A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan II akan dijelaskan mengenai Sejarah dan Perkembangan
Akuntansi Syariah, Anda harus mampu:
2.1.Menjelaskan sejarah akuntansi Syariah
2.2.Menjelaskan perkembangan akuntansi syariah pada masa lampau dan
masa sekarang
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
2.1.Menjelaskan sejarah akuntansi Syariah
Mayoritas ahli sejarah akuntansi, seperti Sieveking, mengira bahwa
akuntansi tumbuh karena tumbuhnya serikat-serikat dagang (partnerships)
(Littleton, 1933 hal. 9). Padahal sebenarnya tumbuhnya serikat-serikat itu
sebagai salah satu fenomena luasnya perdagangan tidaklah menjadi asas dalam
perkembangan akuntansi. Sebab, tumbuhnya serikat-serikat itu termasuk yang
paling baru apabila dibandingkan dengan tumbuhnya negara itu sendiri.
Sepanjang sejarah, berbagai negara seperti negeri Babil, Fir`aun, dan Cina,
telah menciptakan, menggunakan dan mengembangkan salah satu bentuk
pencatatan transaksi keuangan. Penggunaan tersebut menyerupai apa yang
sekarang dikenal dengan nama "Maskud Dafatir" (Bookkeeping), dan bertujuan
mencatat pendapatan dan pengeluaran negara.
Sejarah Islami menunjukkan bahwa negara Islami telah mendahului
Republik Italia sekitar 800 tahun dalam menggunakan sistem pembukuan,
selanjutnya salah satu sistem pembukuan moderen yang dikenal dengan nama
sistem Al Qaidul Muzdawaj yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan negara
dari satu sisi, dan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan para pedagang muslim
dari sisi yang lain. Sesungguhnya pengertian "muhasabah" (akuntansi) di
negara Islami hingga pengklasifikasiannya pada tahun 1924 dan pengertian
inilah yang harus senantiasa ada di dalam masyarakat Islami meskipun pada
saat negara Islami tidak ada lagi, berbeda dengan apa yang ada di masyarakat
lain di luar Islami. Sesungguhnya pengertian "muhasabah" di dalam
masyarakat Islami tidak sekedar masalah pencatatan data-data keuangan, tetapi
lebih sempurna dari itu.
Di antara yang patut disebutkan adalah Al Qur'an tidak menunjukkan kata
"muhasabah" dengan istilah yang kita kenal sekarang, tetapi menunjukkan
kandungannya lebih dari 48 kali (Athiyyah, 1982, 44). Sesungguhnya hajat
dan pengunaan negara Islami, dengan kekuasaannya yang ada di pusat maupun
di daerah, serta hajat dan pengggunaan kaum muslimin terhadap "muhasabah"
menunjukkan bahwa perkembangan muhasabah tidak lain hanyalah hasil
sistem masyarakat dan aktivitasmanusia secara bersama-sama. Selanjutnya
perkembangan muhasabah tidak terbatas pada aktivitasmanusia dalam bidang
perdagangan saja sebagaimana yang dikatakan para ahli sejarah akuntansi
Barat. Sistem masyarakat dan aktivitas manusia ini telah tumbuh, berkembang,
dan menjadi sempurna di dalam lingkup syari`at Islami. Apabila kita
perhatikan perkembangan sekarang ini pada masyarakat non-Islami dan pada
pertengahan terakhir abad ke-20 secara khusus, akan kita dapati bahwa
perkembangan itu mengikuti sistem yang sama dengan sistem yang dilalui oleh
perkembangan muhasabah pada masa negara Islami dengan perbedaan
prosedur sistem tersebut. Sebab, perkembangan akuntansi pada saat sekarang
ini di negera-negara non-Islami hanyalah terpengaruh terpengaruh dengan
perkembangan baru di dalam undang-undang umum (cammon law) dan
berpengaruh terhadap kebutuhan-kebutuhan pribadi dalam bidang
perdagangan, hal ini berbeda sesuai dengan perbedaan kemampuannya dan
sarana pekerjaan yang digunakannya. Semuanya ini terpengaruh dengan sistem
negara dan kebutuhan-kebutuhannya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Sementara itu orang-orang Barat membedakan antara akuntansi dan
bookkeeping, sedangkan negara dan masyarakat Islami menggunakan kata
akuntansi dalam bentuk yang lebih sempurna, di dalamnya meliputi pengertian
dan daya tangkapnya. Hal seperti ini terus berlangsung sampai pada awal
masa Islam. Namun, dengan tumbuhnya negara Islam, hal ini mengalami
perubahan yang cepat, karena pencatatan penemuan-penemuan dan ilmu mulai
mengambil perannya, yaitu berawal dari pencatatan hadits-hadits Rasulullah
Muhammad SAW.
Tahun 1202 M adalah tahun dimasukkannya angka-angka Arab dan
aritmetika yang keduanya ditemukan oleh kaum muslimin kemudian dibawa
ke Eropa, yaitu melalui buku yang ditulis oleh Leonardo of Pisa Putra
Bonnaci (Fibonnaci) yang banyak melakukan perjalanan ke dunia Arab.
(Brown, 1968, 11). Tentu saja, hal ini bukan berarti akuntansi tidak sampai ke
Italia melalui para pedagang muslim, sebelum tahun 1202 M. Sebab, sangat
memungkinkan, hubungan dagang dan akibat yang ditimbulkannya seperti
adanya hubungan cinta kasih antara kaum muslimin dan orang-orang orang
Italia telah membuka jalan bagi penggunaan angka-angka Arab dalam skala
yang terbatas, sehingga buku Leonardo of Pisa mendapatkan sambutan yang
baik ketika terbit.
Dalam buku Leonardo of Pisa ini memuat bab-bab tentang aritmetika
yang menjelaskan cara penjumlahan, pengurangan, menentukan harga, barter
dan persekutuan-persekutuan terutama yang serupa dengan Syirkah Tadlamun.
Buku ini mendapatkan perhatian besar dari para pedagang, karena menyajikan
cara baru penomoran dari satu sampai sepuluh. Cara ini tidak akan disajikan
kepada orang-orang Eropa di Italia kecuali setelah nyata berhasil
penerapannya di negara Islami di sisi penemunya, kaum muslimin. Dengan
sistem ini, masalah-masalah akuntansi yang dihadapi oleh para pedagang pada
saat itu berhasil diselesaikan. Secara umum, bahasa Arab adalah bahasa yang
populer di dunia Islami. Sebagian wilayah Islami bahasanya bukan bahasa
Arab, namun bahasa mereka ditulis dengan huruf-huruf Arab. Sebagian studi
menunjukkan bahwa huruf-huruf Arab digunakan dalam 39 bahasa selain
bahasa Arab, Asia, Afrika, dan Eropa.
Di antara bahasa-bahasa Asia yang menggunakan hurup Arab adalah
bahasa Turki, Parsi, Azerbaijan, Kurdi, Afganistan, Hindustan, Kashmir,
Punjab, Urdu, Tamil, India, Usbek, Jawa, Sunda, Melayu, Sulawesi dan
maupun yang berbahasa Inggris, tidak didapati penyebutan apa pun tentang
apa yang terjadi di negara Islami. Boleh jadi, pengabaian peran negera Islami
dalam pengembangan akuntansi karena disengaja atau karena
ketidaktahuannya. Padahal peran yang dimainkan oleh negara Islami dalam
pengembangan berbagai ilmu dan seni adalah cukup besar, seperti dalam
akuntansi keuangan.
3. PEKEMBANGAN AKUNTANSI DI DUNIA ISLAM
Vangermeersch memandang bahwa tempat tumbuhnya sistem pencatatan
sisi-sisi transaksi (double entry) masih diperdebatkan. (Berton, 1933, 1). Hal ini
berarti bahwa dia tidak menerima bahwa tempat tumbuhnya sistem tersebut di
Republik Italia. Dia beralasan bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi dalam
buku-buku akuntansi, yang merupakan suatu metode untuk memilah-milah data
sesuai dengan kaidah-kaidah khusus yang telah dikenal secara umum (Have,
1976, 5-6). Berdasarkan hal tersebut, sebagian peneliti memandang bahwa
masih diragukan, sistem pencatatan sisi-sisi transaksi dalam bentuk yang kita
kenal sekarang ini atau yang mendekati hal itu telah dipraktikan secara meluas
pada abad XIV (Weis and Tinuis, 1991, 54), yakni mereka meragukan adanya
praktik tersebut secara meluas di Italia pada abad XIV, terutama Pacioli hanya
menyebutkan adanya praktik secara meluas tanpa menentukan tempatnya.
Keraguan ini pada kenyataannya beralasan, yaitu:
ALASAN PERTAMA, yaitu kosongnya masa sejarah dari sejarah akuntansi, yaitu
masa yang terjadi antara lenyapnya negeri antara dua sungai dan negeri Mesir
di dunia Arab sampai abad XV secara umum. Secara khusus, ketika Pacioli
menyebarkan bukunya yang mengandung satu bab tentang akuntansi, yaitu
pada tanggal 10 Nopember 1494 M. Kekosongan ini hampir mendekati dua
ribu tahun.
ALASAN KEDUA, yaitu penggunaan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi secara
luas tidak diragukan lagi mengharuskan adanya suatu praktik kerja dan pusat-
pusat pelatihan yang mampu mencetak pribadi-pribadi yang ahli dan mampu
menggunakan sistem ini secara luas. Pada kenyataannya, pusat-pusat
pelatihan semacam itu tidak ada di Italia, kecuali pada akhir abad XVI,
yaitu setelah kurang lebih dua abad dari munculnya buku Pacioli.
Pusat pelatihan para akuntan yang pertama di Italia didirikan di kota Venice
pada tahun 1581 M, dan dikenal dengan nama Colege of Accountans. Setelah
para peserta studi menerima ilmu dari lembaga tersebut, mereka diharuskan
untuk berlatih (praktik kerja) di kantor-kantor akuntan yang telah teruji selama
enam tahun, setelah itu, mereka diuji sebelum dapat mempraktikkan profesi
akuntansi secara mandiri, (American Institute of Certified Accountants, 1970,
3). Demikian pula praktik kerja belum memiliki wujud yang diperhatikan
sebelum munculnya buku Pacioli. Hal ini kembali pada keterbelakangan ilmu
yang dialami Eropa pada saat itu, yang dikenal dengan masa kegelapan.
Di antara yang patut diperhatikan adalah Pacioli menyebutkan di dalam
bukunya bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi telah ada sejak masa yang
lama (Murray, 1930, 16), tetapi ia tidak menyebutkan sejak kapan dan di mana
sistem ini telah ada sejak lama. Apakah hal itu di dalam Republik Italia pada
saat itu, ataukah di tempat lain. Demikian juga salah seorang peneliti, De
Rover, berpendapat bahwa bab yang terdapat di dalam buku Pacioli tentang
akuntansi hanyalah suatu bentuk nukilan dari apa yang ada pada saat itu
beredar di antara para murid dan guru di sekolah aritmetika dan perdagangan
(Venetian Schole) atau dalam bahasa Inggris Schools of Commerce and
Arithmetic. Dengan demikian, Pacioli hanyalah penukil (transcriber) atau
pencatat terhadap apa yang beredar pada saat itu, (Chatfield, 1968, 45).
Sesungguhnya ucapan ini tampak diterima oleh akalnya, namun terganjal
oleh adanya hubungan antara para pedagang muslim dan para pedagang Italia.
Tetapi, pertanyaan yang muncul adalah: Siapakah yang menemukan sistem
pencatatan sisi-sisi transaksi? Di mana hal itu? Dan bagaimana sistem ini bisa
beralih ke tangan orang-orang Italia?
Mungkin dapat dikatakan bahwa pada saat itu Eropa hidup pada masa
kegelapan, kaum muslimin telah menggunakan akuntansi dan ikut andil dalam
mengembangkannya. Sementara itu, peradaban Islam, dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, berdiri di atas asas kebahagiaan manusia melalui hal-hal
yang sesuai dengan syari’at Islam dan hal-hal yang dapat merealisasikan bagi
manusia integrasi antara tuntutan-tuntutan spiritual dan tuntutan-tuntutaan
material. Hal ini dalam rangka mengamalkan firman Allah Ta’ala:
Hal ini ditegaskan oleh salah seorang peneliti bahwa orang-orang Arab yang
datang dari timur ke Eropa telah membawa dagangan mereka yang bermacam-
macam, berbagai penemuan mereka dalam ilmu pengetahuan, dan matematika,
(Woolk, 1912, 54).
Peradaban Islam telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan-
tuntutan syari’at Islam yang berasaskan pada Al Qur’an dan As Sunnah. As
Sunnah mengandung seluruh ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah
Muhammad SAW, sebagaimana yang dihafal oleh para sahabat ridlwanullah
‘alaihim. Sangat disayangkan, kita dapati sebagian penulis dari kalangan non
Islam tidak berusaha memahami Islam secara benar, dan mengulang-ulang
pendapat yang tidak sesuai dengan kedudukan ilmiah mereka tanpa
memikirkan hasil dari apa yang mereka tulis. Di antaranya adalah definisi yang
mereka kemukakan tentang Rasul Muhammad SAW, yaitu seorang pemimpin
yang di dalam tulisan-tulisan sastranya memberikan banyak pengetahuan dan
hikmah kepada para pengikutnya, (Haskins, 1900, 11).
Dengan definisi tersebut, mereka mempunyai maksud bahwa Al Qur'an
bukan dari sisi Allah. Salah satu penelitian moderen yang dilakukan oleh salah
seorang peneliti Muslim bersama para peneliti Barat menunjukkan bahwa
manfaat yang mungkin dipetik dari Islami dalam pengembangan akuntansi dan
kerangka perdagangan tidak dapat diambil manfaatnya, setelah dilakukan
penelitian yang mendalam, (Hamid et al, 1993, 132).
Hal ini menunjukkan, bahwa kebutuhan untuk memberikan pemahaman
kepada orang-orang non muslim sangat mendesak, terutama para pemikir
(peneliti) mereka, tentang hakikat Islami dan apa saja yang dapat
dipersembahkan kepada manusia. Selain apa yang telah dipersembahkan
kepada mereka melalui berbagai ilmu pengetahuan yang dijadikan asas oleh
orang-orang Barat dalam meraih kemajuan ilmu pengetahuan hingga sekarang.
Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan
pengembangannya di negara Islami, sebelum munculnya buku Pacioli, adalah
adanya manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363 M. Manuskrip ini
adalah karya seorang penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin
1) Sistem akuntansi yang populer pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan
yang khusus bagi setiap sistem akuntansi.
2) Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat
transaksi keuangan, dan
3) Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyetaraan.
1) Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apa pun,
maka harus diberi garis pembatas, sehingga tempat yang kosong itu tidak
dapat digunakan. Penggarisan ini dikenal dengan nama Tarqin.
2) Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama
Hashil.
3) Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan terjadinya.
4) Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar, dan hati-
hati dalam menggunakan kata-kata.
5) Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau
menghapusnya. Apabila seorang akuntan (bendaharawan) kelebihan
mencatat jumlah suatu transaksi, maka dia harus membayar selisih tersebut
dari kantongnya pribadi kepada kantor.
1) Pada akhir tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara
rinci tentang jumlah (keuangan) yang berada di dalam tanggung jawabnya,
dan cara pengaturannya terhadap jumlah (keuangan) tersebut.
sisi-sisi kredit di sebelah kanan, baik dalam satu halaman maupun dua
halaman yang berhadap-hadapan.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan sejarah akuntansi Syariah !
2. Jelaskan perkembangan akuntansi syariah pada masa lampau dan masa
sekarang !
D. DAFTAR PUSTAKA
Adnan,Akhyar, Akuntansi Syraiah "Arah, Prospek dan Tantangan",
Yogyakarta: UII Press, 2005.