Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Akuntansi sebagai salah satu ilmu yang pada zaman sekarang sering diterapkan dalam
mengelola aset keuangan,telah dikenal sejak zaman dahulu,salah satu tokoh yang dianggap
berperan penting dalam mengembangkan ilmu ini adalah Luca Paciolli yang berkebangsaan
Italia. Namun sebenarnya pengetahuan tentang hal ini,sudah jauh sebelumnya diterapkan
oleh Bangsa Arab. Dalam perkembangan akuntansi itu sendiri bangsa Arab juga telah banyak
memberikan sumbangannya,bahkan tidak menutup kemungkinan juga bahwa Bangsa
Arablah yang telah terlebih dahulu menerapkan konsep akuntansi di dunia.

Sejarah lahirnya ilmu akuntansi syariah tidak terlepas dari perkembangan Islam dan
kewajiban mencatat transaksi non tunai. Sebagaimana dalam firman Allah yang artinya:
“Hai, orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara
kamu menuliskannya dengan benar” (QS. Al-Baqarah [2] : 282). Hal itu kemudian
mendorong umat islam peduli terhadap pencatatan dan menimbulkan tradisi pencatatan di
kalangan umat serta mendorong munculnya aktivitas kerjasama/partnership. Begitu juga
dengan kewajiban mengeluarkan zakat mendorong pemerintah membuat laporan
pertanggungjawaban periodik terhadap baitul maal yang mereka kelola. Rasulullah SAW
sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik secara khusus beberapa sahabat untuk
menangani profesi akuntan dengan sebutan “hafazhatul amwal” (pengawas keuangan).

Akuntansi keuangan di dalam Islam harus memfokuskan pada pelaporan yang jujur
mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil operasinya, dengan mengungkapkan apa
saja yang halal dan haram. Orang-orang yang bertugas harus menetapkan bagi akuntansi
keuangan aturan-aturan yang diperlukan demi melindungi hak-hak dan kewajiban
perorangan, dan menjamin pengungkapan yang memadai.

Sejarah dan pemikiran akuntansi syariah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
ekonomi islam termasuk nilai-nilai yang sesuai dengan islam. Sedangkan di sisi lain
akuntansi syariah sebagai cabang dari ilmu akuntansi yang merupakan ilmu pengetahuan
tentu harus melampaui proses dan tahapan tertentu.Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis akan membahas mengenai “Sejarah dan Pemikiran Akuntansi Syariah”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini, yaitu :

a. Bagaimana perkembangan awal akuntansi ?


b. Bagaimana sejarah akuntansi ?
c. Bagaimana perkembangan akuntansi syariah?
d. Bagaimana prosedur dan istilah yang digunakan dalam akuntansi syariah?
e. Bagaimana hubungan akuntansi modern dan akuntansi islam ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui perkembangan awal akuntansi.
b. Untuk mengetahui sejarah akuntansi.
c. Untuk mengetahui perkembangan akuntansi syariah.
d. Untuk mengetahui prosedur dan istilah yang digunakan dalam akuntansi syariah.
e. Untuk mengetahui hubungan akuntansi modern dan akuntansi islam
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Awal Akunansi
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti yaitu bagian dari ilmu
pengeta huan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat
memiliki kebenaran absolut. Sebagai ilmu yang bersifat akumulatif,maka setiap penemuan
metode baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya imu tersebut.Bahkan
pemikir akuntansi pada awal perkembangannya merupakan seorang ahli matematika seperti
Paccioli dan Musa Al – khawarizmy.

Penemuan metode terbaru dalam akuntansi senantiasa mengalami penyesuaian


dengan kondisi setempat, sehingga dalam perkembangan selanjutnya,ilmu akuntansi
cenderung menjadi bagian dari ilmu sosial (social science),yaitu bagian dari ilmu yang
mempelajari fenomena keadaan masyarakatdengan lingkungan yang bersifat lebih relatif.
Perubahan ilmu akuntansi dari bagian ilmu pasti menjadi ilmu sosial yang disebabkan oleh
faktor – faktor perubahan dalam masyarakat yang semula dianggap sebagai sesuatu yang
konstan,misalnya transaksi usaha yang akan dipengaruhi budaya dan tradisi serta kebiasaan
dalam masyarakat.

Akuntansi dalam islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah ALLAH
SWT dalam (QS 2:282) untuk melaksanakan pencatatan dalam melakukan transaksi
usaha.Implikasi lebih jauh ,adalah keperluan terhadap suatu system pencatatan tentang suatu
hak dan kewajiba ,pelaporan yang terpadu dan komprehensif. Islam memandang akuntansi
tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja,tetapi
juga sebagai alat untuk menjalankan nilai – nilai islam sesuai ketentuan syariah. Akuntansi
yang kita kenal sekarang diklaim berkembang dari peradaban barat (sejak Paccioli),padahal
apabila bila dilihat secara mendalam dari proses lahir dan perkembangannya ,terlihat jelas
pengaruh keadaan masyarakat atau peradaban sebelumnya baik Yunani maupun Arab Islam.

Perkembangan akuntansi ,dengan domain “arithmetic quality” nya. Sangat ditopang


oleh ilmu lain khususnya arithmetic,algebra,mathematics,alghothm pada abad ke – 9 M.Ilmu
ini lebih dahulu berkembang sebelum perkembangan Bahasa.Ilmu penting ini ternyata
dikembangkan oleh filosof islam yang terkenal yaitu Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi
yang lahir tahun 801 M.Juga Al – Karki (1020) dan Al – khawarizmy yang merupakan asal
kata dari algorithm,algebra juga berasal dari kata arab yaitu “al jabr”.Demikian juga sistem
nomor,decimal,dan angka “0” (zero,sifir,kosong,nol) yang kita pakai sekarang yang disebut
sebagai angka arab sudah dikenal sejak 874 M, yang sudah diakui oleh Hendrikson
merupakan sumbangan arab Islam terhadap Akuntansi.Kita tidak bisa membayangkan
apabila neraca disajikan dengan angka romawi ,misalnya angka 1843 akan ditulis
MDCCCXLIII. Bagaimana jika kita mensajikan neraca IBM yang memerlukan angka
triliunan?
Ibnu Khaldun (lahir tahun 1332) adalah seorang filosof islam yang juga telah bicara
tentang politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, perdagangan. Bahkan ada dugaan bahwa
pemikiran mereka itulah sebenarnya yang dikemukakan oleh para filoso barat belakangan
yang muncul pada abad 18M.Sebenarnya Al – Khawarizmy lah yang memberikan kontribusi
besar bagi perkembangan matematika modern Eropa.Akuntansi modern yang dikembangkan
dari persamaan algebra dengan konsep – konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan
persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan syariah yang ada pada Al –
Qur’an,perkara hukum (law suit) dan praktik bisnis perdagangan.

2. Sejarah Akuntansi
Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia. Ketika masyarakat mulai
mengenal adanya “perdagangan” maka pada saat yang sama mereka telah mengenal konsep
nilai(value) dan mulai mengenal sistem moneter(monetary system).Bukti tentang pencatatan
tersebut dapat ditemukan dari mulai kerajaan Babilonia (4500 SM),Firaun Mesir dan kode-
kode Hammurabi (2250 SM),sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi
di Ebla,Syria Utara.
Namun saat ini kita hanya mengenal Luca Paciolli sebagai Bapak Akuntansi
Modern,ia dianggap sebagai orang yang menemukan persamaan akuntansi untuk pertama
kali pada tahun 1494 dengan bukunya:Summa de Arithmetica Geometria et
Proportionalita.Dalam bukunya ini menerangkan mengenai double entry book keeping
sebagai dasar perhitungan akuntansi modern. Pada penjelasan mengenai buku besar telah
termasuk mengenai asset,utang,modal,pendapatan dan beban.Ia juga menjelaskan mengenai
ayat jurnal penutup dan mengunakan neraca saldo untuk mengetahui saldo buku
besar.Penjelasan ini memberikan dasar yang memadai untuk akuntansi,etika dan juga
akuntansi biaya.
Sebenarnya Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book
keeping system,mengingat sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan antara
Venice dan Genoa pada awal abad ke 13 M setelah terbukanya jalur perdagangan antara
Timur Tengah dan Kawasan Mediterania.Bahkan pada tahun 1340 Bendahara kota Massri
telah melakukan pencatatan dalam bentuk double entry.Hal ini pun diakui oleh Luca Paciolli
bahwa apa yang dituliskannya berdasarkan apa yang telah terjadi di Venice sejak satu abad
sebelumnya.
Menurut Vernon Kam(1990),ilmu akuntansi diperkenalkan pada zaman Feodalisme
Barat.Namun setelah dilakukan penelitian sejarah dan arkeologi ternyata banyak data yang
membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini sudah dikenal akuntansi.Hal yang perlu
diingat bahwa matematika dan sistem angka sudah dikenal Islam sejak abad ke-9 M.Ini
berarti bahwa ilmu matematika yang ditulis Luca Paciolli pada tahun 1491 bukan hal yang
baru lagi karena sudah dikenal Islam 600 tahun sebelumnya.
Hal ini menandakan bahwa sumbangan Arab terhadap perkembangan disiplin
akuntansi sangat besar. besar kemungkinan bahwa dalam peradaban Arab sudah ada metode
pencatatan akuntansi. Majunya peradaban sosial budaya masyarakat Arab waktu itu tidak
hanya pada aspek ekonomi atau perdagangan saja,tetapi juga pada proses transformasi ilmu
pengetahuan yang berjalan dengan baik.Selain al Jabr,AlKhawarizmi(logaritma) juga telah
berkembang ilmu kedokteran dari Ibnu Sina(Avicenna),kimia karya besar Ibnu
Rusyd(Averos),ilmu ekonomi(Ibnu Khaldun) dan lain-lain.Jadi pada masa itu Islam telah
menciptakan ilmu murni atau pure science (aljabar, ilmu ukur, fisika, kimia) dan juga ilmu
terapan atau applied science (kedokteran, astronomi dan sebagainya). Para ilmuwan muslim
sendiri telah memberikan kontribusi yang besar terutama adanya penemuan angka nol dan
konsep perhitungan decimal.Mengingat orang-orang Eropa mengerti aljabar dengan
menerjemahkan tulisan dari bangsa Arab,tidak mustahil bahwa mereka yang pertama kali
melakukan bookkeeping (Heaps,1895).
Apa yang dilakukan oleh Luca Paciolli memiliki kemiripan dengan apa yang telah
disusun oleh pemikir muslim pada abad ke 8-10 M.Kemiripan tersebut antara
lain(Siswantoro,2003) adalah sebagai berikut:
Tahun Luca Paciolli Islam
In the Name of God Bismillah (Dengan Nama Allah)
Client Mawla
Cheque Sakk
Separate Sheet Waraka Khidma
Closing Book Yutbak
622 M Journal Jaridah
750 M Receivable-Subsidiary Ledger Al Awraj
750 M General Journal Daftar Al Yawmiah
750 M Journal Voucher Ash Shahad
Abad 8 M Collectible Debt Arra’ej Menal Mal
Uncollecetible Debt Munkaser Menal Mal
Doubful, difficult, complicated debt Al Mutaakhher wal Mutahyyer
Auditing Hisab
Chart of Account Sabh Al asha

3. Perkembangan Akuntansi Syariah


a. Zaman Awal Perkembangan Islam

Pendeklarasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M atau bertepatan dengan tahun
1 H) didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa memandang ras,
suku, warna kulit dan golangan. sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilaku kan secara
bersama dan gotong-royong di kalangan para muslimin. Hal ini dimungkinkan karena negara
yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak memiliki pemasukan atau pun pengeluaran.
Muhammad Rasulullah SAW bertindak sebagai seorang Kepala Negara yang juga
merangkap sebagai Ketua Mahkamah Agung, Mufti Besar, dan Panglima Perang Tertinggi
juga penanggung jawab administrasi negara.

Bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan kafilah perdagangan, yaitu musim dingin
dengan tujuan perdagangan ke Yaman dan musim panas dengan tujuan ke As-Syam
(sekarang Syria, Lebanon, Jordania, Palestina, dan Israel) yang pada akhirnya berkembang
hingga ke Eropa terutama setelah penaklukan Mekah.

Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan 'ushr (pajak
pertanian dari muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah (pajak
perlindungan dari nonmuslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian dari nonmuslim), maka
Rasul mendirikan Baitul Maal pada awal abad ke-7.Walaupun disebutkan pengelolaan Baitul
Maal masih sederhana, tetapi nabi telah menunjuk petugas qadi, ditambah para sekretaris dan
pencatat administrasi pemerintahan yang berjumlah 42 orang dan dibagi dalam empat bagian
yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian,
dan sekretaris peperangan.

b. Zaman Empat Khalifah


Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana di
mana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak pernah
ada sisa. Perubahan sistem administrasi yang cukup signifikan dilakukan di era
kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Saad
bin Abi Waqqas (636 M). Asal kata Diwan dari bahasa arab yang merupakan bentuk kata
benda dari Dawwana yang berarti penulisan. Diwan diartikan sebagai tempat di mana
pelaksana duduk, bekerja dan di mana akuntansi dicatat dan disimpan. Diwan ini berfungsi
untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjuk beberapa orang pengelola dan
pencatat dari Persia untuk mengawasi pembukuan Baitul Maal. Pendirian Diwan ini berasal
dari usulan Homozan-seorang tahanan Persia dan menerima Islam dengan menjelaskan
tentang sistem administrasi yang dilakukan oleh Raja Sasanian. Ini terjadi setelah peperangan
Al-Qadisiyyah-Persia dengan panglima perang Saad bin Abi Waqqas, Al Walid bin
Mughirah yang juga sahabat nabi mengusulkan agar ada pencatatan untuk penerimaan dan
pengeluaran negara.
Selain itu, Baitul Maal sudah tidak terpusat lagi di Madinah tetapi juga di daerah-
daerah taklukan Islam. Diwan yang dibentuk oleh khalifah Umar memiliki 14 departemen
dan 17 kelompok, di mana pembagian departemen tersebut menunjukkan adanya pembagian
tugas dalam sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa itu istilah awal
pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi istilah Journal.
Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam Islam seperti: AL-Amil,
Mubashor. Al-Katib, namun yang paling terkenal adalah Al-Katib yang menunjukkan orang
yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan mencatat informasi baik keuangan maupun
nonkeuangan. Sedangkan untuk khusus akuntan dikenal dengan nama Muhasabah/Muhtasib
yang menunjukkan orang yang bertangung jawab melakukan perhitungan.
Muhtasib adalah orang yang bertanggung jawab atas lembaga Al Hisba tidak
bertanggung jawab kepada eksekutif. Muhtasib bisa juga menyangkut pengawasan pasar
yang bertanggung jawab tidak hanya menyangkut masalah ibadah. Muhtasib ini bertugas
menjelaskan berbagai tindakan yang tidak pantas dilakukan dalam berbagai bidang
kehidupan. Termasuk tugas muhtasib adalah mengawasi orang yang tidak shalat, tidak puasa,
mereka yang memiliki sifat dengki, berbohong, melakukan penipuan, mengurangi
timbangan, praktik kecurangan dalam industri, perdagangan, agama, dan sebagainya
(Shiddiqi dalam Boydoun,1982).
Muhtasib memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan harta, kepentingan
sosial, pelaksanaan ibadah pribadi, dan pemeriksaaan transaksi bisnis. Akram Khan
memberikan 3 (tiga) kewajiban muhtasib, yaitu:
1. Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah: semua jenis shalat, pemeliharaan
masiid
2. Pelaksanaan hak-hak masyarakat: perilaku di pasar, kebenaran timbangan, kejujuran
bisnis
3. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan, lampu jalan,
bangunan yang mengganggu masyarakat, dan sebagainya.

Kedaulatan Islam telah memiliki departemen-departemen atau disebut dengan


Diwan, ada Diwan Pengeluaran (Diwan An-nafagat), Militer (Diwan Al Jayash),
pengawasan, pemungutan hasil, dan sebagainya. Diwan Pengawas Keuangan disebut Diwan
Al-Kharaj yang bertugas mengawasi semua hal yang berkaitan dengan penghasilan. Pada
zaman khalifah Mansur dikenal Khitabat al Rasul was Sirr, yang memelihara pencatatan
rahasia.
Untuk menjamin dilaksanakannya hukum maka dibentuk Shahib al Shurta. Salah
satu pejabat di dalamnya disebut muhtasib yang lebih difokuskan pada sisi pengawasan
pelaksanaan agama dan moral, misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam penjualan,
orang yang tidak bayar utang, orang yang tidak shalat jumat, pelaksanaan masa idah, bahkan
termasuk memeriksa iman. la juga menjaga moral masyarakat, hubungan laki-laki dengan
perempuan, menjaga jangan ada yang minum arak, melarang musik yang diharamkan,
mainan yang tidak baik, transaksi bisnis yang curang, riba, kejahatan pada budak, binatang,
dan sebagainya. Di sisi lain, ada juga dalam bidang pelayanan umum (public services). Dari
berbagai fungsi shahib al shurta dan muhtasib ini dapat disimpulkan bahwa fungsi utamanya
adalah untuk mencegah pelanggaran terhadap hukum baik sipil maupun agama.
Jadi kesimpulannnya akuntansi Islam adalah menyangkut semua praktik kehidupan
yang lebih luas tidak hanya menyangkut praktik ekonomi dan bisnis sebagaimana dalam
sistem kapitalis. Akuntansi Islam sebenarnya lebih luas dari hanya perhitungan angka,
informasi keuangan atau pertanggungjawaban. Dia menyangkut semua penegakan hukum
sehingga tidak ada pelanggaran hukum baik hukum sipil atau hukum yang berkaitan dengan
ibadah. Kalau ini yang kita anggap sebagai unsur utamanya akuntansi, maka lebih
"compatible dengan sistem akuntansi Ilahiyah dan akuntansi Amal yang kita kenal dalam
Al-Quran, atau lebih dekat dengan "auditor" dalam bahasa akuntansi kontemporer.
Pengembangan lebih komprehensif mengenai Baitul Maal dilanjutkan pada masa
Khalifah Ali bin AL Thalib. Pada masa pemerintahan beliau, sistem administrasi Baitul
Maal baik di tingkat pusat dan lokal telah berjalan baik serta telah terjadi surplus pada Baitul
Maal dan dibagikan secara proporsional sesuai tuntunan Rasulullah. Adanya surplus ini
menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan telah berlangsung dengan baik.

4. SEKILAS PROSEDUR DAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN

Pelaksanaan akuntansi pada negara Islam terjadi terutama adanya dorongan


kewajiban zakat, yang harus dikelola dengan baik melalui Baitul Maal. Dokumentasi pertama
kali dilakukan oleh Al-Mazenderany (1363 M) mengenai praktik akuntansi pemerintahan
yang dilakukan selama Dinasti Khan II pada buku Risalah Falakiyah Kitabus Siyakat. Namun
dokumentasi yang baik mengenai sistem akuntansi negara lslam tersebut pertama kali
dilakukan oleh Al-khawarizmy pada tahun 976 M.

Kontribusi besar yang diberikan oleh Al-Khawarizmy adalah membuat sistem


akuntansi dan pencatatan dalam negara Islam dan membaginya dalam beberapa jenis daftar.
Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara Islam sebagaimana
dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendarany:

1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini di bawah koordinasi seorang manajer
untuk memenuhi kebutuhan hidup perorangan dan negara, namun tidak menutup
kemungkinan digunakan pada sektor private terutama yang terkait dalam perhitungan
pembayaran zakat.
2. Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk proyek
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Sistem ini mengatur, pengendalian dan
akuntabilitas untuk masing-masing proyek serta berdasarkan anggaran. Sistem ini di
bawah tanggung jawab seorang koordinator proyek.
3. Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-moneter. Sistem
ini lebih memfokuskan diri untuk mencatat dan mengelola persediaan pertanian dalam
bentuk fisik, hal ini didorong oleh kewajiban dalam zakat pertanian. Sistem ini tidak
memisahkan antara fungsi pencatatan dan pemegang persediaan.
4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang negara.
Sistem ini bukan hanya mencatat barang masuk dan keluar saja tetapi juga dalam nilai
uang, sehingga ada pemisahan tugas antara orang yang memegang barang dan yang
mencatat. Hal ini menunjukkan sistem pengendalian intern (internal control) telah ada.
5. Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh negara Islam sebelum abad
ke-14M memberikan hak kepada pengelolanya untuk mengubah emas dan perak yang
diterima pengelola menjadi koin sekaligus mendistribusikannya. Sistem akuntansi ini
dijalankan dengan tiga jurnal khusus, yatu untuk mencatat persediaan (inventory),
pendapatan (revenue), dan beban (expense)
6. Sitem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh binatang ternak.
Pencatatan ini dilakukan dalam sebuah buku khusus dengan mencatat keluar dan
masuknya ternak bedasarkan pengelompokan binatang serta nilai uang. Namun,
penjelasan yang dilakukan oleh Al- Mazendarany dan Al-Khawarizmy kurang detail.
7. Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran harian negara baik dalam nilai uang atau barang. Untuk pencatatan ini
digunakan sistem arab dimana barang uang masuk dicatat disisi kanan serta barang dan
uang keluar disisi sebelah kiri.

Pencatatan dalam negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib diikuti, serta
pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas dan
menemukan surplus dan defisit atas pencatatan yang tidak seimbang Jika ditemukan
kesalahan maka orang yang bertanggung jawab harus menggantinya. Hal ini merupakan
salah satu bentuk pengendalian internal, penerapan prosedur audit (audit procedure) serta
akuntansi berbasis pertanggungjawaban. Pengendalian intern yang paling penting adalah
pengendalian diri sendiri (self control) di mana Allah mengetahui seluruh pikiran dan
perbuatan semua makhluk-Nya.
Prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Transaksi harus dicatat setelah terjadi. Dan


2. Transaksi harus dikelompokkan berdasarkan jenisnya (nature). Semua transaksi yang
sejenis dan sama harus dikelompokkan dalam pengelompokan yang sama. Butir 1 dan
2 di atas menjelas adanya pencatatan dan penggolongan serta adanya periodisasi
(khususnya Zakat-dikenal dengan Az-houl) dan pengelompokan piutang.
3. Penerimaan akan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran dicatat di sebelah kiri.
Sumber – sumber penerimaan harus dijelaskan dan dicatat.
4. Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sisi kiri
halaman. Butir 3 dan 4 di atas memberikan penjelasan awal dari debit dan kredit,
karena catatan dari Yunani dan Persia melakukannya dengan pengelompokan
penerimaan dan pengeluaran bukan istilah kanan dan kiri.
5. Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati-hati.
6. Tidak diberikan jarak penulisan di sisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup.
Garis ini disebut sebagai Attarkeen
7. Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau
menulis ulang Jika Al Kateb melakukan kesalahan maka harus mengganti
8. Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang hal tersebut.
9. Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal (Al jaridah) akan dipindahkan pada buku
khusus berdasarkan pengelompokan transaksi.
10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang yang
melakukan pencatatan harian. Butir 5-10 lebih menjelaskan pengendalian internal
(internal control) serta bentuk peneranan cst off. buku besar pembantu (subsidiary
ledger) dan periodisasi akuntansi (accounting period)
11. Saldo (disebut Al Haseel) diperoleh dari selisih.
12. Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus cukup detail dan
memuat informasi yang penting.
13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh Al Kateb harus enjelaskan
seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada di bawah
wewenanangnya.
14. Laporan tahunan yang disusun Al Kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya dan akan disimpan di Diwan Pusat.
Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah sebagai berikut:

1. Al Jartdah merupakan buku untuk mencatat transaksi yang dalam bahasa Arab berarti
koran atau jurnal. Istilah ini pertama kali disebutkan oleh Al- Mazendarany (1363)
dan Ibnu Khaldun (1378), dan al jaridah ini perlu dicap dengan stempel sultan. Al-
Jaridah sendiri telah ada ketika masa Daulah Bani Umayyah dan dikembangkan
ketika Daulah Bani Abbasiyah, dengan beberapa bentuk jurnal khusus seperti:
a. Jaridah Al-Kharaj, digunakan untuk berbagai jenis zakat seperti pendapatan yang
berasal dari tanah, tanaman dan binatang ternak. Hal ini mirip dengan buku besar
pembantu, serta telah dilakukan proses pengurutan berdasarkan alfabetis dan
wilayah untuk memudahkan
b. (An-Nuwairy). Disusun dengan dua kolom mirip dengan debet dan credit. Jaridah
Annafakat digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran. Al-Jaridah ini di bawah
Diwan Annafakat (Departemen Pengeluaran), dan telah dilakukan pengurutan
berdasarkan alfabetis serta didukung oleh bukti yang relevan.
c. Jaridah Al-Maal, digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan yang berasal dari
penerimaan dan pengeluaran zakat. Al-Jaridah ini di bawah Diwan Al-Maal
(Departemen Perbendaharaan), dan dilakukan pengelompokan berdasarkan
tuntunan AI-Quran tentang zakat.
d. Jaridah Al-Musadereen, digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan kkusus
berupa perolehan dana dari individu yang tidak harus taat dengan hukum islam
sepertı: orang nonmuslim. Al Jaridah ini di bawah Diwan AI-Musadereen.
2. Daftar Al Yaumiah (Buku Harian/dalam bahasa Persia dikenal dengan naina:
Ruznamah). Daftar sendiri didefinisikan sebagai "a stiched or bound booklet, or
register, more especially an account or letter-book used in administrative offices).
Daftar tersebut digunakan sebagai dasar untuk pembuatan Ash-Shahed (jurnal
voucher). Jurnal voucher merupakan tanggung jawab al kateb dan disetujui oleh
pimpinan Diwan dan Menteri. Setelah itu baru dapat digunakan dan dicatat. Jika
membutuhkan maka copy dari ash-shahed akan dikirim ke pusat dan dapat digunakan
sebagai dasar untuk pemeriksaan. Bentuk umum dari Daftar di antaranya:
a. Daftar Attawjihat: Buku untuk mencatat anggaran pembelanjaan bentuk
Mukarriyah (anggaran operasional) maupun Itlakiyah (anggaran untuk pos
diskresi dari raja).
b. Daftar Attahwilat: Buku untuk mencatat keluar masuknya dana antara wilayah dan
pusat pemerintahan.
Al-Khawarizmy membagi beberapa jenis daftar:

a. Kaman al-Kharadj yang merupakan dasar-dasar survei.


b. Al-Awardj menunjukkan daftar utang per individu beserta daftar pembayaran cicilan.
c. Al-Ruznamadj atau buku harian yaitu melakukan pencatatan untuk pembayaran dan
penerimaan setiap hari.
d. Al-Khhatma merupakan laporan pendapatan dan pengeluaran per bulan.
e. AL-Khatma Al-Djamia merupakan laporan tahunan.
f. Al-Taridj yaitu tambahan catatan untuk menunjukkan kategori secara keseluruhan.
g. AL-Arida merupakan 3 kolom jurnal yang totalnya terdapat di kolom ke tiga.
h. Al-Bara’a merupakan penerimaan pembayaran dari pembayar pajak
i. Al-Muwafaka wal-djamaa merupakan akuntansi yang komprehensif disajikan oleh
amil Apabila hasilnya benar maka akan ditandatangani oleh muwafaka, sedangkan
apabila terdapat perbedaan disebut dengan muhasaba.
Sedangkan orang yang memperkenalkan istilah daftar kepada tentara adalah Abu
Muslim yang pada akhirnya menjadi pedoman di masa dinasti Abbasiyah. Namun
demikian, ada perbedaan dengan sistem regular yang diusulkan oleh Al-Khawarizmy,
Pembagian akuntansi untuk kantor militer (diwan al-djaysh) menjadi:

a. Al-Djarida Al-Sawda, merupakan daftar nama prajurit, silsilah, asal suku dan deskripsi
fisik yang selalu disiapkan setiap tahun.
b. Radj’a merupakan daftar permintaan yang dikeluarkan oleh mu'li (pimpinan) untuk
tentara tertentu di daerah terpencil.
c. Al Radja Al-Djamia merupakan permintaan umum yang dikeluarkan oleh mu'ti untuk
akun umum (tama)
d. Al-Sakk, permintaan persediaan untuk akun umum yang menunjukkan pembayar
dengan nomor dan jumlah serta tanda dari pihak yang memiliki otoritas.
e. Al-Mud'mara, permintaan persediaan yang dikeluarkan selama periode akun umum.
f. AL-ltikrar, merupakan persediaan setelah dilakukan pembayaran.
g. Al-Muwasafa adalah daftar yang menunjukkan lingkungan dan penyebab terjadinya
perubahan pada lingkungan.
h. AL-Djarida Al-Musadjadjala adalah register yang tersegel.
i. Al-Fihrist, adalah daftar persediaan yang terdapat pada Diwan.
j. Al-Dastur, copy umum atas beberapa draf.

3. Beberapa jenis laporan keuangan di antaranya:


a. Al Khitmah: Merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan yang menunjukkan total
penerimaan dan pengeluaran. Al Khitmah dalam bahasa arab berarti: lengkap atau akhir.
dan dapat juga disiapkan untuk akhir tahun. Al Khitmah walaupun biasa digunakan
untuk laporan bulanan pemerintah juga biasa digunakarn oleh para pedagang muslim
dengan tuiuan untuk mengetahui besarnya keuntungan sebagai dasar perhitungan zakat.
b. Al Khitmah Al Jameeah: Merupakan laporan yang aisiapkan oleh Al Khateb tahunan
dan diberikan kepada atasannya (biasa disebut Al Mawafaka-Penerimai berisi:
pendapatan, beban dan surplus/defisit setiap akhir tahun. Al Khitmah Al Jameeah dalam
bahasa Arab berarti laporan akhir yang lengkap. Bentuk Al Khitmah Al Jameeah
(Lasheen, 1973) adalah sebagai berikut.
AI Khitmah Al Jameeah
untuk Penerimaan dan Pengeluaran
selama Periode Muharam s.d. Dzulhijjah Tahun ...H

Disiapkan oleh Dibantu oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Sumber Dana
Pendapatan pada Periode Berjalan
a. Pajak dari Sejak Tanggal.... XXXX
b. Pendapatan Lain
XXXX
Sub Total XXXX

Ditambah
a. Sisa dari Periode yang lalu XXXX
b. Penjualan XXXX
c. Rekonsiliasi dan Denda XXXX
d. Pinjaman XXXX
e. Pemindahan Dana XXXX
f. Tagihan yang tidak dapat tertagih XXXX
Al Fadalakah (Total) XXXX

Penggunaan Dana
a. Transfer ke Diwan Lain XXXX
b. Pembelian yang dilakukan Diwan XXXX
c. Beban Lain (XXXX)
Al Haseel (Saldo) XXXX

c. Bentuk perhitungan dan Laporan zakat akan dikelompokkan pada laporan keuangan
terbagi dalam 3 kelompok, yaitu:
1. Ar-Raj Minal Mal (yang dapat tertagih);
2. Ar-Munkasir Minal Mal (Piutang tidak dapat tertagih); dan
3. Al Mutaadhir Wal Mutahayyer wal Muta'akkid (piutang yang sulit dan piutang
bermasalah sehingga tidak tertagih).

Penerapan akuntansi pada waktu itu tidak terlepas sistem perdagangan yang dikenal
dengan konsep mudharabah. Perintah syariah yang termaktub dalam (QS 2:282),
mewajibkan pencatatan dan pemeriksaan (praktik akuntansi dan audit) dengan baik dan
benar, (QS 11:85) yang mewajibkan muslim untuk melakukan proses penakaran atau
timbangan dengan benar, yang pada prinsipnya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yaitu
reability dan verifiability serta untuk tujuan perhitungan zakat.
Pada perhitungan zakat, utang diklasinkasikan menjadi tiga berdasarkan kemampuan
bayar,yaitu:

a. Arraej Minal Maal (collectible debts);


b. AIMunkase Minal Mal (uncollectible debts);
c. Al Mutaadher wal Mutahayyer (complicated atau doubtful debts)

Perkembangan akuntansi tidak berhenti pada zaman Khalifah, tetapi dikembangkan


oleh filsuf Islam antara lain: Imam Syafi'i (768 M-820 M) menjelaskan fungsi akuntansi
yaitu sebagai Book atau Auditing. Menurut Imam Syafi'i, seorang auditor harus memiliki
kualifikasi tertentu yaitu orang yang hafal-Quran (sebagai value judgement), intelektual,
dapat dipercaya, bijaksana, dan kualitas manusia yang baik lainnya. Peradaban islam tidak
mungkin tidak memiliki akuntansi. Permasalahannya adalah pemalsuan sejarah yang
dilakukan beberapa oknum di Barat dan ketidak mampuan umat Islam untuk menggali
khazanah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri. Kesimpulan, akuntansi
sudah ada sebelum Paciolli dan bahkan sebelum peradaban Islam dan akuntansi sudah ada
sejak masa kejayaan Islam 610M-1250M.

5. HUBUNGAN AKUNTANSI MODERN DAN AKUNTANSI ISLAM

Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk sistem pencatatan pada zaman dinasti


Abbasiah (750M-1258M) sudah maju, sementara pada kurun waktu yang hampir bersamaan,
Eropa masih berada dalam periode The Dark Ages. Dari sini, kita dapat melihat hubungan
antara Luca Paciolli dan Akuntansi Islam.

Pada tahun 1429 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah Italia.
Luca Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari Alberti
seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir Arab dan selalu menjadikan karya Pisa
sebagai rujukan. Tahun 1484 M, Paciolli pergi dan bertemu dengan temannya Onofrio Dini
Florence seorang pedagang yang suka bepergian ke Afrika Utara dan Konstantinopel,
sehingga diduga Paciolli mendapat ide tentang double entry tersebut dari temannya. Bahkan,
Alfred Lieber mendukung pendapat tersebut bahwa memang ada pengaruh dari pedagang
Arab pada Italia, walaupun Arab itu tidak berarti hanya muslim saja.

Alasan teknis yang mendukung hal tersebut adalah: Luca Paciolli mengatakan bahwa
setiap transaksi harus dicatat dua kali yaitu di sisi sebelah kredit dan di sisi sebelah debit.
Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali dengan menulis sebelah kredit kemudian di
sebelah debit. Hal ini memunculkan dugaan bahwa Paciolli menerjemahkan hal tersebut dari
bahasa Arab yang memang menulis dari sebelah kanan. Penelitian tentang sejarah dan
perkembangan akuntansi memang perlu dikaji lebih dalam lagi mengingat masih
dipertanyakan bukti-bukti autentik langsung tentang hal tersebut sebagaimana diungkapkan
oleh Napier (2007). Hal tersebut tentu harus tetap dilakukan oleh para ilmuwan muslim. saat
ini, dan pembuktian tersebut akan menempuh jalan masih panjang mengingat bukti-bukti
autentik dari zaman dinasti abbasiah (dengan pusat pemerintahan di kufag, irak) saat ini sudah
banyak hilang karena perang.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan atas apa yang telah dibahas pada bab sebelumnya,maka dapat kita simpulkan
bahwa ternyata selama ini,kebanyakan masyarakat tidak mengetahui bahwa akuntansi itu telah
terlebih dulu diterapkan oleh Bangsa Arab.Perkembangan akuntansi itu sendiri tidak bisa
dilepaskan dari sumbangsih dari Bangsa Arab itu sendiri.Seperti yang kita tahu bahwa tak
sedikit,ilmuwan-ilmuwan yang berasal dari Bangsa Arab,contohnya Ibnu Sina.Maka dari itu
muncullah sebuah konsep yang dinamakan konsep akuntansi syariah,yang pada dasarnya
didasarkan pada ketentuan dalam agama Islam.Seiring dengan berjalannya waktu,akuntansi
syariah ini tidak hanya diterapkan oleh Negara dengan mayoritas Islam saja namun juga oleh
Negara lain,karna akuntansi syariah ini dinilai merupakan suatu konsep yang baik.
Akuntansi Syariah adalah menyangkut semua aspek kehidupan yang lebih luas tidak
hanya menyangkut praktek ekonomi dan bisnis sebagaimana dalam sistem kapitalis. Akuntansi
Syariah sebenarnya lebih luas dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan atau
pertanggungjawaban. Dia menyangkut semua penegakan hukum sehingga tidak ada pelanggaran
hukum baik hukum sipil maupun hukum yang berkaitan dengan ibadah.
Sementara di Indonesia,perkembangan akuntansi syariah ini juga dinilai meningkat pesat
di tandai dengan seringnya kita menemukan seminar, workshop, diskusi dan berbagai pelatihan
yang membahas berbagai kegiatan ekonomi dan akuntansi Islam, mulai dari perbankan, asuransi,
pegadaian, sampai pada bidang pendidikan semua berlabel syariah.Dan pada saat ini dapat kita
lihat telah banyak berdiri bank atau institusi keuangan lainnya yang berlandaskan akuntasi
syariah,hal ini menandakan bahwa konsep akuntansi syariah itu sudah sangat berkembang.
Apalagi IAI juga mengeluarkan aturan mengenai Akuntansi Syariah yang dituangkan dalam
PSAK Syariah.
2. Saran
Adapun saran penulis adalah bahwa akuntansi syariah ini bukanlah hanya pengetahuan yang
hanya bisa dipakai oleh pemeluk agama Islam saja,ada baiknya kita dapat melihatnya dari sudut
pandang lain yaitu dari segi kebaikannya,bukan dari segi dari mana konsep itu berasal.Karna
sesungguhnya segala sesuatu yang baik,patutlah kita ikuti.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri dan Wasilah, 2011, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat
https://makalahubb.blogspot.com/2017/05/makalah-akuntansi-syariah-sejarah-dan.html
https://zhasriani.blogspot.com/2018/07/sejarah-dan-pemikiran-akuntansi-syariah.html

Anda mungkin juga menyukai