ketika
seseorang menghabiskan waktunya seharian bercocok tanam, pada saat bersamaan
tentu ia tidak akan memperoleh garam atau ikan, menenun pakaian sendiri atau
kebutukan lainnya.
Satu sama lain mulai saling membutuhkan, karena tidak ada individu yang
secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak saat itulah, manusia
mulai mempergunakan berbagai cara dan alat untuk melangsungkan pertukaran barang
dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahap peradaban manusia yang
sangat sederhana mereka dapat menyelenggarakan tukarmenukar kebutuhan dengan
cara barter. Maka periode ini disebut zaman barter.
Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu
yang bersamaan dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Namun semakin
bertahan dan kompleks kebutuhan manusia. Pada suatu ketika seseorang yang memiliki
beras membutuhkan garam, namun pada saat yang bersamaan pemilik garam tidak
membutuhkan beras melainkan membutuhkan daging sehingga syarat terjadinya barter
antara beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaan tersebut tentu akan mempersulit.
Itulah sebabnya diperlukan alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar
demikian disebut uang. Pertama kali uang dikenal dalam peradaban Sumaria dan
Babylonia.
Uang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah, dari
perjalanan inilah, uang kemudian bisa dikatagorikan dalam tiga jenis, yaitu uang
barang, uang kertas dan uang giral.
1. Uang Barang
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau dapat
diperjualbelikan apabila barang tersebut dipergunakan bukan sebagai uang. Namun
tidak semua barang bisa menjadi uang. Diperlukan tiga kondisi utama, agar suatu
barang bisa dijadikan uang, antara lain:
a. Kelangkaan, yaitu persediaan barang itu harus terbatas.
b. Daya tahan, barang tersebut harus tahan lama.

2
c. Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi,
sehingga tidak memelukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
Dalam sejarah, pemakaian uang barang juga pernah disyaratkan, barang yang
digunakan adalah sebagai barang kebutuhan sehari-hari seperti garam. Namun
kemudian uang barang ini dianggap mempunyai banyak kelemahan. Diantaranya uang
barang tidak memiliki pecahan, sulit untuk disimpan dan sulit untuk di angkat.
Kemudian pilihan terhadap barang yang bisa digunakan sebagai uang, jatuh
pada logam-logam mulia, seperti emas dan perak. Ada sejumlah alasan mengapa emas
dan perak dipilih sebagai uang. Kedua logam tersebut memiliki nilai tinggi, langka dan
dapat diterima secara umum sebagai alat tukar. Kelebihan lainnya, emas dan perak
dapat dipecah menjadi bagian-bagian kecil dengan tetap mempunyai nilai yang utuh.
selain itu logam mulia ini juga tidak mudah susut dan rusak.
2. Uang Kertas
Ada beberapa keuantungan penggunaan uang kertas, di antaranya biaya
pembuatan rendah, pengirimannya mudah, penambahan dan pengurangan lebih mudah
dan cepat, serta dapat dipecah-pecahkan dalam jumlah berapapun.
Namun kekurangan uang kertas juga sangat signifikan, antara lain uang kertas
ini tidak bisa dibawa dalam jumlah yang besar, dan sangat mudah rusak.
3. Uang Giral
Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial melalui
pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. Uang giral ini merupakan simpanan
nasabah di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan ke orang lain
untuk melakukan pembayaran. Artinya, cek dan giro yang dikeluarkan oleh bank
manapun bisa digunakan sebagai alat pembayaran barang, jasa dan utang. Kelebihan
uang giral sebagai alat pembayaran adalah:
a. Kalau hilang dapat dilacak kembali sehingga tidak bisa diuangkan oleh
yang tidak berhak.
b. Dapat dipindahtanggankan dengan cepat dan ongkos yang rendah.
c. Tidak diperlukan uang kembali sebab cek dapat ditulis sesuai dengan
nilai tansaksi.
Namun dibalik kelebihan sistem ini, sesungguhnya tersimpan bahaya besar.
Kemudahan perbankan menciptakan uang giral, ditambah instrume bunga bank
membuka peluang terjadinya uang beredar yang lebih besar dari pada transaksi riilnya.
inilah yang kemudian menjadi pertumbuhan ekonomi yang semu (bebble economy).
B. Uang dalam Pandangan Pemikir Islam
1. Pemikiran Ibnu Khaldun tentang Uang
Ukuran ekonomis terhadap nilai barang dan jasa, perlu bagi manusia bila ia
ingin memperdagangkannya. Pengukuran nilai ini harus memiliki sejumlah kualitas
tertentu. Ukuran ini harus diterima oleh semua sebagai tender legal, dan penerbitannya
harus bebas dari semua pengaruh subjektif.

3
Bagi Ibn Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah ukuran nilai.
Logam-logam ini diterima secara alamiah sebagai uang dimana nilainya tidak
dipengaruhi oleh fluktuasi subjektif.
"Allah menciptakan dua "batuan" logam tersebut, emas dan perak, sebagai
(ukuran) nilai semua akumulasi modal. (Emas dan peraklah) yang dipilih untuk
dianggap sebagai harta dan kekayaan oleh penduduk dunia". (2: 274)
Karena itu, Ibn Khaldun mendukung penggunaan emas dan perak sebagai
standar moneter. Baginya, pembuatan uang logam hanyalah merupakan sebuah jaminan
yang diberikan oleh penguasa bahwa sekeping uang logam mengandung sejumlah
kandungan emas dan perak tertentu. Percetakannya adalah sebuah kantor religius, dan
karenanya tidak tunduk kepada aturan-aturan temporal. Jumlah emas dan perak yang
dikandung dalam sekeping koin tidak dapat diubah begitu koin tersebut sudah
diterbitkan.
"Semua barang-barang lainnya terkena fluktuasi pasar, kecuali emas dan perak".
(2:274)
Ibn Khaldun hidup didalam zaman yang kedua menurut teori ini, ialah dizaman
mata uang sudah menjadi alat penghargaan. Pada masa itu sudah juga ia membicarakan
kemungkinan yang bakal terjadi tentang kedudukan yang selanjutnya dari mata uang.
Akhirnya Ibn Khaldun memprediksi bahwa kedua barang galian tersebut mempunyai
peranan yang penting didalam dunia perekonomian yaitu Alat penukar dan pengukur
harga (nilai usaha), Harta, Alat simpanan di bank-bank.
Jadi, uang logam bukan hanya ukuran nilai tetapi dapat pula digunakan sebagai
cadangan nilai. Inilah analisa Ibn Khaldun sewaktu emas dan perak baru merupakan
dinar dan dirham. Dia sudah mengetahui bahwa dengan secepatnya dunia akan
meninggalkan zaman natural wirschaft (tukar menukar barang) berpindah kepada
zaman modern yang lebih terkenal dengan "geld wirschaft" (jual beli dengan
perantaraan uang).
2. Pemikiran Al-Maqrizi tentang Uang
Bagi Al-Maqrizi, mata uang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
umat manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memperlancar aktivitas
kehidupannya. Pada masa sebelum maupun sesudah kedatangan Islam, mata uang
digunakan oleh umat manusia untuk menentukan berbagai harga barang dan biaya
tenaga kerja. Untuk mencapai tujuan ini, mata uang yang dipakai hanya terdiri dari
emas dan perak. Dalam sejarah perkembangannya, Al-Maqrizi menguraikan bahwa
bangsa Arab Jahiliyyah menggunakan dinar emas dan dirham perak.sebagai mata uang
mereka yang masing-masing diadopsi dari Romawi dan Persia serta mempunyai bobot
dua kali lebih berat dimasa Islam. Setelah Islam datang, Rasulullah saw menetapkan
berbagai praktik muamalah yang menggunakan kedua mata uang tersebut, bahkan
mengaitkannya dengan hukum zakat harta. Penggunaan kedua mata uang ini terus
berlanjut tanpa perubahan sedikitpun hingga tahun 18 H ketika Khalifah Umar bin Al-
Khattab menambahkan lafaz-lafaz Islam pada kedua mata uang tersebut dan berlanjut
hingga pemerintahan Al-Mu'tashim, khalifah terakhir dinasti Abbasiyah. Dalam
pandangan Al-Maqrizi, kekacauan mulai terlihat ketika pengaruh kaum Mamluk

4
semakin kuat dikalangan istana, termasuk kebijakan pencetakan mata uang dirham
campuran.
Meskipun Al-Maqrizi menekankan urgensi penggunaan mata uang emas dan
perak, ia menyadari bahwa uang bukan merupakan satusatunya factor yang
mempengaruhi kenaikan harga-harga. Menurutnya, penggunaan mata uang emas dan
perak tidak serta merta menghilangkan inflasi dalam perekonomian karena inflasi juga
dapat terjadi akibat factor alam dan tindakan sewenang-wenang dari penguasa.
3. Pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang Uang
Menurut beliau,fungsi uang adalah sebagai alat ukur dan alat pertukaran. Ibnu
Taimiyyah menentang keras perdagangan uang, sebab itu mengalihkan fungsi uang dari
tujuan sebenarnya, yakni untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
4. Pemikiran Taqyuddin An-Nabhani tentang Uang
Taqyuddin An-Nabhani berpendapat bahwa negara akan mempraktikkan
system uang emas, apabila Negara tersebut menggunakan mata uang emas dalam
melakukan transaksinya ke dalam dan keluar negeri, atau apabila didalam negeri
tersebut mempergunakan mata uang kertas yang bisa ditukarkan menjadi emas. Namun
adakalanya dipergunakan di dalam negeri maupun melakukan pembayaran luar negeri,
atau hanya untuk melakukan pembayaran ke luar negeri. Hanya saja pertukarannya
dengan menggunakan kurs tetap. Artinya, satuan uang kertas tersebut harus bisa
ditukarkan menjadi barang tertentu, yaitu berupa emas atau sebaliknya dengan kurs
tertentu pula.
Beliau juga mengungkapkan bahwa uang,dengan standar emas (gold standard)
memiliki beberapa sifat khusus, dimana satuan uangnya terkait dengan emas dengan
persamaan tertentu, yakni satuan tersebut secara teratur terbuat dari berat emas tertentu.
Sedangkan mengimpor dan mengekspor emas, dapat dilakukan secara bebas, dimana
orang-orang boleh mendapatkan emas, lalu mengeluarkannya dengan bebas. Emas
dapat dipertukarkan dengan bebas antar negara yang berbeda, sehingga tiap orang bisa
memilih antara membeli uang asing dengan mengirimkan emas. Hanya biasanya orang
ataupun negara akan memilih sistem yang paling minimum biayanya. Selama harga
emas ditambah dengan biaya pengirimannya lebih besar dari harga uang asing dipasar,
maka pengiriman uang asing itulah yang lebih baik. Namun, bila harga pertukaran sama
dengan harga nominalnya, maka lebih baik melakukan pertukaran dengan emas
daripada uang asing.
5. Pemikiran Ibn al-Qayyim tentang Uang
Ibn al-Qayyim mengidentifikasi dua fungsi utama uang, yaitu sebagai media
pertukaran dan standar nilai, dan pandangannya yang penting ialah bahwa
penyimpangan terhadap kedua fungsi ini bisa terjadi ketika orang menghendaki uang
untuk keperluan uang itu sendiri. (Iqbal, 2012)
C. Pengertian, Ciri-Ciri dan Konsep Uang dalam Islam
1. Pengertian Uang

5
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-nuqud.
Pengertiannya ada beberapa makna, yiatu al-naqdu yang berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam
al-Qur‟an dan hadist karena bangsa arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk
menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang
yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari
perak. Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata „ain
untuk menunjukkan dinar emas. Sementara itu kata fulus (uang tembaga) adalah alat
tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang murah Defenisi nuqud
menurut Abu Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar adalah nilai harga seseuatu
sedangkan segala sesuatu tidak bisa menjadi harga bagi keduanya, ini berarti dinar dan
dirham adalah standar ukuran yang dibayarkan dalam transaksi barang dan jasa
Uang adalah standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Uang
didefenisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan
tenaga. Misalkan harga adalah standra untuk barang, sedangkan upah adalah standar
untuk manusia, yang masing-masing merupakan perkiraan masyarakat terhadap nilai
barang dan tenaga orang. Perkiraan nilai-nilai barang dan jasa ini dinegeri manapun
dinyatakan dengan satuan-satuan, maka satuansatuan inilah yang menjadi standar yang
dipergunakan untuk mengukur kegunaan barang dan tenaga yang kemudian menjadi
alat tukar (medium of exchange) dan disebut dengan satuan uang (Taqiyuddin An-
Nabhani,2000: 297). Selain itu uang didefenisikan sebagai segala sesatu (benda) yang
diterima oleh masyarakat sebagai alat perantara dalam melakukan tukar-menukar atau
perdagangan. Agar masyarakat menerima dan menyetujui penggunaan benda sebagai
uang maka harus memenuhi dua persyaratan sebagai berikut:
2. Ciri-Ciri Uang
a. Persyaratan psikologis, yaitu benda tersebut harus dapat memuaskan bermacam-
macam keinginan dari orang yang memilikinya sehingga semua orang mau mengakui
dan menerimanya.
b. Syarat teknis adalah syarat yang melekat pada uang, diantaranya:
1. Tahan lama dan tidak mudah rusak
2. Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai
3. Mudah dibawa
4. Nilainya relative stabil
5. Jumlahnya tidak berlebihan

6
6.Terdiri atas berbagai nilai nominal.
3. Konsep Uang dalam Islam
Dalam konsep Islam, uang adalah flow concept. Islam tidak mengenal motif
kebutuhan uang untuk spekulasi karena tidak bolehkan. Uang adalah barang public,
milik masyarakat. Karenanya, penimbunan uang yang dibiarkan tidak produktif berarti
mengurangi jumlah uang beredar. Bila diibaratkan dengan darah dalam tubuh,
perekonomian akan kekurangn darah atau terjadi kelesuan ekonomi alias stagnasi.
Itulah hikmah dilarangnya meninbun uang. Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith
menulis buku “The Wealth of Nations” pada tahun 1766 di Eropa, seorang ulama islam
Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” telah membahas fungsi uang
dalam perekonomian. Beliau menjelaskan, uang berfungsi sebagai media pertukaran,
namun uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Maksudnya adalah uang
diciptakan untuk memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dari
pertukaran tersebut. Dan uang bukan merupakan sebuah komoditi. Menurut al-Ghazali,
uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat merefleksikan
semua warna. Maknanya adalah uang tidak mempunyai harga, tetapi merefleksikan
harga semua barang. Dalam istilah ekonomi Islam klasik disebutkan bahwa uang tidak
memberikan kegunaan langsung (direct utility funvtion), yang artinya adalah jika uang
digunakan untuk membeli barang, maka barang itu yang akan memberikan kegunaan.
Dalam ekonomi barterpun, uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu barang.
Misalnya, onta senilai 100 dinar dan kain senilai sekian dinar. Dengan demikian adanya
uang sebagai ukuran nilai barang, uang akan berfungsi pula sebagai ukuran nilai barang,
uang akan berfungsi sebagai media penukaran.
D. Fungsi Uang Dalam Ekonomi Islam
Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang
dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara
lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi asli dan fungsi turunan.
Fungsi asli uang ada tiga macam, yaitu pertama sebagai alat tukar, yang kedua sebagai
satuan hitung, dan yang ketiga sebagai penyimpan nilai. Sedangkan fungsi turunan
uang yaitu, pertama Uang sebagai alat pembayaran yang sah, kedua Uang sebagai alat
pembayaran utang, ketiga Uang sebagai alat penimbun kekayaan, keempat Uang
sebagai alat pemindah kekayaan, dan kelima Uang sebagai alat pendorong kegiatan
ekonomi. Dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi.
Peranan uang ini dimaksudkan untuk melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan

7
pengisapan dalam ekonomi tukar-menukar (barter). Karena dalam system barter ada
unsure ketidakadilan yang digolongkan sebagai riba al Fadhl, yang dilarang dalam
islam.
a. Uang sebagai Ukuran Harga.
Ini merupakan fungsi uang yang terpenting. Uang adalah satuan nilai atau
standar ukuran harga dalam transaksi barang dan jasa. Ini berarti uang berperan
menghargai secara aktual barang dan jasa. Dengan adanya uang sebagai satuan nilai
memudahkan terlaksanakanya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Al-
Ghazali berpendapat uang adalah ibarat cermin. Dalam arti uang berfungsi sebagai
ukuran nilai yang dapat merefleksikan harga benda yang ada dihadapannya. Fungsi
uang secara esensial adalah untuk mengukur nilai benda atau dibayar sebagai alat tukar
benda lain.
b. Uang sebagai Media Menyimpan Nilai
Uang sebagai store of value berarti uang adalah cara mengubah daya beli dari
masa kini ke masa depan. Uang sebagai penyimpan nilai dimaksudkan bahwa orang
yang mendapatkan uang kadang tidak mengeluarkan seluruhnya dalam satu waktu, tapi
ia sisihkan sebagian untuk membeli barang atau jasa yang ia butuhkan pada waktu yang
ia inginkan, atau ia simpan untuk hal-hal yang tak terduga seperti sakit mendadak atau
menghadapi kerugian yang tak terduga. Dikalangan ekonom muslim terjadi perbedaan
pendapat terhadap fungsi uang sebagai alat penyimpan nilai ini.
1. Mahmud Abu Su‟ud seperti yang dikutip Ahmad Hasan, berpendapat bahwa uang
sebagai penyimpan nilai adalah ilusi yang batil. Hal ini menurut Mahmud Abu Su‟ud
Karena uang tidak bisa dianggap sebagai komoditas layaknya barang-barang pada
umumnya. Uang sama sekali tidak mengandung nilai pada bendanya.
2. Adnan al-Turkiman membantah pendapat Abu Su‟ud yang meniadakan fungsi uang
sebagai penyimpan nilai yang ditujukan untuk digunakan dalam proses transaksi
dagang pada masa yang akan dating. Muhamad Zaki Syafi‟i dalam menyikapi hal ini,
mencoba membedakan antara menyimpan uang dengan menumpuk uang. Menurutnya
menyimpan uang (menabung) dianjurkan.
c. Standar Pembayaran yang di tangguhkan Uang bukan hanya berguna untuk
mengadakan transaksi seketika (spot transaction), melainkan juga merinci bayaran
mendatang terkait pembelian saat ini, yakni, membeli sekarang dan membayar
belakangan. Fungsi ini merupakan akibat uang berperan sebagai satuan hitung dan

8
simpanan nilai. Konsekuensinya, keberhasilan uang melaksanakan fungsi ini berkaitan
langsung dengan keberhasilannya menjalankan fungsi lain.
E. Uang Bukan Komoditas namun Alat Tukar
Uang sebagai alat tukar banyak menghilangkan kesulitan yang terdapat dalam
sistem barter. Barter hanya bisa dilakukan oleh dua belah pihak yang sama-
sama membutuhkan barang yang ditukarkan. Namun, dengan adanya uang sebagai
alat tukar yang diakui seluruh masyarakat, maka dapat menjadi alat tukar untuk
berbagai keperluan oleh banyak pihak. Islam memandang uang hanyalah sebagai
alat tukar, bukan komoditas atau barang dagangan. Uang adalah flow concept,
karenanya harus selalu berputar dalam perekonomian. Islam tidak mengenal konsep
time value of money sebagaimana dikenal dalam konsep uang konvensional. Dalam
konsep ekonomi Islam selanjutnya, uang dikatakan milik masyarakat (money is
public goods). Karena sebagai milik umum, maka uang harus dapat digunakan
masyarakat tanpa ada hambatan dari orang lain.

Pada awalnya, fungsi uang memang masih pada fungsi utamanya yaitu sebagai
alat tukar. Namun dalam perkembangannya fungsi utama itu mulai mengalami
pergeseran. Sistem ekonomi kapitalis memandang fungsi uang tidak hanya
sebagai alat tukar, tetapi juga dijadikan sebagai sebuah komoditas, sehingga
uang bisa diperjualbelikan layaknya sebagai suatu komoditas. Sedang dalam konsep
keuangan modern yang diajarkan oleh kaum Kapitalis dan Sosialis, uang menjadi
obyek perdagangan. Perdagangan uang merupakan instrumen penting dalam sistem
perekonomian. Inilah yang menjadi perdebatan dalam sistem ekonomi Islam, apakah
peran uang dalam sistem moneter suatu negara dapat dikembangkan sebagai obyek
perdagangan.

Sedangkan dalam Islam sendiri sangat tidak diperbolehkan jual beli uang.
Sebagaimana menurut Monzer Kahf, memberikan gambaran mengenai uang
dan otoritas moneter. Dimana uang sebagai media barter yang disahkan oleh
Nabi s.a.w. sebagai satuan moneter yang menjembatani transaksi-transaksi agar
menjadi seimbang dan adil. Uang diposisikan hanya sebagai alat tukar dan tidak
bisa memainkan peran sebagai barang yang layak diperjual-belikan. (Prasetyo,
2017)

9
F. Time Value Of Money vs Economic Value Of Time
Dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah
economic value of time. Teori time value of money adalah sebuah kekeliruan besar
karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan tidak ada ilmu finance.
Karena uang bukan makhluk hidup yang dapat berkembang biak dengan sendiri.
Dalam ilmu ekonomi konvensional, value of money atau yang disebut para
ekonom sebagai positive time preference menegaskan bahwa nilai komoditi pada
saat ini lebih rendah dibanding nilainya di masa depan. Artinya, nilai uang di masa
kini akan lebih berharga dibandingkan dengan di masa mendatang. Seiring dengan
berjalannya waktu, maka uang harus ditingkatkan nilai nominalnya agar nilai riilnya
tetap sama. Jadi, uang harus selalu bertambah dan bertambah karena berjalannya
waktu. Oleh karena itu, konsep ini sangat terkait dengan konsep diskonto. Diskonto
dalam positive time preference ini biasanya didasarkan pada tingkat bunga
(interest rate), sehingga bunga berfungsi sebagai alat ukur dalam penentuan
nilai waktu modal dan investasi. Dalam ekonomi Islam, time value of money
telah diklaim oleh sebagian besar ahli ekonomi Islam6sebagai sesuatu yang
diharamkan karena adanya unsur riba di dalamnya. Dalam ajaran Islam, uang dianggap
sebagai alat penukar yang memiliki nilai dan bukan sebagai barang dagangan. Uang
menjadi berguna jika ditukar dengan benda yang nyata atau untuk membeli
jasa, sehingga tidak dapat diperjualbelikan secara kredit.
Seperti yang sudah diurai di atas, dalam Islam tidak mengenal time value of
money, yang dikenal adalah economic value of time. Contohnya dalam menghitung
nisbah bagi hasil di bank syariah. Dalam proses penentuan nisbah ini, return of capital
harus diperhitungkan. Return of capital ini tidak sama dengan return of money. Return
of capital tergantung pada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor riil. Sedangkan
return of money berkaitan dengan interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil harus
dilakukan di awal, dan untuk itu digunakan projected return. Jika ternyata actual return
dari bsinis yang dibiayai tidak sama dengan angka proyeksinya maka yang digunakan
adalah angka aktual, bukan angka proyeksi. Hal ini menunjukkan Islam tidak mengenal
time of money. Time mempunyai economic value jika dan hanya jika waktu tersebut
dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain, sehingga menjadi capital
dan dapat memperoleh return.
G. Flow Concept VS Stock Concept
1. Uang Sebagai Flow Concept
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam Islam, uang adalah
flow concept dan capital adalah stock concept. Semakin cepat perputaran uang, akan
semakin baik, misalnya, seperti contoh dalam aliran air masak dan aliran air keluar.
Sewaktu air mengalir, disebut sebagai uang. Sedangkan apabila air tersebut
mengendap, maka disebut sebagai capital. Wadah tempat mengendapnya adalah private
goods, sedangkan air adalah public goods. Uang seperti air, apabila air (uang) dialirkan,
maka air tersebut akan bersih dan sehat. Apabila air dibiarkan menggenang dalam suatu
tempat (penimbun air), maka air tesebut akan keruh atau kotor. Saving harus di
investasikan ke sektor riil. Apabila tidak, maka seving bukan saja tidak mendapat
return, tetapi juga dikenakan zakat.
2. Uang sebagai public goods

10
Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat
tanpa menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Sebagai contoh: jalan raya, jalan
raya dapat digunakan oleh siapa saja tanpa terkecuali, akan tetapi masyarakat yang
mempunyai kendaraan berpeluang lebih besar dalam pemanfaatan jalan raya tersebut
di bandingkan dengan masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan. Begitu pula
dengan uang. Sebagai public goods, uang dimanfaatkan lebih banyak oleh masyarakat
yang lebih kaya. Hal ini bukan karena simpanan mereka di bank, tetapi karena asset
mereka, seperti rumah, mobil, saham. Yang digunakan disektor produksi, sehingga
memberikan peluang yang lebih besar kepada orang tersebut untuk memperoleh lebih
banyak uang. Jadi, semakin tinggi tingkat produksi, akan semakin besar kesempatan
untuk dapat memperoleh keuntungan dari public goods (uang) tersebut. Oleh karena
itu, penimbunan (hoarding) dilarang karena menghalangi yang lain untuk menggunakan
public goods tersebut. Jadi, jika dan hanya jika private goods dimanfaatkan dalam
sektor produksi, maka kita akan memperoleh keuntungan. (Yuliono, 2017)
H. Manfaat dan Peran Uang dalam Pembangunan Ekonomi
Uang dipakai untuk menunjukan nilai berbagai macam barang dan jasa yang
diperjualbelikan, menunjukan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya
pinjaman. Uang juga dipakai untuk mennetukan harga barabg/ jasa. Dan juga sebagai
alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran barang.

Uang memiliki 3 peran utama dalam menopang perekonomian yaitu, sebagai


alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan uang.

1. Uang sebagai alat tukar-menukar (medium of exchange). Dalam sistem pertukaran


barter.

Dapat dibayangkan betapa sulitnya hidup dalam perekonomian modern ini


tanpa adanya benda yang dapat dijadikan sebagai alat penukuar, apalagi dalam
membangun perekonomian. Apabila tidak ada uang maka transaksi hanya dilakukan
dengan cara tukar menukar antara barang dengan barang yang lain. Misalnya saja,
seseorang yang memiliki ayam ingin menukarnya dengan garam, karena ia mempunyai
ayam yang sangat banyak dan ia membutuhkan garam, maka ia menukar ayamnya
dengan garam dan mereka saling bertemu untuk menukar keduanya. kondisi ini dinilai
sangat kaku dan sulit dipenuhi. Dengan adanya uang, seseorang dapat langsung
menukarkan uangnya dengan barang yang dibutuhkan kepada orang lain yang
menghasilkan barang.

2. Uang sebagai satuan nilai/ hitung (measure of value).


Dalam fungsinya uangsebagai satuan pengukur nilai, maka setiap barang yang
dipertukarkandapat dinilai dengan satuan uang tertentu. Uang dipakai untuk

11
menunjukkan nilai berbagai macam barang dan jasa yangdiperjualbelikan,
menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga
dipakai untuk menentukan harga barang/jasa. Sebagai alat satuan hitung, uang berperan
untuk memperlancar pertukaran barang. selain itu, apabila tidak ada satuan hitung yang
diperankan oleh uang, dapat dibayangkan kesulitan dalam melakukan penilaian
terhadao suatu barang. Tanpa satuan hitung seseorang mungkin akan menilai seekor
sapi sama dengan dua ekor kambing, dsb. Dengan adanya uang, tukar menukar dan
penilaian terhadap suatu barang akan mudah dilakukan. Selain itu, dengan uang
pertukaran antara dua barang yang berbeda secara fisik juga dapat dilakukan.
3. Uang sebagai alat penyimpan nilai dan kekayaan (store of value dan store of wealth).
Sesuai dengan sifatnya, manusia adalah makhluk yang gemar mengumpulkan
dan menyimpan kekayaan dalam bentuk barang-barang yang berharga untuk digunakan
dimasa yang akan datang. Barang-barang berharga tersebut pada umumnya berupa
tanah, rumah, dan benda berharga lainnya. Walaupun kekayaan yang dapat disimpan
beragam bentuknya, tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan salah satu pilihan
untuk menyimpan kekayaan.
4. Uang sebagai ukuran pembayaran yang tertunda.
Fungsi ini terkait dengan transaksi pinjam meminjam.uang merupakan salah
satu cara untuk menghitung jumlah pembayaran pinjaman tersebut. Lebih masuk akal
untuk meminjamkan uang sebesar satu juta rupiah selama lima tahun, daripada
meminjamkan satu ekor kambing dalam waktu yang sama. Mengingat keadaan
kambing dalam lima tahun mendatang akan berbeda dengan keadaan kambing semula.

Selain itu manfaat dan peran uang dalam pembangunan ekonomi adalah :

Sebagai penunjang ekonomi dan sosial. uang dalam perekonomian yang


selanjutnya adalah sebagai penunjang kegiatan ekonomi dan sosial. Uang merupakan
benda yang sangat berpengaruh dalam masyarakat dan dianggap sangat mendukung
aktivitas ekonomi dan sosial. Hal tersebut dikarenakan setiap orang akan termotivasi
untuk memperoleh uang sehingga mereka ingin bekerja ataupun melakukan kegiatan
ekonomi. Motivasi ini didapatkan juga karena uang merupakan sebuah kebutuhan
dalam kehidupan. Dan juga uang berperan sebagai alat pembayar hutang.

12
BAB III

KESIMPULAN

Dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. Peranan
uang ini dimaksudkan untuk melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan
pengisapan dalam ekonomi tukar-menukar (barter). Karena dalam system barter ada
unsur ketidakadilan yang digolongkan sebagai riba al Fadhl, yang dilarang dalam Islam.
Dalam Islam tidak dikenal dengan adanya time value of money, yang dikenal
adalah economic value of time. Implikasi konsep Time Value of Money adalah adanya
bunga. Sedangkan bunga erat kaitannya dengan riba, dan riba adalah haram serta Zulm.
Dan agama melarangnya. Sehinga dianggap tidak sesuai dengan keadilan dimana “al-
al-qhumu bi qhurni” (mendapatkan hasil tanpa mengeluarkan resiko), dan “al-khraj bil
adhaman” (memperoleh hasil tanpa mengeluarkan biaya).

13
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, I. (2012). PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM TENTANG UANG, HARGA DAN


PASAR. Journal Of Islamic Studies, 2-4.
Prasetyo, A. (2017). PERAN UANG DALAM SISTEM MONETER ISLAM. Ekonomi, 105.
Yuliono. (2017). TIME VALUE OF MONEY DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.
Ekonomi Islam, 177-192.
Azijah, Nur. dan Nizar, Muhammad. 2017. EKONOMI MIKRO DAN MAKRO PRESPEKTIF
ISLAM, Pasuruan : Universitas Yudharta Pasuruan.
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peran+uang+dalam+perekono
mian&oq=peran+uang+dalam+#d=gs_qabs&u=%23p%3DAMXqtw9j2I0J

14

Anda mungkin juga menyukai