Anda di halaman 1dari 4

PERTANYAAN BAB 5

1. Kapankah akuntansi mulai dilakukan ?

Jawab :

Akuntansi mulai dilakukan sejak masyarakat mulai mengenal perdagangan maka


pada saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai
mengenal system moneter. Bukti tentang pencatatan tersebut ditemukan dari
mulai kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun Mesir dan kode-kode Hamurabi
(2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di
Elba, Syaria Utara.

Luca Paciolli dikenal sebagai bapak Akuntansi Modern dengan buku yang
berjudul“ A Riview Aritmethic, Geometry, and Proportios” yang berisi tentang
dasar perhitungan akuntansi modern, bahkan juga hamper seluruh kegiatan rutin
akuntansi seperti penggunaan jurnal, buku besar, dan memorandum. Pada buku
besar sudah mencakup asset, utang, modal, pendapatan dan beban. Dan juga
mencakup tentang ayat jurnal penutup (closing entries) dan menggunakan neraca
saldo (trial balance) untuk mengetahui saldo buku besar (ledger). Penjelasan ini
memberikan pengertian yang memadai untuk akuntansi, etika dan akuntansi biaya.

2. Bagaimana perkembangan akuntansi di zaman Nabi Muhammad SAW ?

Jawab :

Perkembangan akuntansi di zaman Nabi Muhammad SAW terjadi mulai


pencatatan pada masa Rasulullah yaitu saat diturunkannya surah Al-Baqarah: 282
tentang perintah pencatatan transaksi nontunai. Rasulullah kemudian membentuk
hafazhatul amwal (pengawas keuangan) untuk membersihkan muamalah maaliah
(keuangan) dengan menekankan pada pencatatan keuangan. Pada masa
Rasulullah, pencatatan dilakukan untuk mengetahui utang-piutang serta
perputaran uang, seperti pengeluaran dan pemasukan. Selain itu pencatatan
digunakan untuk menghitung harta keseluruhan yang kemudian akan dihitung
kadar zakat yang harus dikeluarkan. Praktik akuntansi kemudian dilakukan pada
saat Rasulullah mendirikan Baitu Maal pada abad ke 7 Rasulullah SAW yang
berfungsi untuk menghimpun dan mengelola seluruh penerimaan negara,
seperti pembayaran wajib zakat, ‘ushr (pajak pertanian dari muslim)
dan jizyah (pajak perlindungan dari non muslim yang tinggal di daerah yang
ditinggali muslim), serta juga adanya kharaj (pajak pertanian dari non muslim).
Dengan adanya baitulmaal mendorong pemerintah membuat laporan keuangan
dan melakukan pencatatan pada setiap transasksi, seperti pengeluaran yang
dibutuhkan untuk kepentingan negara.

Rasulullah telah menunjuk petugas qadi, sekretaris, dan pencatat administrasi


pemerintahan walaupun pengelolaan baitulmaal saatitu masih sederhana.
Rasulullah melakukan pembagian dan pemisahan tugas bagi setiap petugas
baitulmaal yang dilakukan untuk mejamin terciptanya akuntabilitas.

3. Bagaimana perkembangan akuntansi di zaman Khalifah ?

Jawab :

Perkembangan akuntansi pada zaman Khalifah adalah Perubahan system


administrasi yang signifikan dilakukan diera kepemimpinan Khalifah Umar Bin
Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan yang artinya penulisan. Diwan
dapat diartikan sebagai tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana
akuntansi dicatat dan disimpan diwanini berfungsi untuk mengurusi pembayaran
gaji. Pada zaman ke khalifah sudah dikenal Keuangan Negara. Diwan pengawas
keuangan disebut Diwan AL-Kharaj yang bertugas mengawasi semua hal yang
berkaitan dengan penghasilan.
4. Bagaimanakah hubungan akuntansi di Italia dan Pedagang Muslim ?

Jawab:

Hubungan akuntansi Italia dan Pedagang Muslim yaitu kita dapat melihat
hubungan antara Luca Paciolli dan Akuntansi Islam. Luca Paciolli sebagaimana
telah diterangkan adalah seorang Ilmuwan sekaligus juga seorang pengajar di
beberapa Universitas Italia seperti Venice, Milan, Horence, dan Roma. Pada tahun
1942 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah Italia.Tahun 1484
M, Paciolli pergi dan bertemu dengan temannya Onofrio Dini Florence seorang
pedagang yang suka bepergian ke Afrika Utara dan Konstantinopel, sehingga
diduga Paciolli mendapat ide tentang double entry. Bahkan Alfred Lieber (1968)
mendukung pendapat tersebut bahwa memang ada pengaruh dari pedagang Arab
pada Italia, walaupun Arab itu bukan berarti hanya muslim saja. Alasan teknis
yang mendukung hal tersebut adalah: Luca Pacolli mengatakan bahwa setiap
transaksi harus dicatat dua kali yaitu di sisi sebelah kredit dan di sisi sebelah
debit. Hal ini memunculkan dugaan bahwa Pacolli menerjemahkan hal tersebut
dari bahasa Arab yang memang menulis dari sebelah kanan.

5. Jelaskan bentuk laporan keuangan yang telah dikenal ketika Daulah Abasiah ?

Jawab:

Daulat Abbasiyyah, 132--232 H. /750-847 M. memiliki banyak kelebihan


dibandingkan yang lain dalam pengembangan akuntasi secara umum dan buku-
buku akuntansi secara khusus. Sebab pada saat itu, masyarakat Islam
menggunakan dua belas buku akuntansi khusus (Specialized Accounting Books).
Buku-buku ini memiliki karakter dan fungsi dan berkaitan erat dengan fungsi dan
tugas yang diterapkan pada saat itu. Di antara contoh buku-buku khusus yang
dikenal pada masa kehidupan negara Islam itu adalah sebagai berikut:
Daftarun Nafaqat (Buku Pengeluaran). Buku ini disimpan di Diwan
Nafaqat, dan diwan ini bertanggungjawab atas pengeluaran Khalifah, yang
mencerminkan pengeluaran negara.
Daftarun Nafaqat WalIradat (Buku Pengeluaran dan Pemasukan). Buku ini
disimpan di Diwanil Mal, dan Diwan ini bertanggungjawab atas pembukuan
seluruh harta yang masuk ke Baitul Mal dan yang dikeluarkannya.
Daftar Amwalil Mushadarah (Buku Harta Sitaan). Buku ini digunakan
di Diwanul Mushadarin. Diwan ini khusus mengatur harta sitaan dari para
menteri dan pejabat-pejabat senior negara pada saat itu.

Di samping apa yang telah disebutkan, kaum muslimin di negara Islam mengenal
pembagian piutang menjadi tiga kelompok, yaitu:

 Ar-Ra Minal Mal, yang dimaksudkan ialah piutang yang memungkinkan


untuk didapatkan, yaitu apa yang sekarang ini dikenal dengan nama Ad
Duyunul Jayyidah, dan dalam bahasa inggris dikenal dengan
nama Collectable Debts.
 Ar-Munkasir Minal Mal, yang dimaksudkan adalah piutang yang mustahil
untuk didapatkan, yaitu apa yang sekarang dinamakan Ad Duyunul
Ma’dumah, dan dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Bad
Debts atau Uncollectable Debts.
 Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wal Muta`akkid, yang dimaksudkan adalah
piutang yang diragukan untuk didapatkan, dan dalam bahasa inggris dikenal
dengan nama Doubtful Debts.

Pengelompokan ini adalah pengelompokan yang digunakan pada masa kita


sekarang tanpa menyebutkan bahwa sumbernya adalah di negara Islam. Hal ini
mempertegas sekali lagi pentingnya zakat sebagai faktor asasi yang membantu
pengembangan akuntansi. Hal ini jika tidak ada faktor lain, maka zakat adalah
faktor yang pertama. Sebab, perhitungan zakat menuntut pentingnya inventarisasi
para debitur dan kreditur untuk mengetahui pengaruh para debitur dan kreditur
terhadap jumlah zakat.

Anda mungkin juga menyukai