Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN DAN METODOLOGI AKUNTANSI

Alleghany Beverages Corporation (ABC), sebuah perusahaan pembotolan minuman ringan yang
bermarkas di Maryland, pada awal tahun 1970-an mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit dengan
para auditornya mengenai pelaporan akuntnsinya. Perusahaan telat membentuk sebuah anak perusahaan,
Valu Vend, yang seluruh sahamnya dimiliki ABC, untuk memasang mesin-mesin penjual minuman
ringan (vending machine).Perusahaan mencatat penjualan mesin ini begitu mesin itu dikirimkan kepada
klien-klien Valu Vend. Lebih jelasnya, seperti yang dijelaskan oleh ABC dalam catatan kaki formulir
10-K:

Valu Vend menjual mesin-meesinnya menurut kontrak penjualan bersayarat.Menurut kontrak-kontrak


ini. Seorang pembeli diharuskan untuk menyerahkan uang muka $50 dan membayar sisanya dengan
cicilan bulanan yang sama besar selama periode 48 bulan setelah pembelian. Menurut pasal penundaan
(moratorium plan ), pembayaran bulanan yang pertama dapat dilakukan 120 hari atau 210 hari setelah
tanggal pembelian, tetapi seluruh penjualan harus sudah diselesaikan dlam waktu 48 bulan setelah
pembelian .

Mesin-mesin tersebut dijual kepada para distributor dan melalui oara distributor itu kepadaa
para pembeli lain, yang mungkin memiliki lokasi sendiri untuk mesin-mesin itu. Setiap orang yang
ditunjuk oleh distributor harus menyimpan dan mendistribusikan minuman dalam daerah pemasarannya
dan harus mengembangkan orgnisas penjualan dan pemeliharaan.

Sebuah surat kepada para pemegang saham (sedikit diringkas disini) menceritakan kisah selanjutnya
menurut versi manajemn:

Perusahaan menganggap perlu untuk mengganti auditornya, Alexander Grant & Company. Staf
akuntansi intern kami telah bekerja sama dengan Alexander Grant sepanjang tahun ini, dan telah
memutuskan untuk memakai metode akuntansi akrual, yang merupakan metode yang digunakan dalam
industry kita. Pada tanggal 2 Maret, kami diberi tahu oleh kantor Grant di Baltimore bahwa kami harus
menangguhkan penghasilan dari anak perusahaan kami, Valu Vend. Dalam sebuah diskusi yang panjang
kami diminta untuk menyediakan informasi pendukung dari perusahaan-perusahaan sejenis.Hal ini telah
dipenuhi dan metode akuntansi kami telah dibenarkan.

Setelah melakukan banyak riset tambahan dan mengadakan rapat berulang kali pada tanggal 18
maret, kantor Grant di Baltimore sekali lagi bersiap untuk kembali ke metode akuntansi akrual dengan
angka-angka yang padaa hakikatnya sama dengan yang tela kami laporkan sebelumhya. Pada tanggal 21
Maret diadakan rapat di kantor pusat Grant di Chicago, dan kami diberitahu bahwa mereka tidak dapat

1
menerima metode akrual kami dan ngusulakan suatu pendekatan campuran yang tidak bisa kami terima.
Kami tidak mempunyai pilihan lain selain merekomendasikan kepada Dewan Komisaris kami agar Grant
diberhemtikan.

Masalah yang dipertaruhkan disini merupakan salah satu masalah yang paling fundamental
dalam teori akuntansi: Kapan seharusnya pendapatan diakui? Pertanyaan yang terpaksa diajukan oleh
para partisipan sebenarnya pertanyaan yang sederhana, walaupun jawabanya sukar didapat. Dapatkah
penjualan mesin penjual diperlakukan sama seperti penjulan sebotol soda ? Aapakah tepat untuk
mengakui penjualan pada saat pegiriman sedngkan penjualan ini merupakan penjualan bersyarat ?
Haruskah besarnya simpanan mempengaruhi keputusan seseorang ? dan apa yang harus dilakukan
terhadap fakta bahwa penjualan itu bukan kepada pelanggan akhir melainkan kepada perantara?

Kasus ini memunculkan ejumlah aspek menarik yang menyangkut teori akuntansi.Pertama,
kasus ini menunjukan bahwa masalah yang bersifat teoritis bukanlah semata-mata asalah
“teori”.Masalah tersebut mempunyai implikasi yang sifatnya sangat praktis baik bagi manajemen
maupun bagi auditor. Dalam hal ini, penolakan untuk mengakui pendapatan Valu Vend pada saat
pengiriman bisa berarti penurunan penjualan sebesar 30 persen untuk ABC. Hal ini bisa membuat
mereka gagal mendapat pinjaman di pasar, yang dapat menghambat beralasan untuk memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian dapat menyebabkan adanya tuntutan pelanggaran kontrak
dariperusahaan; suatu persetujuan untuk emberikan pendapat wajar tanpa pengecuaian dapat
menyebabkan tuntutan gabungan (class action) dari para pemegang saham yang marah, jika keadaan
memburuk.Dalam setiap kasus, kehidupn dan penghidupan beragam orang sangat dipengaruhi oleh hasil
dari pertanyaan seperti ini.Singkatnya, penerapan teori bisa menentukan.

Kedua, kasus ini menunjukan bahwa teori akuntansi seringkali merupakan masalah
pertimbangan professional yang dibuat oleh orang-orang yang terlibat dalam kasus-kasus tertentu.Bukan
hanya para anggota Financial Accounting Standards Board(FASB) yang harus berteori; para akuntan
yang berpraktik seringkali harus menggunakan pertimbangan mereka sendiri dalam masalah-masalah
yang bersifat teoritis.Masalah-maslah teoritis jarang terselesaikan sepenuhnya oleh otoritas
akuntansi.Sebagian dari pedoman-pedoman mereka, kenyataanya, memang sangat terinci, tetapi banyak
yang menyisakan tempat bagi manajemen dan auditor setempat untuk menggunakan kebijakan mereka
sendiri.Pleh karena itu, banyak masalah teoritis yang diputuskan di tingkat setempat. Seperti yang
dinyatakan oleh FASB :

Pilihan-pilihan akuntansi dilakukan paling tidak pada dua tingkatam. Pada satu tingkat pilihan itu
dilakukan oleh Board atau badan lain yang mempunyai kekuasaan untuk mewajibkan perusahaan untuk
melporkan dengan cara tertentu atau, jika dilaksanakan dari sisi negative, melarang suatu metode yang
menurut badan-badan itu tidak baik. Pilihan akuntansi yang diterbitkan, ruang ligkup pilihan individual

2
tak pelak semakin dibatasi. Tetapi sekarang dan kemudian akan selalu ada banyak keputusan akuntansi
berbagai alternative yang belum dikeluarkan standarnya atau suatu pilihan antara berbagai cara untuk
melaksanakan suatu standar.1

Pengakuan pendapatan merupakan contoh klasik sebuah aturan yang luas memerlukan pertimbangan
professional pada tingkatan local. Salah satu buku teks mendefinisikan aturan itu sebagai berikut:

Pendapatan harus diakui dalam periode terawal pada saat (a) satuan usaha (entity) pda hakikatnya sudah
melakukan semua yang harus dilakukan untuk mendapatkan penghasilan dan (2) jumlah penghasilan
dapat diukur secara andal.2

Dalam banyak industry, bagian pertama definisi ini diasumsikan terjadi pada saat
pengiriman.Dalam kasus Alleghany Beverages, mesin-mesin penjual sudah dikirimkan.Persyaratan
yang kedua jelas-jelas sudah terpenuhi menurut pertimbangan manajemen.Lalu mengapa timbul
perselisihan?Rupanya, Alexander Grant merasa tidak tenag dengan klaim bahawa pengiriman dalam
kasus ini merupakan performa yang substansial.Siapa yang benar? Dan siapa yang harus menentukan
siapa yang benar ?

Haruskah FASB aatu SEC mengeluarkan pedoman yang leih spesifik untuk menghindari kasus-
kasus seperti ini ?Argumen-argumen muncul dari kedua arah. Sebagian orang dengan keras
berargumentasi, seperti yang akan kita lihat nanti, bahwa para manajer, jika dibiarkan, akan sampai pada
resolusi yang akan secara sempurna memuaskan semua pihak yang terlibat. Sebagian lainnya merasa
bahwa melakukaan pertimbangan seperti ini memang merupakan peran para professional
akuntansi.Mereka berkata bahwa jika tidak ada keharusan pilihan-pilihan, para akuntan ini hanyalah
petugas klerikal.Sebagaian lainnya lagi merasa bahwa kasus ini menerangkan sejelas-jelasnya bahwa
manajer dan auditor tidak dapat dibiarkan membuat aturan-aturan mereka sendiri.Para manajer pasti
ingin memanipulasi penghasilan, emikian mereka berkta; para akuntan memerlukan sanksi standar
akuntansi untuk menolak hal itu. Mereka berpendapat bahawa suatu pendekatan laissez-faire akan
menyebabkan berkembang-biaknya alternative atau terpilihnya alternative yang terlemah di antara
beberapa alternative. *Para juri masih berselisih mengenai siapa yang mempunyai argumentasi terbaik.

Bagaimanapun argument-arumen itu, pemberlakukan prosedur-prosedur akuntansi oleh suatu


badan resmi tampaknya merupakan arah yang dituju oleh sebagian besar Negara, khususnya Amerika
Serikat, dengan adanya Financial Accounting Standards Boards.Misalnya, dalam bidang akuntansi real
estate, aturan-aturan pengakuan pendapatan dinyatakan dengan rincian yang hyaris mengerikan dalam
SFAS 66.

3
PENDEKATAN TERHADAP TEORI AKUNTANSI

Banyak pendekatan yang digunakan dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang ruwet dalam
akuntansi seperti yang ditimbukan oleh ABC. Alinea-aline berikut ini menguraikan sebagian dari
pendekatan-pedekatan yang lebih umum: pajak, legal, etika, ekonomi, perilaku, dan structural. Beberapa
dari [enekatan-pendekatan ini akan dibahas lebih mendalam dalam bab-bab selanjutnya. Ekshibit 1-1
pada halaman 12 mengikhtisarkan hal-hal penting yang dibahas dalam bagia ini.

Pendekatan Pajak

Pendekatan yang disukai oleh banyak pendatan baru dalam bidang akuntansi ini menanyakan apa yang
akan dikatakan oleh Internal Revenue Service (IRS) mengenai suatu masalah. Misalnya, kita dapat
bertanya apakah IRS akan mengizinkan ABC mengakui pendapatan pada titik ini; atau, apakah IRS akan
melarang hal itu?

Dilemma yang pertama dan yang penting jelas dalam pendekatan ini adalah bahwa pendekatan
ini mempersoalkan bagaimana IRS sampai pada kesimpulannya. Bila kita mengkaji asal mula teoritis
akuntansi pajak, kita akan segera menemukan bahwa tujuan-tujuan akuntansi pajk sangat berbeda
dengan tujuan-tujuan pelaporan keuangan. IRS tidak begitu tertarik pada pengukuran penghasilan suatu
perusahaan dibandingkan dengan penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Akibatnya, kesimpulan
akuntansi pajak tidak relevan untuk keperluan kita..

Ini bukan berarti bahwa berbagai undang-undang pajak penghasilan itu tidak mempunyai
dampak yang besar pada praktik akuntansi di banyak bidang.Undang-undang itu penting dalam
mengangkat praktik akuntansi yang rata-rata menjadi praktik yang standar yang dipakai perusahaan-
perusahaan yang lebih baik pada saat itu.Hal ini menciptakan suatu perbaian dalam praktik akuntansi
umum dan dalam mempertahankan konsistensi. Selain itu, ketentuan mengenai penyusutan yang dicakup
dalam Excise Act 1909 dan dalam undang-undang selanjutanya telah menyebabkan digunakannya
metode penyusustan yang sistemastis, pencarian konsep-konsep penyusutan yang lebih baik, dan
penggunaan metode yang lebih tepat untuk menghitung biaya penyusutan.

Di samping itu, persyaratan dalam Act 1918, yang mewajibka pesediaan perhitungan dalam
penentuan penghasilan, telah menyebabkan meluasnya diskusi yang berkaitan dengan metode penilaian
yang tepat.

Pendekatan Legal

4
Pendekatan kedua terhadap akuntansi yang banyak dipakai para pendatang baru untuk
menganalisis situasi – situasi seperti kasus ABC adalah menyarankan untuk memperoleh pendapat
hukum (legal).Tentu saja seperti yang dikatakan sebagian orang, suatu penjualan harus diakui bila hak
milik illegal berpindah. Sayangnya, cara ini tidak menyelesaikan masalah tersebutsegampang yang
diharapkan orang karena biasanya hak berpindah bila persidangan yang mengadili suatu kasus
memutuskan bahwa hak memang sudah berpindah. Contohnya adalah perkara ketika Pennzoil
mengklaim bahwa Tecaxo merampas Getty Oil dari mereka setelah penjualan legal antara Getty dan
Pennzoil selesai. Texaco menanggapi bahwa satu jabatan tangan saja tidak merupakan penjualan yang
sah atau dengan kata lain bukan merupakan perpindahan hak milik legal.

Kasus lain yang membangkitkan minat adalah James v. United States. Kasus ini melibatkan
seorang laki – laki yang menggelapkan 738.000 dollar dari majikannya selama tahun 1951 sampai 1954.
IRS mengajukannya ke pengadilan karena ia lalai tidak membayar pajak penghasilan atas keuntungan
yang diperoleh secara tidak halal itu. Hakim Whittaker berpihak pada James, dengan menyatakan bahwa
James tidak mempunyai penghasilan, karena seseorang yang melakukan penggelapan “sedikitpun tidak
mendapat hak, hak milik, atau kepentingan atas bawrang jarahannya”. Yang ia ambil menurut hakim,
lebih bersifat pinjaman.

FASB, dalam menetapkan suatu Kerangka Dasar Konseptual untuk akuntansi, menyelidiki
penggunaan hukum untuk menetapkan prinsip – prinsip akuntansi.Mereka mencatat bahwa dalam
banyak situasi selalu ada masalah ekonomi selain masalah legal. “Para pengacara dan hakim memandang
konsep property dan konsep-konsep yang terkait dengan cara yang hamper sama dengan cara para
akuntan dan pengusaha memandang aktiva, dan mereka menghadapi kesulitan yang hamper sama dalam
hal definisi”.

Jadi, ringkasnya, walaupun undang – undang tentu saja memberikan banyak contoh yang dapat
merangsang pemikiran mengenai masalah – masalah dalam teori akuntansi, undang – undang jarang
enjadi faktor yang menentukan.

Pendekatan Etika

Pendekatan yang ketiga menanyakan apakah ada solusi yang etis bagi dilemma ABC?Apakah
ada sesuatu yang harus dilakukan manajemen?Pendekatan etika terhadap teori akuntansi menenkankan
konsep – konsep keadilan, kebenaran, dan kewajaran (justice, truth, fairness).Yang menarik, setiap
konseptual yang diciptakan oleh FASB. Pertimbangan seperti tidak adanya kesengajaan untuk memihak
dan kejujuran penyajian dianggap sebagai karakterisitik yang perlu dalam system akuntansi yang andal.
Netralisir, yang berarti bahwa informasi tidak boleh dipoles agar mempengaruhi perilaku ke arah

5
tertentu, adalah sifat yang sangat penting dalam penetapan standar.Pertimbangan etika, dengan kata lain,
mempunyai pengaruh yang yang meresap di seluruh aspek akuntansi.

Banyak orang tampaknya menggunakan istilah kebenaran dengan arti “sesuai dengan fakta”,
yang ekuivalesn dengan konsep “kejujuran penyajian”. Akan tetapi, tidak semua yang mengacu pada
kebenaran dalam akuntansi mempunyai definisi yang sama mengenai fakta. Sebagian mengacu pada
fakta akuntansu sebagai data yang objektif dan dapat diuji (verifiable).Jadi biaya historis merupakan
fakta akuntansi bagi mereka.Bagi yang lainnya istilah kebenaran dignakan untuk mengacu pada
penilaian aktiva dan beban menurut ukuran ekonomi saat ini.Misalnya, seorang praktisi menyatakan
bahwa laporan keuangan menampilkan kebenaran hanya bila laporan itu mengungkapkan nilai kini
(current value) aktiva serta keuntungan dan kerugian yang di dapat dari perubahan nilai, walaupun
kenaikan nilai harus disebutkan sebagai kenaikan yang sudah di realiasasi atau belum di realisasi.

Banyak orang mengasosiasikan istilah kebenaran dengan dalil atau pernyataan yang menurut
mereka merupakan prinsip – prinsip yang sudah mapan.Misalnya, banyak yang mengganggap
pengakuan keuntungan pada saat penjualan aktiva merupakan pelaporan keadaan yang “sebenarnya”.
Orang – orang yang sama juga beranggapan bahwa pelaporan suatu taksiran kenaikan nilai aktiva,
sebelum penjualan, sebagai penghasilan biasa, tidak mengandung kebenaran. Jadi, aturan yang mapan
mengenai pengakuan pendapatan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebenaran, bukan
sebalikya.Hal ini menyebabkan kebenaran laporan – laporan keuangan tergantung pada keabsahan
fundamental aturan dan prinsip yang telah diterima, yang menjadi dasar laporan – laporan itu.Ini
merupakan fondasi yang tidak memadai untuk mengukur kebenaran.

Pendekatan Ekonomi

1. Makroekonomi

Pendekatan makroekonomi mencoba menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan alternatif pada


pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan yang lebih luas daripada perusahaan, seperti
industri atau perekonomian nasional.Apa pengaruhnya, jika ada, pada perekonomian jika setiap
perusahaan mengakui pendapatan pada titik yang sama.

Sebagian orang menginginkan lebih jauh lagi daripada sekedar penjelasan dan mereka berpendapat
bahwa salah satu tujuan akuntansi haruslah mengarahkan perilaku perusahaan dan individu kea rah
pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional tertentu. Misalnya, sebagian orang berpendapat bahwa tujuan-
tujuan ekonomi nasional mengehendaki laporan akuntansi yang memungkinkan dan bahkan mendorong

6
dibagikannya dividen yang lebih tinggi dan pengeluaran modal yang lebih besar dalam periode
perekonomian yang lesu seta mengurangi investasi dalam periode inflasi.

Walaupun sebagin besar Negara melaksanakan kebijakan makroekonomi melalui kebijakan moneter dan
fiscal serta pengendalian langsung, beberapa Negara, khususnya Swedia, berupaya untuk mendasarkan
konsep dan praktik akuntansi pada sasaran-sasaran makroekonomi. Salah satu dampak pendekatan ini
adalah bahwa tujuan melaporkan penghasilan yang stabil dari tahun ke tahun mengesahkan
digunakannya cadangan dan kebijakan penyusutan yang fleksibel.

2. Mikroekonomi

Pendekatan mikroekonomi terhadap teori akuntansi mencoba menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan
alternatif pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkat perusahaan.Teori akuntansi
modern, yang didasarkan pada mikroekonomi, oleh karenanya berfokus pada perusahaan sebagai satuan
usaha ekonomi yang kegiatan utamanya mempengaruhi perekonomian melalui operasi
dipasar.Pandangan inilah yang dianut oleh FASB dalam Kerangka Dasar Konseptualnya.Pendekatan ini
mengambil sebagai fundamennya dasar pemikiran (premis) bahwa informasi keuangan memiliki
konsekuensi ekonomi yang tidak dapat di elakkan.

3. Akuntansi Sosial Korporasi

Pandangan mikroekonomi terhadap akuntansi tidak mesti mencakup semua pengaruh perusahaan pada
masyarakat.Biaya polusi lingkungan, pengangguran, kondisi kerja yang tidak sehat, dan masalah-
masalah social lainnya biasanya tidak dilaporkan oleh perusahaan, kecuali sejauh biaya-biaya itu
ditanggung langsung oleh perusahaan melalui pemajakan dan regulasi Akuntansi social korporasi
mencoba membahas masalah-masalah ini.

Sabuah contoh yang terkenal dalam upaya memasukkan tujuan-tujuan akuntansi social dan
makroekonomi ke dalam satu teori pelaporan korporasi disajikan dalam Corporate Report, sebuah
kertas kerja yang diterbitkan oleh Institute of Chartered Accountants di Inggris dan Wales. Salah satu
usulan laporan itu adalah diterbitkannya laporan nilai tambah (value-added statement) yang
mrngalokasikan pendapatan, setelah dikurangi biaya bahan, kepada para pegawai, kreditor dan
pemegang saham.Kelompok-kelompok ini seringkali secara keseluruhan disebut sebagai
stakeholder(pemegang penyertaan) dalam perusahaan.Pendukung analisis stakeholder berpendapat,
dengan justifikasi tertentu, bahwa akuntansi ortodoks dengan penekanannya pada pemegang saham,
sebenarnya merupakan subhimpunan dari akuntansi social yang penekanannya adalah pada kelompok
stakeholder yang lebih luas.

7
FASB secara formal mengakui dalam Kerangka Dasar Konseptualnya bahwa ada banyak pihak selain
para pemilik yang tertarik pada informasi keuangan.Pihak-pihak tersebut mencakup para kreditor,
pelanggan, serikat buruh, serikat dagang, guru, dan para mahasiswa.Teori akuntnasi modern juga
mengakui bahwa informasi itu sendiri adalah barang public dengan sifat yang mirip dengan eksternalitas,
seperti polusi.Laporan Keuangan dan keributan yang tidak diinginkan, misalnya sama-sama merupakan
barang bebas bagi para penerimanya.Sukar, jika untuk membentuk satu pasar untuk setiap barang
tersebut.

Akan tetapi, , masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam mengembangkan teori akuntansi
social yang lengkap. Di masa lalu minat relatif rendah, mungkin karenaorganisasi buruh, walaupun
merupakan stakeholder utama dalam perusahaan belum memainkan peran yang besar di Amerika Serikat
dalam, penetapan kebijakan akuntansi. Situasi ini mungkin akan berubah di masa depan Amerika
bergerak lebih sejalan dengan pengalaman Eropa. Selain itu, karena para ahli teori mulai bersepakat
mengenai sifat barang public yang dimiliki informasi keuangan, mereka kemungkinan besar akan
mengembangkan teknik-teknik untuk menangani barang-barang public lain yang membentuk dasar
permasalahan akuntansi social.

Pendekatan satuan usaha (entity) yang disukai oleh FASB mengasumsikan bahwa perusahaan bukan
hanya memang, tetapi juga harus, memaksilkan laba mereka.Alasan untuk ini adalah teorema ekonomi
bahwa, dalam perekonomian pasar, hal itu membawa pada hasil yang secara etika diinginkan, yang
dikenal sebagai Optimalitas Pareto.

Pendekatan Perilaku

Sebuah alternatif selain pendekatan ekonomi adalah dengan mengandalkan diri pada
pandangan-pandangan psikologi dan sosiologi dalam perkembangan teori akuntansi.Fokus dalam
pendekatan ini adalah pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan
dan perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat dari disajikannya informasi akuntansi.

Pendekatan perilaku terhadap teori akuntansi telah mendorong para akuntan akademis maupun
praktisi untuk mencari tujuan-tujuan dasar akuntansi serta jawaban untuk pertanyaan seperti : Siapa
pemakai laporan keuangan yang dipublikasikan?Bagaimana sifat informasi spesifik yang diinginkan
oleh beberapa kelompok pemakai? Dapatkah ditemukan kebutuhan-kebutuhan yang sama agar dapat
disajikan laporan-laporan untuk tujuan umum, atau haruskah kebutuhan yang spesifik yang
dipenuhi?Bagaimana para investor, kreditor, dan manajer bereaksi terhadap prosedur dan penyajian
akuntnasi yang berbeda-beda?

8
Pendekatan Struktural

Pendekatan klasik dalam akuntansi untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti yang


ditimbulkan oleh ABC dapat dIsebut pendekatan yang “structural” karena pendekatan ini memfokuskan
pada struktur sistem akuntansi itu sendiri.Sebaian besar dasar pemikiran dalam pendekatan ini,
khususnya pada tingkatan lokal, dilakukan dengan analogi. Pendekatan ini mencoba untuk
memperlakukan hal-hal yang serupa dengan cara yang serupa. Pertimbangan mengenai titik mana yang
paling tepat untuk mengakui peristiwa tertentu biasanya didasarkan pada saat yang dipilih untuk
mencatat peristiwa-peristiwa lain. Dengan kata lain, para akuntan mencoba untuk mengklasifikasikan
transaksi-transaksi yang serupa dengan cara yang serupa atau, lebih formalnya, mengupayakan adanya
konsistensi dalam mencatat dan melaporkan transaksi. Hanya bila mereka menghadapi transaksi yang
tidak sesuai dengan cetakan yang sudah ada saja mereka dipaksa untuk kembali ke prinsip-prinsip yang
lebih mendasar.

Keseluruhan proses ini mengingatkan kita pada minggu-minggu pertama dalam mata kuliah
Dasar-dasar. Sebagian besar pembaca pasti dapat mengingat pencarian yang menggelisahkan, di hari-
hari pertama mempelajari akuntansi, untuk menentukan nama-nama apa yang harus dipakai dalam ayat-
ayat jurnal. Bagaimana mengklasifikasikan pembelian pensil? Haruskah pembelian itu diperlakukan
dengan cara yang sama seperti pembelian perkakas? Apa yang harus dimasukkan ke dalam perlengkapan
dan apa yang harus dimasukkan ke dalam persediaan?

Terlihat jelas dari kasus ABC bahwa baik auditor maupun manajemen mengambil pendekatan
structural.Konsistensi menjadi tema perdebatan yang pertama bagi perusahaan dan para
oengkritiknya.Mereka menggunakan pengiriman sebagai titik pengakuan penjualan dalam semua
transaksi sebelumnya.Mereka merencanakan untuk terus menggunakan titik tersebut dengan keyakinan
bahwa penjualan yang baru serupa dengan yang lama.Argumentasi dari para auditor tampaknya adalah
bahwa transaksi itu cukup berbeda sehingga tidak dapat ditarik suatu garis sejajar.Prinsip konsistensi
tdak diperselisihkan, hanya penerapan spesifiknya saja.

Proses mengklasifikasikan data yang serupa dengan data yang serupa lalu mengikhtisarkannya
“dalam pengelompokkan tertentu (akun dan buku besar) dan selanjutnya mengikhtisarkan
pengelompokan ini menjadi laporan” ini disebut “pemadatan” (compacting). Professor dari Illinois A.C.
Littleton menggambarkan proses ini serupa dengan proses yang dipakai para ahli statistic. Baik akuntan
maupun ahli statistik menjumlahkan angka-angka untuk mendapatkan nilai total atau rata-rata.
Keduanya pasti ingin mengklasifikasikan semua hal dengan benar.Tidak ada artinya merata-ratakan suhu
selama satu tahun bila kita mencoba menentukan suhu rata-rata di musim panas.Demikian pula, para

9
akuntan harus mengklasifikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dengan benar untuk sampai pada laporan
keuangan yang berarti.

Pada tahun 1941, Committee on Terminology dalam American Institute of Accountants (AIA),
cikal bakal American Institute of Certified Publik Accountants (AICPA), merangkum proses pemadatan
ini dalam definisi yang banyak dikutip:

Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan dengan cara yang
signifikan dan berdasarkan nilai uang, transaksi, dan peristiwa, yang paling tidak sebagian,
bersifat keuangan, lalu menginterprestasikan hasilnya.

Definisi-definisi akuntansi yang lebih luas sekarang sedang amat digemari, tetapi proses
“mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan” masih tetap menjadi inti akuntansi.

MENGKLASIFIKASI TEORI-TEORI AKUNTANSI

Pendekatan apapun yang dipakai untuk memecahkan masalah akuntansi, selalu tersisa pertanyaan:
Bagaimana kita dapat mengatakan apakah pemecahan itu benar atau tidak? Pertanyaan itu membawa
pada pertanyaan yang kedua: Apa yang dimaksuddengan pemecahan yang benar dalam konteks ini?
Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini tergantung tidak hanya pada pendekatan yang dipakai, tetapi
juga pada bentuk yang dipakai sebagai dasar pemikiran kita. Dalam bagian-bagian berikut ini akan
dibahas tiga cara mengklasifikasikan cara orang-orang berfikir. Bagian-bagian tersebut diikuti oleh
pembahasan tentang bagaimana kita menentukan kebenaran pola pemikiran tertentu. Dengan cara yang
lebih formal, kami membahas bagaimana teori-teori dapat diklasifikasikan dan kemudian di verifikasi.

Teori Sebagai Bahasa

Klasifikasi yang pertama bersandar pada ide bahwa akuntansi adalah bahasa. Banyak yang menyebut
akuntansi sebagai bahasa bisnis. Para ahli teori menyatakan bahwa ada tiga pertanyaan yang harus
diajukan mengenai sebuah bahasa serta kata-kata dan frasa-frasa yang membentuk bahasa itu:

1. Apa pengaruh kata-kata itu pada pendengar?

2. Apa arti, jika ada, yang dimiliki kata-kata itu?

3. Apakah kata-kata itu masuk akal?

10
Jawaban terhadap setiap pertanyaan di atas membentuk bagian dalam ilmu bahasa. Pragmatik adalah
ilmu tentang pengaruh bahasa; semantik adalah ilmu tentang makna bahasa; dan sintaksis adalah ilmu
tentang logika atau tata bahasa. Baik pendekatan perilaku maupun pendekatan ekonomi yang disinggung
di atas terutama bergaya pragmatik, sedangkan pendekatan struktural terutama bersifat sintaksis.
Walaupun bisa dikatakan bahwa hampir semua riset akuntansi sekarang ini orientasinya bersifat
pragmatik, semantik dan sintaksis juga penting dalam teori akuntansi. Semantik penting karena idealnya
informasi keuangan memiliki kandungan ekonomi atau fisik yang disepakati baik oleh pembuat maupun
pemakai informasi itu. Sintaksis penting dalam akuntansi karena idealnya suatu bagian informasi
keuangan berhubungan secara bagian dengan bagian lainnya.

Angka-angka dan klasifikasi akuntansi bervariasi dalam hal derajat penafsiran yang dapat
disimpulkan oleh pembaca laporan akuntansi. Misalnya, pos kas dalam laporan kondisi keuangan cukup
baik dipahami artinya sesuai dengan arti yang dimaksudkan oleh para akuntan. Sebaliknya, klasifikasi
beban yang ditangguhkan tidak memiliki interpretasi yang spesifik terlepas dari proses struktural yang
memunculkannya. Peran teori-teori yang menekankan semantik adalah mencar cara-cara untuk
memperbaiki penafsiran informasi akuntansi dengan berdasarkan pada pengamatan dan pengalaman
manusia.FASB, khususnya, terus bekerja untuk membersihkan neraca dari pos-pos yang tidak memiliki
kandungan semantis.

Walaupun FASB sudah berusaha, dan walaupun sukar bagi para pendatang baru (dan
masyarakat umum) untuk menerima, banyak konsep akuntansi yang tetap tidak memiliki kandungan
semantis.Pertimbangan kembali kasus ABC dan pertanyaan mengenai kapan mereka seharusnya
mengakui pendapatan.Sadari bahwa tidak ada lampu isyarat yang berhenti menyala dalam dunia nyata
untuk memberi tahu para akuntan bahwa saat pengakuan yang penting itu telah tiba. Sebuah tanda tangan
pada kontrak merupakan peristiwa yang nyata, pengiriman mesin penjual adalah peristiwa yang nyata,
pembayaran untuk mesin ini juga peristiwa yang nyata, tetapi saat terjadinya “penjualan” hanyalah saat
ketika pemegang buku memutuskan untuk mencatat transaksi itu, tidak lebih dan tidak kurang.
Pengakuan penjualan, beban, aktiva, dan kewajiban semuanya bersifat sintaksis pada awalnya.Tidak ada
pengimbang semantis yang dapat kita tunjukkan.

Teori sebagai Pemikiran

Cara kedua untuk mengklasifikasikan bentuk perdebatan teoritis adalah dengan menanyakan apakah
argumentasi-argumentasi itu mengalir dari hal-hal yang merupakan generalisasi menuju hal-hal yang
spesifik (pemikiran deduktif) atau apakah mengalir dari hal-hal yang spesifik menuju generalisasi
(pemikiran induktif).Dalam akuntansi, hasil generalisasi itu seringkali diberi istilah postulat.Dari

11
postulat-postulat ini, para akuntan berharap dapat menyimpulkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan
menjadi dasar bagi penerapan yang konkrit atau praktis. Dengan metode deduktif, penerapan dan aturan-
aturan praktis disimpulkan dari postulat dan bukan dari mengamati praktik.Dengan metode induktif,
prinsip-prinsip disimpulkan dari praktik terbaik yang sedang berlaku.

Pemikiran Deduktif. Tujuan merupakan bagian yang penting dalam proses deduktif, karena tujuan yang
berbeda mungkin memerlukan struktur yang sama sekali berbeda dan menghasilkan prinsip yang
berbeda. Misalnya, tujuan dasar akuntansi pajak berbeda dengan tujuan dasar akuntansi keuangan.Inilah
salah satu alasan utama mengapa aturan-aturan untuk menentukan laba kena pajak berbeda dalam
banyak hal dengan praktik yang berlaku umum untuk menentukan laba keuangan.Namun, kadang-
kadang, walaupun terdapat perbedaan dalam tujuan, pertimbangan biaya-manfaat menuntut diadakannya
kompromi.Misalnya, mungkin saja pemakai-pemakai individual mempunyai tujuan yang berlainan
dalam pikiran mereka ketika menggunakan data akuntansi. Walaupun demikian, tampaknya tidak
mungkin membuat seperangkat prinsip yang sama sekali berbeda untuk setiap pemakai. Sebaliknya,
sebagai kompromi, dibuatlah suatu laporan dengan tujuan umum.

Metode yang lebih tepat untuk merumuskan logika dalam pemikiran deduktif ditemukan dalam
pendekatan aksiomatik atau pendekatan matematis terhadap teori akuntansi.Dalam metode ini, symbol-
simbol matematis diberi ide dan konsep tertentu.Kerangka dasarnya diberikan dalam bentuk model-
model matematis yang menggunakan aljabar matriks atau logika simbolik.Batasan-batasan dapat
diterapkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan matematis.Oleh karena itu, dimulai dengan postulat dan
aturan dasar inferensi logis, teorema-teorema dapat dirumuskan dan diuji melalui operasi
matematis.Jadi, metode aksiomatis dapat menghasilkan penerapan metode deduktif yang sangat teliti.

Salah satu kelemahan utama metode deduktif adalah bahwa, jika salah satu postulat atau premis ternyata
salah, kesimpulannya juga bisa salah.Selain itu, pendekatan ini dianggap terlalu jauh dari realitas untuk
dapat menurunkan prinsip-prinsip yang realitas dan dapat dilaksanakan, atau untuk menghasilkan dasar
bagi aturan praktis.Tetapi kritik ini biasanya berasal dari kesalah pahaman mengenai tujuan dan arti
teori.

Peminikiran induktif.Proses Induksi terdiri astas penarikan kesimpulan umum dari hal-hal yang
spesifik.Argumentasi induktif biasanya dimulai dengan seperangkat contoh khusus, menyatakan bahwa
contoh-contoh ini mewakili suatu kesatuan yang lebih besar, dan menyimpulkan suatu generalisasi
tentang kesatuan itu.Biasanya, tetapi tidak selalu, hal-hal spesifik itu didasarkan pada pengalam-
pengalaman praktis seperti eksperimen.Ilmu pengetahuan yang eskperimental bersifat empiris menurut
definisinya.Teori akuntansi yang mengumpulkan data keuangan untuk menarik kesimpulan dianggap
empiris.Pendekatan structural, sebaliknya, secara tipikal bersifat nonempiris.

12
Hanya karena para pengamat hanya mengamati data mentah saja tidak berarti bahwa mereka tidka
memerlukan postulat dan konsep awal tertentu. Dengan memilih apa yang harus diamati saja mereka
sudah mencerminkan ide yang terbentuk sebelumnya mengenai aoaya yang mungkin relevan. Dengan
membatasi diri pada data keuangan sebuah perusahaan, misalnya, mereka menarik postulat tertentu
mengenai lingkungan akuntansi.Lebih jauh lagi, jika mereka membatasi diri hanya mengamati transaksi
keuangan, mungkin mereka hanya memastikan praktik yang sudah ada.Oleh karena itu, induksi dan
deduksi benar-benar bersifat komplementer.Hampir semua teori mengcangkup beberapa unsur dari
pemikiran deduktif dan induktif.

Keunggulan pendekatan induktif adalah bahwa pendekatan ini tidak mesti terbatas pada model atau
struktur yang terbentuk sebelumnya.Para periset bebas melakukan pengamatan apapun yang mereka
anggap relevan. Kelemahan utama prosesinduktif adalah bahwa para pengamat cenderung dipengaruhi
oleh ide-ide di bawah sadar mengenai apa saja yang merupakan hubungan yang rekevan itu dan data apa
saja yang harus diamati. Kelemahan lain pendekatan induktif adlaah bahwa, dalam akuntansi, data
mentah kemungkinan berbeda untuk setiap perusahaan. Hubungan-hubungan juga mungkin berbeda,
sehingga sukar untuk melakukan generalisasi.

Teori Sebagai Panduan

Baik teori induktif maupun deduktif dapat bersifat deskriptif (positif) atau preskriptif (normatif). Teor-
teori yang bersifat deskriptif mencoba mengemukakan dan menjelaskan informasi keuangan apa saja
yang disajikan dan dikomunikasikan kepada para pemakai data akuntansi serta bagaimana penyajian dan
pengkomunikasiannya. Teori-teori yang normatif mencoba menetukan data apa yang harus
dikomunikasikan dan bagaimana data itu disajikan; berarti teori itu mencoba menjelaskan apa yang
seharunya dan bukan apa yang sebenarnya disajikan. Teori-teori induktif , menurut sifatnya, biasanya
bersifat positif; tetapi ini tidak berarti bahwa teori deduktif karenanya bersifat normative. Kita dapat
memulai dengan generalisasi tentang bagaimana dunia ini menurut pandangan kita dan dari situ kita
menarik deduksi-deduksi spesifik yang dimaksudkan untuk benar-benar bersifat deskriptif.

Pernyataan dalam kasus Alleghany beverages mengenai metode pengakuan pendapatan mana yang harus
digunakan merupakan pernyataan presfektif atau normatif bagi para partisipan karena mereka mencari
jawaban tantang apa yang harus mereka lakukan.kita dapat menanyakan pertanyaan yang lebih bersifat
deskriptif datau positif: mengapa manajemen ingin mengakui penghasilan? Salah satu jawaban yang
mungkin adlaah bahwa manajemen hanya mencoba melakukan hal yang secara teoritis benar: lainnya
mungkin jawaban yang lebih sinis, adlaah bahwa manajemen mencoba untuk membengkakkan
penghasilan agar para pemegang saham dan kreditor terkesan. Apakah mereka terkesan tidak merupakan
pertnyaan yang empiris.

13
Para teori akuntansi tertarik pada jawaban untuk kedua jenis pertanyaan itu pertanyaan normative yang
mencoba mengngkapkan cara terbaik untuk mempertanggungjawabkan suatu transaksi, dan pertanyaan
postif yang mencoba mengungkapkan bagaimana manajemen dan pihak-pihak lainnya memustukan cara
mana yang terbaik bagi mereka. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini, serta upaya
menentukan jawban itu, merupakan subjek teori akuntansi.

Verifikasi Teori

Verifikasi dapat diartikan sebagai penetapan akseptabilitas, atau kebenaran, suatu teori. Semua teori
haruslah baik secara logika, tetapi di luar itu sifat verifikasi akan tergantung pada sifat teori yang
diverifikasi. Teori-teori normative dinilai dengan cara yang satu; teori-teori positif dengan cara yang
lain.

Teori-teori normatif, termasuk teori verifikasi itu sendiri, dinilai dari kewajaran asumsi-
asumsinya.Idealnya, asumsi-asumsi yang menjadi dasar suatu teori normatif, dan dasar-dasar untuk
menilai akseptabilitas asumsi-asumsi itu, dinyatakan dengan jelas dalam teori itu. Orang lain mungkin
saja menolak kesimpulan normatif itu dengan menolak untuk menerima asumsi-asumsinya, tetapi dasar
ketidaksepakatan itu sendiri terdefinisikan dengan baik.

Teor-teori deskriptif dievaluasi dengan dua cara yang berbeda, tergantung pada apakah teori itu memiliki
kandungan empiris atau tidak. Teori-teori sintaktis merupaka teori-teori deskriptif tanpa kandungan
empiris.Teori-teori iru dikomfirmasikan hanya dengan logika. Misalnya, persamaan 2(y+3) = 2y+6 itu
benar karena adanya aturan aturan matematika yang disepakati bersama.banyak dalil akuntansi masuk
dalam kategori ini dan benar karena alasannya sintaksis saja. Pikirkan lah, dengan sebuah contoh lagi
,pertanyaan apakah suatu pos, seperti setelah sumur minyak yang sudah kering, merupakan aktiva atau
bukan. Orang-orang munkin berargumentasi sebagai berikut:

Semua aktiva mempunyai nilai bagi perusahaan.


Semua sumur minyak yang sudah kering tidak bernilai bagi perusahaan.
Oleh karena itu, sumur itu tidak mungkin suatu aktiva.

Itu adalah kesimpulan yang sangat sah tetapi kita benar-benar harus menyadari bahwa keabsahan
pemikiran kita sama sekali tidak tergantung pada arti kata aktiva.Kita dapat menggantikan kata-kata
yang tak berarti tanpa mempengatuhi kebenaran kesimpulannya.

Sebaliknya, teori-teori semantic merupakan teori-teori deskriptif yang mempunyai kandungan


empiris.Karena teori-teori itu dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu tentang dunia nyata,
kebenarannya tergantung pada pengamatan.

14
Teori-teori pragmatic juga merupakan teori-teori deskriptif dengan kandungan empiris.Teori-teori
pragmatif menekankan kegunaan akuntasi bagi para investor dan pihak-pihak lainnya.Verifikasi teori-
teori itu tidak terlalu tergantung pada kebenarannya melainkan pada nilai teori-teori itu bagi pemakainya.
Dengan kata lain, kita tidak memverifikasi teori akuntansi pragmatif itu sendiri, melainkan kegunaannya.
Hal ini, yang akan menjadi jelas dalam bab-bab selanjutnya, merupakan jalur yang dipilih oleh para ahli
teori akuntansi modern.

Pengujian teori-teori deskriptif seringkali dilakukan dalam bentuk ramalan.Misalnya, teori gravitasi
memmungkinkan para ilmuan meramalkan baimana pergerakan benda-benda saat jatuh dan pengujian
dapat dilakukan untuk memverifikasi bahwa benda-benda itu memang bergerak seperti nyang di
ramalkan.Hasilnya, jika pengujian itu diulang secukupnyauntuk memuaskan para pengamat, disebut
sebagai konfirmasi teori itu.Sebaliknya, jika teori itu gagal meramalka, atau dtemukan penyimpangan,
dikatakan bahwa teori itu tidak memiliki konfirmasi.

Penggunaan ramaln sebagai kriteria sebagai kriteria utama untuk mengevaluasi teori akuntansi juga
diperumit oleh fakta bahwa teori-teori akuntansi biasanya merupakan campuran dari berbagai bentuk
teorisasi. Oleh karena itu, konfirmasi teori-teori akuntansi terjadi pada beberapa tingkatan:

1. Asumsi-asumsi yang menyankut dunia nyata harus diuji untuk menilai kesesuaian antara
pernyataan itu dan fenomena yang dapat diamati.
2. Saling hubungan pertanyaan-pertanyaan dalam teori harus diuji untuk menilai konsistensi
logisnya.
3. Jika ada premis yang didasarkan pada pertimbangan nilai, premis itu harus diterima atau ditolak
berdasarkan kesesuaian dengan pertimbangan nilai orang itu sendiri.

15
STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MINUMAN COCA COLA BOTTLING INDONESIA

Di Indonesia minuman dalam berbagai bentuk kemasan sangat mudah kita peroleh, mulai dari
warung kecil sampai dengan toko dan supermarket yang besar, yang mengkomsumsinya juga dari
berbagai kalangan. Komsumsi minuman ringan ini sangat luas,untuk itu produk minuman ringan ii
adalah bukan produk mewah melainkan barabg biasa.
Saat ini, Indonesia mencatat tingkat konsumsi produk-produk Coca-Cola terendah (hanya 13 porsi
saji seukuran 236 ml per orang per tahun), dibandingkan dengan Malaysia (33), Filipina (122) dan
Singapura (141). Karena minuman ringan merupakan barang yang permintaannya elastis terhadap harga,
berbagai upaya dilakukan agar harga produk-produk minuman ringan tetap terjangkau.
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan
terkemuka di Indonesia. Memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-
Cola Company. Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang
berlokasi di Jakarta.
Saat ini juga kita bisa mendapatkan berbagai jenis minuman yang diproduksi oleh PT COCA-
COLA jenis-jenis minuman yang kita temukan juga memiliki beragam bentuk dan jenis kemasan
bahkan rasa minuman yang diproduksi oleh coca-cola.Hal yang lain yang bisa kita temukan adalah
produk dari coca-cola yang bekerjasama dengan berbagai tempat makan yang bekerjasama dengan coca-
cola, juga pada restoran-restoran yang sebagaimana telah kita ketahui, produk Coca-Cola Bottling
meliputi empat dari lima merek terkenal di dunia saat ini, seperti Coca-Cola, diet Coke, Fanta, dan Sprite.
The Coca-Cola Quality System merupakan landasan kebijakan perusahaan terhadap pengawasan
mutu - yang memotivasi kami untuk bertindak memenuhi dan bahkan melampaui berbagai standar
kualitas, baik itu merupakan standar internasional maupun standar yang ditetapkan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Industri makanan dan minuman

Fungsi Makro Pada PT Coca Cola

Wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu


bangsa.Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan kreasi-
kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala global, hal ini merupakan proses dinamis
wirausaha yang kreatif. Bahkan wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.

Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan
terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi
dari The Coca-Cola Company. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang
terdiri dari perusahaan-perusahaan patungan antara perusahaan-

16
perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil
Limited, yang merupakan salah
satu produsen dan distributor terbesar produk-produk Coca-Cola di dunia.Semua produk yang dijual dan
didistribusikan oleh Coca-Cola Bottling Indonesia diproduksi di Indonesia. Saat ini terdapat 10 pabrik
pembotolan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Fungsi Mikro Pada PT Coca Cola

Peran wirausaha adalah penanggung resiko dan ketidakpastian, mengkombinasikan sumber-


sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru.

Perusahaan Coca-Cola menjual minuman yang bekerja sama dengan Mc Donald

17
PSAK 5 Segmen Operasi

PENGANTAR

PSAK 5 (2009) : Segmen Operasi mengadopsi IFRS 8 Operating Segments per 1 januari 2009 dan
disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada
tanggal 15 Desember 2009. PSAK 5 (2009) menggantikan PSAK 5 (2000) : Pelaporan Segmen dan
PSAK 5 (1994) : Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen.

Penyesuaian PSAK 5 (2014) mengadopsi IFRS 8 efektif per 1 Januari 2014 dan disahkan oleh DSAK
IAI pada tanggal 27 Agustus 2014.

Standar lain juga memberikan amandemen minor terhadap PSAK 5, termasuk penyesuaian PSAK 5
(2015) yang merupakan adopsi dari Annual Improvements to IFRSs 2010-2012 Cycle efektif per 1 Juli
2014 dan disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 18 November 2015.

Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

PENGANTAR PENYESUAIAN

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atas PSAK 5 tentang Segmen
Operasi pada tanggal 27 Agustus 2014.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 5

SEGMEN OPERASI

PSAK ini diterapkan atas laporan keuangan entitas dan laporan keuangan konsolidasian kelompok usaha
dengan entitas induk:

(a) yang instrumen utang atau instrumen ekuitasnya diperdagangkan di pasar publik (pasar modal
domestik atau luar negeri atau over-the-counter, termasuk pasar modal lokal dan regional), atau

18
(b) yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan
pendaftaran, pada regulator pasar modal atau regulator lainnya untuk tujuan penerbitan seluruh
kelas instrumen di pasar publik.

Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas:

(a) yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban
(termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang
sama),

(b) hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat
keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya,
dan

(c) tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan. Entitas mengungkapkan informasi yang
memungkinkanpengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari
aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan ekonomik dimana entitas beroperasi.

Entitas mengungkapkan informasi untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan mengevaluasi sifat
dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan ekonomik dimana
entitas beroperasi.

Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2011. Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 23, 24, dan 34 untuk periode tahun buku yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

OPINI

Menurut kelompok kami,seperti yang diuraikan diatas bahwa teori akuntansi menitikberatkan
kepada prinsip-prinsip yang mendasarinya; prinsip-prinsip yang berlaku umum (generally accepted
accounting principles (GAAP)) yang menjadi acuan pengujian para auditor setiap kali mereka
menandatangani pernyaan pendapat.Walaupun demikian,harus dikatakan sekalian bahwa prinsip-prinsip
akuntansi hanyalah salah satu kekuatan yang membentuk praktik akuntansi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hendrikson, Eldon S dan Michael F. Van Breda. 2000. Teori Akuntansi. Jilid 1. Edisi 4. Alih Bahasa
oleh

Marianus Sinaga. Jakarta: Erlangga.

http://petrustumanggor.blogspot.co.id/2014/10/studi-kasus-pada-perusahaan-minuman.html?m=1

20

Anda mungkin juga menyukai