Anda di halaman 1dari 16

1.

PENDAHULUAN

LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK


a. Memahami peran dan fungsi lembaga keuangan dalam sistem
ekonomi masyarakat.
b. Memahami karakteristik aktivitas lembaga keuangan yang sangat
spesifik, sebagai badan usaha yang menyediakan jasa pelayanan
mediasi antara pemilik uang dan pengguna uang.
c. Memahami teori-teori uang dan perkembangannya sebagai
medium pertukaran yang selalu bersejajaran dengan
perkembangan ilmu pngetahauan dan teknologi.
d. Memahami perbedaan sebutan lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan non bank dalam sebuah sistem moneter.
e. Memahami fungsi lembaga keuangan domestik, internasional dan
lembaga keuangan dunia dan perannya dalam sistem keuangan
internasional.
..............................................................................................................................
1. Referensi : a. Syamsyu Iskandar, “ Bank dan Lembaga
KeuanganLainnya “ INMEDIA 2013,
2. Muhamad, “ Sistem Bagi Hasildan Pricing Bank Syariah “, UII
Press 2016.
3. Naf’an, “ Ekonomi Makro. Tinjauan Ekonomi Syariah “. Graha Ilmu
2014.
4. Ahmad Ifham Sholihin, “ Buku Pinter Ekonomi Syariah “, Gramedia
2010.
5. Andri Soemitra, DR.MA. “ Bank& Lembaga Keuangan Non Bank
Syariah “, Prenadamedia Group, 2015, Cetakan ke 5.
.............................................................................................................................

Pengantar Lembaga Keuangan 1


I. INTRODUKSI
I.1. Sejak masa Nabi Saw telah dikenal lembaga keuangan yang
diselenggarakan oleh para Jihbiz, sebagai penerima amanah penitipan,
penyaluran dan pengiriman uang. Pada mulanya para sahabat Nabi dan
Nabi SAW sendiri yang biasa menerima amanah ini, namun dalam
perkembangan selanjutnya, terutama setelah hijrah dari Mekkah ke
Madinah, Nabi Saw melepaskan kegiatannya sebagai penerima amanah
penitipan dan pengiriman uang, tetapi para sahabat diminta untuk terus
melanjutkan kegiatan itu, yang kemudian berkembang sebagai sebuah
kegiatan ekonomi yang penting dalam memfasilitasi bertemunya para
pemilik uang dan pengguna uang dalam mengembangkan
perekonomian masyarakat.

I.2. Masyarakat Jihbiz, para penerima amanah penitipan uang, bisa


dikatakan sebagai para perintis kegiatan mediasi antara pemilik uang
dan pengguna uang; bukan semata-mata karena tuntutan
perkembangan, namun juga karena pandangan syariah Islam tentang
uang sebagai benda public yang harus terus mengalir agar bisa diakses
oleh setiap orang yang memerlukan; terutama karena keyakinan umat
Islamyang meyakini bahwa bila harta / emas / uang tidak dibelanjakan
di jalan Allah dan dibiarkan disimpan/ditimbun, kelak akan menjadi
bahan bakar api neraka yang akan membakar seluruh tubuh meraka
( QS { }: ). Maka penitipan uangpun menjadi sebuah keharusan
yang kemudian membudaya dalam kehidupan kaum muslim. Dalam
dunia perbankan, jejak-jejak kaum Jihbiz dalam proses-proses
pelayanan yang terjadi di jaman Nabi SAW dan para sahabat dalam
mengelola amanah penitipan, penyaluran dan pengiriman uang masih

Pengantar Lembaga Keuangan 2


nampak jelas sampai sekarang; diantaranya mengenai istilah kliring dan
cheque.

I.3. Dalam konsep ekonomi Islam, uang adalah benda publik yang harus
selalu beredar dan dapat dengan mudah diakses oleh para pengguna
uang untuk membantu kelancaran dalam bermuamalah. Masyarakat
muslim awal yakin, menimbun atau menyimpan uang sehingga uang
tidak bisa beredar adalah dosa besar, ancamannya uang ( emas ) itu
akan menjadi bahan bakar api neraka yang akan membakar tubuhnya
( QS [ ... ] : .... ). Al- Ghazali menyebutnya menimbun uang sama
dengan memenjarakan uang, sehingga uang tidak bisa menjalankan
fungsinya bagi kesejahteraan masyarakat. Dan moral itu pula yang
menumbuh - kembangkann kegiatan jasa pelayanan mediasi antara
pemilik uang dengan para pengguna uang; selain konsep uang sendiri
dari kacamata Islam sebagai publicgoods yang setiap saat harus bisa
diakses oleh masyarakat. Uang juga harus mengalir seperti air mengalir
untuk memberikan kehidupan kepada setiap makhluk yang dilaluinya (
QS [ 23 ] : 17-20 ).

I.4. Dalam sistem perekonomian modern peran uangsemakin terasa


demikian dominan, membuat masyarakat pun mmenjadi salah kaprah
dalam memandang uang. Uangseolah-olah adalah segala-
galanya.Memang dalam ekonomi uang segala-galanya memerlukan
uang. Namun uang bukan segala – galanya. Uang sebenarnya hanya
sekedar alat tukar-menukar, pengukur nilai dan alat bayar untuk
menfasilitasi atau mempermudah proses tukar – menukar benda-benda
ekonomi ( benda – benda yang sebenarnya yang dibutuhkan manusia
bukan uangnya). Uang itu hanya merupakan sebuah medium

Pengantar Lembaga Keuangan 3


( alat )saja untuk memudahkan proses tukar menukar yang diterima
secara umum. Tanpa harus menunggu bertukaran dengan orang yang
saling membutuhkan benda-benda ekonomi atau alat-alat pemenuh
kebutuhan manusia. Dengan adanya uang, proses kegiatan ekonomi
produktif menjadi tidak terhambat, tetap terus berjalan dan produktif
secara bersamaan dengan proses tukar menukar, untuk
menyejahterakan kehidupan manusia. Al Ghazali menyebutnya sebagai
anugrah Allah Swt untuk menjadi hakim penengah diantara seluruh
harta benda sehingga semua harta benda bisa diukur dengannnya.

I.5. Memang harus diakui bahwa keberadaan uang dalam kehidupan


perekonomian masyarakat, sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-
Ghazali merupakan anugrah / nikmat Allah Swt yang tidak terhingga
nilainya; sehingga semua proses kehidupan bermasyarakat dan
bermuamalah bisa berjalan berbarengan, efisien dan efektif. Peran
uang dalam menjalani fungsinya telah berperan besar dalam
mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan dan kehidupan
perekonomian serta peradaban manusia. Uang pun telah menjadi
sebuah studi ekonomi yang paling cepat berkembang; dan menjadi
indicator ekonomi yang paling mudah dikenali.

I.6. Namun bersamaan dengan itu pula sejarah perkembangan uang pun
telah menorehkan beberapa catatan penting yang muncul dari perlakuan
manusia terhadap uang yang kurang tepat, sehingga memunculkan
persoalan-persoalan yang tidak diharapkan dalam kehidupan
masyarakat, baik secara ekonomi, politik maupun sosial budaya.
Khusus mengenai hal ini nampaknya Firman Allah SWT dalam surat

Pengantar Lembaga Keuangan 4


Al Mukminun ayat 17 – 20sangat tepat sebagai acuan berpikir dalam
memandang uang.

QS [ 23 } : 17 , “ Dan sungguh Kami telah menciptakan di atas kamu


tujuh jalan. Dan tidaklah kami lalai memelihara makhluk “;
QS [23 ) : 18, “ Dan telah kami turunkan air dari langit dengan suatu
ukuran, lalu Kami menempatkannya di bumi, dan sesungguhnya Kami
berkuasa untuk menghilangkannya ”.
QS [23} : 19; “ Maka kami jadikan bagi kamu dengan ( air ) itu kebun-
kebun kurma dan anggur. Bagi kamu di dalam ( kebun-kebun ) itu
buah-buahan yang banyak dan dari padanya kamu makan ‘.
Qs [ 23 } : 20 ; “ Dan ( Kami jadikan ) pohon yang tumbuh di Thursina
( zaitun ) yang menghasilkan minyak, dan bumbu untuk orang-orang
yang makan”.

Sebagaimana kita alami selama ini, terganggunya keseimbangan alam (


ekosistem ) telah menyebabkan terjadinya bencana banjir, yang sering
mengganggu kehidupan manusia. Padahal jumlah air, sebagaiamna tersurat
dalam Surat al Mukminun tersebut di atas jumlahnya tertentu. Namun
perlakuan manusia pada alam telah mengubah ekosistem alam, sehingga di
saat-saat tertentu, saat musim hujan, debit air tak lagi seimbang dengan
kondisi lingkungan alamnya, sehingga terasa berlebih dan menyebabkan
banjir. Uang dalam pandangan Islam adalah seperti air, benda public yang
harus terus beredar ( mengalir ) dalam jumlah tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan akktivitas ekonomi masyarakat. Ketidak seimbangannya akan
menyebabkan persoalan-persoalan ekonomi yang akan membahayakan
kehidupan manusia. Tauhid dan keseimbangan memang merupakan dasar
philosofi kehidupan umat muslim dalam bermualamah. Berikut ini ada

Pengantar Lembaga Keuangan 5


beberapa catatan, berkaitan dengan terjadinya ketidak seimbangan antara
jumlah uang yang beredar dengan kebutuhan masyarakat akan uang, yang
telah menimbulkan bencana bagi kehidupan ekonomi masyarakat seperti juga
bencana banjir.

I.7. Pertama : Di masa Merkantilisme ( abad XVII ); sejarah


perkenomian dunia mencatat sebuah perisitiwa penting : Negara-negara
pengekspor menghadapi gejala inflasi yang akut. Emas membanjiri
negara-negara pengekspor, harga emas turun terus, sedangkan harga-
harga barang-barang selain emas naik terus; karena pasokan barang-
barang selain emas berkurang sebagai akibat dari arus ekspor yang
berlangsung. Saat itu uang masih berbentuk full bodied money.Saat itu
emas adalah uang( baca : full bodied money ). Nilai uang harus sama
dengan nilai instrinsiknya ( baca : nilai emasnya ). Arus pembayaran
luar negeri bisa dilakukan dengan pengiriman uang emas atau emasnya
dalam bobot yang sama. Bila yang dikirim adalah berupa uang, mata
uang emas luar negeri itu dillebur menjadi emas dan menambah
pasokan emas di dalam negeri. Sehingga harga emas turun, karena
pasokan yang meningkat. Sebaliknya harga barang-barang di luar emas,
terutama komoditas ekspor, berkurang di dalam negeri sehingga harga
barang-barang selain emas naik. Keadaan seperti ini bukan suatu
keadaan yang diharapkan, karena membanjirnya emas ( uang ) di dalam
negeri ternyata tidak memberikan kesejahteraan yang nyata bagi
masyarakat. Kondisi semacam ini telah disinyalir oleh Abu Ubaid,
ekonom Muslim ( ……………….. ) yang berpendapat bahwa nilai
uang bukanlah nilai intrinsiknya, uang memiliki nilai karena
fungsinya. Atau dengan kata lain nilai uang berada di luar nilai
intrinsiknya. Yang kemudian dipertegas oleh Al Ghazali bahwa nilai

Pengantar Lembaga Keuangan 6


uang ditentukan oleh produktivitas masyarakatnya. Kedua pendapat
akhli ekonomi muslim ini menunjukkan hubungan kausalitas rasional,
antara sebagai alat tukar dengan jumlah barang yang diperdagangkan
( produktivitas masyarakat ); dan sekaligus juga menjelaskan mengapa
Abu Ubaid juga sejak awal sudah memisahkan mengapa harus
dibedakan antara emas sebagai uang dan emas sebagai komoditas !
Yang kemudian dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah bahwa uang tidak
dimaksudkan untuk mengukur dirinya sendiri.

I.8. Kedua : Pasca Perang Dunia Pertama negara-negara yang terlibat


dalam peperangan menghadapiperkonomian yang parah. Mereka
kekurangan emas karena habis dipergunakan untuk membiayai perang.
Semua emas dunia di masa perang mengalir ke Amerika Serikat,
Inggeris dan Perancis untuk membeli senjata, amnunisi dan
perlengkapan perang lainnya.Dan industri perang di Amerika, di
Perancis dan Inggeris sendiri memerlukan emas dan perak sebagai
bagian penting dari bahan baku senjata maka persediaan emas dan
perak dunia pun mengalami penurunan. Dunia akhirnya menghadapi
kondisi perekonomian yang betul-betul parah. Dikenal dengan sebutan
jaman malaise. Amerika mulai mencetak dollar tanpa jaminan emas,
dan harus menanggung akibatnya. Dimulai oleh Spanyol yang
menukarkan dollarnya dengan emas untuk memperperbaiki
perekonomian domestiknya. Negara-negara lain pun ikut-ikutan.
Kondisi ini semakin memperparah keadaan. Namun, dollar masih tetap
diakui sebagai mata uang dunia. Dan sejak saat itu pula, mata uang
tidak perlu dijamin sepenuhnya dengan emas, dan juga bank tidak lagi
melayani penukaran mata uang dengan emas; meskipun masih tetap

Pengantar Lembaga Keuangan 7


berstandar emas( gold specie standard ). Dan uang pun tidak lagi
dijamin penuh dengan emas.

I.9. Ketiga : Kondisi perekonomian dunia semakin parah pasca Perang


Dunia II. Beberapa ekonom dunia berusaha untuk mengatasi keadaan
yang getir ini dengan cara menyusun kerangka kerjasama internasional
di bidang keuangan. Dua orang ekonom dunia asal Amerika yang
secara penuh mencurahkan perhatiannya terhadap masalah ini adalah
John Maynard Keynes dan H.D. White.

I.10. Keynes menyusun rencananya yang dikenal dengan Keynes


Plan dengan pokok-pokok gagasan sebagai berikut :
a. Adanya stableexchangerate,
b. Konvertibilitas,
c. Negara-negara surplus memberigrant kepada negara yang
mengalami defisit,
d. Membatasi capitalflights.
Untuk mewujudkan tujuan ini Keynes merekomendasikan didirikannya
suatu BankClearing yang diberi nama InternationalClearingUnion ( ICU),
yang berfungsi sebagai badan internasional dan bertugas menyelesaikan
masalah utang piutang antar negara. Dana badan ini diperoleh melalui quota
dari setiap negara anggota yang besarnya bergantung pada kepentingan
ekonomi negara masing-masing. Selain itu harus pula diciptakan mata uang
internasional yang disebut bancor. Dalam konsep Keynes ini setiap negara
tidak berutang atau berpiutang kepada negara lain, tetapi berutang atau
berpiutang pada ICU. Mekanisme pembayaran kepada ICU tidak dibayar
langsung tapi melalui keharusan mengimpor barang dari luar negeri dalam
batas waktu tertentu. Jika batas waktu terlewati piutang akan hapus dengan

Pengantar Lembaga Keuangan 8


sendirinya, meskipun impor negara surplus ini belum senilai piutangnya.
Kekurangan nilai itu merupakan grant dari negara surplus kepada negara
defisit, sehingga negara-negara defisit tidak mengalami kesulitan permbayaran

I.11. H.D. White menyusun gagasannya yang dituangkan dalam


White Plan. White mengusulkan dua badan yang diberi nama
UnitedNationsStabilizationFund ( UNSF ) dan
BankforReconsttructionand Development ( BRD) . Badan yang pertama
berfungsi sebagai lembaga yang menjaga stabilitas nilai tukar
(exchangerate).Perubahan nilai tukar oleh suatu negara hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan UNSF. Hanya perubahan-perubahan
kecil tidak memerlukan persetujuan. Badan yang kedua berfungsi
sebagai Bank Internasional dan negara-negara yang mengalami
kesulitan finansial dapat meminjan dari Bank for
ReconstructionandDevelopment setelah terlebih dahulu memenuhi
persyaratan tertentu. Pinjaman hanya dimaksudkan untuk menutup
defisit sementara dari neraca pembayaran negara yang bersangkutan.
White pun menetapkan quota negara-negara peserta sebagai sumber
kekayaan UNSF dan BRD.

I.12. Kedua gagasan ekonom dunia inilah yang kemudian


melahirkan lembaga keuangan internasional dalam pertemuan di
Bretton Woods, Amerika Serikat tahun 1944; yang sangat penting dan
telah menunjukkan perannya dalam menjaga stabilitas moneter dan
pembangunan perekomian dunia, yaitu : InternationalMonetary Fund
(IMF), InternationalBankofReconstructionandDevelopment( IBRD
)dan International Finance Corporation sebagai lembaga keuangan
yang memberikan pinjamman untuk kepentingan investasi swasta.Dan

Pengantar Lembaga Keuangan 9


sekaligus juga menunjukkan bahwa peran lembaga keuangan sangatlah
erat kaitan dengan upaya-upaya menjaga dan mempertahankan
stabilitas moneter dan keberlanjutan pembangunan ekonomi dunia, bila
dilaksanakan secara berdisiplin dan bertanggungjawab.

I.13. Namun upaya ini ternyata masih memunculkan persoalan


baru, yaitu munculnya krisis moneter dunia yang dimulai dengan
bangkrutnya Lehmann Brothers yang berujung pada kebangkrutn
industry Amerika Serikat. Saat ini hampir seluruh pusat-pusat industry
Amerika Serikat nyaris menjadi kota-kota hantu, dan Amerika Serikat
masih belum bisa bangkit kembali sebagai negara adidaya. Dan akibat
krisis ini dunia moneter samakin jauh berubah dan telah meninggalkan
jaminan emas sebagai acuan nilainya. Nilai uang sudah sepenuhnya
diserahkan kepada hokum permintaan dan penawaran pasar. Krisis ini
dipicu oleh perilaku spekulatif di Pasar Uang dan Modal; sifat
spekulasi yang tidak produktif telah mengahmbat produktivitas
masyarakat karena uang tidak beredar di sector produktif ! Akibatnya
supply uang untuk kegiatan produktif berkurang. Industri pun
bangkrut ! Inflasi tak terkendali !

I.14. Dari gambaran di atas, jelas sekali peran lembaga keuangan


sebagai medium penting untuk mempertemukan pemilik uang dan
pengguna uang, dan semakin jelas pula bahwa setiap anggota
masyarakat, baik itu masyarakat bangsa mau pun masyarakat dunia
harus memiliki akses pada sumber-sumber keuangan untuk menolong
dan memperbaiki perekonomiannya. Dan disinilah mungkin tepatnya
pandangan Islam mengenai uang sebagai benda public dengan
perangkat etisnya melarang orang membiarkan uang tidak beredar

Pengantar Lembaga Keuangan 10


( disimpan di bawah bantal ), memenjarakan uang kata Imam al
Ghazali. Dan melarang penggunaan uang untuk spekulasi !

I.15. Dari gambaran di atas terlihat bahwa nilai uang memang


semakin tak ada hubungannya dengan nilai intrinsik mata uang, bahkan
dengan jaminannya sekali pun. Hal ini terbukti ketika uang tidak
dijamin penuh dengan emas, bahkan akhirnya pasca krisis moneter
dunia 2008 uang tidak dijamin sama sekali; tapi uang tetap bisa
diterima sebagai alat tukar atau pembayaran yang syah. Benar kata Abu
Ubaid, bahwa nilai uang ada karena fungsi uang itu sebagai alat tukar
dan pengukur nilai. Dan uang pun menjadi benda kepercayaan (trust),
dipercaya dan diterima sebagai alat tukar yang syah. Dan uang tetap
memiliki nilai. Nilai itu, kata Al-Ghazali bergantung pada produktivitas
masyarakatnya, semakin produktif masyarakat semakin tinggi nilai
uang itu.Al Ghazali dan Ibnu Taimiyah di masanya juga telah mencoba
memperkenalkan uang dari kulit binatang, dengan catatan bahwa
nilainya harus dijamin oleh pemerintah. Pada dasarnya uang yang
beredar sekarang adalah uang yang nilainya dijamin oleh pemerintah.
Sehingga uang sekarang lebih tepat sebagai uang kepercayaan.
Amerika Serikat sejak awal memang sudah mencantumkan dalam mata
uangnya sebuah tulisan yang berbunyi :To the Godwetrust.

I.16. Mengingat betapa erat kaitannya antara lembaga keuangan, baik


bank mau pun non bank, dalam memasok kebutuhan akan uang.
Maka untuk memenuhi kebutuhan akan uang dalam kerangka
produktivitas masyarakat, studi terhadap uang dan lembaga
keuangan, merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Studi
terhadap lembaga keuangan adalah bagian dari studi tentang uang

Pengantar Lembaga Keuangan 11


itu sendiri. Bahkan studi tentang sistem keuangan syariah pun,
yang dewasa ini telah berkembang pesat tidak hanya di negara-
negara Islam saja tapi telah merambah ke negara-negara yang
memiliki komunitas muslim. Dewasa ini pun sistem keuangan
syariah sudah menjadi bagian riset yang intensif World Bank,
tentu saja bagi masyarakat Indonnesia dengan mayoritas
masyarakat muslim harus lebih intensif lagi baik berkaitan dengan
studi keilmuannya maupun studi manajerialnya.

I.17. Memang sebelumnnya, ketika orang mendengar tentang


ekonomi Islam atau ekonomi Syariah; orang hanya menganggapnya
sebagai ilmu ekonomi tanpa bunga. Namun ekonomi Islam yang
bersumber dari Qur’an dan Hadist, tidak sekedar ekonomi tanpa bunga,
meskipun ekonomi tanpa bunga adalah ajaran pokoknya, yang juga
menjadi inti dari pembahasan tentang uang dan lembaga keuangan bank
dan non bank, yang membedakannya secara mendasar dengan system
ekonomi kovensional.

I.18. Ekonomi syariah memiliki dasar-dasar pemikiran yang lebih


substansial dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang
sejahtera dan berkeadilan. Karena sumbernya berasal dari al Qur’an
dan As-Sunnah, Tauhid dan keseimbangan menjadi philosophy
pemikiran ekonomi syariah; tanpa harus terjebak dalam batasan-batasan
dogmatis. Tradisi berpikir Thawhidi String Relation dalam methode
science Islam memungkinkan penggunaan akal secara optimal untuk
mencari rahasia Allah SWT. Maka tidak mengherankan apabila
kemudian ternyata apa yang telah menjadi dasar pemikiran para
ilmuwan Muslim terbukti sangat relevan dengan perkembangan-

Pengantar Lembaga Keuangan 12


perkembangan masa kini. Misalnya, Abu Ubaid, pemikir ekonomi
Islam yang hidup di abad 7 Masehi ( abad II/III Hijriah ), sejak awal
sudah berpendapat bahwa nilai uang bukan karena nilai intrinsiknya
tetapi uang memiliki nilai karena fungsinya. Di jamannya mungkin
orang akan sulit untuk mencerna pendapat ini, mungkin baru pada abad
21 Masehi, pasca krisis moneter 2008 dunia menerima kenyataan
bahwa uang tetap memiliki nilai meski sudah tidak dijamin lagi dengan
emas ! Atau meski nilai intrinsic uang modern nyaris sama dengan nol.

I.19. Memang , dalam perkembangan ekonomi modern yang


disebut juga sebagai ekonomi uang, masalah-masalah ekonomi muncul
sebagai akibat dari persoalan-persoalan yang bersangkut paut dengan
nilai uang; karena fungsi uang sebagai satuan pengukur nilai. Maka
uang harus memiliki nilai, agar ia bisa diterima oleh semua orang
sebagai alat bayar. Fluktuasi nilai uang adalah problem utama ekonomi
modern( ekonomi uang ). Problem ini sering merembet dari satu
masyarakat ke masyarakat lainnya, seperti efek domino atau ekspor-
impor inflasi. Sebagai akibat dariterjadinya perdagangan antar
masyarakat. Dari catatan di muka tergambar jelas bahwa persolan nilai
uang suatu masyarakat tidak selamanya bisa diselesaikan sendiri oleh
masyarakat yang bersangkutan; bahkan tak bisa dihindari untuk
bekerjasama dengan masyarakat lainnya. Lembaga-lembaga
keuangan , baik domestic mau pun internasional menjadi bagian yang
tidak bisa diabaikan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan nilai
uang.

I.20. Uang sebagai sebuah benda yang menjadi medium tukar


menukar, memang hanya berlaku dalam masyarakatnya sendiri. Ketika

Pengantar Lembaga Keuangan 13


uang masih berstandar emas, baik full bodied money maupun token
money, penyelesaian pembayaran internasional tidaklah terlalu rumit,
cukup dengan mengirimkan emas atau uang emas. Namun ketika
sebagain besar mata uang di dunia mempergunakan kertas; pengiriman
emas menjadi tak lazim. Biasanya dilakukan dengan nilai kursnya,
nilai yang menunjukkan perbedandingan nilai antar mata uang yang
berbeda. Dan itu artinya negara pengimpor harus membeli valuta asing
untuk mebayar utang-utang dagangnya. Ketika sebuah negara
mengalami defisit perdagangan, maka pada dasarnya ia menghadapi
ketimpangan jumlah valuta asing, karena devisa yang dimilikinya lebih
sedikit dari pada devisa yang dibutuhkan untuk membayar utang
dagangnnya, pada kondisi seperti ini kurs valuta asingnya akan naik.
Dalam hubungan inilah peran lembaga keuangan semakin diperlukan,
terutama lembaga keuangan dunia; karena nilai valuta asing, kadang-
kadang sering tidak berimpitan dengan dengan produktivitas
masyarakatnya, tetapi lebih sering terjadi karena ketimpangan neraca
perdagangan antar masyarakat yang bersangkutan. Atau karena ulah
spekulasi di pasar uang dan modal. Disinilah peran Bank Dunia sebagai
Bank Sentral negara-negara anggota dalam menanggulangi
ketimpangan neraca pembayaran.

I.21. Sebagaimana juga lembaga keuangan domestic, lembaga


keuangan Dunia ( Internasional ) juga dibedakan antara Lembaga
Keuanan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank, Lembaga Keuangan
Bank berfungsi sebagai penitipan, penyaluran dan pengiriman,
sedangkan lembaga keuangan non Bank adalah lembaga-lembaga
keuangan yang hanya menjalankan fungsi penitipan/pengumpulan dan
penyaluran. IFC merupakan lembaga keuangan nonbank dunia yang

Pengantar Lembaga Keuangan 14


melayani kebutuhan-kebutuhan investasi swasta, sedangkan Bank
Dunia merupakan lembaga keuangan bank yang menjadi Bank
Sentralnya Bank-bank Sentral negara-negara anggota.

I.22. Lembaga keuangan syariah, adalah lembaga-kelmaba


keuangan yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip Syariah Islam
berdasar Qur’an dan Hadist; dengan ciri utamanya tidak mendasarkan
pada sistem bunga dalam pelayanannya tetapi berdasar bagi hasil.
Lembaga keuangan syariah, terutama lembaga keuangan non bank
syariah, sebenarnya lebih bervariasi dibanding dengan lembaga
keuangan konvesional. Hal ini dimungkinkan karena prinsip-prinsip
ekonomi Islam memiliki sejumlah kaidah yang memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya lembaga keuangan yang mengelola kewajiban-
kewajiban seorang muslim dalam membelanjakan hartanya di jalan
Allah. Antara lain yang berkaitan dengan pengelolaan wakaf, zakat dan
lain sebagainya.

I.23. Uang sebagai sebuah benda kepercayaan, yang nilainya


harus dijamin oleh pememrintah; memiliki sebuah konsekwensi yang
tidak bisa dihindarkan; yaitu memerlukan keputusan politik berkaitan
dengan kebijaksanaan keuangan ( moneter ). Transmisi kebijaksanaan
keuangan inilah yang kemudian harus bisa berjalan, yang di dalam
prakteknya bermuara pada lembaga keuangan, baik bank mau pun non
bank. Oleh karena itu lembaga keuangan bank dan non bank, baik
swasta mau pun milik pemerintah secara ketat harus tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengantar Lembaga Keuangan 15


I.24. Kebijaksanaan moneter dalam upaya menjaga stabilitas nilai
uang, tidak bisa sepenuhnya diatasi hanya dengan mengatur supply
uang melalui instrumen-instrumen moneter, namun juga harus
dilengkapi dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang fiscal
( perpajakan ). Inti kebijkasanaan di bidang fiscal bukan berorientasi
pada menaikan atau menurunkan pajak, tapi lebih berorientasi pada
upaya politik pemerintah dalam memanfaatkan sumber pendapatannya
untuk mengurus masyarakat. Sebagaimana terlihat jelas dalam
kebijaksanaan fiscal yang biasa diambil pemerintah dalam bentuk :
Kebijaksanaan anggaran berimbang, anggaran deficit dan anggaran
surplus. Kebijaksanaan mana yang diambil pemerintah bergantung
pada kondisi ekonomi masyarakat secara makro. Khusus mengenai
kebijaksanaan moneter; ada beberapa kebijaksanaan moneter
konvensional yang tidak cocok dengan system ekonomi Islam; dan hal
itu tidak mungkin diambil dalam upaya kebijaksanaan ekonomi Islam
seperti kebijksanaan penetapan bunga acuan.

I.25. Sistem ekonomi masyarakat kita sekarang memang masih


dualistis; system konvensional dan syariah. Dan sebagian besar masih
menganut system ekonomi konvensional. Namun bukan berarti bahwa
system ekonomi kita campur aduk; karena prinsip ekonomi Pancasila
yang sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, bisa didekati dengan system
syariah mau pun konvensional.

Pengantar Lembaga Keuangan 16

Anda mungkin juga menyukai