Anda di halaman 1dari 16

BAB 4

PIUTANG (RECEIVABLE)

A. Capaian Pembelajaran Kegiatan/Pertemuan 4

Sub Kompetensi : Mampu menerapkan konsep perlakuan


akuntansi untuk akun piutang

1. Mampu menjelaskan konsep piutang usaha


2. Mampu menjelaskan konsep perlakuan akuntansi untuk
pengakuan, penilaian dan penurunan nilai piutang usaha.
3. Mampu menghitung piutang usaha
4. Mampu menyusun jurnal terkait transaksi piutang usaha

B. Uraian Materi

Kegiatan belajar 4 membahas konsep perlakuan akuntansi untuk


akun piutang.

Materi yang disampaikan pada bab ini diambil dari buku Intermediate
Accounting IFRS Edition (Kieso, Weygandt, & Warfield, 2018), PSAK 71,
Buku Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK (Dwi Martani dkk.,
2016) serta sumber relevan lainnya. Cakupan materi kegiatan belajar 4
disajikan pada Gambar 4.1.

Kegiatan Belajar 4

Pengertian dan Proses evaluasi


Penilaian
Pengakuan penurunan
piutang usaha
Piutang usaha nilai
(impairment)
piutang usaha
Gambar 4.1
Cakupan Bahasan Kegiatan Belajar 4
Pengertian Piutang

Pada umumnya, dalam memperoleh pendapatan, perusahaan dapat


melakukan penjualan baik secara tunai maupun kredit. Penjualan secara kredit
adalah penjualan dimana penerimaan kas tidak langsung diterima pada saat
penjualan dilakukan, melainkan timbul istilah yang disebut piutang yang
kemudian berubah menjadi kas apabila piutang tersebut dilunasi oleh pelanggan.

Menurut Kieso, dkk (2018) . Untuk tujuan laporan keuangan, perusahaan


mengklasifikasikan piutang sebagai piutang lancar(jangka pendek) dan tidak
lancar (jangka panjang) bergantung pada waktu jatuh tempo dari piutang
tersebut. .

Menurut Martani dkk (2016), Piutang merupakan klaim suatu perusahaan


kepada pihak lain. Hampir semua perusahaan pasti memiliki piutang kepada pihak
lain baik itu berkaitan dengan penjualan ataupun piutang yang berkaitan dengan
transaksi lainnya.

Klasifikasi Piutang

Menurut Kieso dkk.(2018), dalam laporan posisi keuangan, piutang


diklasifikasikan sebagai piutang dagang dan piutang non-dagang.

1. Piutang Dagang/Usaha
Hampir setiap perusahaan pasti mempunyai piutang kepada pihak lain
berkaitan dengan penjualan ataupun piutang atas transaksi lainnya. Piutang
yang berkaitan dengan penjualan disebut dengan Piutang Dagang/Usaha.
Menurut Kieso,dkk (2018), Piutang usaha adalah janji lisan dari pelanggan
untuk membayar suatu barang atau jasa. Sedangkan piutang yang diperkuat
dengan promes(janji tertulis) disebut dengan Piutang Wesel. Menurut Kieso
dkk. (2018), Piutang wesel adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah
uang pada tanggal tertentu di masa depan. Menurut Martani dkk.(2016),
klaim yang didasarkan pada perjanjian tertulis disebut wesel tagih atau sering
disebut notes receivable.
2. Piutang non-dagang
Dalam suatu perusahaan, tentunya tidak hanya piutang yang timbul dari
transaksi penjualan saja, tetapi terdapat piutang yang timbul dari transaksi
lainnya. Menurut Martani dkk (2016), piutang yang tidak terkait dengan
penjualan atau pendapatan disebut piutang lainnya atau nontrade receivable.
Menurut Kieso dkk. (2018), Piutang non-dagang timbul dari berbagai
transaksi.
Contoh :
1. Uang Muka kepada petugas dan karyawan.
2. Uang muka kepada perusahaan anak.
3. Deposit untuk menutupi kerusakan atau kerugian potensial.
4. Deposito sebagai jaminan kinerja atau pembayaran.
5. Dividen dan piutang bunga.
6. Klaim atas:
a) Perusahaan asuransi.
b) Defendants under suit.
c) Badan pemerintah atas pengembalian pajak.
d) Jasa angkutan atas barang yang rusak atau hilang.
e) Kreditor atas pengembalian barang, barang yang rusak dan hilang.
f) Pelanggan atas barang-barang yang dikembalikan.

Pengakuan Piutang

Menurut Kieso dkk(2018), Piutang timbul akibat dari pengakuan


pendapatan. Perusahaan harus mengakui pendapatan ketika memenuhi kewajiban
kinerjanya dengan mentransfer barang atau jasanya kepada pelanggan. Pengakuan
piutang terjadi apabila perusahaan menjual produk secara kredit atau memberi
jasa tetapi pembayaran belum terjadi. Piutang diakui sebesar nilai yang disepakati
dalam perjanjian antara perusahaan dan pelanggan. Berdasarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No.71 (IAI, PSAK 71, 2020), pada saat pengakuan
awal, piutang dagang diukur sebesar nilai wajar. Nilai wajar adalah nilai
pertukaran atau harga perolehan yang disepakati duabelah pihak pada tanggal
transaksi.

Contoh :

PT Anda adalah perusahaan di bidang otomotif. Pada tanggal 5 Januari 2020,


PT.Anda menjual barang dagang berupa mobil Tipe CRR ke Bahrun dengan harga
jual sebesar Rp.250.000.000 secara kredit.

PT.Anda harus mengakui pendapatan ketika memenuhi kewajiban kinerjanya


dengan mentransfer barang atau jasa kepada Bahrun. PT.Anda membuat entri
berikut, dengan asumsi Rp.250.000.000 adalah jumlah yang diharapkan akan
diterima dari Bahrun.

Jurnal :

Piutang dagang Rp 250.000.000


Penjualan Rp
250.000.000

Pengukuran Harga Transaksi

Menurut Kieso dkk.(2018), Harga transaksi adalah jumlah pertimbangan


yang diharapkan diterima perusahaan dari pelanggan sebagai imbalan mentransfer
barang atau jasa. Piutang diukur sebesar harga transaksi yang akan diterima oleh
perusahaan dari pelanggan. Namun dalam beberapa kasus, perusahaan harus
mempertimbangkan item seperti pertimbangan variabel yang dapat mempengaruhi
saldo piutang.

Variabel Pertimbangan

Menurut Kieso dkk.(2018), Dalam beberapa kasus, harga barang atau jasa
bergantung pada kejadian di masa depan. Kejadian di masa depan ini terkadang
mencangkup item seperti diskon, retur dan pencadangan. rabat, dan bonus kinerja.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi harga transaksi, yaitu :

1. Diskon Tunai (Trade Discount)


Menurut Kieso dkk.(2018), Perusahaan biasanya menggunakan diskon tunai
untuk menghindari perubahan katalog yang sering, mengubah harga untuk
jumlah pembelian berbeda, dan menyembunyikan harga faktur sebenarnya
dari pesaing. Diskon tunai diberikan secara langsung oleh perusahaan saat
terjadi transaksi dengan pelanggan biasanya ketika pelanggan membeli
barang dengan jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan.
2. Diskon Penjualan (Sales Discount)
Menurut Kieso dkk.(2018), Perusahaan memberikan diskon penjualan kepada
pelanggan untuk mendorong pembayaran yang cepat. Pada umumnya, diskon
penjualan disajikan dalam bentuk seperti 2/10, n/30 (mendapat diskon 2%
ketika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari, jatuh tempo dalam waktu
30 hari) atau 2/10,E.O.M., net 30, E.O.M.(Mendapat diskon 2% ketika
pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari, jatuh tempo pada tangga 30
bulan berikutnya)

Metode Penyajian Diskon Penjualan


Menurut Kieso dkk,.(2018), Terdapat 2 metode yang bisa digunakan
perusahaan dalam menyajikan Diskon Penjualan:

Tabel 4.1
Metode Penyajian Diskon Penjualan
GROSS METHOD NET METHOD
Penjualan sebesar Rp. 5.000.000, term 3/10, n/30
Piutang Dagang 5.000.000 Piutang Dagang 4.850.000
Penjualan 5.000.000 Penjualan 4.850.000
(5.000.000 – (5.000.000 X 3%)
Pembayaran sebesar Rp. 1.500.000 dari pelanggan (Saat masa diskon)
Kas 1.455.000 Kas 1.455.000
Diskon 45.000 Piutang Dagang 1.455.00
Penjualan* 0
Piutang 1.500.000
Dagang
*(1.500.000 X 3%)
Pelunasan sebesar $3.500.000 dari pelanggan (Setelah masa diskon)
Kas 3.500.000 Kas 3.500.000
Piutang 3.500.00 Piutang Dagang 3.395.00
Dagang 0 0
Diskon 105.000
penjualan yang
hangus*
*(3.500.000 X 3%)

3. Retur Penjualan (Sales Returns and Allowance)


Perusahaan dapat secara langsung maupun melakukan pencadangan dalam
mengakui retur penjualan. Menurut Kieso dkk.(2018), retur penjualan adalah
akun kontra dari akun penjualan, mengimbangi pendapatan penjualan pada
laporan laba rugi. Sedangkan, pencadangan retur penjualan adalah akun aset
kontra untuk akun piutang dan mengimbangi piutang pada laporan posisi
keuangan. Akun pencadangan ini menunjukkan perkiraan jumlah klaim yang
ingin dibayar perusahaan di masa depan.
Tabel 4.2
Ringkasan Jurnal Retur Penjualan

Saat ada Retur Penjualan


Sales Returns and Allowance Sebesar Nilai yang
Account Receivable
Diretur Pelanggan
Saat perusahaan Men-cadangkan Retur Penjualan
Sales Return and Allowane Sebesar Nilai yang
Allowance for Sales Returns and Allowance
cadangkan perusahaan

4. Nilai Waktu dari Uang (Time Value of Money)


Menurut Kieso dkk.(2018), Pada lazimnya, perusahaan harus mengukur
piutang berkaitan dengan nilai sekarang mereka, yaitu, nilai diskon dari kas
yang akan diterima di masa depan. Secara teori, setiap pendapatan setelah
periode penjualan adalah pendapatan bunga. Namun dalam prakteknya, dalam
kaitannya dengan piutang, perusahaan mengabaikan pendapatan bunga. Hal
ini dikarenakan jumlah diskon biasanya tidak material berkaitan dengan laba
bersih pada periode tersebut.
Penilaian Piutang Usaha (Piutang tak tertagih)

Menurut Kieso dkk.(2018), Perusahaan mencatat kerugian penjualan kredit


(piutang tak tertagih) di debet sebagai Beban Kerugian Piutang. Kerugian seperti
ini adalah risiko yang normal terjadi ketika perusahaan menjalankan bisnis secara
kredit.

Terdapat 2 metode dalam menilai piutang tak tertagih :

a. Metode Langsung (Direct Write-Off Method)


Menurut Kieso dkk.(2018), ketika perusahaan menentukan kerugian piutang
tak tertagih menggunakan metode langsung, perusahaan akan membebankan
kerugian ke Beban Kerugian Piutang.
Contoh :
Pada 12 Desember 2019, PT. AKM menghapuskan piutang dagang milik
PT.AKL sebesar Rp.20.000.000 dikarenakan tidak mungkin dapat diterima
pelunasannya.
Buatlah jurnal berkaitan dengan penghapusan piutang tersebut!
Jawaban :
Jurnal :

Beban Kerugian 20.000.000


Piutang
Piutang Dagang 20.000.00
0

b. Metode Pencadangan (Allowance Method)


Menurut Kieso dkk. (2018), Metode pencadangan melibatkan akun estimasi
piutang tak tertagih di setiap akhir periode. Pada metode ini, nilai kas yang
dapat direalisasi dapat diketahui. Estimasi piutang tak tertagih dan nilai kas
yang dapat terealisasi dapat ditentukan berdasarkan pengalaman masa lalu
dan peristiwa di masa depan yang di perkirakan.
Menurut Kieso dkk. (2018), Metode ini memiliki tiga fitur penting, yaitu:
1. Perusahaan mengestimasi piutang tak tertagih pada akun pencadangan.
2. Perusahaan mendebet Beban kerugian Piutang dan mengkredit Cadangan
kerugian Piutang pada setiap akhir periode.
3. Ketika perusahaan melakukan penghapusan piutang, mereka akan
mendebet piutang yang sebenarnya tidak tertagih ke akun Cadangan
kerugian piutang dan mengkredit akun piutang.

Contoh Soal :
Pada tanggal 31 Desember 2019, PT. Maju Jaya melakukan estimasi
cadangan kerugian piutang sebesar Rp. 30.000.000.
Jurnal :
Beban Kerugian Piutang 30.000.000
Cadangan kerugian piutang 30.000.000

Pada tanggal 15 Januari 2020, perusahaan menghapuskan piutang milik PT.


Morodadi sebesar Rp. 22.000.000 dikarenakan perusahaan tersebut bangkrut.
Cadangan kerugian piutang 22.000.000
Piutang dagang 22.000.000

Ternyata pada tanggal 1 Februari 2020, perusahaan dapat membayarkan


sebagian utangnya sebesar Rp.15.000.000
Piutang dagang 15.000.000
Cadangan Kerugian Piutang 15.000.000
Kas 15.000.000
Piutang dagang 15.000.000

Estimasi Pencadangan

Terdapat beberapa metode untuk melakukan estimasi pencadangan kerugian


piutang, yaitu :

1. Persentase Penjualan
Ketika menggunakan metode ini, cadangan kerugian piutang diestimasi
dari penjualan periode tertentu. Pada metode ini, jumlah cadangan
kerugian piutang(CKP) di awal periode akuntansi tidak dihitung kedalam
jurnal penyesuaian.
CKP = % Piutang tak tertagih x Penjualan

2. Persentase Piutang
Menurut Kieso dkk. (2018), Perusahaan dapat memperkirakan persentase
piutang tak tertagih, tanpa mengidentifikasi akun tertentu. Prosedur ini
memberikan estimasi yang cukup akurat dari nilai realisasi piutang. Oleh
karena itu, ini disebut sebagai pendekatan persentase piutang.
Metode persentase piutang adalah metode estimasi cadangan kerugian
piutang sebesar presentase tertentu terhadap jumlah piutang dagang.
Besarnya estimasi tersebut akan menjadi saldo akhir dari akun cadangan
kerugian piutang.

CKP = % Piutang tak tertagih x Saldo piutang dagang

3. Skedul Umur Piutang


Dalam menetukan saldo akhir CKP, perusahaan juga dapat menggunakan
metode Aging Schedule (Skedul Umur) Piutang untuk menilai estimasi
cadangan kerugian piutang nya. Menurut Kieso dkk.(2018), perusahaan
dapat membuat skedul umur piutang yang menerapkan persentase yang
berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu untuk berbagai kategori umur
piutang. Skedul umur piutang juga mengidentifikasi akun mana yang
membutuhkan perhatian khusus dengan menunjukkan piutang yang telah
lewat jatuh tempo.

Tabel 4.3
Skedul Umur Piutang
PT. AKM
Skedul Umur Piutang
Nama
Saldo 30- 600 61–90 91-120
Pelangga <30 hari >120 hari
31, Dec hari hari hari
n
PT AKL 98.000.000 15.000.000 65.000.000 18.000.00
0
PT SIM 320.000.00 280.000.00 40.000.000
0 0
PT PA 55.000.000 55.000.00
PT SIA 74.000.000 50.000.000 10.000.000 14.000.00
0
547.000.00 345.000.00 115.000.000 18.000.00 14.000.00 55.000.00
0 0 0 0 0

Persentase tidak Estimasi piutang tak


Umur Jumlah
tertagih tertagih
<30 hari 345.000.000 0,8% 2.760.000
30-60 hari 115.000.000 4% 4.600.000
61-90 hari 18.000.000 15% 2.700.000
91-120 hari 14.000.000 20% 2.800.000
>120 hari 55.000.000 25% 13.750.000
Saldo akhir Cadangan kerugian piutang 26.610.000

Berdasarkan contoh diatas :

- Perusahaan akan mengelompokkan piutang dari masing masing


pelanggannya sesuai dengan umur piutang
- Penentuan dalam membuat klasifikasi untuk umur piutang tergantung
dari kebijakan perusahaan, sesuai dengan pengalaman sebelum
sebelumnya
- Penentuan estimasi persentase piutang yang tidak dapat tertagih juga
tergantung pada kebijakan perusahaan, sesuai dengan pengalaman
sebelumnya.

Contoh Soal :

PT. Semar adalah perusahaan dibidang elektronik yang berada di Kota


Malang. PT.Semar membukukan piutang tak tertagih dengan menggunakan
metode pencadangan(allowance) yang di estimasi setiap akhir peridoe yaitu
tanggal 31 Desember. Selama tahun 2019, penjualan kredit yang dilakukan
oleh PT.Semar adalah sebesar Rp.60.000.000. Pada laporan posisi keuangan,
Saldo piutang milik PT. Semar pada 31 Desember 2019, menunjukkan angka
sebesar Rp. 120.000.000 yang terdiri dari:

Piutang Jumlah Jatuh tempo


PT.Bagong Rp. 30.000.000 3 Desember 2019
PT.Gareng Rp. 25.000.000 5 Januari 2020
PT.Petruk Rp. 50.000.000 11 Oktober 2019
PT.Unyil Rp. 15.000.000 16 Agustus 2019

Saldo Cadangan kerugian piutang(CKP) PT.Semar sebesar Rp.5.000.000.


Diminta :
Tentukan nilai CKP yang harus dibentuk semar dan berapa nilai bersih
piutang!

Asumsikan :
PT.Semar membentuk Cadangan Kerugian Piutang(CKP) sebesar :
a. 10% dari penjualan kredit
b. 10% dari piutang
c. Berdasarkan analisis umur piutang, jika
Belum jatuh tempo 2%
Lewat jatuh tempo 1- 30 hari 5%
Lewat jatuh tempo ≥ 31 hari 10
%

Jawaban :
a. 10% dari penjualan kredit
Nilai CKP = 10% X 60.000.000
= Rp.6.000.000
Jurnal Penyesuaian:
BKP 6.000.000
CKP 6.000.000

Piutang bersih = 120.000.000 – 6.000.000 – 5.000.000


= Rp.109.000.000
b. 10% dari Piutang
Nilai CKP = 10% X 120.000.000
= Rp.12.000.000
Jurnal Penyesuaian:
BKP 7.000.000
CKP 7.000.000
(12.000.000 – 5.000.000)

Piutang bersih = 120.000.000 – 12.000.000


= Rp. 108.000.000
c. Analisis umur piutang
No Belum jatuh Lewat jatuh tempo
Nama
. tempo 1 – 30 hari ≥ 31 hari
1. Bagong 30.000.000
2. Gareng 25.000.000
3. Petruk 50.000.000
4. Unyil 15.000.000
25.000.000 30.000.000 65.000.000
x 2% x 5% x 10%
= 500.000 = 1.500.000 = 6.500.000

Nilai CKP = Rp, 8.500.000


Jurnal Penyesuaian :
BKP 3.500.000 (8.500.000 – 5.000.000)
CKP 3.500.000

Piutang bersih = 120.000.000 – 8.500.000


= Rp.111.500.000

Ringkasan Jurnal Penghapusan Piutang Tak Tertagih

Berikut adalah ringkasan jurnal yang diperlukan perusahaan ketika melalukan


penghapusan piutang tak tertagih baik metode langsung maupun tidak langsung:

Tabel 4.4
Ringkasan Jurnal Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Metode Langsung Metode Pencadangan
Pembentukan Piutang dagang Xxx Piutang dagang xxx
Penjualan xxx Penjualan xxx
Piutang
Pembentukan No Entry BKP xxx
cadangan CKP xxx
Penghapusan BKP xxx CKP xxx
Piutang xxx Piutang xxx
Piutang
Penerimaan (Pada periode yang sama)
Piutang xxx Piutang xxx
kembali
BKP xxx CKP xxx
piutang Kas xxx Kas xxx
Piutang xxx Piutang xxx
(Pada periode yang berbeda)
Kas xxx Piutang xxx
Pendapatan xxx CKP xxx
lain-lain
Kas xxx
Piutang xxx

Proses Evaluasi Penurunan Nilai (Impairment) Piutang

Penurunan nilai (Impairment) piutang dilakukan oleh perusahaan pada setiap


periode pelaporan keuangan. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
penurunan nilai piutang, yaitu :

1. Masalah keuangan yang muncul dari pelanggan

2. Adanya gagal bayar

3. Negosiasi yang dilakukan Kembali akibat pelanggan yang mengalami


kesulitan keuangan

4. Penurunan estimasi arus kas dimasa depan

Penurunan nilai piutang dilakukan ketika terdapat indikasi adanya kerugian yang
menunjukkan dampak negatif pada arus kas yang diterima dari pelanggan di masa
depan. Cara melakukan penilaian penurunan nilai piutang, yaitu :

1. Dalam melakukan penurunan nilai piutang, piutang yang signifikan


secara individual harus dipertimbangkan penurunan nilainya secara
terpisah.

2. Piutang yang tidak terdapat penurunan nilai, tetapi dinilai


secara individual maka penurunannya dinilai secara kolektif dan
dikategorikan dalam suatu kelompok aset dengan karakteristik risiko
kredit yang sama.

3. Piutang harus dinilai secara kolektif penurunan nilainya, apabila piutang


tersebut tidak dinilai secara individual.

Contoh Soal :

Berikut adalah daftar piutang yang signifikan secara individual yang dimiliki oleh
PT. Nokia, yaitu :

PT. Samsung Rp. 60.000.000


PT. Sony 90.000.000
PT. Oppo 70.000.000
PT. Vivo 40.000.000 Rp.260.000.000
Piutang lainnya 400.000.000
Total Rp.660.000.000

PT Nokia memutuskan untuk piutang PT. Samsung dikurangi Rp.20.000.000, dan


Piutang PT. Vivo sepenuhnya diturunkan. Untuk Piutang PT Sony dan PT Oppo
tidak mengalami penurunan nilai. PT Nokia juga menentukan bahwa suku bunga
2% sesuai untuk mengukur penurunan nilai pada semua piutang lainnya.

Jawaban :

Piutang yang dinilai secara individual

PT. Samsung Rp.20.000.000


PT.Vivo 40.000.000
Piutang yang dinilai secara kolektif Rp.400.000.000
Ditambah : PT. Sony 90.000.000
PT. Oppo 70.000.000
Total Piutang yang dinilai secara kolektif Rp.560.000.000
Penurunan nilai secara kolektif (2% x 560.000.000) 11.200.000
Total Penurunan Nilai Rp. 71.800.000

C. Rangkuman

1. Piutang adalah klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa

2. Piutang diklasifikasikan sebagai :

a. Piutang dagang

Piutang usaha adalah janji lisan dari pelanggan untuk membayar suatu
barang atau jasa. Sedangkan piutang yang diperkuat dengan promes(janji
tertulis) disebut dengan Piutang Wesel.

b. Piutang non-dagang.

Piutang yang tidak terkait dengan penjualan atau pendapatan disebut


piutang lainnya atau nontrade receivable.

3. Pengakuan piutang terjadi apabila perusahaan menjual produk secara kredit


atau memberi jasa tetapi pembayaran belum a. terjadi. Piutang diakui sebesar
nilai yang disepakati dalam perjanjian antara perusahaan dan pelanggan.

4. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi harga transaksi, yaitu :

a. Diskon tunai

Diskon tunai diberikan secara langsung oleh perusahaan saat terjadi


transaksi dengan pelanggan biasanya ketika pelanggan membeli barang
dengan jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan.

b. Diskon Penjualan

Pada umumnya, diskon penjualan disajikan dalam bentuk seperti 2/10,


n/30 atau 2/10,E.O.M., net 30, E.O.M. Terdapat 2 metode yang bisa
digunakan perusahaan dalam menyajikan diskon penjualan yaitu metode
bruto dan metode neto.

c. Retur Penjualan
Retur penjualan adalah akun kontra dari akun penjualan, mengimbangi
pendapatan penjualan pada laporan laba rugi.

d. Nilai waktu dari uang

Perusahaan harus mengukur piutang berkaitan dengan nilai sekarang


mereka

5. Terdapat 2 metode dalam menilai piutang tak tertagih yaitu

a. Metode Langsung

Perusahaan akan membebankan kerugian ke Beban Kerugian Piutang.

b. Metode Pencadangan

Metode pencadangan melibatkan akun estimasi piutang tak tertagih di


setiap akhir periode. Terdapat beberapa metode untuk melakukan
estimasi pencadangan kerugian piutang yaitu dari persentase penjualan,
persentase piutang dan skedul umur piutang.

Anda mungkin juga menyukai