Anda di halaman 1dari 5

4.

Manajemen Kekayaan Dana Pensiun


Terkait dengan aspek kebijakan program dana pensiun yang berlaku selama ini, ada dua hal
yang perlu dicermati, yaitu terkait dengan sistem pendanaan, dimana system pendanaan dana
pensiun, belum dilakukan suatu perencanaan yang matang, sehingga kualitas pendanaan dana
pension masih banyak yang belum optimal. Yang kedua terkait dengan materi muatan
undang-undang yang menjadi payung hukum kegiatan dana pensiun di Indonesia, dalam
beberapa materi khususnya yang berkaitan dengan program dana pensiun, perlu adanya
koreksi karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebijakan dana pension saat ini
Dalam aspek anggaran dana pensiun, proporsi belanja pensiun terhadap pendapat
semakin meningkat, hal ini adanya potensi yang berakibat terhadap munculnya defisit yang
berpotensi terhadap kualitas pendanaan dana pensiun. Disamping itu yang perlu untuk
diperhatikan adalah beban pembiayaan terhadap kewajiban masa lalu atau unfunded PSL
terjadi karena penerapan program pensiun manfaat pasti yangrentan terhadap kebijakan
kenaikan table gaji pokok. Dalam program manfaat pasti, menuntut adanya perhitungan
kewajiban manfaat polis masa depan untuk menghitung tingkat solvabilitas. Berdasarkan
formula manfaat dengan hanya iuran sebesar 3,25%, hasil pengembangan iuran hanya dapat
menutup manfaat dengan kenaikan gaji sebesar 2,5%. Besaran persentse ini amat kecil untuk
sebuah manfaat pension yang akan diterima oleh para pensiunan. Dalam batas usia pensiun,
beberapa hal yang perlu untuk dikaji lagi adalah angka harapan hidup setelah pensiun tidak
berhubungan dengan angka harapan hidup ketika lahir. Yang kedua adalah jika BUP tidak
ditingkatkan, sedangkan angka harapan hidup setelah pensiun telah meningkat, maka hal ini
akan menimbulkan pembiayaan pensiun yang tinggi, karena usia mengiur yang lebih sedikit
dibandingkan usia hidup pensiunan yang harus ditanggung oleh lembaga penyelenggara
program pensiun dan THT. Untuk itu kenaikan BUP harus mempertimbangan aspek
demografi seperti perbandingan jumlah pensiunan dengan populasi umum, perbandingan
angka harapan hidup populasi setelah pensiun, kemudian dihitung dengan permodelan
aktuaria. Keputusan perpanjangan BUP tidak bisa didasarkan hanya pada keputusan politis
tanpa mempertimbangkan aspek demografi. Saat ini, sejumlah kebijakan mengatur beragam
BUP untuk jabatan fungsional tertentu mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan presiden serta peraturan presiden. Beragamnya sejumlah kebijakan yang terkait
dengan Batas Usia Pensiun memunculkan pertanyaan, apa dasar yang digunakan untuk
menentukan BUP yang berbeda-beda tersebut? Apakah aspek demografi dan mortalitas telah
dipergunakan? Apabila kebijakan yang diambil tanpa perhitungan yang tepat terhadap angka
mortalitas setelah pensiun dan hanya berdasarkan kebijakan politis semata, maka
keberlangsungan fiskal maupun isu kaderisasi akan menjadi masalah di kemudian hari.
5. Mekanisme Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah
Merujuk pada fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun
Berdasarkan Prinsip Syariah, dana pensiun syariah merupakan implementasi dari ajaran
Agama Islam untuk mengelola kekayaan pada masa berkelimpahan untuk digunakan pada
masa kekurangan (Q.S Yusuf: 43-49), untuk memperhatikan apa yang sudah diperbuat untuk
hari esok (Q.S Al Hasyr: 18), untuk mempergunakan sebaik-baiknya masa muda sebelum
datangnya masa tua (Hadist Riwayat Hakim), dan norma-norma ajaran Islam lainnya.
satu hal penting yang perlu dipahami oleh kita adalah pengaturan mengenai dana
pensiun syariah didesain sebagai pengembangan dari konsep dana pensiun yang sudah
dikenal melalui Undang-Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Di dalam UU ini,
dana pensiun didefinisikan sebagai badan hukum yang mengelola dan menjalankan program
yang menjanjikan manfaat pensiun.
Dalam konteks ini, desain kegiatan operasional dana pensiun syariah tidak berbeda dengan
kegiatan operasional dana pensiun konvensional pada umumnya. Di mana, dana pensiun
syariah mengelola dan menjalankan program pensiun yang menjanjikan manfaat pensiun
sebagaimana dana pensiun konvensional Adapun perbedaan antara dana pensiun
konvensional dengan dana pensiun syariah, secara garis besar terdapat tiga hal pokok.
Pertama, dana pensiun syariah menggunakan akad yang sesuai dengan jenis kegiatan
di dana pensiun. Penggunaan akad ini memperjelas hak dan kewajiban pihak-pihak yang
melakukan akad, sehingga operasionalisasi dana pensiun syariah tidak hanya legitimate
secara regulasi, tetapi juga memiliki landasan kuat secara syariah. Sebagai contoh, akad-akad
yang sudah mendapatkan otorisasi DSN MUI sebagaimana termuat di dalam Fatwa DSN
MUI No. 88/DSN-MUI/XI/2013 diantaranya adalah:1) akad hibah bi syarth terkait kegiatan
pemberian dana dari pemberi kerja kepada peserta program pensiun syariah, 2) akad wakalah
bil ujrah antara peserta dengan pengelola DPLK terkait kegiatan pengelolaan dana, 3) akad
ijarah terkait kegiatan penggunaan jasa aktuaris, akuntan publik dan bank kustodian oleh
Dana Pensiun Syariah.
Kedua, Dana pensiun syariah hanya diperkenankan untuk melakukan investasi di
instrumen investasi yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Misalnya, dalam konteks
investasi di pasar modal, dana pensiun syariah hanya diperkenankan untuk memiliki saham
yang tercatat di dalam Daftar Efek Syariah. Contoh lain, dana pensiun syariah tidak
diperkenankan menempatkan dananya pada deposito di perbankan konvensional. Instrumen
investasi ini sangat penting untuk menjamin dana pensiun syariah terhindar dari dana-dana
yang tidak jelas status kehalalannya.
Ketiga, dana pensiun syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Ketentuan ini dimuat dalam pasal 21 POJK No. 33/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan
program pensiun berdasarkan prinsip syariah. Sesuai dengan pasal tersebut, setiap dana
pensiun yang menyelenggarakan program pensiun syariah wajib memiliki paling sedikit 1
(satu) orang DPS yang memiliki tugas untuk mengawasi operasionalisasi dana pensiun
syariah agar tidak melanggar prinsip syariah.Dana pensiun syariah wajib memiliki paling
sedikit Dewan Pengawas Syariah untuk mengawasi kegiatan operasional agar tetap sesuai
dengan prinsip syariah. DPS nantinya akan memberikan laporan hasil pengawasannya pada
OJK. Perkembangan dana pensiun syariah
Perkembangan dana pensiun berdasarkan syariah Islam di Indonesia sendiri sudah
dimulai sejak tahun 2017 dengan lahirnya Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Syariah. Satu tahun kemudian, tepatnya 21 Desember 2018, hadir juga Dana Pensiun
Pemberi Kerja (DPPK)
Kini sudah ada empat perusahaan dana pensiun berdasarkan syariah Islam yang sudah
terdaftar OJK, yakni:
1. Dana Pensiun Muhammadiyah.
2. Dana Pensiun Universitas Islam Indonesia.
3. Dana Pensiun Bank Muamalat.
4. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat.

6. Kebijakan dan Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syariah


Pengelolan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran islam akan memiliki banyak
manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal terhadap syariah. Al-Quran
sendiri mengajarkan umatnya untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah dan
menyiapkan hari esok agar lebih baik. Ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya
pencadangan sebagian kekayaan untuk hari depan. Hal ini sangat penting, mengingat setelah
pensiun manusia masih memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.Dengan pencadangan
tersebut ketika seseorang memasuki masa kurang produktif, masih memiliki sumber
pendapatan. Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia
dengan sejumlah alasan: 19 Karnaen, A. Perwaatmadja, Berbagai Aspek Ekonomi Islam,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992, h.146
1. Masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program dana
pensiun. Kecuali pegawai negeri yang secara otomatis menjadi anggota taspen dan
Askes, pegawai swasta dan pegawai mandiri wiraswasta yang jumlahnya sangat besar sangat
potensial untuk menjadi target pasar program dana pensiun syariah.
2. Dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah, tentunya SDM yang
bekerja dalam institusi tersebut menjadi pasar khusus yang jelas bagi dana pensiun
syariah.
3. Rasa percaya, rasa memiliki, dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
industri keuangan dan bisnis syariah yang terus membaik akan menjadi modal dasar
yang penting untuk terus memperbesar konsumen dan nasabah yang loyal, terutama bagi
dana pensiun syariah.
Untuk itu, kebijakan dan program akselerasi sangat dibutuhkan untuk mempercepat
pertumbuhan dana pensiun syariah. Kebijakan dan program tersebut diharapkan mencukupi
untuk dapat mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan demand secara seimbang dan
memperkuat permodalan, manajemen, dan sumber daya manusia bagi dana pensiun syariah.
Selain itu, sasaran selanjutnya yang juga penting adalah melibatkan seluruh stakeholder dana
pensiun syariah untuk berpartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai otoritas, tanggung
jawab, dan kompetensi masing-masing. Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun
syariah relatif tertinggal bila dibandingkan dengan industri keuangan syariah yang lain. Hal
ini terjadi diantaranya disebabkan minimnya dukungan strategi dan regulasi. Hal ini dapat
terlihat dalam beberapa hal:
1. Dalam konteks strategi pengembangan industri. Ketika perbankan, asuransi, dan
pasar modal syariah sudah memiliki dan masuk dalam road map strategi
pengembangan masing- masing industri, dana pensiun syariah belum disentuh sedikit
pun dalam kebijakan dan strategi pengembangan Industri Dana Pensiun Tahun 2007-
2011.
2. Dalam konteks regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi, dan reksa dana syariah
sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan Fatwa DSN-MUI, maka dana
pensiun syariah belum ada satu pun peraturan dan fatwa yang mendukung. Sehingga
regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada
peraturan dana pensiun yang umum dan Fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat
khusus dan mendetail.
3. Ketentuan Investasi langsung dalam UU No. 111992 tentang Dana Pensiun.
Selama ini Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK Syariah mengeluhkan tentang
produk investasi terikat Mudharabah muqayyadahrestricted investment yang berpotensi
besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Produk mudharabah muqayadah merupakan
produk bank syariah berupa investasi di bidang properti atau infrastruktur dengan nilai
proyek sangat besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Selama ini bank syariah
kesulitan membiayai proyek tersebut karena terbentur dengan batas maksimum pemberian
kredit. Instrumen investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan ke dalam revisi UU Dana
Pensiun. DPLK Syariah memerlukan regulasi itu untuk memperluas instrument investasi
yang sesuai dengan karakternya. Keterbatasan instrument investasi ini kemudian berakibat
dana kelolaan dana pensiun syariah justru kebanyakan ditanam dalam bentuk obligasi, saham,
dan reksa dana syariah saja. Padahal dengan potensi besar masyarakat muslim dan dengan
pasar yang sangat terbuka lebar tentunya dana pensiun syariah memiliki harapan masa depan
yang cerah.

References
Amanda, G. (2019, November 19). REPUBLIKA.CO.ID. Retrieved from Mengenal Dana Pensiun
Syariah: https://www.republika.co.id/berita/q0uo9o423/mengenal-dana-pensiun-syariah

Dr. Gaguk Apriyanto, S. M. (2020). MANAJEMEN DANA PENSIUN. Malang: Media Nusa Creative.

https://text-id.123dok.com/document/ozlnp92lq-kebijakan-dan-kendala-pengembangan-dana-
pensiun-syariah.html di akses 22 oktober 2021 jam 22.00

Anda mungkin juga menyukai