Anda di halaman 1dari 8

MODUL PERKULIAHAN

Lembaga
Keuangan
Syariah
Sejarah dan perkembangan lembaga perbankan dan
keuangan dalam Islam • Revivalisme Islam (abad XVIII-
XIX) • Modernisme (Akhir abad XIX) • Neo-Revivalisme
(Middle abad XX) • Faktor-faktor yang mendorong
munculnya perbankan Islam • Pertumbuhan perbankan
dan lembaga keuangan syari’ah di negara-negara Islam

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


F041700005

03
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi Ali Ridho, S.E, M.Si.

Abstract Kompetensi
Pengenalan keuangan syariah, Mahasiswa mampu memahami
memaparkan sejarah lahirnya dan sejarah perkembangan
perkembangannya dari zaman lembaga keuangan syariah
nabi sampai saat ini.
Pembahasan
Sejarah dan perkembangan lembaga perbankan dan

keuangan dalam Islam

Di dalam sejarah perkembangan lembaga perbankan dan keuangan Islam, kegiatan


muamalah seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi
dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, yang dilakukan dengan
akad-akad yang sesuai syariah telah lazim dilakukan umat Islam sejak zaman Rasulullah
Saw. Rasulullah Saw, yang dikenal dengan julukan Al-Amin, dipercaya oleh masyarakat di
kota Mekah dengan menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum pindah
/hijrah ke Madinah, ia meminta sahabat Nabi yaitu Ali bin abi Thalib r.a untuk
mengembalikan semua titipan itu kepada para pemiliknya.

Seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Zubair bin al-Awwam r.a., memilih tidak
menerima titipan harta. Ia lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman. Tindakan Zubair
ini menimbulkan implikasi yang berbeda, yakni yang pertama, dengan mengambil uang itu
sebagai pinjaman, Ia memiliki hak untuk memanfaatkannya; kedua, karena bentuknya
pinjaman, ia berkewajiban untuk mengembalikannya secara utuh. Dalam riwayat lain
disebutkan, Ibnu Abbas r.a. juga pernah melakukan pengiriman barang ke kota Kuffah dan
Abdullah bin Zubair r.a. melakukan pengiriman uang dari kota Mekkah ke saudaranya
Mis'ab bin Zubair r.a. yang tinggal di Irak.

Penggunaan cek juga telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara
negera Syam dengan Yaman pada saat itu, paling tidak berlangsung dua kali dalam
setahun. Bahkan, dalam masa pemerintahannya, Khalifah Umar bin Khattab r.a.
menggunakan cek untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan
menggunakan cek ini, mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang ketika itu diimpor dari
Mesir. Di samping itu, pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti
mudharabah, muzara'ah, musaqah, telah dikenal sejak awal diantara kaum Muhajirin dan
kaum Anshar.

Dengan demikian, jelas bahwa terdapat individu-individu yang telah melakukan fungsi
perbankan di zaman Nabi Muhammad Saw., meskipun individu tersebut tidak melakukan
seluruh fungsi perbankan. Namun fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima
simpanan uang (deposit), menyaluran dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam.

2019 2 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Praktik Perbankan dan Keuangan di Zaman Pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah

Jika di zaman Nabi Muhammad Saw, fungsi-fungsi perbankan dan keuangan biasanya
dilakukan satu lembaga yang disebut Baitul Mal dengan menunjuk satu orang sebagai
penanggung jawab yang hanya melakukan satu fungsi. Baru kemudian, di zaman
Pemerintahan Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh Baitul Mal. Fungsi-
fungsi perbankan yang dilakukan oleh satu individu dalam sejarah Islam telah dikenal sejak
zaman Abbasiyah. Perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata
uang pada zaman itu sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan satu mata uang
dengan mata uang lainnya. Hal ini diperlukan karena setiap mata uang memiliki kandungan
logam mulia yang berlainan sehingga memiliki nilai yang berbeda pula. Orang yang
mempunyai keahlian khusus itu disebut naqid, sarraf, dan zihbiz. Aktivitas ekonomi ini
merupakan cikal bakal dari apa yang kita kenal sekarang sebagai penukaran uang (money
changer).

Istilah Jihbiz itu sendiri mulai dikenal sejak zaman Khalifah Muawiyah (661-680) yang
sebenarnnya dipinjam dari bahasa Persia, kahbad atau kihbud. Pada masa pemerintahan
Sasanid, istilah ini dipergunakan untuk orang yang ditugaskan mengumpulkan pajak tanah.

Peranan Bankir pada zaman Khalifah Abbasiyah mulai populer pada pemerintahan Khalifah
Muqtadir (908-932 M). Pada saat itu hampir setiap wazir (menteri) mempunyai banker
sendiri. Misalnya Ibnu Furat menunjuk Harun Ibnu Imran dan Joseph Ibnu Wahab menunjuk
Ibrahim ibn Yuhana, bahkan Abdullah al-Baridi mempunyai tiga orang banker sekaligus; dua
orang beragama Yahudi dan satu orang Kristen.

Kemajuan praktik perbankan pada zaman itu ditandai dengan beredarnya saq (cek) dengan
luas sebagai media pembayaran. Bahkan, peranan bankir telah meliputi tiga aspek, yakni
menerima deposit, menyalurkannya, dan mentransfer uang. Dalam hal yang terakhir ini,
uang dapat ditransfer dari satu negeri ke negeri lainnya tanpa memindahkan fisik uang
tersebut. Para money changer yang telah mendirikan kantor-kantor di banyak negeri telah
memuaai penggunaan cek sebagai media transfer uang dan kegiatan pembayaran lainnya.
Dalam sejarah Perbankan Islam, adalah Syaf al Dawlah al-Hamdani yang tercatat sebagi
orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring antara Baghdad (Irak) dan
Allepo (Spanyol).

2019 3 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Revivalisme Islam (abad XVIII-XIX)

Kita ketahui bersama bahwa lahirnya ekonomi kapitalis di barat diawali dengan lahirnya
sebuah buku yang berjudul the Wealth of Nation, karangan Adam Smith tahun 1776, dan
buku tersebut dijadikan rujukan disiplin ekonomi modern, dan sebelumnya adam Smith juga
mengarang buku yang berjudul the Theory of Moral Sentiment(1759). Kedua buku tersebut
telah banyak menginspirasi ekonomi kapitalis modern, di antara pemikiran atau teori adam
smith yang terkenal adalah prinsip dasar dari teori tangan tak terlihat atau biasa disebut teori
tangan tuhan (the Invisibel Hand), yakni adanya keyakinan bahwa keseimbangan pasar
terbentuk secara natural dengan adanya pertemuan penawaran dan permintaan.

Pada masa yang hampir bersamaan seorang tokoh dan pemikir ekonomi Islam yang
bernama Syah Waliullah (1703-1763), dalam karyanya yang berjudul Hujatullah al-Balagha,
banyak menjelaskan rasionalitas manusia sebagai mahluk social, yang harus melakukan
kerjsama dengan orang lain dengan cara pertukaran barang dan jasa, kerjasama usaha
dengan system bagi hasil, dan bagi pendapatan, dan Islam melarang kegiatan-kegiatan
yang merusak kerjasama ini yang antara lain adalah riba dan perjudian. Berdasarkan
pengamatannya dari kekaisaran Mughal di India, ia mengatakan bahwa ada dua factor
utama yang menyebabkan penurunan ekonomi di sebuah negara, yang pertama negara
dibebabani dengan berbagai pengeluaran yang tidak produktif, dan yang kedua adalah
pajak yang dibebankan kepada pelaku ekonomi terlalu berat sehingga menurunkan
semangat berekonomi.

Modernisme (Akhir abad XIX)


Selain dari Syah Waliullah, juga ada pemikir atau pakar ekonomi Islam yang bernama
Muhammad Iqbal(1877-1938), mesekipun di dunia luas lebih mengenalnya sebagai seorang
filosof, sastrawan, atau juga politikus, ia juga memiliki pemikiran-pemikiran ekonomi yang
brilian. Pemikirannya lebih condong ke konsep umum yang mendasar tentang ekonomi.
Dalam karyanya Puisi dari Timur banyak mengkritik ekonomi kapitalis dan komunis, yang
terlalu bebas dan terlalu mengekang, dan mencoba menampilkan poros tengah yaitu
ekonomi Islam, dan memandang bahwa keadilan social merupakan aspek yang mendapat
perhatian besar darinya, dan negara memiliki tugas yang besar untuk mewujudkannya
terutama melalui zakat.

2019 4 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Neo-Revivalisme (Middle abad XX)
Gagasan tentang bank dan lembaga keuangan yang bebas dari unsur riba atau
menggunakan system bagi hasil sudah ada sejak lama, yang ditandai dengan munculnya
pemikir-pemikir muslim yang menulis tentang bank syariah, misalnya Anwar Quraishi(1946),
Naem Siddiqi (1948), dan Mahmud Ahmad (1952).

Sejarah perkembangan Bank Syariah, diawali di tahun 1940 di Pakistan dan Malaysia, yang
mengupayakan pengelolaan dana haji dengan cara non konvensional yang bebas dari Maysir,
Gharar dan Riba(Maghrib).

Pada tahun 1963, di desa Mit Ghamr, salah satu daerah di wilayah Mesir, dibentuk sebuah
lembaga keuangan pedesaan yang bernama Mit Ghamr Savings Bank atau biasa disebut Mit

Ghamr Bank yang dipelopori oleh seorang Ekonom Muslim bernama Dr. Ahmad El Najjar.
Keberhasilan Mit Ghamr menginspirasi banyak pihak untuk melakukan hal yang sama, antara
lain sebagai berikut :

1. Pemerintah Mesir dibawah pemerintahan Gamal Abdul Nasser membentuk Naser


Social Investment dengan basis perkotaan pada tahun 1972.
2. Masyarakat cendekiawan dan professional di Filipina membentul Bank Amanah pada
tahun 1973
Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang beranggotakan pemerintah berbagai Negara
penduduk Muslim mendirikan Islamic Development Bank pada tahun 1973 dan beroperasi
pada tahun 1975 dengan kantor pusat di Jeddah.

Faktor-faktor yang mendorong munculnya perbankan Islam


Ada beberapa faktor yang mendorong pemikir-pemikir muslim agar mendirikan perbankan
syariah atau perbankan Islam, diantaranya adalah:
1. Adanya kajian atau pandangan dari para pemikir-pemikir muslim yang melihat bahwa
perbankan konvensional lebih mementingkan kepentingan para kapitalis atau pemodal
besar.
2. Perbankan konvensional, masih menerapkan bunga yang identik dengan riba yang hal
tersebut dilarang dalam Al-Qur’an dan Hadist.
3. Perlu di buat bank alternative yaitu bank syariah, sehingga masyarakat bisa memilih.

Pendapat berbeda, Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan lembaga keungan syariah di berbagai
negara, yaitu:

2019 5 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
1) sistem ekonomi yang dianut oleh negara 

2) aliran balik atau madzhab yang dianut oleh negara atau menambah penududuk muslimnya 

3) kedudukan bank syariah dalam undang-undang

 4) mencari pengembangan produk yang dipilih

Pertumbuhan perbankan dan lembaga keuangan syari’ah di negara-


negara Islam

Kesuksesan Mit Ghamr Bank ini memberikan inspirasi bagi umat Muslim di seluruh penjuru
dunia, sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat
diaplikasikan dalam bisnis modern.

Ketika OKI akhirnya terbentuk, serangkaian konferensi Internasional mulai dilangsungkan, di


mana salah satu agenda ekonominya adalah pendirian Bank Islam.

Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic Bank, yang didirikan tahun
1975 oleh sekelompok usahawan muslim dari berbagai negara. Pada tahun 1977 berdiri dua
bank Islam dengan nama Faysal Islamic Bank di Mesir dan Sudan. Dan pada tahun itu pula
pemerintah Kuwait mendirikan Kuwait Finance House.

Secara internasional, perkembangan perbankan Islam pertama kali diprakarsai oleh Mesir.
Pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di
Karachi Pakistan bulan Desember 1970, Mesir mengajukan proposal berupa studi tentang
pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (International
Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam
(Federation of Islamic Banks). Inti usulan yang diajukan dalam proposal tersebut adalah
bahwa sistem keuangan bedasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem
kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian. Akhirnya terbentuklah
Islamic Development Bank (IDB) pada bulan Oktober 1975 yang beranggotakan 22 negera
Islam pendiri. Bank ini menyediakan bantuan financial untuk pembangunan Negara-negara
anggotanya, membantu mereka untuk mendirikan bank Islam di negaranya masing-masing,
dan memainkan peranan penting dalam penelitian ilmu ekonomi, perbankan dan keuangan
2019 6 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Islam. Kini, bank yang berpusat di Jeddah-Arab Saudi itu telah memiliki bank di lebih dari 56
negara anggota.

Pada perkembangan selanjutnya di era 1970-an, usaha-usaha untuk mendirikan bank Islam
mulai menyebar ke banyak negara. Beberapa Negara seperti di Pakistan, Iran dan Sudan
bahkan mengubah seluruh sistem keuangan di Negara itu menjadi sistem nir-bunga,
sehingga semua lembaga keuangan di negara tersebut beroperasi tanpa menggunakan
bunga. Di Negara Islam lainnya seperti Malaysia dan Indonesia, bank nir-bunga beroperasi
berdampingan dengan bank-bank konvensional.

Kini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar
ke banyak negara, bahkan ke negara-negara barat, seperti Denmark, Inggris, Australia
yang berlomba-lomba menjadi Pusat keuangan Islam Dunia (Islamic Financial hub) untuk
membuka bank Islam dan Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam.

2019 7 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

M.B, Hendri Anto ( 2003). Pengantar Ekonomika Mikro Islami. Yogyakarta, Ekonosia.
Yaya,Erlangga, Abdurrahim (2014). Akuntansi Perbankan Syariah, Salemba Empat
Andri Soemitra (2017). Bank dan lembaga keuangan syariah 2nd. Depok,Praneda
Media Group
https://www.ojk.go.id

2019 8 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai