NIM : 01121037
1. PENDEKATAN PAJAK
A. Pendekatan yang disukai oleh banyak pendatang baru dalam bidang akuntansi ini
menanyakan apa yang akan dikatakan oleh Internal Revenue Service (IRS) mengenai suatu
masalah. Misalnya, kita dapat bertanya apakah IRS akan mengizinkan ABC mengakui
pendapatan pada titik ini ; atau, apakah IRS akan melarang hal itu ?
Dilema yang pertama dan yang paling jelas dalam pendekatan ini adalah bahwa
pendekatan ini mempersoalkan bagaimana IRS sampai pada kesimpulannya. Bila kita
mengkaji asal mula teoritis akuntansi pajak, kita akan segera menemukan bahwa tujuan-
tujuan akuntansi pajak sangat berbeda dengan tujuan-tujuan pelaporan keuangan. IRS tidak
begitu tertarik pada pengukuran penghasilan suatu perusahaan dibandingkan dengan
penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Akibatnya, kesimpulan akuntansi pajak tidak
relevan untuk keperluan kita.
Ini bukan berarti bahwa berbagai undang-undang pajak penghasilan itu tidak
mempunyai dampak yang besar pada praktik akuntansi di banyak bidang. Undang-undang itu
penting dalam mengangkat praktik akuntansi yang rata-rata menjadi praktik yang standar
yang dipakai perusahaan-perusahaan yang lebih baik pada saat itu. Hal ini menciptakan
suatu perbaikan dalam praktik akuntansi umum dan dalam mempertahankan konsistensi.
Selain itu, ketentuan mengenai penyusutan yang dicakup dalam Exercise Act 1909 dan dalam
undang-undang selanjutnya telah menyebabkan digunakannya metode penyusutan yang
sistematis, pencarian konsep-konsep penyusutan yang lebih baik, dan penggunaan metode
yang lebih tepat untuk menghitung biaya penyusutan.
a) Setiap metode penyusutan yang dapat diterima untuk keperluan pajak juga dapat
diterima untuk keperluan akuntansi, tanpa memperhatikan apakah metode itu
mengikuti atau tidak mengikuti teori akuntansi yang baik dalam situasi yang
bersangkutan.
b) LIFO harus digunakan untuk keperluan pelaporan keuangan jika metode itu digunakan
dalam laporan pajak.
c) Pos-pos yang seharusnya dikapitalisasi dalam laporan keuangan jadi dibebankan pada
beban sesuai dengan perlakuan dalam laporan pajak karena perusahaan mencoba
mendapatkan pengurangan pajak sedini mungkin.
d) Karena undang-undang pajak tidak mengizinkan, biasanya tidak dibuat penyisihan
dalam laporan keuangan untuk “mengakui” beban-beban perbaikan dan pemeliharaan
kecuali yang dilakukan secara tidak langsung dan secara tidak beraturan melalui
penyusutan yang dipercepat.
B. Pendekatan Legal.
Pendekatan kedua terhadap akuntansi yang banyak dipakai para pendatang baru untuk
menganalisis situasi-situasi seperti kasus ABC adalah dengan menyarankan untuk
memperoleh pendapat hukum (legal). Tentu saja, seperti dikatakan sebagian orang, suatu
penjualan harus diakui bila hak milik legal berpindah. Sayangnya, cara ini tidak
menyelesaikan masalah tersebut segampang yang diharapkan orang karena biasanya hak
berpindah bila persidangan yang mengadili suatu kasus memutuskan bahwa hak memang
sudah berpindah. Contohnya adalah perkara ketika Pennzoil mengklaim bahwa Texaco
merampas Getty Oil dari mereka setelah penjualan legal antara Getty dan Pennzoil selesai.
Texaco menanggapi bahwa suatu jabatan tangan saja tidak merupakan penjualan yang sah
atau, dengan kata lain, bukan merupakan perpindahan hak milik legal. Sebagian besar
pengamat kasus ini tampaknya sependapat dengan Texaco. Akan tetapi, pengadilan Texas
meneruskan persidangan untuk mencari keputusan bagi Pennzoil. Akhirnya, Texaco
menyelesaikan perkara ini di luar pengadilan dengan membayar $3 milyar. Benarkah telah
terjadi penjualan? Argumen-argumen dari kedua pendapat masih saling bertarung dalam
kasus ini.
C. Pendekatan Etika
Pendekatan yang ketiga menanyakan apakah ada solusi yang etis bagi dilema ABC? Apakah
ada sesuatu yang harus dilakukan manajemen? Apakah ini sesuatu yang lebih daripada
sekedar mengikuti seperangkat prosedur akuntansi yang berlaku umum? Dengan
menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini dalam suatu bagian yang terpisah, tidak berarti
bahwa pendekatan-pendekatan lainnya tidak mempunyai kandungan etika, dan juga tidak
menyiaratkan bahwa teori-teori etika mengabaikan semua konsep lainnya. Pertanyaan etis
yang fundamental ada di jantung semua bangunan teori modern.Pendekatan etika terhadap
teori akuntansi menekankan konsep-konsep keadilan, kebenaran, dan kewajaran (justice,
truth, fairness). Yang menarik, setiap konsep ini menemukan jalannya sendiri untuk sampai
pada Kerangka Dasar Konseptual yang diciptakan oleh FASB. Pertimbangan seperti tidak
adanya kesengajaan untuk memihak (bias) dan kejujuran penyajian (representational
faithfulness) dianggap sebagai karakterisktik yang perlu dalam sistem akuntansi yang andal.
Netralitas, yang berarti bahwa informasi tidak boleh dipoles agar mempengaruhi perilaku ke
arah tertentu, adalah sifat yang sangat penting dalam penetapan standar. Pertimbangan
etika, dengan kata lain, mempunyai pengaruh yang meresap di seluruh aspek akuntansi.
Dalam kasus ini, kita dapat memulai dengan bertanya apakah manajemen bersikap jujur
kepada pemegang saham dengan mencatat transaksi-transaksi tersebut pada titik ini. Atau,
kita dapat menanyakan yang sebaliknya: Apakah manajemen jujur jika tidak mengakui
pendapatan pada titik ini? Kita juga dapat bertanya apakah manajemen ABC mengatakan
yang sebenarnya, walaupun kebenaran dalam akuntansi sukar didefinisikan dan diterapkan.
D. Pendekatan Ekonomi
Dengan harapan dapat menyelesaikan masalah-masalah seperti yang ditimbulkan oleh ABC,
para akuntan sudah lama mencoba untuk menafsirkan konsep-konsep akuntansi dilihat dari
konsep-konsep ekonomi. Dalam tahun-tahun terakhir ini, benar-benar telah terjadi ledakan
riset yang mengkaji kaitan antara penafsiran ekonomi dan data akuntansi. Bagian-bagian
berikut membeberkan tiga jalur yang berlainan dalam mengambil pendekatan ekonomi
terhadap akuntansi: makroekonomi, mikroekonomi, dan sosial korporasi.
Sebuah contoh yang terkenal dalam upaya memasukkan tujuan-tujuan akuntansi sosial
dan makroekonomi ke dalam satu teori pelaporan korporasi disajikan dalam Corporate
Report, sebuah kertas kerja yang diterbitkan oleh Institute of Chartered Accountants di
Inggris dan Wales. Salah satu usulan laporan itu adalah diterbitkannya laporan nilai
tambah (value-added statement) yang mengalokasikan pendapatan, setelah dikurangi
biaya bahan, kepada para pegawai, kreditor, dan pemegang saham. Kelompok-
kelompok ini seringkali secara keseluruhan disebut sebagai stakeholder (pemegang
penyertaan) dalam perusahaan. Pendukung analisis stakeholder berpendapat, dengan
justifikasi tertentu, bahwa akuntansi ortodoks dengan penekanannya pada pemegang
saham, sebenarnya merupakan subhimpunan dari akuntansi sosial yang penekanannya
adalah pada kelompok stakeholder yang lebih luas.
2. Pendekatan peristiwa mengusulkan bahwa tujuan dari akuntansi adalah ”untuk memberikan
informasi mengenai peristiwa-peristiwa ekonomi yang relevan yang dapat berguna dalam
berbagai jenis model keputusan. Peristiwa mengacu pada semua tindakan yang dapat
digambarkan oleh satu atau lebih dimensi-dimensi atau atribut dasar. Menurut Johnson,
peristiwa berarti pengamatan yang mungkin dari karakteristik-karakteristik tertentu dari
sebuah tindakan dimana seorang reporter dapat mengatakan saya meramalkannya dan
melihatnya terjadi dengan ata kepala saya sendiri.
Jadi, karakteristik dari suatu peristiwa dapat diamati secara langsung dan memiliki arti
ekonomi yang signifikan bagi pengguna. Karakteristik dari peristiwa yang tidak menggunakan
nilai moneter mungkin harus di ungkapkan. Pendekatan peristiwa juga mengasumsikan bahwa
tingkat pengumpulan dan evaluasi dari data akuntansi akan ditentukan oleh pengguna,
mengingat fungsi kerugian dari para pengguna
3. Pendekatan Prediktif
Pendekatan prediktif muncul dari adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit
dalam mengevaluasi metode-metode alternatif dari alternatif-alternatif pengukuran
akuntansi. Pendekatan prediktif terhadap formulasi suatu teori akuntansi menggunakan
kriteria kemampuan prediktif di mana pemilihan di antara pilihan-pilihan akuntansi yang
berbeda akan bergantung pada kemampuan dari metode-metode tertentu untuk
memprediksi peristiwa yang menjadi perhatian dari penggunaan.
Kriteria dari kemampuan pediktif mengikuti penekanan yang diberikan pada relevansi sebagai
kriteria utama dari pelaporan keuangan. Pelevansi memiliki konotasi sebagai suatu perhatian
akan informasi tentang peristiwa-peristiwa di masa datang.
Keunggulan yang nyata dari pendekata prediktif adalah bahwa ia memungkinkan kita untuk
mengevaluasi pengukuran-pengukuran akuntansi alternatif secara empiris dan membuat
suatu pilihan yang nyata dengan berdasarkan atas suatu kriteria diskriminator.
Kemampuan prediktif adalah juga suatu kriteria purposif yang dapat dengan mudahnya
dihubungkan dengan salah satu tujuan dari pengumpulan data akuntansi, fasilitasi
pengambilan keputusan. Literatur akuntansi selalu beranggapan bahwa data akuntansi harus
memfasilitasi pengambilan keputusan. Setelah “fasilitas pengambilan keputuasn”
diperkenalkan, maka muncullah dua masalah. Pertama, sulit untuk mengidentifikasi dan
mendefinisikan semua model-model keputusan yang diterapkan oleh para pengguna informasi
akuntansi. Kedua, bahkan jika model keputusan telah terdefinikasikan dengan baik, suatu
kriteria untuk pemilihan informasi yang relevan dapat saja hilang.
Terdapat dua aliran yang dapat diidentifikasikan. Satu, aliran berkaitan dengan kemampuan
dari data akuntansi untuk menjelaskan dan meramalkan peristiwa-peristiwa ekonomi, aliran
yang lainnya berkaitan dengan kemampuan dari data akuntansi untuk menjelaskan dan
memprediksikan reaksi pasar terhadap pengungkapan.
4. Pendekatan perilaku
Hakikat dari pendekatan perilaku Sebagian besar pendekatan tradisional dalam penyusunan
teori akuntansi telah gagal untuk mempertimbangkan perilaku pengguna secara khusus dan
asumsi asumsi keperilakuan secara umum. Pendekatan keperilakuan pada pembuatan teori
akuntansi menekankan pada relevansi pembuatan keputusan mengenai informasi yang
dikomunikasikan (berorientasi pada keputusan yang dikomunikasikan), dan perilaku individual
dan kelompok yang disebabkan oleh komunikasi informasi (berorientasi pada pembuat
keputusan). Akuntasi diasumsikan berorientasi pada tindakan yang tujuannya adalah untuk
mempengaruhi tindakan (perilaku) secara langsung melalui kandungan informasi pesan pesan
yang disampaikan dan secara tidak langsung melalui perilaku para akuntan. Karena akuntansi
dianggap sebagai proses keperilakuan, maka pendekatan keperilakuan pada pembentukan
teori akuntansi menerapkan ilmu keperilakuan pada akuntansi.
5. Dalam penerapan sistem informasi akuntansi tentu tidak selalu berjalan mulus dan seringkali
menemui hambatan serta halangan. Diantara sekian banyak kendala terdapat beberapa hal
yang umum terjadi yakni seperti berikut:
a) Membutuhkan Waktu Lebih Lama untuk Adaptasi Salah satu kendala paling umum
terjadi dalam penerapan sistem informasi akuntansi yakni membutuhkan waktu
adaptasi relatif lama. Pasalnya, kebanyakan sumber daya manusia belum siap dan
memerlukan pelatihan khusus.
c) Hasil Informasi Kurang Lengkap Umumnya kendala yang seringkali terjadi dalam
penerapan sistem informasi akuntansi yakni hasil laporan kurang lengkap. Sehingga
untuk melakukan verifikasi membutuhkan waktu lebih lama dari target.
6. Paradigma Akuntansi
d) Dalam paradigma ini disebutkan bahwa yang menjadi sorotan akuntansi adalah tentang
reaksi pasar terhadap data dan angka-angka akuntansi. Akuntansi mempengaruhi
kelompok perilaku (aggregate behavior), sehingga yang menjadi sorotan atau pegangan
dalam penilaian isi informasi serta prosedur yang dipakai dalam menghasilkan angka dan
data adalah kaitan antara informasi dengan reaksi pasar. Informasi akuntansi
mempengaruhi harga pasar saham di bursa. Dengan perkataan lain harga saham dibursa
sebagian digambarkan oleh semua informasi yang tersedia bagi publik.