Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN AWAL AKUNTANSI

Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian
dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan
perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran yang absolut. Sebagai bagian dari
ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, maka setiap penemuan
metode baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu akuntansi
tersebut. Bahkan pemikir akuntansi pada awal perkembangannya merupakan
seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Musa Al-Khawarizmy.

Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu akuntansi lebih cenderung


menjadi bagian dari ilmu sosial (social science), yaitu bagian dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari fenomena keadaan masyarakat dengan lingkungan
yang bersifat lebih relatif. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor perubahan dalam
masyarakat yang semula dianggap sebagai sesuatu yang konstan, misalnya
transaksi usaha yang akan dipengaruhi oleh budaya dan tradisi serta kebiasaan
dalam masyarakat. Oleh karena itu, akuntansi masih berada di tengah-tengah
pembagian ilmu pengetahuan tersebut hingga kini.

Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan


perintah Allah SWT dalam (QS 2 : 282) untuk melakukan pencatatan dalam
pelaksanaan transaksi usaha. Islam memandang akuntansi tidak sekadar ilmu yang
bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai
alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam (Islamic Values) sesuai ketentuan syariah.
Perkembangan akuntansi, dengan domain arithmatic qualitynya, sangat
ditopang oleh ilmu lain khususnya arithmatic, algebra, mathematics, alghorithm
pada abad ke-9 M. Ilmu ini dikembangkan oleh filosof Islam yang terkenal yaitu
Abu Yusuf Yakub bin Ishaq Al Kindi yang lahir tahun 801 M. Penemuan Al-
Khawarizmy juga berupa sistem nomor, desimal, dan angka 0. Penemuan
tersebut yang kita gunakan sekarang disebut angka arab itu sudah dikenal sejak
830 M dan diakui oleh Hendriksen, seorang penulis buku Accounting Theory.
Hal ini merupakan sumbangan Arab Islam terhadap akuntansi.
SEJARAH AKUNTANSI

Saat ini kita hanya mengenal Luca Paciolli sebagai Bapak Akuntansi
Modern. Paciolli, seorang ilmuwan dan pengajar di beberapa universitas
merupakan orang yang dianggap menemukan persamaan akuntansi untuk pertama
kali pada tahun 1494 dengan bukunya : Summa de Arithmetica Geometrica et
Proportionalita (A Review of Arithmetic, Geometry amd Proportions). Dalam
buku tersebut, beliau menerangkan mengenai double entry book keeping sebagai
dasar perhitungan akuntansi modern, serta penggunaan jurnal, buku besar
(ledger), dan memorandum. Namun, sebenarnya Luca Paciolli bukan orang yang
menemukan double entry book keeping system. Menurut Peragallo, orang yang
menuliskan double entry pertama kali adalah seorang pedagang yang bernama
Benedetto Cotrugli dalam buku Della Mercatua e del Mercate Perfetto pada tahun
1458, tetapi baru diterbitkan pada tahun 1573. Namun, setelah dilakukan
penelitian sejarah dan arkeologi ternyata banyak data yang membuktikan bahwa
jauh sebelum penulisan ini sudah dikenal akuntansi.

Dalam buku Accounting Theory, Vernon Kam (1990) menulis :


Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry
muncul di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan yang paling tua yang kita miliki
mengenai sistem akuntansi double entry sejak akhir abad ke-13 itu. Namun
adalah mungkin sistem double entry sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam
buku Accounting Theory, Hendriksen menulis : ... the introduction of Arabic
Numerical greatly facilitated the growth of accounting. (Penemuan angka Arab
sangat membantu perkembangan akuntansi). Kutipan ini menandai anggapan
bahwa sumbangan Arab terhadap perkembangan disiplin akuntansi sangat besar.
Dapat kita catat bahwa penggunaan angka Arab mempunyai andil besar dalam
perkembangan ilmu akuntansi. Artinya kemungkinan besar bahwa dalam
peradaban Arab sudah ada metode pencatatan akuntansi, bahkan mungkin mereka
yang telah memulainya.

Menurut Littleton (dalam Boydoun, 1959), perkembangan akuntansi di


suatu lokasi tidak hanya disebabkan oleh masyarakat di lokasi itu sendiri,
melainkan juga dipengaruhi oleh perkembangan pada saat atau periode waktu
tersebut dan dari masyarakat lainnya. Mengingat bahwa Paciolli sendiri telah
mengakui bahwa akuntansi telah dilakukan satu abad sebelumnya dan Venice
sendiri telah menjadi salah satu pusat perdagangan terbuka, maka sangat terbuka
kemungkinan bahwa telah terjadi pertukaran informasi dengan para pedagang
muslim yang telah mengembangkan hasil pemikiran dari ilmuwan muslim. Para
ilmuwan muslim sendiri telah memberikan kontribusi yang besar, terutama
adanya penemuan angka nol dan konsep perhitungan desimal. Para pemikir atau
ilmuwan muslim tersebut adalah Al Kashandy, Jabir Ibnu Hayyan, Ar Razy, Al
Bucasis, Al Kindy, Al Khawarizmy, Avicenna, Abu Bacer dan Al Mazendarany.
Mengingat orang-orang Eropa mengerti aljabar dengan menerjemahkan tulisan
dari bangsa Arab, tidak mustahil bahwa merekalah yang pertama kali melakukan
bookkeeping (Heaps, dalam Napier, 2007).

PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH

Zaman Awal Perkembangan Islam

Dalam perkembangan Islam, ketika ada kewajiban zakat dan ushr (pajak
pertanian dari muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah
(pajak perlindungan dari nonmuslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian dari
nonmuslim), maka Rasul mendirikan Baitul Maal pada awal abad ke-7, di mana
seluruh penerimaan dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin negara dan
baru akan dikeluarkan untuk kepentingan negara. Meskipun pengelolaan Baitul
Maal masih sederhana, tetapi Rasul telah menunjuk petugas qadi, ditambah para
sekretarix dan pencatat administrasi pemerintahan, serta mereka dibagi ke dalam
empat bagian, yaitu sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan dan pencatatan
tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.

Zaman Empat Khalifah

1. Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat


sederhana, di mana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara
seimbang sehingga hampir tidak pernah ada sisa.
2. Di era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, diperkenalkan dengan
istilah Diwan oleh Saad bin Abi Waqqas (636 M). Diwan dapat diartikan
sebagai tempat di mana pelaksana duduk, bekerja dan di mana akuntansi
dicatat dan disimpan. Diwan ini berfungsi untuk mengurusi pembayaran
gaji. Pendirian Diwan ini berasal dari usulan Homozan seorang tahanan
Persia dan menerima Islam dengan menjelaskan tentang sistem
administrasi yang dilakukan oleh Raja Sasanian (Siswantoro, 2003).
Diwan yang dibentuk oleh Khalifah Umar memiliki 14 departemen dan 17
kelompok, di mana pembagian departemen tersebut menunujukkan adanya
pembagian tugas dalam sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang
baik. Pada masa itu, istilah awal pembukuan dikenal dengan Jarridah atau
menjadi istilah Journal dalam Bahasa Inggris yang berarti berita. Di
Venice, istilah ini dikenal dengan sebutan zournal.
Diwan dibagi ke dalam bagian, yaitu ada Diwan Pengeluaran (Diwan An-
Nafaqat), Militer (Diwan Al Jayash), pengawasan, pemungutan hasil, dan
sebagainya. Diwan Pengawasan Keuangan (Diwan Al-Kharaj) yang
bertugas mengawasi semua hal yang berkaitan dengan penghasilan. Pada
zaman Khalifah Mansur, dikenal Khitabat al Rasul was Sirr, yang
memelihara pencatatan rahasia. Untuk menjamin dilaksanakannya hukum,
maka dibentuk Shahib al Shurta.
Fungsi akuntansi yang paling terkenal adalah Al-Katib. Al-Katib yang
menunjukkan orang yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan
mencatat informasi baik keuangan maupun nonkeuangan. Sedangkan
khusus untuk akuntan, dikenal juga dengan nama Muhasabah/Muhtasib
yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab melakukan
perhitungan. Muhtasib adalah orang yang bertanggung jawab atas lembaga
Al Hisba dan tidak bertanggung jawab kepada eksekutif. Muhtasib ini
bertugas menjelaskan berbagai tindakan yang tidak pantas dilakukan
dalam berbagai bidang kehidupan.

Akram Khan memberikan 3 (tiga) kewajiban muhtasib, yaitu.

1) Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah : semua jenis shalat,


pemeliharaan masjid.
2) Pelaksanaan hak-hak masyarakat : perilaku di pasar, kebenaran
timbangan, kejujuran bisnis.
3) Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya : menjaga kebersihan
jalan, lampu jalan, bangunan yang mengganggu masyarakat, dan
sebagainya.
Ada juga fungsi muhtasib dalam bidang pelayanan umum (public
services), seperti pemeriksaan kesehatan, suplai air, memastikan orang
miskin mendapatkan tunjangan, bangunan yang mau roboh, memeriksa
kelayakan pembangunan rumah, ketidaknyamanan dan keamanan
berlalu lintas, jalan untuk pejalan kaki, menjaga keamanan dan
kebersihan pasar. Fungsi utamanya adalah untuk mencegah
pelanggaran terhadap hukum, baik hukum sipil maupun hukum agama.

3. Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, sistem administrasi
Baitul Maal baik di tingkat pusat dan lokal telah berjalan baik serta telah
terjadi surplus pada Baitul Maal dan dibagikan secara proporsional sesuai
tuntutan Rasulullah. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses
pencatatan dan pelaporan telah berlangsung dengan baik.

SEKILAS PROSEDUR DAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN

Dokumentasi yang baik mengenai sistem akuntansi negara Islam pertama


kali dilakukan oleh Al-Khawarizmy pada tahun 976 M, yaitu dengan membuat
sistem akuntansi dan pencatatan dalam negara Islam, serta membaginya dalam
beberapa jenis daftar. Beliau juga - bersama dengan penjelasan dari Al-
Mazendarany- menjelaskan tentang sistem akuntansi termasuk tujuan serta praktik
yang terjadi. Tujuan sistem akuntansi adalah untuk memastikan akuntabilitas,
mendukung proses pengambilan keputusan, serta mempermudah proses evaluasi
atas program yang telah selesai. Orientasi sistem akuntansi ini adalah melaporkan
kegiatan yang menghasilkan laba/rugi atau surplus/defisit, dan menyelesaikan
seluruh kebutuhan dari negara, tetapi perhitungan dari sistem akuntansi ini masih
memasukkan transaksi yang bersifat moneter dan nonmoneter.
Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara
Islam sebagaimana dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendarany (Zaid,
2004), yaitu.

1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini di bawah koordinasi


seorang manajer.
2. Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk
proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-
moneter.
4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian
barang negara. Sistem ini bukan hanya mencatat barang masuk dan keluar
saja, tetapi juga dalam nilai uang.
5. Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh negara Islam
sebelum abad ke-14 M. Sistem akuntansi ini dijalankan dengan tiga jurnal
khusus, yaitu untuk mencatat persediaan (inventory), pendapatan
(revenue), dan beban (expense).
6. Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh
binatang ternak.
7. Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat
penerimaan dan pengeluaran harian negara, baik dalam nilai uang maupun
barang.

Pencatatan dalam negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib diikuti,
serta pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas
dan menemukan surplus atau defisit atas pencatatan yang tidak seimbang. Jika
ditemukan kesalahan, maka orang yang bertanggung jawab harus menggantinya.
Hal ini merupakan salah satu bentuk pengendalian internal (internal control),
penerapan prosedur audit (audit procedure) serta akuntansi berbasis
pertanggungjawaban (responsibility accounting). Prosedur pencatatan yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut (Zaid, 2004).

1) Transaksi harus dicatat setelah terjadi.


2) Transaksi harus dikelompokkan berdasarkan jenisnya (nature).
3) Penerimaan akan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran dicatat di
sebelah kiri.
4) Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sisi
kiri halaman.
5) Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dejelaskan secara hati-hati.
6) Tidak diberikan jarak penulisan di sisi sebelah kiri, dan harus diberi garis
penutup. Garis ini disebut sebagai Attarkeen.
7) Koreksi atas transaksi yang telah dicatat, tidak boleh dengan cara
menghapus atau menulis ulang. Jika Al Kateb melakukan kesalahan, maka
harus mengganti.
8) Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang hal tersebut.
9) Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal (Al Jaridah) akan
dipindahkan pada buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi.
10) Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan
orang yang melakukan pencatatan harian.
11) Saldo (disebut Al Hassel) diperoleh dari selisih.
12) Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus cukup
detail dan memuat informasi yang penting.
13) Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh Al Kateb harus
menjelaskan seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada
di bawah wewenangnya.
14) Laporan tahunan yang disusun Al Kateb akan diperiksa dan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya dan akan disimpan di Diwan Pusat.

Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah sebagai berikut.

1. Al-jaridah merupakan buku untuk mencatat tranksaksi yang dalam bahasa


arab berarti koran atau jurnal. Al-jaridah sendiri telah ada ketika masa Daulah
Bani Umaiyah dan dikembangkan ketika Daulah Bani Abbasiyah, dengan
beberapa bentuk juranal khusus (Lasheen, 1973), seperti berikut :
a. Jaridah Al-Kharaj, digunakan untuk berbagai jenis zakat seperti
pendapatan yang berasal dari tanah, tanaman dan binatang ternak.
b. Jaridah Annafakat, digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran.
c. Jaridah Al-Maal, digunakan untuk mencatatat jurnal pendanaan khusus
berupa perolehan dana dari individu yang tidak harus taat dengan hukum
islam seperti : orang nonmuslim. Al jaridah ini di bawah Diwan Al-
Musadereen.

2. Daftar Al-Yaumiah (buku harian / dalam bahasa persia dikenal dengan nama :
Ruznamah). Daftar sendiri yang didefinisikan sebagai a stiched or bound
booklet, or register, more especially an account or letter-book used in
administrative offices (Siswantoro, 2003). Daftar tersebut digunakan sebagai
dasar untuk pembuatan Ash-Shahed (jurnal voucher), jurnal voucher
merupakan tanggung jawab al kateb dan disetujui oelh pimpinan Diwan dan
Menteri. Setelah itu baru dapat digunakan dan dicatat. Jika membutuhkan
maka copy dari ash-shahed akan dikirim ke pusat dan dapat digunakan
sebagai dasar untuk pemeriksaan.

Bentuk umum dari daftar di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Daftar Attawjihat : buku yang digunakan untuk mencatat anggaran


pembelanjaan. Baik berbentuk Mukarriyah (anggaran operasional) maupun
Itlakiyah (anggaran untuk pos doiskresi raja).
b. Daftar Attahwilat : Buku yang untuk mencatat keluar masuknya dana antar
wilayah dan puesat pemerintahan

Al-Khawarizmy membagi beberapa jenis daftar (Siswantoro, 2003)


sebagai berikut.

a. Kaman al Kharadj yang merupakan dasar-dasar survei.


b. Al-Awardj menunjukkan daftar utang per individu beserta daftar pembayaran
cicilan.
c. Al-Ruznamadj atau buku harian yaitu melakukan pencatatan untuk
pembayaran dan penerimaan setiap hari.
d. Al-Khatma merupakan laporan pendapatan dan pengeluaran per bulan.
e. Al-Khatma Al Djamia merupakan laporan tahunan.
f. Al-Taridj merupakan tambahan catatan untuk menunjukkan kategori secara
keseluruhan.
g. Al-Arida merupakan 3 kolom jurnal yang totalnya terdaoat di kolom ke tiga.
h. Al-Baraa merupakan penerimaan pembayaran dari pembayar pajak.
i. Al-Muwafaka wal djamaa merupakan akuntansi yang komprehensif
disajikan oleh amil.

Apabila hasilnya benar maka akan ditandatangani oleh muwafaka, sedangkan


apabila terdapat perbedaan disebut muhasaba.

Sedangkan orang yang memperkenalkan istilah daftar kepada tentara adalah


Abu Muslim yang pada akhirnya menjadi pedoman di masa dinasti Abbasiyah.
Namun demikian, ada perbedaan dengan sistem regular yang diusulkan oleh Al
Khawarizmy. Pembagian akuntansi untuk kantor militer (diwan al-djaysh), Al
Khawarizmy membagi menjadi:

a. Al-Djarida Al-Sawda, merupakan daftar nama prjurit, silsilah, asal suku dan
deskripsi fisik yang selalu disiapkan setiap tahun.
b. Radja merupakan daftar permintaan yang dikeluarkan oleh muti untuk
tentara tertentu di daerah terpencil.
c. Al-Radja Al-Djamia merupakan permintaan umum yang dikeluarkan oleh
muti (pimpinan) untuk akun umum (tama).
d. Al-Sakk, permintaan persediaan untuk akun umum yang menunjukkan
pembayar dengan nomor dan jumlah serta tanda dari pihak yang memiliki
otoritas.
e. Al-Mudmara permintaan persediaan yang dikeluarkan selama periode akun
umum.
f. AlIstikrar, merupakan persediaan setelah dilakukan pembayaran.
g. Al-Muwasafa adalah daftar yang menunjukan lingkungan dan penyebab
terjadinya perubahan pada lingkungan.
h. Al-Djarida Al-Musadjadjala adalah register yang tersegel.
i. Al-Fihrist,adalah daftar persediaan yang terdapat pada Diwan.
j. Al-Dastur, copy umum atas beberapa draf.

3. Beberapa jenis laporan keuangan di antaranya:


a. Al Khitmah: merupakan laporanyang dibuat setiap akhir bulan yang
menunjukan total penerimaan dan pengeluaran. Al Khitmah dalam bahasa
arab berarti: lengkap atau akhir, dapat juga disiapkan untuk akhir tahun. Al
Khitmah walaupun biasa digunakan untuk laporan bulanan pemerintah
juga biasa digunakan oleh pedagang muslim dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya keuntungan sebagai dasar perhitungan zakat.
b. Al Khitmah Al Jameeah: merupakan laporan yang disiapkan oleh Al
khateb tahunan dan diberikan kepada atasannya (biasa disebut Al
Mawafaka-Penerima) berisi: pendapatan, beban dan surplus/defisit setiap
akhir tahun Al khitmah Al Jameeah dalam bahasa arab berarti laporan
akhir yang lengkap. Bentuk Al Khitmah Al Jameeah (Lasheen, 1973)
adalah sebagai berikut:
Al Khitmah Al Jameeah
Untuk Penerimaan Dan Pengeluaran
Selama Periode Muharran s.d Dzulhijjah Tahun... H

Disiapkan oleh Dibantu oleh Diperiksa oleh Disetujui


oleh

Sumber dana
Pendapatan pada periode berjalan
b. pajak dari sejak tanggal............. xxxx
c. pendapatan lain xxxx
Sub total xxxx

Ditambah
a. Sisa dari periode yang lalu xxxx
b. Penjualan xxxx
c. Rekonsiliasi dan Denda xxxx
d. Pinjaman xxxx
e. Pemindahan data xxxx
f. Tagihan yang tidak dapat tertagih xxxx
Al Fadalakah xxxx

Penggunaan Dana
a. Transfer ke Diwan lain xxxx
b. Pembelian yang dilakukan Diwan xxxx
c. Beban lain xxxx
Al Haseel (saldo) xxxx

c. Bentuk perhitungan dan laporan zakat akan dikelompokkan pada laporan


keuangan terbagi dalam 3 kelompok, yaitu:
1) Ar-Raj Minal Mal (yang dapat tertagih).
2) Ar-Munkasir Minal Mal (piutang tidak dapat tertagih) dan
3) Al Mutaadhir Wal Mutahayyer Wal Mutaakkid (piutang yang sulit
dan piutang bermasalah sehingga tidak tertagih).

Perintah syariah yang termaktub dalam (QS 2:282), mewajibkan


pencatatan dan pemeriksaan (praktik akuntansi dan audit) dengan baik dan benar,
(QS 11:85) yang mewajibkan muslim untuk melakukan proses penakaran atau
timbangan dengan benar, yang pada prinsipnya sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yaitu reability dan verifiability, serta untuk tujuan perhitungan zakat.
Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan
kemampuan bayar, yaitu.

a. Arraej Minal Maal (collectible debts)


b. Al Munkase Minal Mal (uncollectible debts)
c. Al Mutaadher wal Mutahayyer (complicated atau doubtful debts).

Perkembangan akuntansi dikembangkan juga oleh filsuf Islam, antara lain :


Imam Syafii (768 M 820 M) dengan menjelaskan fungsi akuntansi sebagai
Review Book atau Auditing. Menurut Imam Syafii, seorang auditor harus
memiliki kualifikasi tertentu, yaitu orang yang hafal Al Quran (sebagai value
judgement), intelektual, dapat dipercaya, bijaksana, dan kualitas manusia yang
baik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai