Akuntansi dalam Islam merupakan alat untuk melaksanakan
perintah Allah SWT dalam (QS 2:282) untuk melakukan pencatatan
dalam melakukan transaksi usaha. Implikasi lebih jauh adalah keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban pelaporan yang terpadu dan komprehensif.
Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang bebas
nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam (Islamic values) sesuai ketentuan syariah. Akuntansi yang kita kenal sekarangdiklaim berkembang dati peradaban barat (sejak Paciolli), padahal apabila dilihat secara mendalam dari proses lahir dan perkembangannya, terlihat jelas pengaruh keadaan masyarakat atau peradaban sebelumnya baik Yunani maupun Arab Islam. Perkembangan akuntansi, dengan domain “arithmatic quality”-nya, sangat ditopang oleh ilmu lain, khususnya arithmatic, algebra, mathematics, alghorithm pada abad ke-9 M. Ilmu ini lebih dahulu berkembang sebelum perkembangan bahasa. Ilmu penting ini dikembangkan oleh filosofi Islam, yaitu Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi yang lahir tahun 801 M. Dan juga penemuan Al-khawarizmy berupa sistem nomor, desimal, dan angka “0” yang sudah dikenal sejak 830 M, dan diakui oleh Hendriksen penulis buku “Accounting Theory” merupakan sumbangan Arab Islam terhadap akuntansi Ibnu Khaldun (lahir pada tahun 1332) adalah seorang filosof Islam yang telah bicara tentang politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, perdagangan. Pada dasarnya, Al- Khawarizmy-lah yang memberikan konstribusi besar bagi perkembangan matematika modern eropa, terutama pada persamaan algebra yang konsep – konsepnya dapat memecahkan persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan syariah yang ada di Al-Quran, perkara hukum dan praktik bisnis perdagangan. Sudah banyak ahli akuntan yang mengakui keberadaan akuntansi islam. Seperti Paciolli yang memperkenalkan sistem double entry melalui ilmu matematika. Sistem akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi Aset = Liabilitas + Ekuitas. Karena aljabar ditemukan oleh ilmuan muslim di zaman keemasan Islam, maka dari itu akuntansi berkembang pesat di zaman itu, dan menjadi dasar pengembangannya. Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia . Dari zaman prasejarah . Ketika masyarakat mulai mengenal adanya “perdagangan maka pada saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal sistem moneter. Bukti tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut dapat ditemukan dari mulai kerajaan babilonia (4500SM) . Walaupun akuntansi telah dimulai dari zaman prasejarah , saat ini kita hanya mengenal Luca pacciolli sebagai bapak akuntan modern . Paciolli merupakan orang yang dianggap menemukan persamaan akuntansi untuk pertama kali pada tahun 1494 dengan bukunya : Summa de Arithmetica et proportionalita . Dalam bukunya tersebut beliau menerangkan mengenai double entry bookkeeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern, bahkan juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal saat ini seperti penggunaan jurnal , buku besar (ledger) dan memorandum. Sebenarnya luca pociolli bukanlah orang yang pertama menemukan double entry mengingat sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan antara venice dan genoa pasa awal abad ke-13 setelah terbukanya jalur perdagangan antara timur tengah dan kawasan mediterania . Menurut paragallo , orang yang menuliskan double entry pertama kali adalah seorang pedagang yang bernama benedetto coun dalam buku della marcatua e mercate perfetto . Hendriksen dalam bukunya “accounting theory” menulis . “Penemuan angka arab sangat membantu perkembangan akuntansi “. Kutipan ini menandai anggapan bahwa sumbangan Arab terhadap perkembangam disiplin akuntansi sangat besar. Dapat kita catat bahwa penggunaan angka Arab mempunyai andil besar dalam perkembangan ilmu akuntansi. Artinya besar kemungkinan bahwa dalam peradaban Arab sudah ada metode pencatatan akuntasi. Bahkan mungkin mereka yang memulainya. Bangsa Arab pada waktu itu sudah memiliki administrasi yang cukup maju, praktik pembukuan telah menggunakan buku besar umum, jurnal umum, buku kas, laporan periodik, dan penutupan buku. Menurut Littleton (dalam Boydoun, 1959) perkembangan akuntansi disuatu lokasi tidak hanya disebabkan oleh masyarakat dilokasi itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh perkembangan pada saat atau periode waktu tersebut dan dai masyarakat lainnya. Mengingat bahwa Paciolli sendiri telah mengakui bahwa akuntansi telah dilakukan satu abad sebelumnya dan Vanice sendiri telah menjadi salah satu pusat perdagangan terbuka, maka sangat terbuka kemungkinan bahwa telah terjadi pertukaran dengan pedagang muslim yang telah mengembangkan hasil pemikiran dari ilmuwan muslim. Para ilmuwan muslim sendiri telah memberikan kontribusi yang besar, terutama adanya penemuan angka 0 dan konsep perhitungan desimal. Transformasi lmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada masyarakat Arab menarik sejumlah kalangan ilmuwan dari Eropa seperti Leonardo Fibonacci da Pisa yang melakukan perjalanan ilmiahnya ke Timur Tengah. Dialah yang memperkenalkan angka Arab dan aljabar atau metode perhitungannya ke benua Eropa pada tahun 1202 melalui bukunya yang berjudul “Liber Abacci” serta memasyarakatkan penggunaan angka Arab tersebut pada kehidupan sehari-hari termasuk dalam kegiatan ekonomi dan transaksi perdagangan. Terjadinya proses transformasi ilmu pengetahuan tadi, juga dimungkinkan mengingat Al-Quran yang menyerukan semua orang untuk berdakwah. Kota- kota yang berada di wilayah kekuasaan Islam tersebut seperti Kairo, Alexandria, Damsyik, Baghdd merupakan pusat perdagangan internasional yang cukup pesat dan ramai. Apa yang dilakukan oleh Luca Pacciolimemiliki kemiripan dengan apa yang telah disusun oleh pemikir muslim pada abad ke 8-10 M. Zaman awal perkembangan islam Negara Madinah merupakan letak awal perkembangan Islam yaitu pada tahun 622 M atau tahun 1 H. Hal ini didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara sehingga kegiatan kenegaraan dilakukan secara gotong royong atau kerja sama dan Negara tersebut tidak memiliki pemasukan dan pengeluaran. Bentuk sekertariat didirikan akhir tahun 6 H Nabi Muhammad SAW bertindak sebagai kepala Negara dan juga sebagai ketua Mahkama Agung. Mufti besar dan panglima perang tertinggi bertindak sebagai penanggung jawab administrasi Negara. Pada abad ke 7 Rasulullah SAW mendirikan Baitul Maal. Fungsinya sebagai penyimpanan ketika adanya pembayaran wajib zakat dan usur (pajak pertanian dari muslim) dan adanya perluasan wilayah atau jizia yaitu pajak perlindungan dari non muslim, dan juga adanya kharaj yaitu pajak pertanian dari non muslim. Perkembangan Akuntansi Syariah pada Zaman Khalifah Abu Bakar Assidiq Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana, dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang, sehingga hampir tidak pernah ada sisa. Umar bin Khattab Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan dengan istilah “Diwan” yaitu tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan yang berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar masyarakat. Selain itu Baitul Maal sudah diputuskan di daerah-daerah taklukan islam. Utsman bin Affan Pada masa pemerintahan khalifah Utsman, memperkenalkan tentang istilah khittabat al-Rasull wa sirr yaitu berarti memelihara pencatatan rahasia. Dalam hal pengawasan pelaksanaan agama dan moral lebih difokuskan kepada muhtasib yaitu orang-orang yang bertanggung jawab atas lembaga al hisbah, misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak banyak hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan ibadah bahkan termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang termasuk perhitungan atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk semua mahluk d. Ali Bin Abi Thalib Pada masa pemerintahan Ali yaitu adanya sistem administrasi Baitul Maal difokuskan pada pusat dan lokal yang berjalan baik, surplus pada Baitul Maal dibagikan secara profesional sesuai dengan ketentuan Rasulallah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan baik. Khalifah Ali memilki konsep tentang pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya secara jelas. Dari uraian di atas di ketahui bahwa pelaksanaan akuntansi pada negara Islam terjadi terutama adanya dorongan kewajiban zakat, yang harus dikelola dengan baik melalui Baitul Maal. Dokumentasi yang pertama kali dilakukan oleh Al-Mazenderany (1363 M) mengenal praktik akuntansi pemerintahan yang dilakukan selama Dinasti Khan II pada buku Risalah Falakiyah Siyakat. Namun, dokumentasi yang baik mengenal akuntansi negara Islam tersebut pertama kali dilakukan oleh Al-khawarizmy pada tahun 976 M. Tujuan sistem akuntansi adalah untuk memastikan akuntabilitas, mendukung prose pengambilan keputusan serta mempermudah proses evaluasi atas program yang telah selesai. Tujuan ini tidak hanya berlaku di pemerintahan tetapi juga di perusahaan. Orientasi sistem akutansi ini adalah melaporkan kegiatan yang menghasilkan laba/rugi atau surplus/defisit, dan menyelesaikan seluruh kebutuhan dari negara, namun perhitungan dari sistem akuntansi ini masih memasukkan transaksi yang bersifat moneter dan nonmoneter. Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara Islam sebagaimana dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al- Mazendarany (Zaid, 2004), sebagai berikut. 1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup 2. Sistem akuntansi untuk kontruksi 3. Sistem akuntansi untuk pertanian 4. Sistem akuntansi gudang 5. Sistem akuntansi mata uang 6. Sistem akuntansi peternakan 7. Sistem akuntansi perbendaharaan Pencatatan dalam negara Islam telah memilki prosedur yang wajib diikuti, serta pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas dan menemukan surplus dan defisit atas pencatatan yang tidak seimbang. Jika ditemukan kesalahan maka orang yang bertanggung jawab harus menggantinya. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut (Zaid, 2004). 1. Transaksi harus dicatat setelah terjadi. 2. Transaksi harus dikelompokkan berdasarkan jenisnya. 3. Penerimaan akan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran di sisi sebelah kiri. 4. Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sisi kiri halaman. 5. Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati-hati. 6. Tidak diberikan jarak penulisan di sisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup. 7. Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau menulis ulang. 8. Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang hal tersebut. 9. Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal (Al Jaridah) akan dipindahkan pada buku khusus berdasarkan pengelompokkan transaksi. 10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokkan berbeda dengan orang yang melakukan pencatatan harian. 11. Saldo (disebut Al Hassel) diperoleh dari selisih. 12. Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. 13. Pada akhir tahun, laporan yang dismpaikan oleh Al Kateb harus menjelaskan seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada di bawah wewenangnya. 14. Laporan tahunan yang disusun Al Kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan akan disimpan di Diwan Pusat. berhubungan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah : 1. Al-jaridah : a. Jaridah Al-Kharaj b. Jaridah Annafakat c. Jaridah Al-Maal D. Jaridah Al-Musadereen 2. Daftar Al-Yaumiah a. Daftar Attawjihat b. Daftar Attahwilat : a. Kaman al-Kharadj b. Al-Awardj c. Al-Ruznamadj d. Al-Khatma e. Al-Khatma Al-Djami”a f. Al-Ta’ridj g. Al-Arida h. Al-Bara’a i. Al-Muwafaka Jenis Laporan Keuangan: Al Khitmah Al Khitmah Al Jameeah
Bentuk perhitungan dan laporan zakat akan
dikelompokkan pada laporan keuangan terbagi dalam 3 kelompok: Ar-Raj Minal Mal (yang dapat tertagih) Ar-Munkasir Minal Mal (Piutang yang tidak dapat tertagih) Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wal Muta’akkid (piutang yang sulit dan piutang bermasalah sehingga tidak tertagih) Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan kemampuan bayar, yaitu: a. Arra’ej Minal Maal (collectible debts) b. AlMunkase Minal Mal (uncollectible debts) c. Al Muta’adher wal Mutahayyer (complicated atau doubtful debts). Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk system pencatatan pada zaman dinasti abbaslah (750-1258 M) sudah sedemikian maju, sementara pada kurun waktu yang hampir bersamaan. Eropa masih berada dalam periode “the dark age” dari sini, kita dapat melihat hubungan antara luca paciolli dan akuntansi islam. Pada tahun 1429 M angka dilarang digunakan oleh pemerintah italia. Luca paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir arab dan selalu menjadikan karya pisah sebagai rujukan. Alasan teknis yang mendukung hal tersebut adalah luca paciolli mengatakan bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali disisi sebalah kredit dan disisi sebelah debit. Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali dengan menulis sebelah kredit dan di sebelah debit. Penelitian tentang sejarah dan perkembangan akuntansi memang perlu di kaji lebih dalam lagi mengingat masih dipertanyakan bukti-bukti otentik/langsung tentang hal tersebut bagaimana diungkapkan oleh napier. Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk sistem pencatatan pada zaman dinasti Abbasiah (750 – 1258 M) sudah sedemikian maju, sementara pada kurun waktu yang hampir bersamaan, Eropa masih berada dalam periode The Dark Ages. Dari sini dapat melihat hubungan antara Luca Paciolli dan Akuntansi Islam.
Luca Paciolli adalah seorang ilmuwan sekaligus juga
seorang pengajar di beberapa universitas seperti Venice, Milan, Florence, dan Roma. Beliau telah membaca banyak buku termasuk buku yang telah diterjemahkan. Hal ini dibuktikan pada sejak tahun 1202 M, buku – buku para ilmuwan muslim/arab telah banyak diterjemahkan ke negara Eropa seperti yang dilakukan oleh Leonardo Fibonacci of Pisa. pisa banyak belajar mengenai angka dan bahasa Arab. Sehingga di dalam bukunya disebutkan bahwa ia menyarankan dan menerangkan manfaat mengenai angka Arab termasuk dalam pencatatan transaksi. Pada tahun 1429 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah Italia. Luca Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari Alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir Arab dan selalu menjadikan karya Pisa sebagai rujukan.
Tahun 1484 M, Paciolli pergi dan bertemu dengan
temannya Onofrio Dini Florence seorang pedagang yang suka berpergian ke Afrika Utara dan Konstantinopel, sehingga diduga Paciolli mendapat ide tentang double entry tersebut dari temannya. Bahkan Alfred Lieber (1968) mendukung pendapat tersebut bahwa memang ada pengaruh dari pedagang Arab pada Italia, walaupun Arab itu tidak berarti hanya muslim saja. Luca Paciolli mengatakan bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali yaitu di sisi sebelah kredit dan di sisi sebelah debit. Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali dengan menulis sebelah kredit kemudian di sebelah debit. Hal ini memunculkan dugaan bahwa Paciolli menerjemahkan hal tersebut dari bahasa Arab yang memang menulis dari sebelah kanan.
Napier (2007) mengatakan penelitian
tentang sejarah dan perkembangan akuntansi memang perlu dikaji lebih dalam lagi mengingat masih dipertanyakan bukti- bukti autentik/langsung tentang hal tersebut.