Anda di halaman 1dari 34

Strategi Bisnis dan

Kunci Sukses
Bank Syariah di Indonesia

Sajid Consulting

Penyusun

Dr. Apung Sumengkar, ST., MBA.

Heti Nur Isnaini, S.M., M.SM.

Afif Royanto, S.E.

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim ...
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia
memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin global di industri keuangan
syariah. Namun, sayangnya potensi yang besar ini masih belum terwujud
karena baru sekitar 11% dari populasi Indonesia yang menggunakan Bank
Syariah sebagai medium transaksi keuangan utamanya.
Kecilnya tingkat penggunaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1)
Bank Syariah terlambat hadir di Indonesia; Bank Muamalat - Bank Syariah
pertama di Indonesia - baru didirikan pada tahun 1992 atau hampir 50 tahun
sejak Indonesia merdeka, (2) Tingkat layanan dan imbal balik yang tidak
sekompetitif Bank Konvesional, dan (3) Kapasitas serta kapabilitas sumber
daya manusia yang masih terbatas
Alhamdulillah pemerintah dan pelaku industri keuangan syariah mulai
menyadari keterbatasan ini dan mulai melakukan serangkaian inisiatif.
Pemerintah kita di tahun 2020 menunjukkan keseriusan untuk mempercepat
pertumbuhan keuangan syariah dengan mendirikan Komite Nasional
Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), serta mengambil inisiatif untuk
melebur 3 Bank BUMN Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia agar
memiliki kekuatan yang lebih kuat untuk mematahkan dominasi Bank
konvensional di Indonesia. Dukungan yang kuat dari pemerintah ini
mendorong para pelaku industri keuangan syariah untuk terus meningkatkan
performa bisnisnya. Kami mengidentifikasi ada 4 (empat) Bank Syariah yang
mencatatkan performa yang sangat baik terutama setelah era pandemi.
Selain itu fenomena ”hijrah” yang cukup masif dan banyak terjadi di kalangan
anak – anak muda Indonesia membuat kami di Sajid Consulting cukup
optimis akan pesatnya pertumbuhan jasa layanan keuangan syariah di
Indonesia.
Oleh karena itu, kami mengeluarkan perspektif ini untuk mengupas sejarah,
potensi pertumbuhan, strategi bisnis juga kunci sukses pertumbuhan
perbankan syariah di Indonesia untuk menjadi referensi seluruh pemangku
kepentingan industri keuangan syariah di Indonesia agar bisa terus
bertumbuh dan membawa lebih banyak lagi kebaikan di Indonesia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dr. Apung Sumengkar, ST., MBA.


Managing Partner - Sajid Consulting

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................... 2


Daftar Isi .............................................................................................. 3
Sejarah Perbankan Syariah .......................................................... 5-10
Mengenal Perbankan Syariah........................................................ 5-6
Perbankan di era Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam ............ 6-7
Perbankan di era Bani Abbasyiyah ................................................ 7-9
Praktik Perbankan di Eropa ......................................................... 9-10
Praktik Perbankan Syariah Global ............................................ 11-15
Perbankan Syariah Modern dan Pendirian Islamic Development
Bank .......................................................................................... 11-12
Pesatnya Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di
Dunia ......................................................................................... 12-15
Strategi & Kinerja Bank Syariah di Indonesia .......................... 16-29
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia ........................ 17-19
Strategi Bisnis Perbankan Syariah di Indonesia ........................ 20-28
Universal Shariah Bank ...................................................... 21-22
Shariah First ....................................................................... 23-24
Niche Sharia Proposition .................................................... 24-26
Digital Shariah Bank ........................................................... 26-28
Kunci Sukses Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia ............. 31
Refferensi .......................................................................................... 33

3
Sejarah Perbankan Syariah

4
PERANAN PERBANKAN SYARIAH UNTUK
MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI
SYARIAH DI INDONESIA

1. Mengenal Perbankan Syariah

Salah satu kaidah ushul fiqh menyatakan ...

” perkara yang menjadi penyempurna dari perkara wajib, hukumnya


juga wajib ”

5
Bagi umat muslim, mencari nafkah melalui kegiatan ekonomi adalah
suatu hal yang wajib, dan lembaga keuangan/perbankan adalah salah
satu komponen penunjang utama dari kegiatan perekonomian di era
modern. Oleh karena itu, lembaga perbankan adalah sesuatu yang
wajib diadakan. Terutama di negara kita, dimana masih dominannya
perbankan dengan sistem non syariah (menggunakan bunga atau riba)
maka hadirnya lembaga perbankan syariah adalah sesuatu yang
sangat perlu sebagai penyempurna sistem perekonomian kita.

Secara umum, Bank dikenal sebagai lembaga yang melaksanakan tiga


fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan
memberikan jasa – jasa yang terkait. Secara spesifik, Bank Syariah
diartikan sebagai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam yang berpedoman utama kepada Al-Qur’an dan Hadist.
Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama
dengan Bank Konvensional.

Perbankan di era Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam

Pada zaman Rasulullah, Bank belum dikenal sama sekali namun


beberapa fungsi bank telah dijalankan untuk melengkapi roda
perekonomian. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam,
pembiayaan yang dilakukan dengan akad sesuai syariah telah menjadi
bagian tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah yang dikenal dengan
kegiatan muamalah seperti menerima titipan harta, meminjamkan
uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis serta
melakukan pengiriman uang. Penggunaan cek juga telah dikenal luas
sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara negeri Syam dan

6
Yaman, yang tercatat berlangsung setidaknya dua kali dalam satu
tahun.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab penggunaan cek


digunakan untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak.
Penggunaan cek oleh masyarakat untuk mengambil gandum di Baitul
Mal, yang saat itu diimpor dari Mesir. Selain itu, pemberian modal untuk
modal kerja berbasis bagi hasil seperti mudharabah, muzara’ah, dan
musaqah yang telah dikenal sejak awal diantara kaum Muhajirin dan
kaum Ansar.

Gambar 01. Fungsi Perbankan di Masa Nabi Muhammad dan Para Sahabat

Perbankan di era Bani Abbasyiyah

Institusi perbankan tidak dikenal dalam kosakata fiqih Islam, karena


institusi tersebut tidak dikenalkan istilahnya kepada masyarakat Islam
baik di masa Rasulullah Saw, Khulafaur Al-Rasyidun, Dinasti Umayyah

7
maupun Dinasti Abbasyiyah. Namun, fungsi-fungsi perbankan sudah
dijalankan, seperti halnya menerima deposit, menyalurkan dana, dan
melakukan transfer dana dengan landasan akad yang sesuai syariah.

Baru pada zaman Bani Abbasyiyah, ada sekelompok individu yang


melaksanakan tiga fungsi perbankan yang dikenal dengan istilah
Jihbiz. Fungsi Jihbiz mulai berkembang pesat ketika beredar banyak
jenis mata uang pada zaman itu sehingga perlu keahlian khusus untuk
membedakan antara satu mata uang dengan mata uang lainnya
karena setiap mata uang mempunyai kandungan logam mulia yang
berlainan sehingga mempunyai nilai yang berbeda pula.

Gambar 02. Perbedaan Jihbiz dan Bank

Peranan Jihbiz pada zaman Abbasiyah semakin populer pada


pemerintahan Khalifah Muqtadir (908-932 M). Pada saat itu hampir
setiap wazir (menteri) mempunyai Jihbiz sendiri. Misalnya Ibnu Furat
menunjuk Harun Ibnu Imran dan Joseph Ibnu Wahab menunjuk
Ibrahim ibn Yuhana, bahkan Abdullah al-Baridi mempunyai tiga orang
Jihbiz sekaligus; dua orang beragama Yahudi dan satu orang Kristen.

8
Kemajuan praktik perbankan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya saq (cek) dengan luas sebagai media pembayaran.
Bahkan, peranan Jihbiz (Bankir) telah meliputi tiga aspek, yakni
menerima deposit, menyalurkannya, dan mentransfer uang. Dalam hal
yang terakhir ini, uang dapat ditransfer dari satu negeri ke negeri
lainnya tanpa memindahkan fisik uang tersebut. Para money changer
yang telah mendirikan kantor-kantor di banyak negeri telah memulai
penggunaan cek sebagai media transfer uang dan kegiatan
pembayaran lainnya. Dalam sejarah Perbankan Islam, adalah Syaf al
Dawlah al-Hamdani yang tercatat sebagi orang pertama yang
menerbitkan cek untuk keperluan kliring antara Baghdad (Irak) dan
Allepo (Spanyol).

Praktik Perbankan di Eropa

Dalam perkembangan berikutnya, kegiatan yang dilakukan oleh


perorangan (Jihbiz) kemudian dilakukan oleh institusi yang saat ini
dikenal dengan Bank. Namun ketika bangsa Eropa mulai menjalankan
praktik perbankan, persoalan mulai timbul karena transaksi yang
dilakukan mulai menggunakan instrumen bunga yang dalam
pandangan fiqih Islam disebut riba, dan oleh karena itu hukumnya
haram.

Transaksi berbasis bunga ini semakin merebak ketika Raja Henry VIII
pada tahun 1545 membolehkan bunga (interest) meskipun dengan
syarat bunganya tidak boleh berlipat ganda (excessive). Namun,
setelah wafatnya Raja Henry VIII yang kemudian digantikan oleh Raja
Edward VI yang akhirnya membatalkan kebolehan bunga uang (riba).
Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Ketika Raja Edward VI wafat

9
dan digantikan oleh Ratu Elizabeth I, maka institusi perbankan di
Inggris dan Eropa pada umumnya memperbolehkan praktik
pembungaan uang (riba).

Ketika mulai bangkit dari keterbelakangannya dan mengalami era


renaissance, bangsa - bangsa Eropa kemudian melakukan
penjelajahan dan penjajahan ke seluruh penjuru dunia, sehingga
aktivitas perekonomian dunia didominasi oleh bangsa-bangsa Eropa,
termasuk ke Indonesia yang dibawa oleh bangsa Belanda.

Pada saat yang sama, peradaban Muslim mengalami kemerosotan


dan negara-negara muslim satu-persatu jatuh ke dalam cengkraman
penjajahan bangsa-bangsa Eropa sehingga akibatnya institusi-institusi
perekonomian umat Islam runtuh dan digantikan oleh institusi ekonomi
bangsa Eropa. Situasi yang berlangsung terus sampai zaman modern
ini.

Oleh karena itu, institusi perbankan yang ada sekarang di mayoritas


negara-negara muslim merupakan warisan dari bangsa Eropa, yang
notabene berbasiskan bunga (riba).

10
Praktik Perbankan Syariah Global

11
Perbankan Syariah Modern dan Pendirian Islamic Development
Bank

Karena khawatir dengan adanya bunga yang menurut hukum Islam


dikategorikan sebagai riba yang haram hukumnya, beberapa negara
Islam yang berpenduduk mayoritas Muslim mulai menginisiasi usaha-
usaha untuk mendirikan lembaga perbankan alternatif non-ribawi.

Usaha pendirian bank tanpa bunga pertama kali dilakukan Malaysia


pada pertengahan tahun 1940-an tetapi sayangnya usaha ini tidak
sukses. Eksperimen lain dilakukan di Pakistan pada akhir tahun 1950-
an dengan didirikannya lembaga pengkreditan tanpa bunga di
pedesaan. Hal serupa dilakukan kembali yang tercatat paling sukses
dan inovatif di masa modern yakni di Mesir pada tahun 1963 dengan
didirikannya Mit Ghamr Local Saving Bank.

Bank ini mendapatkan sambutan hangat oleh warga Mesir, terutama


dari kalangan petani dan masyarakat pedesaan. Saat pendiriannya,
jumlah deposan meningkat luar biasa dari 17.560 L.E (Pound Mesir) di
tahun pertama (1964) menjadi 251.152 L.E pada 1966/1967.
Kesuksesan Mit Ghamr ini memberi inspirasi bagi umat Muslim di
seluruh dunia, sehingga muncul kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam
ternyata dapat diaplikasikan dalam bisnis modern.

Ketika OKI (Organisasi Kerjasama Islam) akhirnya terbentuk dengan


melangsungkan serangkaian konferensi internasional, dimana salah
satu agenda ekonominya adalah pendirian Bank Islam. Dari inisiatif

12
tersebut akhirnya terbentuklah Islamic Development Bank (IsDB) pada
Oktober 1975 dengan 22 negara Islam sebagai pendirinya.

Islamic Development Bank ini menyediakan bantuan finansial untuk


pembangunan negara-negara anggotanya, membantu mereka
mendirikan bank Islam di negara masing-masing, serta memainkan
peranan penting dalam penelitian ilmu ekonomi, perbankan dan
keuangan Islam. Tujuan utama IsDB adalah untuk membantu
perkembangan pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial negara-
negara Islam dan atau negara- negara anggota baik secara individu
maupun kolektif yang secara bersama-sama berekonomi menurut
syariah. Di tahun 2023 ini, IsDB memiliki 57 negara sebagai anggota.

Perkembangan perbankan syariah mulai diikuti oleh negara-negara


lain mulai tahun 1970-an seperti di Pakistan, Iran dan Sudan, dan
hingga kini perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang
cukup pesat dan menyebar di banyak negara bahkan negara-negara
Barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai
bank syariah pertama yang beroperasi di Eropa yakni di tahun 1983 di
Denmark. Bahkan Bank - Bank besar dari negara Barat seperti
Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Fleming juga
membuka “Islamic window” untuk memberikan jasa-jasa perbankan
yang sesuai dengan syariat Islam.

Pesatnya Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Dunia

Di tahun 2023 ini, hampir 50 tahun setelah pendirian IsDB, lembaga


keuangan syariah memperlihatkan pertumbuhan yang sangat
menggembirakan. Sempat melewati tahun-tahun yang sulit selama

13
masa pandemi, data Global Islamic Economy Indicators (GIEI) 2022
memperlihatkan bahwa sektor keuangan syariah mengalami
penguatan yang sangat baik pada paruh pertama 2021. Aset keuangan
syariah saat ini bernilai USD 3,6 triliun pada tahun 2021 dan
diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,0% pada tahun 2022 dan
mencapai USD 4,9 triliun pada tahun 2025 dengan CAGR 4 tahun
sebesar 7,9% (GIEI, 2022). Selain itu, secara global terdapat
peningkatan pertumbuhan financial technologi (fintech) Islam dengan
jumlah 241 perusahaan (GIEI, 2022).

Tabel 1. Nilai Aset Keuangan Syariah 2021-2025

Trend positif diatas memperlihatkan bagaimana industri keuangan


syariah mengalami kemajuan yang stabil setelah era pandemi COVID-
19. Walaupun memang dari sisi profitabilitas, kita bisa melihat
profitabilitas perbankan syariah sempat mengalami penurunan pada
awal tahun 2020 (LEKSI BI, 2021*) tetapi sekarang mulai pulih kembali
dengan adanya pergerakan pendanaan ke sektor korporasi dan ritel
yang mengalami peningkatan serta adanya beberapa investasi besar

14
yang dilakukan oleh pemerintah dalam proyek-proyek pembangunan
dan infrastruktur, peningkatan fintech Islam, dan pendanaan startup di
negara-negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam).

Di Indonesia sendiri, perbaikan performa dan profitabilitas keuangan


syariah ini kita bisa lihat dengan jelas salah satunya di sektor
perbankan syariah terutama setelah dilakukannya merger besar
beberapa Bank syariah di Indonesia, yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank
BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah, menjadi Bank Syariah Indonesia.

Berdasarkan penelitian Rachmawati (2023) didapatkan fakta bahwa


kinerja Bank BSI lebih baik setelah dilakukan merger, walaupun
memang masih perlu dilakukan pengoptimalan lagi dalam perputaran
asetnya untuk meningkatkan pendapatan.

15
Strategi dan Kinerja Bank Syariah di Indonesia

16
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia agak terlambat bila


dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya. Kita baru
memiliki Bank Syariah pertama pada tahun 1992 yaitu Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Walaupun pada perkembangannya, pertumbuhan
Bank Syariah menunjukkan angka yang sangat menjanjikan.

Di tahun 2005 saja, jumlah Bank Syariah di Indonesia telah bertambah


menjadi 20 buah, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah
sementara jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah hingga tahun 2004
bertambah menjadi 88 buah. Dan saat ini, berdasarkan data terakhir
OJK per September 2022, jumlah perbankan syariah di Indonesia
sudah mencapai 200 buah, berupa 13 Bank Umum Syariah (BUS); 20
Unit Usaha Syariah (UUS); dan 167 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS)

Tidak hanya dari sisi jumlah, performa keuangan Bank Syariah pun
memperlihatkan angka yang sangat menjanjikan. Data Global Islamic
Finance Summit menunjukkan bahwa di tahun 2022 Bank Syariah
memiliki performa keuangan yang terus meningkat, baik secara aset,
pinjaman maupun dana pihak ketiga dibandingkan dengan
pertumbuhan pada Bank Konvensional. Dari segi peningkatan aset,
pinjaman dan dana pihak ketiga Bank Syariah mencatatkan mampu
mengalami pertumbuhan aset mencapai 16,02% sebesar 750 triliun

17
rupiah, pinjaman 18,87% sebesar 491 triliun rupiah dan dana pihak
ketiga 15,81% sebesar 584 triliun rupiah pada September 2022.

Gambar 03. Grafik Pertumbuhan Aset, Pinjaman dan Dana Pihak Ketiga Bank
Nasional dan Bank Syariah (Global Islamic Finance Summit, 2023)

Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Januari 2023 menyatakan


bahwa kinerja industri perbankan selama 2022 terjaga baik dan
tumbuh positif serta mampu menahan tekanan perekonomian global.
Kedepannya OJK akan melanjutkan kebijakan mengenai konsolidasi
perbankan, penguatan pengawasan yang terintegrasi, penguatan
integritas industri perbankan, akselerasi pengembangan perbankan
Syariah dengan meninjau ulang strategi pengembangan selama ini.
Sejalan dengan rancangan tersebut OJK akan melanjutkan konsolidas
perbankan terutama perbankan syariah pada Bank Pembangunan
Daerah maupun BPR/BPRS.

Kedepannya, kami di Sajid Consulting percaya bahwa Bank Syariah


memiliki potensi yang dapat mendukung pesatnya perkembangan
keuangan syariah di Indonesia terutama jika dihubungkan dengan

18
adanya perubahan perilaku dan mindset yang saat ini terjadi di
masyarakat kita. Jika sebelumnya belum banyak masyarakat yang
memperhatikan hukum syariat atau kehalalan dari Bank atau lembaga
keuangan yang mereka gunakan, namun saat ini kami melihat makin
banyak masyarakat Indonesia yang sangat memperhatikan aspek
hukum syariat atau kehalalan dari produk atau jasa yang mereka
gunakan.

Perubahan perilaku ini tervalidasi melalui data riset Inventure


Consulting (2014) yang menemukan bahwa sekitar 44% dari
masyarakat muslim Indonesia masuk dalam kategori universialist dan
conformist (lihat gambar 04), yaitu mereka yang lebih memilih produk
halal dengan preferensi bahwa “Islam itu penting” dan “produk dan
layanan yang dipilh harus syariah”

Gambar 04. Karakteristik Konsumen Muslim di Indonesia (Inventure Research,


2014)

19
2. Strategi Bisnis Perbankan Syariah di Indonesia

Perubahan perilaku dan mindset masyarakat muslim di Indonesia yang


mulai memilih (sekitar 44% dari populasi) produk dan jasa yang sesuai
dengan hukum syariat tentunya sangat menguntungkan untuk pelaku
perbankan syariah di Indonesia. Terutama karena saat ini masih
kurang dari 10% dari penduduk kita yang memilih Bank Syariah
sebagai penyedia jasa keuangan mereka yang utama.

Namun tanpa strategi bisnis yang jelas dan efektif, belum tentu
para pelaku perbankan syariah dapat memaksimalkan
pertumbuhan bisnis mereka. Oleh karena itu, kami dari Sajid
Consulting (2023) melakukan riset independen untuk mengetahui
strategi bisnis yang dilakukan oleh pelaku perbankan syariah di
Indonesia yang sukses mengembangkan bisnisnya secara signifikan.

Gambar 05. Strategi Perbankan Syariah di Indonesia (Sajid Consulting, 2023)

20
Berdasarkan analisa kami, ada 4 (empat) strategi utama (lihat gambar
05), berdasarkan besar aset dan fokus segmen / channel mereka, yang
dilakukan oleh Bank – Bank syariah yang dengan performa baik, yaitu:

1. Universal Shariah Bank, fokus menawarkan produk dengan fitur


– fitur yang hampir sama dengan Bank Konvensional namun
dengan akad syariah.
Strategi ini dilakukan oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) karena
mereka memiliki skala bisnis dan pricing yang hampir sama dengan
Bank Konvensional. Setelah melewati proses merger yang cukup
kompleks antara BRI Syariah, BNI Syariah dan Bank Syariah
Mandiri, BSI menutup lebih dari 200 cabang untuk
mengefisiensikan biaya operasi serta mengurangi 140 produk
akumulatif menjadi 80 produk perbankan syariah. Untuk
mengefisiensikan proses bisnis, BSI menggunakan core banking
milik Bank Mandiri Syariah dengan proses penyesuaian selama
kurang dari satu tahun untuk proses migrasi dari BNIS dan BRIS.
Setelah itu, BSI menerapkan ‘negative confirmation’ kepada para
pelanggan, dan secara pembiayaan, BSI melakukan banyak akad
ulang untuk memastikan keselarasan core banking dengan situasi
di lapangan.
Terkait dengan penawaran produk keuangan, BSI fokus
menyediakan produk yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan
segmen utama mereka yaitu Individual / Consumer Banking, yang
menyumbang hampir 50 % dari bisnis pembiayaan BSI, terutama
untuk target nasabah di segmen uppper mass (nasabah fixed
income), ASN / PNS, karyawan BUMN dan swasta terpercaya serta
pensiunan.

21
Produk a anan
BSI riya asilitaspembiayaan untuk tujuan pembelianrumah tinggal rumah took rumahkantor, maupunPembangunan rumah dengan kondisi
rumah baru, rumah second, ataukavling siap bangun
BSI Oto asilitaspembiayaan untuk tujuan pemilikankendaraanbermotor, baik roda 2 maupunroda 4
BSI KP Sejahtera asilitaspembiayaan yang diterbitkan oleh BSI dengan dukungan PP dan disalurkankepada MB dalam rangka kepemilikanrumah
Sejahtera susun
BSI Mitraguna Berkah asilitaspembiayaan yang diberikan kepada ASN danpegawai tetap dan usahalainnya
BSI Pensiun Pra asilitaspembiayaan yang diberikan kepadapenerimamanfaatpension bulananmelaluiBSI ataupun pegawaiASN yang memasuki
Pensiun masa pensiun

Gambar 06. Produk Consumer Banking BSI (sumber : annual report BSI)

BSI terus memperluas kanal pemasaran untuk produk – produk


consumer banking mereka melalui kerjasama dengan platform
digital, developer perumahan ataupun mitra pihak ketiga lainnya.
Untuk memperkuat akuisisi konsumen Kartu Pembiayaan Syariah,
BSI melakukan kerjasama dengan pihak eCommerce, kanal digital
serta mulai memperkenalkan penggunaan tanda tangan dan
persetujuan elektronik.
Selain itu, BSI juga memperkuat kolaborasi dengan bisnis
wholesale dan funding untuk menggarap produk payroll pegawai
dari perusahaan atau instansi pemerintahan. Dengan melakukan
inisiatif – inisiatif strategis diatas, BSI berhasil mencatatkan
performa bisnis yang terus meningkat dari rentang waktu 2019 –
2021 (lihat gambar 6 dibawah)

Gambar 07. Performa Bisnis BSI 2019 – 2021

22
2. Shariah First, menggunakan infrastruktur Bank induk untuk
memperkenalkan layanan keuangan syariah terhadap nasabah
mereka.
Strategi ini banyak dilakukan oleh Unit Usaha Syariah (UUS), dan
salah satu bisnis UUS yang sangat berhasil di Indonesia adalah
Unit Usaha Syariah Maybank. UUS Maybank adalah UUS dengan
porsi aset syariah terbesar di antara semua UUS di Indonesia ~
mengkontribusi 27% dari total aset Maybank (Agustus 2022).
Maybank menerapkan prinsip Syariah First sejak tahun 2014, di
mana produk syariah dan konvensional sama-sama ditawarkan
kepada pelanggan dan tidak hanya diterapkan untuk penjualan
produk, tapi juga proposisi, sales approach, back office, dan
infrastruktur.

Gambar 08. Situasi UUS Maybank Syariah

UUS Maybank juga mengembangkan layanan personal di Mobile


Banking Maybank yaitu M2U ID App di mana nasabah dapat
melakukan pembukaan berbagai jenis rekening secara online,
seperti tabungan, tabungan berjangka dan deposito, serta layanan

23
pembelian produk reksa dana secara online baik untuk produk
konvensional maupun syariah. Pengembangan produk tabungan
baru untuk menyasar target pasar baru pun diluncurkan oleh UUS
Maybank seperti tabungan U & UiB yang ditujukan bagi segmen
Young Professional dan Young Family. Selain itu, untuk mendorong
kinerja produk syariah, Maybank menerapkan sistem reward yang
lebih tinggi jika berhasil menjual produk syariah kepada nasabah.

Gambar 09. Produk / Layanan Keuangan UUS Maybank Syariah

3. Niche Sharia Proposition, fokus menawarkan layanan keuangan


yg ditujukan khusus untuk segment tertentu.
Strategi ketiga yang dilakukan oleh beberapa Bank Syariah di
Indonesia adalah niche strategy. Salah satu Bank Syariah yang
berhasil dengan strategi bisnis ini adalah BTPN Syariah yang fokus
menggarap segmen perempuan wanita prasejahtera. Produk
pendanaan BTPN Syariah cukup sederhana jika dibandingkan
dengan produk – produk perbankan syariah dari Bank lain. Sesuai
dengan komponen DPK perbankan, produk pendanaan BTPN
Syariah terdiri dari 3 produk dasar yaitu :

24
Gambar 10. Produk / Layanan Keuangan UUS Maybank Syariah

Berbeda dengan produk pembiayaan lain, produk pembiayaan


BTPN Syariah yang bernama Tepat Pembiayaan menggunakan
konsep Grameen Bank dengan 4 pilar utama, yaitu paket
keuangan, program daya, sistem keanggotaan, community officer.

Gambar 11. Empat pilar utama produk Tepat Pembiayaan BTPN Syariah

Dengan memfokuskan semua layanan dan produk keuangan untuk


wanita prasejahtera, BTPN Syariah berhasil mempertahankan
pertumbuhan bisnis mereka secara signifikan dari rentang tahun
2017 – 2021.

25
Gambar 12. Performa Bisnis BTPN Syariah dari 2017 - 2021

4. Digital Shariah Bank, menggunakan platform digital sebagai kanal


utama untuk memberikan layanan perbankan kepada para
nasabahnya.
Bank Aladin syariah adalah bank syariah yang menggunakan
strategi ini. Melihat pesatnya perkembangan teknologi digital di
Indonesia, Bank Aladin Syariah, yang sebelumnya menggunakan
nama Bank Net Syariah, fokus memperkenalkan layanan digital
untuk layanan perbankan syariah dengan menjalin kerjasama
dengan beberapa perusahaan besar seperti Alfamart, HaloDoc,
Facebook, BPKH, Evermos, Google Cloud & ZA Tech.
Sebagai pemain baru di industri perbankan syariah Indonesia,
Aladin berusaha membedakan diri dengan Bank Syariah lain
dengan menargetkan nasabah individu terutama segmen
underbanked dan unbanked. Aladin tidak hanya menyediakan
produk penghimpunan dana, namun juga layanan pembayaran,
pembelian, donasi hingga transaksi tarik dan setor tunai terutama
di gerai – gerai Alfamart melalui produk Tabungan Ala Dompet dan
Tabungan Ala Impian (Tabungan Rencana).

26
Gambar 13. Propossisi Aladin Bank

Aladin tidak memiliki intensi untuk melakukan strategi "membakar


uang" dalam akuisisi pelanggan melihat kondisi ekonomi yang
terjadi dan fenomena start-up tech. Namun, inisiatif lain yang
dilakukan adalah memberikan "kuota bonus" kepada pelanggan
yang menyimpan dananya di Aladin serta mengembangkan fitur
transaksional. Aladin juga memiliki strategi kunci yaitu dengan
mengoptimalkan ekosistem bisnis yang mereka miliki terutama dari
para pemegang saham mereka seperti Alfamart yaitu dengan
memberikan pembiayaan produktif kepada supplier – supplier
AlfaMart mengingat reliabilitas data yang telah dimiliki.
Saat ini, Aladin masih dalam proses transformasi menjadi fully
digital Bank, dan hal paling penting dalam mewujudkan
transformasi ini adalah pembangunan SDM. Keterlibatan semua
pemimpin merupakan fokus dari tim SDM terutama untuk proses
rekrutmen dan pengembangan SDM dengan prinsip utama :
Bangun, Bantu, Tumbuh dan Berkembang.

27
Dengan memperkuat layanan dan produk keuangan secara digital,
Bank Aladin Syariah berhasil mempertahankan pertumbuhan bisnis
mereka secara signifikan dari rentang tahun 2017 – 2021.

Gambar 14. Performa Bisnis Bank Aladin Syariah dari 2017 - 2021

28
29
Kunci Sukses Pertumbuhan Bank Syariah
di Indonesia

30
Kunci Sukses Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia

Berdasarkan analisa mendalam terhadap 4 (empat) Bank Syariah


diatas yang kami perhatikan mampu menjaga efektivitas dan efisiensi
operasionalisasi bisnis untuk menjaga konsistensi kinerja keuangan,
terdapat empat kunci utama dari suksesnya pertumbuhan bisnis
mereka yaitu :

Pengembangan proposisi
Pemilihan target segmen
produk jasa sesuai dengan
nasabah ang jelas
kebutuhan segmen tersebut

Memastikan adan a ino asi


Menjaga e ekti itas dan produk ang berkelanjutan
e isiensi operasional untuk rele ansi proposisi
perusahaan terhadap
kebutuhan target nasabah

Gambar 15. Empat kunci utama pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia

Pemain perbankan syariah lainnya yang ingin memiliki performa baik


di Indonesia sebaiknya mengkombinasikan keempat kunci diatas untuk
memastikan kesuksesan bisnis mereka di Indonesia.

31
Referensi

32
https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Documents/Laporan-
Ekonomi-dan-Keuangan-Syariah-2021.pdf
https://www.dinarstandard.com/post/state-of-the-global-islamic-
economy-report-2022
Ascarya, Rahmawati, S., & Karim, A. A. (2016). Testing of the
procyclicality of Islamic and conventional banks in Indonesia.
Macroprudential Regulation and Policy for the Islamic Financial
Industry: Theory and Applications, 133-152.
Karim, A. A. (2012). Sejarah pemikiran ekonomi Islam edisi ketiga.
Karim, A. A., & Affif, A. Z. (2005). Islamic banking consumer
behaviour in Indonesia: a qualitative approach. International Journal
Islamic Finance, 5(1), 1-18.
Rachmawati, S. A. (2023). Analisis Laporan Keuangan Pada BSI
Terhadap Kinerja Keuangan Sebelum Dan Setelah Merger Tahun
2020-2021 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Yuswohady. (2014). Marketing to The Middle Class Muslim. Jakarta:
Gramedia Pustaka.

33
ma a
‫ش ْك ًرا َكثِ ْي ًرا‬
ُ
a kY

For more detail information, please contact

Apung Sumengkar | Managing Partner


apung.sumengkar@sajid.co.id
Muhammad Reza | Associate Partner
muhammad.reza@sajid.co.id

34

Anda mungkin juga menyukai