Anda di halaman 1dari 9

NAMA MAHASISWA : CHRISTIN SIAY INSORSERI, SARAWA

NIM : 01121037
1. PENDEKATAN PAJAK

A. Pendekatan yang disukai oleh banyak pendatang baru dalam bidang akuntansi ini
menanyakan apa yang akan dikatakan oleh Internal Revenue Service (IRS) mengenai suatu
masalah. Misalnya, kita dapat bertanya apakah IRS akan mengizinkan ABC mengakui
pendapatan pada titik ini ; atau, apakah IRS akan melarang hal itu ?

Dilema yang pertama dan yang paling jelas dalam pendekatan ini adalah bahwa
pendekatan ini mempersoalkan bagaimana IRS sampai pada kesimpulannya. Bila kita
mengkaji asal mula teoritis akuntansi pajak, kita akan segera menemukan bahwa tujuan-
tujuan akuntansi pajak sangat berbeda dengan tujuan-tujuan pelaporan keuangan. IRS tidak
begitu tertarik pada pengukuran penghasilan suatu perusahaan dibandingkan dengan
penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Akibatnya, kesimpulan akuntansi pajak tidak
relevan untuk keperluan kita.

Ini bukan berarti bahwa berbagai undang-undang pajak penghasilan itu tidak
mempunyai dampak yang besar pada praktik akuntansi di banyak bidang. Undang-undang itu
penting dalam mengangkat praktik akuntansi yang rata-rata menjadi praktik yang standar
yang dipakai perusahaan-perusahaan yang lebih baik pada saat itu. Hal ini menciptakan
suatu perbaikan dalam praktik akuntansi umum dan dalam mempertahankan konsistensi.
Selain itu, ketentuan mengenai penyusutan yang dicakup dalam Exercise Act 1909 dan dalam
undang-undang selanjutnya telah menyebabkan digunakannya metode penyusutan yang
sistematis, pencarian konsep-konsep penyusutan yang lebih baik, dan penggunaan metode
yang lebih tepat untuk menghitung biaya penyusutan.

Sayangnya, aturan-aturan pajak penghasilan mempunyai pengaruh yang merugikan pada


teori dan prinsip akuntansi dalam banyak bidang. Kecenderungan untuk menerima
ketentuan pajak penghasilan sebagai prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum ini
patut disayangkan. Berikut ini adalah contoh-contohnya :

a) Setiap metode penyusutan yang dapat diterima untuk keperluan pajak juga dapat
diterima untuk keperluan akuntansi, tanpa memperhatikan apakah metode itu
mengikuti atau tidak mengikuti teori akuntansi yang baik dalam situasi yang
bersangkutan.

b) LIFO harus digunakan untuk keperluan pelaporan keuangan jika metode itu digunakan
dalam laporan pajak.
c) Pos-pos yang seharusnya dikapitalisasi dalam laporan keuangan jadi dibebankan pada
beban sesuai dengan perlakuan dalam laporan pajak karena perusahaan mencoba
mendapatkan pengurangan pajak sedini mungkin.
d) Karena undang-undang pajak tidak mengizinkan, biasanya tidak dibuat penyisihan
dalam laporan keuangan untuk “mengakui” beban-beban perbaikan dan pemeliharaan
kecuali yang dilakukan secara tidak langsung dan secara tidak beraturan melalui
penyusutan yang dipercepat.

B. Pendekatan Legal.

Pendekatan kedua terhadap akuntansi yang banyak dipakai para pendatang baru untuk
menganalisis situasi-situasi seperti kasus ABC adalah dengan menyarankan untuk
memperoleh pendapat hukum (legal). Tentu saja, seperti dikatakan sebagian orang, suatu
penjualan harus diakui bila hak milik legal berpindah. Sayangnya, cara ini tidak
menyelesaikan masalah tersebut segampang yang diharapkan orang karena biasanya hak
berpindah bila persidangan yang mengadili suatu kasus memutuskan bahwa hak memang
sudah berpindah. Contohnya adalah perkara ketika Pennzoil mengklaim bahwa Texaco
merampas Getty Oil dari mereka setelah penjualan legal antara Getty dan Pennzoil selesai.
Texaco menanggapi bahwa suatu jabatan tangan saja tidak merupakan penjualan yang sah
atau, dengan kata lain, bukan merupakan perpindahan hak milik legal. Sebagian besar
pengamat kasus ini tampaknya sependapat dengan Texaco. Akan tetapi, pengadilan Texas
meneruskan persidangan untuk mencari keputusan bagi Pennzoil. Akhirnya, Texaco
menyelesaikan perkara ini di luar pengadilan dengan membayar $3 milyar. Benarkah telah
terjadi penjualan? Argumen-argumen dari kedua pendapat masih saling bertarung dalam
kasus ini.

C. Pendekatan Etika

Pendekatan yang ketiga menanyakan apakah ada solusi yang etis bagi dilema ABC? Apakah
ada sesuatu yang harus dilakukan manajemen? Apakah ini sesuatu yang lebih daripada
sekedar mengikuti seperangkat prosedur akuntansi yang berlaku umum? Dengan
menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini dalam suatu bagian yang terpisah, tidak berarti
bahwa pendekatan-pendekatan lainnya tidak mempunyai kandungan etika, dan juga tidak
menyiaratkan bahwa teori-teori etika mengabaikan semua konsep lainnya. Pertanyaan etis
yang fundamental ada di jantung semua bangunan teori modern.Pendekatan etika terhadap
teori akuntansi menekankan konsep-konsep keadilan, kebenaran, dan kewajaran (justice,
truth, fairness). Yang menarik, setiap konsep ini menemukan jalannya sendiri untuk sampai
pada Kerangka Dasar Konseptual yang diciptakan oleh FASB. Pertimbangan seperti tidak
adanya kesengajaan untuk memihak (bias) dan kejujuran penyajian (representational
faithfulness) dianggap sebagai karakterisktik yang perlu dalam sistem akuntansi yang andal.
Netralitas, yang berarti bahwa informasi tidak boleh dipoles agar mempengaruhi perilaku ke
arah tertentu, adalah sifat yang sangat penting dalam penetapan standar. Pertimbangan
etika, dengan kata lain, mempunyai pengaruh yang meresap di seluruh aspek akuntansi.
Dalam kasus ini, kita dapat memulai dengan bertanya apakah manajemen bersikap jujur
kepada pemegang saham dengan mencatat transaksi-transaksi tersebut pada titik ini. Atau,
kita dapat menanyakan yang sebaliknya: Apakah manajemen jujur jika tidak mengakui
pendapatan pada titik ini? Kita juga dapat bertanya apakah manajemen ABC mengatakan
yang sebenarnya, walaupun kebenaran dalam akuntansi sukar didefinisikan dan diterapkan.

D. Pendekatan Ekonomi

Dengan harapan dapat menyelesaikan masalah-masalah seperti yang ditimbulkan oleh ABC,
para akuntan sudah lama mencoba untuk menafsirkan konsep-konsep akuntansi dilihat dari
konsep-konsep ekonomi. Dalam tahun-tahun terakhir ini, benar-benar telah terjadi ledakan
riset yang mengkaji kaitan antara penafsiran ekonomi dan data akuntansi. Bagian-bagian
berikut membeberkan tiga jalur yang berlainan dalam mengambil pendekatan ekonomi
terhadap akuntansi: makroekonomi, mikroekonomi, dan sosial korporasi.

a) Makroekonomi. Pendekatan makroekonomi mencoba menjelaskan pengaruh prosedur


pelaporan alternatif pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan
yang lebih luas daripada perusahaan, seperti industri atau perekonomian nasional. Apa
pengaruhnya, jika ada, pada perekonomian jika setiap perusahaan mengakui
pendapatan pada titik yang sama seperti yang dilakukan manajemen ABC? Sebagian
orang menginginkan lebih jauh lagi daripada sekedar penjelasan dan mereka
berpendapat bahwa salah satu tujuan akuntansi haruslah mengarahkan perilaku
perusahaan dan individu ke arah pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional tertentu.
Misalnya, sebagian orang berpendapat bahwa tujuan-tujuan ekonomi nasional
menghendaki laporan akuntansi yang memungkinkan dan bahkan mendorong
dibagikannya dividen yang lebih tinggi dan pengeluaran modal lebih besar dalam
periode perekonomian yang lesu serta mengurangi investasi dalam periode inflasi.

b) Mikroekonomi. Pendekatan mikroekonomi terhadap teori akuntansi mencoba


menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan alternatif pada pengukuran ekonomi dan
aktivitas ekonomi pada tingkatan perusahaan. Teori akuntansi modern, yang didasarkan
pada mikroekonomi, oleh karenanya berfokus pada perusahaan sebagai satuan usaha
ekonomi yang kegiatan utamanya mempengaruhi perekonomian melalui operasi di
pasar. Pandangan inilah yang dianut oleh FASB dalam Kerangka Dasar Konseptualnya.
Pendekatan ini mengambil sebagai fundamentalnya dasar pemikiran (premis) bahwa
informasi keuangan memiliki konsekuensi ekonomi yang tidak dapat dielakkan.
Bagaimana persisnya bentuk yang diambil konsekuensi-konsekuensi ini tidak selalu
mudah untuk ditentukan dan masih diperdebatkan.

c) Akuntansi Sosial Korporasi. Pandangan mikroekonomi terhadap akuntansi tidak mesti


mencakup semua pengaruh perusahaan pada masyarakat. Biaya polusi lingkungan,
pengangguran, kondisi kerja yang tidak sehat, dan masalah-masalah sosial lainnya
biasanya tidak dilaporkan oleh perusahaan, kecuali sejauh biaya-biaya itu ditanggung
langsung oleh perusahaan melalui pemajakan dan regulasi. Akuntansi sosial korporasi
mencoba membahas masalah-masalah ini.

Sebuah contoh yang terkenal dalam upaya memasukkan tujuan-tujuan akuntansi sosial
dan makroekonomi ke dalam satu teori pelaporan korporasi disajikan dalam Corporate
Report, sebuah kertas kerja yang diterbitkan oleh Institute of Chartered Accountants di
Inggris dan Wales. Salah satu usulan laporan itu adalah diterbitkannya laporan nilai
tambah (value-added statement) yang mengalokasikan pendapatan, setelah dikurangi
biaya bahan, kepada para pegawai, kreditor, dan pemegang saham. Kelompok-
kelompok ini seringkali secara keseluruhan disebut sebagai stakeholder (pemegang
penyertaan) dalam perusahaan. Pendukung analisis stakeholder berpendapat, dengan
justifikasi tertentu, bahwa akuntansi ortodoks dengan penekanannya pada pemegang
saham, sebenarnya merupakan subhimpunan dari akuntansi sosial yang penekanannya
adalah pada kelompok stakeholder yang lebih luas.

2. Pendekatan peristiwa mengusulkan bahwa tujuan dari akuntansi adalah ”untuk memberikan
informasi mengenai peristiwa-peristiwa ekonomi yang relevan yang dapat berguna dalam
berbagai jenis model keputusan. Peristiwa mengacu pada semua tindakan yang dapat
digambarkan oleh satu atau lebih dimensi-dimensi atau atribut dasar. Menurut Johnson,
peristiwa berarti pengamatan yang mungkin dari karakteristik-karakteristik tertentu dari
sebuah tindakan dimana seorang reporter dapat mengatakan saya meramalkannya dan
melihatnya terjadi dengan ata kepala saya sendiri.

Jadi, karakteristik dari suatu peristiwa dapat diamati secara langsung dan memiliki arti
ekonomi yang signifikan bagi pengguna. Karakteristik dari peristiwa yang tidak menggunakan
nilai moneter mungkin harus di ungkapkan. Pendekatan peristiwa juga mengasumsikan bahwa
tingkat pengumpulan dan evaluasi dari data akuntansi akan ditentukan oleh pengguna,
mengingat fungsi kerugian dari para pengguna
3. Pendekatan Prediktif

Pendekatan prediktif muncul dari adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit
dalam mengevaluasi metode-metode alternatif dari alternatif-alternatif pengukuran
akuntansi. Pendekatan prediktif terhadap formulasi suatu teori akuntansi menggunakan
kriteria kemampuan prediktif di mana pemilihan di antara pilihan-pilihan akuntansi yang
berbeda akan bergantung pada kemampuan dari metode-metode tertentu untuk
memprediksi peristiwa yang menjadi perhatian dari penggunaan.

Kriteria dari kemampuan pediktif mengikuti penekanan yang diberikan pada relevansi sebagai
kriteria utama dari pelaporan keuangan. Pelevansi memiliki konotasi sebagai suatu perhatian
akan informasi tentang peristiwa-peristiwa di masa datang.

Keunggulan yang nyata dari pendekata prediktif adalah bahwa ia memungkinkan kita untuk
mengevaluasi pengukuran-pengukuran akuntansi alternatif secara empiris dan membuat
suatu pilihan yang nyata dengan berdasarkan atas suatu kriteria diskriminator.

Kemampuan prediktif adalah juga suatu kriteria purposif yang dapat dengan mudahnya
dihubungkan dengan salah satu tujuan dari pengumpulan data akuntansi, fasilitasi
pengambilan keputusan. Literatur akuntansi selalu beranggapan bahwa data akuntansi harus
memfasilitasi pengambilan keputusan. Setelah “fasilitas pengambilan keputuasn”
diperkenalkan, maka muncullah dua masalah. Pertama, sulit untuk mengidentifikasi dan
mendefinisikan semua model-model keputusan yang diterapkan oleh para pengguna informasi
akuntansi. Kedua, bahkan jika model keputusan telah terdefinikasikan dengan baik, suatu
kriteria untuk pemilihan informasi yang relevan dapat saja hilang.

Terdapat dua aliran yang dapat diidentifikasikan. Satu, aliran berkaitan dengan kemampuan
dari data akuntansi untuk menjelaskan dan meramalkan peristiwa-peristiwa ekonomi, aliran
yang lainnya berkaitan dengan kemampuan dari data akuntansi untuk menjelaskan dan
memprediksikan reaksi pasar terhadap pengungkapan.

4. Pendekatan perilaku

Hakikat dari pendekatan perilaku Sebagian besar pendekatan tradisional dalam penyusunan
teori akuntansi telah gagal untuk mempertimbangkan perilaku pengguna secara khusus dan
asumsi asumsi keperilakuan secara umum. Pendekatan keperilakuan pada pembuatan teori
akuntansi menekankan pada relevansi pembuatan keputusan mengenai informasi yang
dikomunikasikan (berorientasi pada keputusan yang dikomunikasikan), dan perilaku individual
dan kelompok yang disebabkan oleh komunikasi informasi (berorientasi pada pembuat
keputusan). Akuntasi diasumsikan berorientasi pada tindakan yang tujuannya adalah untuk
mempengaruhi tindakan (perilaku) secara langsung melalui kandungan informasi pesan pesan
yang disampaikan dan secara tidak langsung melalui perilaku para akuntan. Karena akuntansi
dianggap sebagai proses keperilakuan, maka pendekatan keperilakuan pada pembentukan
teori akuntansi menerapkan ilmu keperilakuan pada akuntansi.

5. Dalam penerapan sistem informasi akuntansi tentu tidak selalu berjalan mulus dan seringkali
menemui hambatan serta halangan. Diantara sekian banyak kendala terdapat beberapa hal
yang umum terjadi yakni seperti berikut:

a) Membutuhkan Waktu Lebih Lama untuk Adaptasi Salah satu kendala paling umum
terjadi dalam penerapan sistem informasi akuntansi yakni membutuhkan waktu
adaptasi relatif lama. Pasalnya, kebanyakan sumber daya manusia belum siap dan
memerlukan pelatihan khusus.

b) Tidak Tersedianya Accounting Software dan Piranti Komputer Demi memperlancar


sistem informasi akuntansi dan menjaga keamanan membutuhkan accounting software
serta piranti komputer. Namun, kebanyakan perusahaan belum memiliki tools tersebut
sehingga menghambat penerapan SIA.

c) Hasil Informasi Kurang Lengkap Umumnya kendala yang seringkali terjadi dalam
penerapan sistem informasi akuntansi yakni hasil laporan kurang lengkap. Sehingga
untuk melakukan verifikasi membutuhkan waktu lebih lama dari target.

6. Paradigma Akuntansi

a) Inductive paradigm- the anthropological.


Dalam paradigma ini disebutkan bahwa akuntansi memfokuskan pada hubungan
accountability diantara berbagai pihak yang berkepentingan. Akuntansi dianggap
sebagai media atau alat untuk memberikan pertanggungjawaban (accountability)
kepada pihak lain.

b) Deductive paradigm-the true income.


Menurut paradigma ini akuntansi dianggap sebagai alat ukur yang tepat untuk menilai
laba. Idealnya laba harus diukur dengan menggunakan dasar atau standar yang tunggal,
karena dengan pendekatan ini akan memenuhi kepentingan semua pihak.
c) Decision model paradigm- the decision usefulness.
Menurut paradigma ini akuntansi adalah media atau alat dalam proses pengambilan
keputusan sehingga teori akuntansi harus menggunakan konsep yang mendukung
proses pengambilan keputusan yang tepat. Yang menjadi perhatian adalah bagaimana
agar informasi akuntansi berguna dalam membuat model pengambilan
keputusan.Aggregate market behavior paradigm.

d) Dalam paradigma ini disebutkan bahwa yang menjadi sorotan akuntansi adalah tentang
reaksi pasar terhadap data dan angka-angka akuntansi. Akuntansi mempengaruhi
kelompok perilaku (aggregate behavior), sehingga yang menjadi sorotan atau pegangan
dalam penilaian isi informasi serta prosedur yang dipakai dalam menghasilkan angka dan
data adalah kaitan antara informasi dengan reaksi pasar. Informasi akuntansi
mempengaruhi harga pasar saham di bursa. Dengan perkataan lain harga saham dibursa
sebagian digambarkan oleh semua informasi yang tersedia bagi publik.

e) Aggregate market behavior paradigm.


Dalam paradigma ini disebutkan bahwa yang menjadi sorotan akuntansi adalah tentang
reaksi pasar terhadap data dan angka-angka akuntansi. Akuntansi mempengaruhi
kelompok perilaku (aggregate behavior), sehingga yang menjadi sorotan atau pegangan
dalam penilaian isi informasi serta prosedur yang dipakai dalam menghasilkan angka dan
data adalah kaitan antara informasi dengan reaksi pasar. Informasi akuntansi
mempengaruhi harga pasar saham di bursa. Dengan perkataan lain harga saham dibursa
sebagian digambarkan oleh semua informasi yang tersedia bagi publik.

f) Individual user paradigm.


Dalam paradigma ini disebutkan bahwa akuntansi dianggap mempunyai pengaruh pada
perilaku individu (individual behavior) bukan reaksi pasar (aggregate behavior). Disini
dianggap bahwa ada hubungan antara informasi akuntansi dengan pemakai informasi
individual pada pengambilan keputusan. Yang menjadi perhatian dalam paradigma ini
adalah bagaimana respon individu pemakai laporan terhadap variabel akuntansi.

g) Economics paradigm-the information.


Dalam paradigma ini disebutkan bahwa design dalam menentukan nilai suatu
perubahan dalam sistem informasi untuk pengambilan keputusan individu harus melihat
nilai ekonomis atau cost benefitnya. Artinya dalam memilih suatu informasi harus
menggunakan kriteria cost benefit dalam struktur decision theory dan economic theory.
7. Laporan Keuangan dan Pendekatan Peristiwa

Dalam pendekatan nilai, neraca dianggap sebagai suatu indikator dari


posisikeuangan perusahaan pada satu titik tertentu di satu waktu. Dalam
pendekatanperistiwa, neraca dianggap sebagai suatu komunikasi tidak langsung dari
seluruhperistiwa-peristiwa akuntansi yang relevan bagi perusahaan sejak ia dibentuk
kinerja keuangan dari sebuah perusahaan pada satu periode tertentu.
Dalampendekatan peristiwa, laporan laba rugi dianggap sebagai komunikasi langsungengenai
peristiwa-peristiwa operasional yang terjadi selama periode tertentu.Dalam
pendekatan nilai, laporan arus kas dianggap sebagai suatu penyajianmengenai
perubahan kas. Dalam pendekatan peristiwa, laporan arus kas dianggapsebagai suatu
penyajian peristiwa-peristiwa keuangan dan investasi.

a) Teori Peristiwa Normatif dari Akuntansi


Tujuan dari teori peristiwa normatif dari akuntansi adalah untuk
maksimalkankeakuratan peramalan laporan-laporan akuntansi dengan berfokus pada
atribut-atribut yang paling relevan dari peristiwa-peristiwa yang sangat penting
bagipengguna.

b) Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Peristiwa


Satu cara untuk memenuhi tujuan dari teori peristiwa normatif dari
akuntansiadalah dengan mengintegrasikan pendekatan peristiwa dengan pendekatan
basisdata pada manajemen informasi yang mengansumsikan bahwa suatu
perusahaanmembuat sebuah database yang dikelola secara terpusat dan
dibagi diantararentang pengguna yang luas dengan kebutuhan yang sangat beragam.

Anda mungkin juga menyukai