Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 1

NURUL AZIZAH MUSLI AHMAD HUSAENI

JUWITA
YULI YANTI
SEJARAH DAN
PEMIKIRAN
AKUNTANSI
SYARIAH
Back Next

PENGANTAR
Sejarah membuktikan bahwa ilmu akuntansi telah lama
dipraktekkan dalam dunia islam, seperti istilah jurnal, telah
lebih dulu digunakan ketika masa khalifah islam dengan
isltilah “jaridah” untuk buku catatan keuangan. Begitu juga
dengan double entry yang ditulis oleh Luca Pacioli. Dengan
begitu kita tau bahwa Islam lebih dahulu mengenal sistem
akuntansi karena Al-Qur’an telah turun pada tahun 610 M,
yakni 800 tahun lebih dahulu dari Luca Pacioli yang
menerbitkan bukunya pada tahun 1494.
SEJARAH AKUNTASI SYARIAH
Pendeklerasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M bertetapan dengan 1 H) didasari dengan konsep
bahwa seluruh umat muslim adalah bersaudara dan tanpa membeda-bedakan dari segi apapun. Sehingga
kegiatan kenegaraan dilakukan dengan saling kerja sama.

Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu ketika ada kewajiban zakat dan ‘ush (pajak pertanian dari
muslim) dan perluasan wilayah hingga munculnya jizyah (pajak perlindungan dari non muslim) dan
kharaj (pajak hasil pertanian non muslim)maka dari itu Rasulullah mendirikan baitul maal pada awal
abad ke-7, konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana seluruh penerimaan dikumpulkan secara
terpisah dengan pemimpin negara dan baru akan dikeluarkan untuk kepentingan negara, walaupun
dikatakan pengelolaan baitul maal masih sederhana tetapi Rasulullah telah memilih petugas qadi, juga
sekretaris dan pencatat administrasi pemerntahan. Yang ditinjuk Rasulullah berjumlah 42 0rang dan
telah dan telah dibagi dalam empat pembagian tugas yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan
dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.
PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH PADA ZAMAN KHALIFAH

a. Abu Bakar as-Shiddiq


Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana, dimana
penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang, sehingga hampir tidak pernah ada sisa.

b. Umar bin Khattab


Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan dengan istilah “Diwan” yaitu
tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan yang
berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa akuntansi
berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar masyarakat.
c. Utsman bin Affan
Ketika zaman khalifah Utsman,terdapat istilah khittabat al-rasull wa sirr yaitu memelihara
pencatatan rahasia. Untuk pengawasan pelaksanaan moral dan agama lebih difokuskan
pada muhtasib.
Adapun arti muhtasib ini ialah orang yang memiliki tanggung jawab terhadap Lembaga Al-
Hisbah, seperti mengenai kecurangan penjualan, timbangan dan tidak banyak berhutang.
d. Ali bin Abi Thalib
Pada masa pemerintahan sistem administrasi Baitul Maal difokuskan pada pusat dan lokal yang
berjalan baik, surplus pada Baitul Maal dibagikan secara profesional sesuai dengan ketentuan
Rasulallah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan
berlangsung dengan baik. Khalifah Ali memiliki konsep tentang pemerintahan, administrasi
umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya secara jelas.
PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

● Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses pendirian Bank Muamalat
Indonesia (BMI) yang merupakan landasan awal diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman bermuamalah.
Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama di Indonesia yang lahir karena keinginan masyarakat para
pemikir Islam yang ingin melakukan proses muamalah sesuai dengan ajaran Islam.

● Akuntansi yang sesuai dengan syariat Islam mulai diterapkan setelah adanya standar akuntansi perbankan
syariah, setelah terbentuknya pemahaman yang lebih konkrit tentang apa dan bagaimana akuntansi syariah,
dan terbentuknya lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada akuntansi syariah. Jadi secara historis, sejak
tahun 2002 barulah muncul ide pemikiran dan keberadaan akuntansi syariah, baik secara pengetahuan umum
maupun secara teknis. Sebagai catatan, IAI baru membentuk Komite Akuntansi Syariah di Indonesia.
Prinsip-prinsip Akuntansi Syariah
1.     Prinsip Pertanggungjawaban.
Prinsip ini sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat muslim.
Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Jadi, individu yang
terlibat dalam praktik akuntansi maupun bisnis harus selalu merasa
bertanggungjawab atas apa yang telah diamanahkan dan yang diperbuat kepada
pihak-pihak yang terkait dengan dirinya.
2.     Prinsip Keadilan.
Keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi mengandung dua pengertian, yaitu:
Pertama, berkaitan dengan praktik moral yaitu kejujuran, yang merupakan fakta
yang sangat dominan. Tanpa kejujuran ini, informasi akuntansi yang disajikan akan
menyesatkan dan sangat merugikan masyarakat. Kedua, kata adil bersifat
fundamental, maksudnya akuntansi dalam praktiknya tetap berpijak pada nilai-nilai
etika/syariah dan moral.
3.     Prinsip Kebenaran.
Prinsip kebenaran dalam akuntansi ini jika dilakukan dengan baik maka akan dapat
menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan transaksi-
transaksi ekonomi.
PERBEDAAN KONSEP AKUNTANSI SYARIAH
DAN AKUNTANSI KONVENSIONAL

Akuntansi syariah dan akuntansi konvensional memiliki konsep yang


berbeda, yaitu dilihat dari  segi pengertian, tujuan maupun karakteristiknya.
Konsep akuntansi syariah didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah-kaidah
hukum yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis. Karena akuntansi
syariahdalam praktiknya tidak hanya bertanggungjawab dengan sesama
manusia (hablumminannas) tetapi juga memiliki tanggung jawab dengan
Allah (hablumminallah). Sementara konsep akuntansi konvensional bersifat
tidak permanen dan memiliki kecenderungan berubah-ubah dari waktu ke
waktu karena peraturan-peraturan dan teorinya dibuat oleh manusia yang
memiliki sifat khilaf, keterbatasan ilmu dan wawasan.
ALIRAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SYARIAH
Aliran pemikiran akuntansi syariah filosofis-teoritis adalah aliran pemikiran yang mencoba dan
berusaha untuk melahirkan teori-teori akuntansi yang lahir dari ajaran Islam tanpa adanya
campuran pemahaman dari akuntansi konvensional. Agama islam yang sempurna dan
pengalaman sarjana muslim terdahulu menjadi keyakinan bahwa akuntansi syariah yang murni
dari Islam dapat dipraktikkan.

Beberapa kajian akuntansi syariah filosofis-teoritis di Indonesia diantaranya Harahap 1997;


Triyuwono 1997;2000; Triyuwono dan As’udi; 2001. Sedangkan di level internasional dapat
merujuk pada karya Gambling dan Karim 1986;1991; Hamid dkk 1993; Baydoun dan Willet
1994; Triyuwono 1995;1999; Triyuwono dan Gaffikin 1996. Kajian-kajian ini memberikan
kontribusi besar bagi perkembangan akuntansi syariah secara filsofis-teoritis (Triyuwono ,
2003). Atau karya ‘Atiyah (1993), dan Muhammad (2000).
Triyuwono (1995;1996;1997;2000)
melalui konsep teologi pembebasan
tauhid menetapkan bahwa tujuan Harahap (1997) menjelaskan tujuan
akuntansi syariah adalah sebagai akuntansi syariah adalah mengungkap
instrumen untuk membebaskan kebenaran, kepastian, keterbukaan,
manusia dari ikatan jaringan kuasa keadilan, dan akuntabilitas dari
kapilatisme atau jaringan kuasa transaksi yang dilakukan oleh
lainnya yang semu, dan kemudian perusahaan.
diikatkan pada jaringan kuasa ilahi. 
Back

IF YOU HANG OUT WITH CHIKENS,


YOU’RE GOING TO CLUTCH AND IF
YOU HANG OUT WITH EAGLES,
YOU’RE GOING TO FLY

DR. STEVE MARABOLI


Back

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai