Anda di halaman 1dari 21

Pencarian Prinsip Akuntansi

Tugas Teori Akuntansi

Dosen: Dr. Debbie Christine, S.E., M.Si., Ak., CA.

Disusun oleh:

Kelompok 1

40121200007 Nabilla Nur Shabina Arif

40121200018 Yasrof Ramalah

Kelas: Reguler B2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Widyatama

2023

Pencarian Dimulai
Kata prinsip diturunkan dari kata Latin principe, yang berarti pertama dalam pengertian tingkat dasar.
Karena buku teks pertama yang dihadapi mahasiswa akuntansi merupakan buku tingkat dasar, istilah Dasar-
dasar Akuntansi sepenuhnya tepat. Apa yang kita pelajari dalam pelajaran akuntansi pertama kali adalah prinsip-
prinsipnya dalam pengertian materi yang pertama dalam hal waktu dan yang pertama dalam hal kesulitan.
Prinsip-prinsip akuntansi mungkin menjadi pelajaran pertama, tetapi ini bukanlah pelajaran mengenai kebenaran
mendasar dari akuntansi. Untuk mempelajari hal ini, sebagai lawan dari pengenalan ke unsur-unsur prakteknya,
seseorang harus beralih ke pelajaran teori akuntansi.
Fondasi Awal
Dunia bisnis mulai berkembang setelah revolusi industri dan mulai berkembang pada tahun 1930-an
terutama dibidang akuntansi, menuntut akan kebutuhan prinsip akuntansi sebagai pedoman dalam praktek
akuntansi. Prinsip akuntansi. pertama diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA) dipimpin
professor Michigan William Paton, yang terpilih sebagai direktur pertama AAA tahun 1936. Penerbitan pertama
prinsip akuntansi bulan Juni 1936 berupa monograf singkat tentang prinsip-prinsip akuntansi. Edisi tahun 1936
berjudul A Tentative Statement of Accounting Principles Underlying Corporate Financial Statements
(Pernyataan Sementara Prinsip-prinsip Akuntansi yang mendasari Laporan Keuangan Perusahaan).
Pernyataan Sementara pada Prinsip-prinsip Akuntansi dari AAA, yang dijelaskan dalam bagian
sebelumnya, tidak tampak dalam keadaan vakum Paton sendiri telah menulis suatu tesis doktoral yang
dipublikasikan dengan judul Accounting Theory tahun 1922 Buku ini radikal bahkan dari ukuran standar
sekarang. Di dalamnya ia mendukung pandangan liberal yaitu, secara ideal, semua perubahan nilai yang dapat
dipercaya dalam arah apapun, dari sebab apapun, seharusnya disajikan dalam akun. "Di atas segalanya adalah
penting." ia mengatakan "bahwa laporan akuntansi menyajikan suatu gambaran data kini dalam bentuk dolar
aktual seakurat tanggal laporan." Ia juga menekankan bahwa "dalam analisis yang layak bunga yang dibayarkan
ke pemegang obligasi tidak dapat dikategorikan sebagai beban operasi sementara pengembalian ke pemegang
seban diperlakukan sebagai pembagian dari pendapatan bersih," yaitu, yang kita sebut sekarang laba bersih.
Prinsip secara khusus ditujukan menghilangkan kebingungan yang timbul atas penilaian kembali aktiva
yang naik turun sesuai dengan perubahan dalam tingkat harga dan kondisi usaha yang diperkirakan dengan
menekankan dasar biaya untuk akuntansi. Beberapa melihat tindakan ini sebagai usaha untuk menyeragamkan
sistem akuntansi, ini sesungguhnya hanya mencerminkan ketidakpercayaan akademisi akan pertimbangan
subyektif manajer keuangan.
Masalah utama akuntansi adalah mengasosiasikan, dimasa sekarang, pendapatan yang diidentifikasikan
dengan biaya sekarang dan yang berhubungan, dan mengasosiasikan, di masa datang, pendapatan yang
diidentifikasikan dengan biaya masa datang dan yang berhubungan. Dalam memecahkan masalah ini, mereka
yang menggunakan akuntansi sebenarnya, menandingkan upaya dan pencapaian perusahaan. Beberapa upaya
adalah efektif di masa sekarang : ini diukur oleh biaya (upaya) sekarang yang dapat dikurangkan dari
pendapatan (pencapaian) ; ini adalah biaya dari pendapatan sekarang. Upaya lain diharapakan efektif di masa
datang ; ini diukur oleh biaya yang ditangguhkan sebagai biaya dari pendapatan masa datang (aktiva).
Menurut Paton, hanya jika "akuntan melihat secara jelas landasan tempat ia berdiri barulah dia dapat
menghindari "aplikasi yang tidak tepat dan kesimpulan umum ya salah," Untuk mencapai ke arah itu ia
menyusun enam postulat dengan kekurang kekurangannya:

2
1. Keberadaan dari satuan usaha yang terpisah: Diasumsikan secara univer meskipun dalam kenyataannya
hanya merupakan kata kiasan.
2. Kelangsungan hidup satuan usaha ini: Asumsi perusahaan bersinambung umumnya merupakan salah
satu keleluasaan.
3. Persamaan neraca: Persamaan terjadi hanya karena kita "mengisi" perbedaan apapun yang mungkin ada
dengan menyesuaikan perkiraan modal pemilik.
4. Postulat moneter: Ini merupakan asumsi yang tidak berdasar bahwa "suatu laporan aktiva dan utang
dalam dollar dan sen adalah suatu gambaran menyeluruh dari kondisi keuangan badan usaha itu pada
tanggal laporan."
5. Postulat biaya Ini adalah asumsi yang juga tidak berdasar bahwa "biaya memberikan nilai yang
sebenarnya untuk tujuan laporan awal"
6. Postulat pengakuan laba: Ini mengasumsikan bahwa "pendapatan bersih atau laba tiba-tiba muncul,
sepenuhnya, pada beberapa kejadian khusus, umumnya dari penjualan," yang jelas tidak benar.
Tidak pernah terjadi sebelumnya, dan jarang terjadi bahwa, seorang pengarang sangat jelas dan begitu
indah menangkap keterbatasan akuntansi biaya historis. Seperti halnya Pacioli, komentar mengusik dari Paton
terbaca sekarang sesegar ketika hal itu ditulis.
Karakteristik prinsip akuntansi
Prinsip akuntansi dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaporan keuangan.
Karakteristik-karakteristik melekat pada seperangkat prinsip akuntansi sebagai berikut :

1. Prinsip akuntansi menunjukkan pedoman-pedoman umum yang lengkap tentang fungsi akuntansi
sebagai alat untuk mengungkapkan informasi keuangan suatu perusahaan.
2. Prinsip akuntansi tidak harus dikembangkan mengikuti praktik akuntansi yang sedang berjalan karena
praktik akuntansi yang sedang berjalan sering dilandasi oleh prinsip dan konsep-konsep yang dalam
beberapa hal saling bertentangan dan secara teoritis tidak konsisten
3. Prinsip akuntansi hendaknya tidak bertentangan atau mendorong pelanggaran terhadap ketentuan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku tetapi penyusunan prinsip akuntansi tidak harus
menganut konsep, pengertian, pendekatan, kebijaksanaan dan praktik hukum/yuridis.
4. Prinsip akuntansi harus merupakan alat yang praktis di bidang usaha dan keuangan, dapat diandalkan
dan relevan untuk memenuhi kebutuhan manajemen, investor, pemerintah, dan masyarakat umum
5. Prinsip akuntansi logis dan dikembangkan atas dasar penalaran yang jelas sehingga dapat diterima oleh
yang berkepentingan dengan akuntansi.
Karakteristik prinsip akuntansi tidak berdiri sendiri tetapi saling melengkapi dan tidak terlepaskan,
dengan demikian prinsip akuntansi (accounting standards) tidak sama dengan akuntansi yang
distandarkan/diseragamkan (standardized accounting). Pada akuntansi yang distandarkan biasanya berisi
ketentuan prosedur tertentu, tidak ada keleluasaan untuk memilih perlakuan yang menyimpang dari yang telah
ditentukan. Standar akuntansi memuat ketentuan umum yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
prosedur-prosedur yang luas penerapannnya untuk berbagai keadaan (jenis perusahaan). Ketentuan prosedur
dimaksudkan menjadi dasar penilaian apakah suatu penyimpangan dapat dibenarkan (justified) apabila keadaan
memang menuntut demikian. Prinsip akuntansi tidak mengatur metoda atau prosedur tertentu akan tetapi

3
memberikan arah atau petunjuk tentang penggunaan beberapa metode atau prosedur yang mungkin paling tepat
digunakan dalam kondisi tertentu.
Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi adalah peraturan dan pedoman yang harus dipatuhi oleh perusahaan dan badan lain ketika
melaporkan data keuangan. Aturan-aturan ini memudahkan pemeriksaan data keuangan dengan melakukan
standarisasi syarat dan metode yang harus digunakan oleh akuntan.
Tujuan Prinsip Akuntansi
Untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan lengkap, konsisten, dan dapat dibandingkan .
Hal ini memudahkan investor untuk menganalisis dan mengekstrak informasi berguna dari laporan keuangan
perusahaan, termasuk data tren selama suatu periode waktu. Ini juga memfasilitasi perbandingan informasi
keuangan di berbagai perusahaan. Prinsip akuntansi juga membantu mengurangi penipuan akuntansi dengan
meningkatkan transparansi dan memungkinkan identifikasi tanda bahaya.
1. Prinsip Biaya (Cost Principle)
Prinsip biaya (cost principle), bahwa biaya perolehan/akuisisi (acquisition cost) atau biaya historis
adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan
ekuitas. Transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada
nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi. Contohnya adalah ketika membeli modem/router internet. Biaya yang
dicatat tidak hanya dari harga modem tersebut, tetapi juga jasa pemasangan WiFi, biaya teknis, sampai biaya
transportasi juga perlu dihitung.
2. Prinsip Pendapatan (Revenue Principle)
Berdasarkan akuntansi basis akrual, pendapatan dilaporkan ketika diperoleh, terlepas dari kapan
pembayaran untuk produk atau layanan benar-benar diterima. Prinsip pengakuan pendapatan secara akurat
melaporkan pendapatan ketika penjualan dilakukan, bahkan jika pelanggan Anda melakukan pembayaran di
lain waktu. Catatan: Untuk dapat dicatat sebagai pendapatan, semua komponen layanan atau penjualan harus
telah dilakukan atau diselesaikan dalam jangka waktu yang sesuai. Prinsip pendapatan (revenue principle)
menspesifikasi menyangkut komponen- komponen pendapatan sebagai berikut :
 Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa
 Arus keluar barang atau jasa dari perusahaan ke pelanggannya, dan
 Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha
3. Prinsip Penandingan (Matching Principle)
Prinsip penandingan bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan
terkait. Prinsip penandingan mencerminkan hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Penandingan
antara pendapatan dengan beban tergantung pada salah satu dari empat kriteria berikut :
 Penandingan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya dengan suatu pendapatan
(misalnya, harga poko penjualan dikaitkan dengan penjualan terkait).
 Penandingan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada periode tersebut (misalnya,
gaji pimpinan perusahaan untuk peridode berjalan).
 Alokasi biaya sepanjang periode yang memperoleh manfaat dari biaya (misalnya, depresiasi).
 Membebankan semua alokais biaya lainnya dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukkan bahwa
biaya-biaya memiliki manfaat masa depan (misalnya, beban iklan).

4
4. Prinsip Objektifitas (Objectivity Principle)
Prinsip objektivitas adalah prinsip yang berkaitan dengan kebenaran dari suatu laporan, sehingga
laporan tersebut dapat dipercaya oleh pengguna informasi akuntansi. Untuk memberikan keyakinan ini, prinsip
objektivitas digunakan sebagai landasan dasar pembenaran atas pilihan suatu ukuran atau prosedur. Objektivitas
dianggap sebagai suatu prinsip untuk mengukur kebenaran laporan dan disertai dengan bukti yang ada.
Kegunaan dari informasi keuangan sangat bergantung pada keandalan dari prosedur pengukuran yang
digunakan. Karena keandalan maksimum sering kali sulit dilakukan, maka akuntan menggunakan prinsip
objektivitas untuk membenarkan prosedur pengukuran. Tetapi prinsip objektivitas memiliki interpretasi yang
berbeda :
 Pengukuran objektif adalah ukuran yang sifatnya ’tidak memihak’, dalam arti pengukuran bebas dari
bias pribadi si pengukur. Objektivitas mengacu pada realitas eksternal yang independen dari sudut
padangan setiap orang.
 Pengukuran objektif adalah pengukuran variabel, dalam hal bahwa pengukuran harus didasarkan pada
bukti.
 Pengukuran objektif adalah hasil dari kesepakatan diantara sekelompok pengamat. Pandangan
mengimplikasikan bahwa objektivitas tergantung pada pengukur sekelompok tertentu.
 Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagai indikator dari tingkat
objektivitas sistem pengukuran tertentu.
5. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip konsistensi adalah suatu kejadian ekonomi pada entitas dicatat dan dilaporkan dengan cara yang
sama dari periode ke periode. Misalnya, jika seorang akuntan menggunakan sistem dasar akrual dalam
pembuatan laporan keuangan, sistem tersebut harus digunakan pada proses pencatatan selanjutnya. Hal ini
dilakukan untuk membuat para pengguna informasi akuntansi tidak kebingungan.
Prinsip konsistensi tidak bersifat kaku ketika perusahaan akan mengubah prosedur akuntansinya
disebabkan adanya situasi yang berubah atau adanya prosedur alternatif lebih baik, sesuai APB Opinion No. 20,
bahwa perubahan dibenarkan dalam prosedur :
 Perubahan dalam prinsip-prisip akuntansi
 Perubahan dalam estimasi akuntansi
 Perubahn dalam entitas pelaporan
Apabila dilakukan perubahan, perusahaan menggunakan perubahan yang baru secara konsisten dari periode
ke periode, sehingga setiap periode tidak menggunakan prinsip yang berbeda
6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full disclosure Principle)
Kesepakatan umum dalam akuntansi adalah adanya pengungkapan yang ”penuh”, ”adil”, dan
”memadai” atas data akuntansi atau full disclosure, dengan tujuan untuk menggambarkan secara akurat
kejadian-kejadian ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan selama periode berjalan sehingga informasi
yang dilaporkan berguna dan tidak menyesatkan bagi investor.
Full disclosure mengimplikasikan bahwa tidak ada informasi atas substansi atau kepentingan untuk
investor yang akan dihilangkan atau disembunyikan menyangkut rincian dari kebijakan dan metode akuntansi,
terutama ketika penilaian dibutuhkan dalam penerapan metode akuntansi. Ketika metode bersifat khusus bagi
entitas pelaporan atau ketika metode akuntansi alternatif dapat digunakan, maka Informasi tambahan untuk

5
membantu dalam analisis investasi atau untuk mengindikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim
atas entitas pelaporan sangat diperlukan. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau
metode penerapannya dan dampak dari perubahan, Aktiva, kewajiban, biaya, dan pendapatan yang dihasilkan
dari transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau pejabat
yang memiliki hubungan istimewa dengan entitas pelaporan, Aktiva, kewajiban, dan komitmen kontinjen dan
Transaksi keuangan atau non operasi lainnya yang terjadi setelah tanggal neraca yang memiliki dampak material
terhadap posisi keuangan entitas sebagaimana dilaporkan dalam laporan akhir tahun harus seluruhnya
diungkapkan
7. Prinsip Konservatisme (Concervatism Principle)
Konservatisme (conservatism) adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara
asimetris memasukkan kerugian ekonomi relatif terhadap keuntungan ekonomi, yakni memperkirakan kerugian
terlebih dahulu dibandingkan perkiraan laba. Ketepatan waktu menentukan pengukuran masukkan laba ekonomi
dalam laba akuntansi kontemporer dan konservatisme mengukur ketepatan waktu dalam memasukkan
penurunan nilai, atau laba ekonomi negatif.
Prinsip konservatisme adalah prinsip yang digunakan ketika berada di situasi yang bersifat tidak
menentu dan tidak memiliki kepastian. Contohnya ketika dihadapkan pada situasi untuk memilih metode
akuntansi yang sama-sama diterima atau berlaku secara umum.
Prinsip pengecualian ini bekerja dengan cara mengutamakan pilihan yang akan memberikan pengaruh
keuntungan yang paling kecil pada ekuitas. Prinsip ini merupakan sikap kehati-hatian terhadap ketidakpastian.
8. Prinsip Materialitas (Materiality Principle)
Prinsip materialitas menetapkan bahwa transaksi dan kejadian yang berdampak ekonomi signifikan
dapat ditangani, tanpa memperdulikan apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
Pada prinsip ini, informasi akuntansi memiliki nilai yang berharga dan bisa dijual. Prinsip ini juga dapat
menentukan apakah sebuah laporan keuangan perlu dicatat kembali atau hanya dikoreksi.
9. Prinsip Komparibilitas (Comparbility Principle)
Tujuan kompartibilitas laporan keuangan memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan
keuangan dari perusahaan yang berbeda dan perbandingan laporan keuangan periode yang lalu dengan periode
berjalan memungkinkan untuk mengetahui meningkatnya kinerja atau terjadi penurunan.
10. Uniformity Priciple
Prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk transaksi- transaksi selama
waktu tertentu dan prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan-
perusahaan yang berbeda.
11. Ketepatan Waktu dari Laba (Timeless Of Accounting Earning)
Ketepatan waktu dari laba akutansi yakni sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukkan
laba ekonomi periode sekarang. Sementara laba ekonomi (economic income) dan laba akuntansi (accounting
income) yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka
pendek. Laba ekonomi mengakui perubahan perkiraan nilai sekarang atas arus kas masa depan, sedangkan laba
akuntansi menggunakan prinsip ’pengakuan’ untuk memasukkan perubahan yang sama sejalan dengan waktu.
titik dekat dengan saat realisasi arus kas terjadi adalah tenggang waktu antara laba akuntansi dengan laba
ekonomi yang dapat terjadi selama beberapa periode.

6
Sifat Prinsip-Prinsip
George May menanggapi dengan cepat pendapat Byrne bahwa prinsip-prinsip harus merupakan
kebenaran mendasar, dengan menyanggah bahwa definisi yang lebih sesuai adalah definisi dari kamus Oxford,
yang terbaca: "Suatu hukum atau aturan umum yang diambil atau diakui sebagai suatu pedoman untuk
bertindak: suatu landasan pijakan atau dasar dari perilaku atau praktik." Ia menyatakan bahwa inilah arti yang
dimaksudkan oleh komite AIA ketika menggunakan istilah itu. Orang harus mempercayai interpretasi May baik
karena pada dasarnya ialah yang menulis laporan itu maupun karena konotasi inilah yang paling dekat
berhubungan dengan contoh-contoh prinsip yang dilampirkan pada surat May tanggal 22 September 1932
Diterjemahkan secara bebas, ini terbaca:

1. Laba tidak akan diakui sebelum penjualan terjadi.


2. Semua beban seharusnya dibebankan terhadap laporan rugi laba dan tidak terhadap laba ditahan.
3. Laba ditahan dari suatu perolehan baru, yang dihasilkan sebelum perolehan, tidak bisa ditambahkan ke
laba ditahan pemeroleh, jadi yang harus digunakan adalah metode pembelian, dan bukan metode
penyatuan.
4. Dividen pada saham perbendaharaan bukanlah laba bagi perusahaan meskipun saham perbendaharaan
bisa diperlakukan sebagai aktiva.
5. Pinjaman kepada pihak yang mempunyai hubungan khusus seharusnya dipisahkan dari pinjaman lain.
Apa yang dinamakan prinsip-prinsip ini bukanlah kebenaran mendasar yang luas dari Byme. Ini lebih
dekat dengan sifat aturan-aturan May. Kenyataannya, prinsip-prinsip ini merupakan prasyarat untuk keberadaan
seluruh kumpulan asas yang membentuk batang tubuh akuntansi. Prinsip ini mengasumsikan debit dan kredit,
neraca dan laporan rugi laba , dan seterusnya. Bagaimanapun, ini lebih memberikan pandangan mendalam yang
menarik ke dalam cara batang tubuh akuntansi yang dikenal dimanipulasi pada waktu itu. Baik untuk
ketidakpercayaan mereka; sayangnya, ketidak percayaan tidak selalu mengarah pada teori akuntansi yang baik.
Upaya-Upaya Penting Lainnya
Pada tahun 1938, sesuai permintaan Haskins & Sells Foundation, profesor Harvard, Thomas Henry
Sanders, profesor California, Henry Rand Hatfield, dan profesor Yale Law School, Underhill Moore
mempublikasikan A Statement of 14 Accounting Principles, yang ditujukan untuk "menetapkan prinsip-prinsip
dan aturan-aturan akuntansi yang mengatur apa yang seharusnya tampak di neraca dan laporan rugi laba dan
dalam akun-akun dari padanya hal itu disusun." Isi dari monograf ini memperlihatkan bahwa pengarang lebih
memperhatikan masalah praktik-praktik yang berlaku yaitu praktik-praktik yang menyimpang secara sangat
radikal dalam hal-hal tertentu dari praktik yang berlaku dewasa ini. Sebagai contoh, pengarang akan
mengizinkan perusahaan untuk menangguhkan kerugian dengan menempatkannya di neraca sebagai aktiva dan
mengamortisasinya secara perlahan sepanjang waktu. Mereka juga akan mengizinkan perusahaan 15 untuk
mencatat disagio obligasi sebagai aktiva. Praktik seperti inilah yang menyebabkan FASB begitu tegas terhadap
aktiva dan utang yang ditangguhkan. Pengarang memang mengabdikan sebagian kecil dari monograf itu untuk
apa yang mereka namakan konvensi, yang mereka jelaskan sebagai "praktik dikukuhkan" yang mendasari
penyusunan neraca Mereka memasukkan dasar biaya-historis untuk aktiva dan konsep perusahaan
bersinambung sebagai dua contoh konvensi. Terlepas dari semua kesalahannya, monograf ini adalah suatu

7
sumber praktik akuntansi yang menarik pada waktu itu dan suatu sumber data penting untuk penelitian positif
dalam akuntansi."
Accounting Concepts of Profit dari Stephen Gilman, pembahasan menyeluruh yang pertama mengenai
teori akuntansi sejak pergeseran penekanan dari sudut pandang neraca ke laporan rugi laba, secara efektif
menutup periode perkembangan teori akuntansi dalam periode ini." Ia berusaha untuk mengelompokkan
kekusutan terminologi yang disebabkan oleh pengenalan kata prinsip ke dalam laporan audit. Ia membedakan
antara aturan, yang dapat dibuat, dan prinsip, yang tidak dapat dibuat. Ia menekankan bahwa istilah doktrin
lebih akurat menjelaskan "pengajaran" dari para akuntan. Ia juga menunjukkan bahwa banyak buku yang
menggambarkan sendiri sebagai Prinsip-prinsip Akuntansi bahkan tidak mempunyai kata prinsip dalam indeks."
Tetapi pada akhirnya masalah bagaimana mendefinisikan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum terlihat
terletak lebih dalam dari hanya semantik. Perdebatan atas berbagai kata-kata menyembunyikan masalah yang
jauh lebih serius: siapa yang menentukan pengungkapan informasi keuangan dan dengan cara apa.
Suatu Pernyataan Teori Akuntansi Dasar(Buku)
Serangan Vatter pada pendekatan postulat/prinsip dinyatakan dalam dokumen baru yang terbit dari
American Accounting Association tahun 1966, berjudul A Statement of Basic Accounting Theory dan dikenal
dengan singkatannya, ASOBAT Ini dimulai dengan suatu penegasan bahwa akuntansi adalah "proses
mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi akuntansi untuk memungkinkan pertimbangan
dan keputusan yang terinformasi oleh pemakai informasi tersebut". Dengan demikian ASOBAT menamakan
dirinya sebagai pernyataan teori akuntansi baru pertama yang berorientasi pada pemakai. Ini tidak berarti bahwa
akuntansi tidak dianggap sebagai berorientasi pemakai sebelum ini. Paton, sebagai contoh, awal 1922
menekankan bahwa "Fungsi akuntansi dan penjelasan prinsip dan prosedur akuntansi harus segera dinyatakan
dalam pengertian kebutuhan dan tujuan pemilik...". Meskipun demikian, ASOBAT adalah pernyataan pertama
yang menekankan bahwa kepentingan pemakai seharusnya didahulukan dari sudut pandang dan pendapat para
pakar, yaitu, akuntan yang menyiapkan laporan. Untuk menentukan kepentingan pemakai, disusun tujuan
akuntansi yang diasumsikan.
ASOBAT
Tujuan :
1. Membuat keputusan-keputusan mengenai penggunaan sumber daya yang terbatas, mencakup
pengidentifikasian bidang keputusan yang penting sekali, dan penentuan tujuan dan sasaran yaitu,
keputusan oleh pemegang saham. kreditur, dan yang lainnya mengenai investasi.
2. Secara efektif mengarahkan dan mengendalikan sumberdaya manusia dan bahan organisasi, yaitu,
keputusan oleh manajemen mengenai perusahaan.
3. Menyelenggarakan dan melaporkan pemeliharaan sumber daya, yaitu, fungsi pengurusan atau
pemeliharaan dari manajemen.
4. Memudahkan pemberfungsian dan pengendalian sosial, yaitu, memudahkan sistem kerja masyarakat
yang terorganisasi untuk kesejahteraan bagi semua
Standar :
1. Relevan, yaitu, harus dapat dihubungkan secara bermanfaat dengan tindakan yang dirancang untuk
memudahkan.

8
2. Dapat diverifikasi, yaitu, individu-individu yang berkualitas yang bekerja secara independen
seharusnya memberikan hasil yang sama.
3. Bebas dari bias, yaitu, standar tak boleh membantu satu kelompok pemakai dengan mengorbankan
yang lain.
4. Dapat dikuantifikasi, yaitu, pengukuran harus mungkin walaupun tidak harus secara moneter.
ASOBAT berusaha untuk mengelakkan kesulitan-kesulitan menentukan keinginan investor-investor
tertentu dengan menyarankan bahwa ketentuan informasi keuangan seharusnya terkena empat standar atau
kriteria. Ini disertai oleh lima pedoman. (FASB sekarang mengistilahkan semua ini sebagai karakteristik
kualitatif) Komite menyimpulkan bahwa satu-satunya cara agar pendekatan baru ini dapat direalisasikan adalah
dengan perluasan data, yaitu, dengan melaporkan banyak ukuran dan beberapa jumlah memenuhi kisaran
kebutuhan yang cukup luas. Secara khusus, pernyataan itu merekomendasikan penyajian biaya historis dan
biaya kini, dalam kolom terpisah yang menunjukkan penyajian laporan dalam masing-masing satuan. Selain itu,
laporan yang direkomendasikan akan menunjukkan keuntungan bersih yang terpisah dari penilaian biaya kini
dan keuntungan daya beli pada utang bersih sebelum sampai pada "laba bersih" tetapi sesudah "laba bersih
setelah pajak penghasilan federal atas dasar transaksi". Masalah dalam pendekatan ini adalah bahwa ini dengan
cepat menyebabkan kelebihan informasi, istilah teknis bagi para pemakai disesaki oleh terlalu banyak data."
ASOBAT lebih berpengaruh dari pada Pernyataan AAA yang mendahuluinya. Orientasi pemakai telah
berlanjut mendominasi penetapan standar akuntansi, seperti halnya penggunaan tujuan. Yang menarik,
pernyataan ini muncul pada waktu yang hampir bersamaan dengan edisi pertama buku ini. Pembaca pengamat
akan memperhatikan sejumlah besar halaman yang menggemakan prinsip ASOBAT. Pengulangan semacam itu
juga akan ditemukan dalam APB Statement No. 4 dan dalam Kerangka Dasar Konseptual FASB Untuk semua
itu, ini merupakan upaya terakhir dari AAA untuk berpartisipasi dalam pembentukan standar. Dorongan Paton
telah berjalan pada arahnya
Accounting Research Division
Pada tahun 1959, bertindak atas rekomendasi Special Committee on Research Program, Institut
direorganisasi untuk memajukan ekspresi tertulis mengenai apa yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum, sebagai pedoman untuk anggota-anggotanya dan pihak lainnya. Satu dari tujuan reorganisasi
adalah agar dapat menanggulangi masalah luas dari akuntansi keuangan pada empat tingkat:
1. Pembentukan postulat dasar.
2. Perumusan prinsip-prinsip secara luas.
3. Pengembangan aturan atau pedoman lain untuk aplikasi prinsip dalam situasi-situasi khusus.
4. Penelitian.
Seorang staf penelitian akuntansi permanen direkrut untuk melaksanakan program penelitian dengan
maksud agar hasil-hasil dari upayanya, "sebagaimana yang diambil oleh [Accounting Principle] Board,
seharusnya berlaku sebagai asas bagi keseluruhan batang tubuh pernyataan masa datang oleh Institute mengenai
masalah-masalah akuntansi, di mana setiap terbitan baru harus dihubungkan kepadanya."
Profesor California, Maurice Moonitz, direktur penelitian yang baru diangkat dan seorang penganut
J.B. Canning, yang hasil kerjanya disebutkan di muka, diberi wewenang untuk menghasilkan Accounting
Research Study No1 (ARS 1) tentang postulat dasar dalam akuntansi. Moonitz dan Robert T. Sprouse, yang
kemudian menjadi profesor di Standford dan terakhir menjadi anggota Financial Accounting Standards Board,

9
selanjutnya diberi wewenang untuk menghasilkan Accounting Research Study No. 3 (ARS 3) pada topik
prinsip-prinsip akuntansi.
Postulat di ARS terlihat sebagai asumsi-asumsi dasar atau dalil fundamental mengenai lingkungan
ekonomi, politik, dan sosial tempat akuntansi harus beroperasi. Seperti yang dijelaskan American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA) pada tahun 1958:
Postulat sedikit jumlahnya dan merupakan asumsi-asumsi dasar yang menjadi landasan bagi prinsip-
prinsip. Postulat harus diturunkan dari lingkungan ekonomi dan politik dan dari cara berpikir dan kebiasaan
semua segmen komunitas bisnis. Akan tetapi, profesi harus memperjelas pengertian dan interpretasi mereka
mengenai apa yang dimaksud dengan itu, untuk memberikan landasan yang berguna untuk merumuskan prinsip-
prinsip dan perkembangan aturan-aturan atau pedoman-pedoman lain untuk penerapan prinsip-prinsip dalam
situasi-situasi tertentu. Ini kemudian ditentang bahwa, jika prinsip akuntansi benar-benar hanya aturan-aturan,
seharusnya bisa untuk menurunkan hal itu dari asumsi lebih mendasar yang disebut postulat. Tanggapan
terhadap dua studi ini, yang masing-masing muncul tahun 1961 dan 1962, cepat dan cukup dramatis. Tanggapan
itu diterbitkan dengan memasuk kan pernyataan secara bebas bahwa hal itu tidak diterima oleh Dewan karena
terlalu berbeda dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum pada waktu itu Komentar-komentar dari
pribadi anggota Board dipublikasikan pada akhir studi-studi tersebut. Leonard Spacek managing partner Arthur
Andersen, berkomentar bahwa hanya ada satu postulat. Ia menyimpulkan ini sebagai kebutuhan wajar "untuk
semua segmen komunitas bisnis." William W.Werntz, yang menjadi akuntan kepala dari SEC, mengatakan lebih
lanjut, bahwa akan menjadi tindakan yang merugikan bagi studi ini bila dipublikasikan dalam bentuknya yang
sekarang.
ARS 1 dan Postulat
Contoh-contoh postulat dalam ARS 1 mencakup pernyataan mengenai lingkungan seperti:
Aktivitas ekonomi yang dilaksanakan melalui unit atau satuan usaha tertentu. Setiap laporan tentang
aktivitas itu harus mengidentifikasikan secara jelas unit atau satuan usaha tertentu yang terlibat.
ARS itu juga mencakup penegasan mengenai proses akuntansi seperti:
Hasil-hasil proses akuntansi dinyatakan dalam satu seperangkat laporan keuangan yang
berhubungan secara fundamental dan berkaitan satu sama lain dan didasarkan pada data
mendasar yang sama.
Dan, akhirnya, ada juga sejumlah postulat normatif yang dicirikan oleh penggunaan kata "seharusnya", seperti:
Laporan akuntansi seharusnya mengungkapkan hal yang penting agar tidak menyesatkan.
Kriteria dasar untuk menyeleksi postulat adalah bahwa:
1. Hal itu harus relevan dengan perkembangan logika akuntansi; yaitu, itu harus berlaku sebagai suatu
pondasi bagi penurunan logis dari dalil selanjutnya.
2. Hal pembahasan bersangkutan sebagai sesuatu yang benar atau menyediakan suatu titik awal yang
berguna sebagai suatu asumsi logika akuntansi. Tidaklah dianggap penting bahwa postulat harus benar
atau bahkan realistis. Misalnya, asumsi dalam ekonomi menge. nai masyarakat yang sangat bersaing
tidak pernah benar, tetapi ia telah memberikan pengertian yang mendalam yang berguna bagi proses
kerja sistem ekonomi.
ARS 3 dan Prinsip Pengakuan Pendapatan
Di antara prinsip-prinsip, yang sengaja diturunkan dari ARS 1, adalah penegasan bahwa:

10
Laba berasal dari seluruh proses aktivitas bisnis. Oleh karena itu, setiap aturan atau prosedur, yang
menetapkan laba ke sebagian dari proses keseluruhan harus terus-menerus diperiksa kembali untuk menentukan
sejauh mana hal itu menimbulkan bias ke dalam pelaporan jumlah laba yang di tetapkan pada periode waktu
tertentu.
Pembenaran prinsip ini didasarkan pada salah satu bagian dari buku yang ditulis oleh George O. May
dua tahun setelah pensiunnya dan dengan subjudul A Distillation of Experience. Di dalamnya, ia mengakui sifat
meragukan dari prinsip realisasi pendapatan yang dikemukakan oleh komitenya sendiri 10 tahun lalu:
Masalah alokasi ke periode pendek tertentu jelas menimbulkan kesulitan yang sangat besar-sebenarnya,
inilah titik di mana perlakuan konvensional tidak dapat dihilangkan, dan harus diakui bahwa beberapa konvensi
jarang sekali sesuai dengan kenyataan. Kenyataannya, pada waktu proses pabrik dan penjualan yang melelahkan
memuncak dalam pengiriman produk dengan laba, laba tersebut tidak dapat ditetapkan, kecuali menurut
kebiasaan, pada saat penjualan atau pengiriman terjadi. Konvensi akuntansi yang membuat penetapan seperti itu
dibenarkan hanya oleh kegunaan praktis yang ditunjukkan. Diterimanya argumen May dalam ARS 3 adalah satu
dari faktor-faktor yang menyebabkan penolakannya.
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah proses pemilihan metode alternative, sistem pengukuran, dan beberapa
teknik informasi digunakan dalam pelaporan keuangan oleh perusahaan. Di amerika serikat kebijakan akuntansi
dibuat oleh Financial Accounting Standards Board (FASB), Securities and Exchange Commission (SEC), dan
badan lainnya. Maksud kebijakan akuntansi nasional adalah untuk mempersempit jurang perbadaan dikalangan
perusahaan dalam hal pengungkapan, pengukuran, dan metode penyajian informasi keuangan dalam ikhtisar
laporan keuangan yang diterbitkan.
Alasan Kebijakan Akuntansi Harus Diatur
 Sistem informasi akuntansi merupakan sistem informasi yang tersedia untuk umum sama sekali tanpa
biaya, semua biaya ditanggung oleh perusaaan dengan demikian akan beruntung apabila terdapat pasar
modal yang teratur dimana akan memperoleh dana, demikian halnya bagi pemegang saham dapat
melihat ada pasar untuk saham yang dimilikinya. Kesulitan yang terjadi h jarangnya informasi yang
diumumkan, sehingga menimbulkan banyak spekulasi di pasar modal, oleh karenanya kebijakan
akuntansi perlu diatur.
 Keseragaman dan penandingan laporan perusahaan sering dianggap berbeda sesuai dengan sasaran
setiap perusahan, tetapi mendapatkan krikik, karena laporan dari perusahaan harus bersifat dapat
dibandingkan.
Financial Accounting Standards Board (FASB)
FASB adalah organisasi nirlaba independen yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar
akuntansi dan pelaporan keuangan untuk perusahaan dan organisasi nirlaba di Amerika Serikat, mengikuti
prinsip GAAP. FASB dibentuk pada tahun 1973 untuk menggantikan Accounting Principles Board (APB) dan
menjalankan misinya. FASB Berbasis di Norwalk, Conn.
Kebenaran Prinsip Versi FASB (Financial Accounting Standard Board)
FASB beragumen bahwa standar-standar akuntansi seharusnya diukur tidak berdasarkan pengaruh
langsung pada individu, tetapi harus dipahami sebagai suatu nilai bagi masyarakat secara keseluruhan untuk
memiliki sistem informasi keuangan yang dapat diandalkan.

11
FASB oleh para pendahulunya telah berbelok arah pada konsekuensi-konsekuensi ekonomi, tapi
sebenarnya bukan kebijaksanaan FASB. Seperti yang dikemukakan dalam kasus deskripsi dengan istilah
netralitas, bahwa informasi akuntansi tidak dapat terhindarkan dari pengaruh perilaku aktivitas ekonomi.
Perspektif FASB yang lebih mudah dipertahankan adalah aturan-aturan akuntansi yang secara langsung
diturunkan dari kerangka dasar konseptual. Pada APB Statement No.4 terdapat beberapa hubungan belum logis
antara praktik-praktik khusus dan teori umum, tetapi penetapan standar bersifat relatif dan dalam keadaan belum
tuntas.
Securities and Exchange Commission (SEC)
Securities and Exchange Commission (SEC) adalah lembaga independen Amerika Serikat yang
bertugas untuk melindungi investor dari penipuan, menjaga efisiensi pasar surat berharga, dan membantu
memfasilitasi pembentukan modal.
Termasuk diantara tugasnya adalah mengawasi sirkulasi modal di bursa dan mengawasi pelaku pasar
modal, mulai dari investor sampai perusahaan jasa keuangan. Sederhananya, SEC memiliki peran kinerja yang
hampir mirip dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia.
Accounting Principle Board (APB)
APB Statement No.4 adalah suatu dokumen penting, sebagian besar telah digabungkan dalam
Kerangka dasar Konseptual FASB. Bagian terbesar menyangkut beberapa segi akuntansi. Tujuan APB No.4
sebagi berikut:
 Secara Umum penggunaan standar ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat dipercaya
mengenai sumber daya dan kewajiban ekonomi, dan perubahan-perubahan dalam sumber daya dan
kewajiban dan untuk membantu dalam memprakirakan potensi laba dari suatu perusahaan.
 Secara Kualitatif informasi Relevan, dapat dimengerti, dapat diverifikasi, kenetralan, tepat waktu,
keterbandingan dan kelengkapan.
Sifat-sifat dasar dari tujuan APB bahwa satuan usaha akuntansi didasarkan pencapaian ,
kesinambungan perusahaan, pengukuran sumber daya dan kewajiban ekonomi, periode waktu, pengukuran
dalam satuan uang, akrual, harga tukar, penaksiran, pertimbangan, informasi keuangan tujuan umum, laporan
keuangan yang berhubungan secara mendasar, substansi atas bentuk dan materialitas. Unsur-unsur dasarnya
adalah aktiva, utang, modal pemilik, pendapatan, beban, dan laba bersih.
Secara ringkas, Statement No. 4 bukan teori praktik akuntansi ataupun pernyataan jelas dari prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut kata-kata profesor California, George Staubus, Pernyataan itu
adalah "seperangkat tujuan akuntansi keuangan yang baik disejajarkan dengan suatu seperangkat prinsip yang
secara jelas tidak mencukupi untuk apa yang dibutuhkan guna memenuhi tujuan". Tetapi APB seharusnya tidak
mengkritik terlalu tajam untuk upaya melakukan sesuatu yang kini tidak mungkin. Teori akuntansi belum ada,
dan mungkin tidak pernah ada, pada tahap di mana suatu teori besar dapat diformulasikan. Diperlukan jauh lebih
banyak pekerjaan dalam bidang khusus di mana formulasi dan pengujian teori dapat dilaksanakan.
 Tujuan Umum APB No.4 : Untuk menyediakan informasi yang dapat dipercaya mengenai sumber daya
dan kewajiban ekonomi, dan perubahan-perubahan dalam sumber daya dan kewajiban tersebut, untuk
membantu dalam memprakirakan potensi laba dari suatu perusahaan.
 Tujuan Kualititaif APB No. 4 : Relevan; dapat dimengerti, dapat diverifikasi; kenetralan; waktu;
keterbandingan; kelengkapan

12
Kerangka Dasar Konseptual
Tinta baru saja kering pada APB Statement No. 4 ketika APB dibubarkan dan Financial Accounting
Standards Board (FASB) dibentuk. Setelah mempertimbangkan sejarah pencarian prinsip-prinsip. komite
Wheat, yang mengajukan formasi organisasi pembentukan standar, mencatat bahwa:
"Prinsip-prinsip akuntansi" telah terbukti sebagai suatu istilah yang sangat suka dipahami. Bagi bukan
akuntan (demikian pula bagi banyak akuntan) ia mengandung arti hal-hal dasar dan fundamental, dari
jenis yang dapat dinyatakan dalam beberapa kata, secara relatif bersifat tak terbatas, dan ini tidak
tergantung pada perubahan dalam bisnis atau perkembangan kebutuhan dari masyarakat investasi.
Namun APB (meskipun terkenal dalam namanya dengan istilah "prinsip") menganggap hal itu penting
sepanjang sejarahnya untuk mengeluarkan pendapat pada subyek-subyek yang hampir tidak ada
hubungannya dengan "prinsip" dalam pengertian biasa.
Komite menyimpulkan bahwa salah satu alasan kesulitan yang dihadapi akuntan dalam menetapkan prinsip-
prinsip akuntansi adalah bahwa:
kata "prinsip" merupakan istilah yang agak megah dalam akuntansi. Saya pikir kita mengetahui apa
prinsip-prinsip dalam ilmu-ilmu alam. Akan tetapi susunan akuntansi murni buatan manusia. Tidak ada
satu cara yang "benar" dalam pencatatan.......Tidak ada satupun yang diturunkan dari pencarian ke
dalam kebenaran fundamental daripada keputusan untuk mengemudi di sebelah kanan jalan di Amerika
Serikat atau di sebelah kiri di Inggris. Ini hanyalah suatu cara menyenangkan untuk melakukan sesuatu.
Dan ini benar untuk banyak peraturan yang harus dikeluarkan oleh suatu badan seperti (FASB)."
Oleh karena itu komite, mengusulkan agar istilah prinsip digantikan dengan istilah standar, yang didefinisikan
sebagai "pemecahan masalah-masalah akuntansi keuangan". Mereka merasa istilah baru ini akan "lebih
deskriptif bagi sebagian besar pernyataan Board dan juga bagi sejumlah besar upaya yang sedang berlangsung.
Komite juga menyarankan organisasi baru dinamakan lembaga standar akuntansi dan bukan lembaga prinsip
akuntansi. Secara singkat, pencarian panjang prinsip kelihatan telah sampai pada suatu akhir
yang agak memalukan
Beberapa pihak menyamakan Kerangka Dasar Konseptual dengan suatu undang-undang, seperti
Undang-undang Amerika Serikat. Analogi ini menyatakan suatu maksud untuk selanjutnya membentuk tujuan
dan kebijakan luas yang mempunyai persetujuan umum di antara hampir semua pihak yang berkepentingan.
Tujuan dan kebijakan luas ini harus berlaku sebagai suatu pondasi untuk pembentukan suatu set standar
akuntansi yang menyatu. Hampir tak terelakkan, dengan adanya kontrversi di sekitar Undang-undang A.S.,
Kerangka Dasar Konseptual pun mendapat banyak serangan. Sebagai contoh, profesor New York, Lee Seidler
berpendapat bahwa tidak ada "kerangka kerja konseptual dalam ilmu- ilmu sosial" dan mengklaim adanya hal
itu hanya menunjukkan "kesombongan dari ketidakpedulian". Dalam nada yang sama, partner Arthur Young,
Dale Gertboth menyanggah bahwa "kesalahan mendasar dari Kerangka Dasar (adalah) gagasan yang salah
bahwa mungkin untuk menghindari, meminimumkan, atau mengendalikan debat mengenai masalah mendasar
dengan kesepakatan sebelumnya pada prinsip-prinsip yang abstrak". Asal mula kritik ini merupakan pokok
pembicaraan bagian berikut.
Teori Akuntansi Rumit
Tidak adanya kemajuan yang dibuat akuntan dalam penyusunan serangkaian prinsip-prinsip mungkin
berkaitan dengan sangat sulitnya tugas yang harus di hadapi akuntan bagi mereka sendiri. Para ekonom telah

13
puas mengembangkan teori mereka dalam dunia ciptaan yang berisi banyak asumsi yang disederhanakan,
seperti tersedianya informasi cuma-cuma bagi semua partisipan di pasar. Akuntan tak dapat membuat asumsi-
asumsi ini, karena bagi mereka tidak ada alasan bagi akuntansi untuk dilakukan sama sekali. Dengan kata lain,
dalam pasar sempurna yang biasa ada dalam buku teks ekonomi, tidak ada ruang bagi akuntansi. Orang harus
mengurangi asumsi-asumsi untuk menemukan alasan bagi akuntan. Hasilnya adalah model ekonomi yang sangat
kompleks.
Kerumitan analisis ini telah menyebabkan ketidak setujuan yang berkepanjangan pada tujuan-tujuan
akuntansi yang tepat dan sifat lingkungan akonomi tempat ia bekerja. Pada mulanya, akuntansi di Amerika
Serikat memusatkan perhatian pada kreditur, kemudian ia mengasumsikan peran kepengurusan bagi investor,
dan sekarang lebih mencoba untuk memberikan informasi bagi keputusan investasi. Setiap perubahan tujuan
berarti perubahan dalam prinsip. Kemudian, selama 1960an, sejumlah peneliti akademis menyatakan bahwa
mereka telah menemukan bukti statistik bahwa pasar modal efisien dalam pengertian bahwa mereka dengan
cepat merangkum semua informasi yang tersedia ke dalam harga saham. Hasilnya adalah Hipotesis Pasar-
Efisien. Pernyataan mereka ditentang oleh orang-orang skeptis yang menunjukkan berbagai situasi di mana
pasar tampak telah mengabaikan atau salah menginterpretasikan informasi yang tampaknya sudah bersifat
umum. Untuk sekarang cukuplah bahwa suatu persetujuan yang meyakinkan, ke arah manapun, akan menjadi
faktor penentu utama dalam mendefinisikan prinsip akuntansi. Meski ketidaksetujuan berasal dari fakta, seperti
efisiensi pasar, tak dapat dihindarkan akan ada ketidak-setujuan atas prinsip-prinsip.
Bangkitnya Imvestor
Pergeseran paling penting dalam pemikiran dasar akuntansi yang muncul dari tulisan-tulisan ini dan
diskusi pada akhir 1920an dan awal 1930an adalah perubahan dalam tujuan akuntansi dari menyajikan informasi
ke manajemen dan kreditur menjadi menyajikan informasi keuangan untuk investor dan pemegang saham.
Tekanan untuk perubahan dalam tujuan ini muncul dari sektor keuangan dan perdagangan saham, bukan dari
akuntan. Pertumbuhan cepat dalam kepemilikan yang meluas atas perusahaan, khususnya selama beberapa
tahun pertama sesudah Perang Dunia I, menciptakan kebutuhan informasi akuntansi baru. Jumlah saham yang
terdaftar pada Bursa Surat Berharga New York pada tahun 1900 adalah sekitar 60 juta, dibandingkan dengan
180 juta pada tahun 1917 dan 1.212 juta pada tahun 1930 (tidak disesuaikan untuk pemecahan saham).
Perubahan dalam tujuan laporan keuangan menyebabkan:
1. Berkurangnya penekanan pada neraca sebagai laporan nilai-nilai.
2. Konsekuensi meningkatnya penekanan pada laporan rugi laba dan suatu konsep laba yang
seragam.
3. Kebutuhan akan pengungkapan menyeluruh mengenai informasi yang relevan, dengan
menyajikan laporan keuangan yang lebih lengkap dan meningkatkan penggunaan catatan
kaki.
4. Penekanan pada konsistensi pelaporan, khususnya sehubungan dengan laporan rugi laba.
Ada juga bukti penggunaan arbitrasi yang meningkat selama periode penangguhan pos-pos kerugian
dan keuntungan yang memungkinkan perataan laba dari satu tahun ke tahun berikutnya. Tindakan-tindakan ini
mendorong upaya-upaya pada tahun 1930an untuk membentuk standar yang lebih baik untuk penyajian laporan
rugi laba.

14
Perubahan-perubahan ini tampak jelas dalam literatur dan dalam keputusan dari beberapa organisasi
yang berkepentingan sebelum dan sesudah 1930. Menarik untuk dicatat bahwa perubahan-perubahan dalam
pemikiran akuntansi ini bukan hasil langsung dari jatuhnya pasar saham atau Depresi Besar tahun 1930an, tetapi
adalah akibat dari perubahan-perubahan institusional yang telah dimulai lebih awal dan yang belum diadaptasi
oleh akuntan. Tentu saja hal itu menjadi lebih mendesak dengan adanya kejadian-kejadian pada periode ini.

Akuntansi Konsekuensi Sosial dan Ekonomi


Akuntansi Konsekuensi Sosial
Akuntansi Konsekuensi sosial merupakan perluasan pertanggung jawaban organisasi (perusahaan)
diluar batas-batas akuntansi keuangan tradisional, yaitu menyediakan laporan keuangan tidak hanya kepada
pemilik modal khususnya pemegang saham. Perluasan ini didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan
memiliki tanggung jawab yang lebih luas dan tidak sekedar mencari uang untuk para pemegang saham tetapi
juga bertanggung jawab kepada seluruh stakeholders. Hal ini terdapat dalam Standar Akuntansi Keuangan yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang telah mengakomodasi hal tersebut, yaitu dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan no. 1 paragraph ke-9 :
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan
laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting”
Akuntansi Konsekuensi Ekonomi
Akuntansi Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menegaskan bahwa pilihan kebijakan akuntansi
akan mempengaruhi nilai ekonomi perusahaan dan berdampak pada perilaku bisnis, pemerintah, dan kreditur
dalam membuat keputusan. Esensi konsekuensi ekonomi adalah bahwa kebijakan akuntansi dan perubahan
kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter),
terutama permasalahan manajemen.
Contoh Akuntansi Konsekuensi Ekonomi langsung dan tidak langsung dari aturan-aturan akuntansi
berlimpah. Misalnya, jika seseorang diwajibkan oleh standar untuk mengungkapkan situasi keuangan yang lebih
buruk daripada yang diharapkan, pemegang saham yang ada mungkin akan menderita bila harga saham jatuh.
Demikian pula, bonus manajer puncak, yang didasarkan pada laba yang dilaporkan, akan jatuh. Tambahan lagi,
banyak perusahaan mempunyai persetujuan utang dengan kreditor mereka yang memaksakan pembayaran
kembali utang jika laba bersih jatuh di bawah suatu tingkat tertentu atau jika rasio utang terhadap modal naik
terlalu tinggi. Oleh karena itu, perubahan apapun dalam aturan akuntansi, dapat mempunyai serangkaian
pengaruh ekonomi yang sangat penting pada beraneka ragam orang. Ada juga biaya langsung dalam bentuk
biaya audit, biaya cetak, dan sebagainya, bagi penyusun laporan keuangan. Perusahaan yang menganggap hanya
sedikit keuntungan yang diperoleh dari aturan akuntansi mungkin enggan untuk menanggung biaya ini. Hal ini
benar bagi akuntansi untuk inflasi, misalnya, yang kemudian ditinggalkan karena biayanya melebihi manfaat
yang dirasakan. Jadi, sangat beralasan adanya banyak perdebatan tentang aturan akuntansi dan prinsip yang
akan mendukungnya

15
Kebeneran atau Konsekuensi
FASB berargumen bahwa standar-standar akuntansi seharusnya diukur tidak oleh pengaruh
langsungnya pada individu, tetapi dalam pengertian nilai bagi masyarakat secara keseluruhan untuk mempunyai
sistem informasi keuangan yang dapat diandalkan. Ide ini diyakinkan kembali akhir-akhir ini ketika FASB
menanggapi kritik-kritik atas persyaratan amortisasi goodwill untuk tujuan pelaporan keuangan di Amerika
Serikat sementara itu bukan suatu persyaratan universal di seluruh dunia.
FASB menghapus persyaratan amortisasinya agar memungkinkan perusahaan-perusahaan A.S
mempunyai bidang permainan yang seimbang dengan pembeli asing FASB sangat berteguh bahwa perlakuan ini
tidak akan tepat.
FASB dan pendahulunya telah berbelok arah ke konsekuensi-konsekuensi ekonomi pada beberapa
kejadian, namun sama benarnya bahwa ini bukan kebijaksanaan FASB. Seperti yang dikemukakan dalam kasus
deskripsi istilah netralitas, "informasi akuntansi tidak dapat menghindarkan pengaruhnya pada perilaku, ataupun
tidak mempengaruhi." Tetapi, "informasi akuntansi harus melaporkan aktivitas ekonomi setepat mungkin, tanpa
mewarnai citra yang dikomunikasikan untuk tujuan mempengaruhi perilaku dalam bebe- rapa arah tertentu".
Perspektif yang lebih mudah dipertahankan adalah aturan-aturan akuntansi lebih mudah dan secara
langsung diturunkan dari Kerangka Dasar Konseptual. Sayangnya, seperti APB Statement No. 4 sebelumnya,
ada beberapa hubungan logis antara praktik-praktik khusus dan teori umum. Oleh karena itu, penetapan standar
secara relatif tetap dalam keadaan belum tuntas. Dalam situasi seperti itu,adalah pasti benar bahwa:
Kunci ke arah obyektivitas akuntansi, dalam penetapan standar dan dalam praktik. berada di tempat ia
selalu berada: dalam nilai-nilai yaitu dalam integritas dan tanggungawab pribadi dari mereka yang
mempraktikkan akuntansi Dengan nilai-nilai itu, akuntansi mempunyai semua yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat obyektivitas tertinggi yang dapat dicapai profesi Tanpa nilai-nilai itu, obyektivitas
dari jenis apapun tidak dapat dicapai. Sekarang, saat akuntansi ditantang lebih dari sebelumnya, ia
mengambil arahnya bukan dari konsep, tetapi dari nilai-nilainya; ia harus menemukan keamanannya
bukan dalam struktur intelektualnya, tetapi dalam perilaku profesionalnya; secara singkat, ia harus
memperhatikan tidak pada buku akuntansi, tetapi pada perilaku akuntan.
Secara singkat, akuntansi bukan latihan mekanis atau serangkaian aturan yang dapat diterapkan oleh komputer.
Ia merupakan ilmu sosial yang terbaik. Beberapa akan berkata ini masih termasuk seni. Ia mensyaratkan, dan
akan terus mensyaratkan, pertimbangan profesional yang bertanggungjawab.
Perkembangan Prinsip Akuntansi di Indonesia
Di Indonesia, badan yang berwenang menetapkan pedoman praktik akuntansi adalah Komite Prinsip
Akuntansi yang berada di bawah Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Tahun 1984 menerbitkan ”Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984”. Yang berisikan prinsip, prosedur, metode, dan teknik akuntansi yang mengatur penyusunan
laporan keuangan, khususnya yang ditujukan kepada pihak Eksternal perusahaan, antara lain : pemegang saham,
kreditur, fiskus, dan sebagainya. Pada Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) tahun 1984 belum mengatur
keseluruhan praktik akuntansi di Indonesia dan oleh karenanya masalah-masalah akuntansi yang belum diatur
perlakuannya diserahkan kepada pihak yang bersangkutan sepanjang tidak bertentangan dengan praktik
akuntansi yang lazim (sound accounting practices) dan didasarkan atas pertimbangan yang sehat
Pengembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dimulai sejak tahun 1973 dengan
dibentuknya Panitia Penghimpun Bahan-Bahan dan Struktur GAAP (Generally Accepted Accounting

16
Principles) dan GAAS (Generally Accepted Auditing Standards). Menjelang pengaktifan pasar modal di
Indonesia pada tahun 1974, sebagai wadah profesi akuntansi yang senantiasa mengubah tantangan menjadi
peluang bagi kemajuan akuntan dalam dunia bisnis. Pada tahun 1984 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) kemudian
membentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) serta melakukan kodifikasi prinsip akuntansi
yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)” yang berisikan prinsip,
prosedur, metode, dan teknik akuntansi yang mengatur penyusunan laporan keuangan, khususnya yang
ditujukan kepada pihak Eksternal perusahaan, antara lain : pemegang saham, kreditur, fiskus, dan sebagainya.
Kasus Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk
Laporan keuangan idealnya menggambarkan kondisi suatu perusahaan pada periode tertentu. Laporan
yang berisi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif ini biasanya
digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan. Dengan melihat laporan keuangan, kita bisa tahu bagaimana
prospek perusahaan di masa depan, analisis kinerja manajemen perusahaan serta memprediksi arus kas yang
akan datang. Laporan keuangan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan dalam mencapai
target profitable.
Perusahaan maskapai nasional Indonesia, Garuda Indonesia tersandung skandal laporan keuangan.
Pasalnya, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih setelah merugi pada kuartal sebelumnya.
Keganjalan ini menimbulkan polemik bagi Garuda Indonesia.
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia(Persero) yang berhasil membukukan laba bersih
US$809 ribu pada 2018,berbanding terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta menuai polemik.
Duakomisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk mendatangani laporan
keuangan 2018.Keduanya menolak pencatatan transaksikerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi)
dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan. Pasalnya, belum
adapembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018. Hingga saat ini, polemiklaporan keuangan Garuda
Indonesia masih terus bergulir.
Lini Masa Polemik Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia
 2 April 2019, Komisaris Garuda Indonesia menolak menandatangai Laporan Keuangan Garuda
Indonesia karena tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia
 30 April 2019, jajaran direksi Garuda Indonesia dipanggil oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
 2 Mei 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta verifikasi Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Pada BEI
 14 Jun 2019, Sekekertaris Jendral Kementrian keuangan menyampaikan adanya audit yang tidak sesuai
PSAK
 28 Juni 2019, Pemeberian Sanksi kepada Garuda Indonesia
Sanksi yang diberikan
 Kemenkeu menjatuhkan sanksi pembekuan izin kepada akuntan publikKasner Sirumapea
selama 12 bulan. Kasner dinilai tidak mematuhi standar audit.Sekretaris Jenderal Kemenkeu
Hadiyanto mengatakan, pelanggaran yangdilakukan Kasner ini termasuk dalam kategori berat.
Adapun pembekuan izintersebut mulai efektif pada 27 Juli mendatang. Selain akuntan publik,
Kemenkeu jugamemberikan peringatan tertulis kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata

17
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) KAPTanubrata juga
wajib melakukan perbaikan terhadap sistem pengendalian mutu.Mengenai KAP Tanubrata yang hanya
dikenakan sanksi peringatan tertulis danmemperbaiki sistem pengendalian mutu, Hadiyanto
bilang, pihak PusatPembinaan Profesi Keuangan(P2PK) memiliki ketentuan penilaian
tersendiri.Menurutnya, sanksi peringatan tertulis sudah mencukupi untuk
memberikanpembinaan bagi KAP tersebut.
 OJK juga menjatuhkan sanksi kepada Garuda berupa denda sebesar Rp 100juta. Garuda juga diminta
untuk memperbaiki laporan keuangan tahunan 2018 danmelakukan paparan publik selambat-
lambatnya 14 hari setelah ditetapkannyasanksi ini. Tak hanya ke perseroan, seluruh direksi
perusahaan publik berkodeGIIA itu juga dikenakan sanksi administratif masing-masing sebesar Rp 100
juta.Adapun direksi yang dimaksud adalah direksi pada 2018. Selain itu, denda jugadikenakan Rp 100
juta secara tanggung renteng kepada seluruh anggota direksidan dewan komisaris Garuda Indonesia
yang menandatangani laporan tahunan2018.
 Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenakan denda kepada Garuda sebesar Rp250 juta atas kesalahan
penyajian laporan keuangan interim kuartal I 2019. BEImenilai GIAA telah melanggar aturan
tata cara penyajian kinerja keuanganperusahaan.Selain denda tersebut, BEI juga
mewajibkan Garuda untukmenyajikan kembali (restatement) laporan keuangan perusahaan kuartal I
2019.Batas waktu untuk restatement ditentukan Bursa paling lambat 26 Juli 2019.
Fakta-Fakta Skandal Laporan Keuangan Garuda
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Otoritas JasaKeuangan (OJK) sepakat menemukan adanya
pelanggaran pada laporan keuangantahunan 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Untuk
itu, keduaregulator ini sepakat menjatuhkan hukuman kepada akuntan publik, kantorakuntan publik,
maupun perseroan. Hal ini bermula ketika dua komisaris Garuda,yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria,
menganggap laporan keuangan 2018Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan(PSAK). Maka keduanya menolak menandatangani laporan keuangantersebut.Menurut
mereka, seharusnya Garuda Indonesia mencatatkan rugi senilaiUSD 244,95 juta di tahun 2018. Namun dalam
laporan keuangan malah tercatatsepanjang tahun 2018 perusahaan mencetak laba bersih USD 809,84
ribu,meningkat tajam dari tahun 2017 yang rugi USD 216,58 juta.
Beberapa jam setelah pernyataan sanksi dikenakan, pihak Garuda langsungmemberikan pendapat.
Awalnya, dalam keterangan resmi yang diberikan tersebut,VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M
Ikhsan Rosan membantahpernyataan Kemenkeu maupun OJK. Ikhsan menilai, hasil
pemeriksaanKemenkeu dan OJK yang menyatakan laporan keuangan Garuda, khususnyapencatatan
kerja sama inflight connectivity dengan Mahata adalah hasil rekayasasangat tidak proporsional dan sangat
prematur."Menurut hemat kami tidakproporsional dan keputusan tersebut sangat premature. Kami
menghormati pendapat regulator dan perbedaan penafsiran atas laporan keuangan tersebut,namun
kami akan mempelajari hasil pemeriksaan tersebut lebih lanjut. Kamimenegaskan kembali bahwa
kami tidak pernah melakukan rekayasa," katanyadalam keterangan pertamanya. Selang beberapa jam,
Ikhsan merevisi pernyataantersebut. "Kami menghormati pendapat regulator dan perbedaan penafsiran
ataslaporan keuangan tersebut, namun kami akan mempelajari hasil pemeriksaantersebut lebih
lanjut. Kami menegaskan kembali bahwa kami tidak pernahmelakukan rekayasa," katanya

18
Kementerian BUMN angkat bicara soal sanksi yang diberikan Kemenkeudan OJK terkait hasil
pemeriksaan laporan keuangan Garuda pada tahun 2018.Deputi Jasa Keuangan, Survei dan Konsultasi
Kementerian BUMN, GatotTrihargo, mengatakan pihaknya selaku pemegang saham Seri-A sudah
memintadewan komisaris Garuda untuk melakukan audit sementara atau interim denganKantor Akuntan Publik
(KAP) yang berbeda per 30 Juni 2019."Kami memintaagar audit interim tersebut dilakukan dengan Kantor
Akuntan Publik (KAP) yangberbeda untuk mengetahui kinerja dan subsequent event," kata Gatot
kepadakumparan. Atas keputusan sanksi yang dilayangkan OJK kepada Garuda tersebut,Gatot meminta
BUMN penerbangan itu menindaklanjuti sesuai aturan yangada."Kami meminta dewan direksi dan
dewan komisaris PT Garuda Indonesia(Persero) Tbk untuk dapat menindaklanjuti keputusan OJK
sesuai denganketentuan perundang-undangan yang berlaku," jelasnya.
Dampaknya dari Terjadinya Kasus PT. Garuda Indonesia Tbk
 Harga saham Garuda Indonesia mengalami penurunan ke levelRp478 per saham dari
sebelumnya Rp500 per saham. Sahamperseroan terus melanjutkan pelemahan hingga
penutupanperdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466 per saham atauturun persen.
 OJK mengenakan Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp100 juta kepada PT Garuda
Indonesia Tbk. atas pelanggaranPeraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan
TahunanEmiten atau Perusahaan Publik.
 Sanksi denda juga dijatuhkan masing-masing anggota Direksi PTGaruda Indonesia (Persero)
Tbk sebesar Rp 100 juta ataspelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang
TanggungJawab Direksi atas Laporan Keuangan.
 Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PTGaruda Indonesia Tbk (GIAA) atas
kasus klaim laporan keuanganperseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang dijatuhkanantara
lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikanlaporan keuangan perusahaan dengan
paling lambat 26 Juli 2019 ini.
 Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Pembekuan Surat TandaTerdaftar (STTD) selama satu tahun
kepada Sdr. Kasner Sirumapea(Rekan pada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &
Rekan(Member of BDO International Limited)) dengan STTD
Nomor:335/PM/STTD-AP/2003 tanggal 27 Juni 2003 yang telahdiperbaharui dengan surat
STTD Nomor: STTD.AP-010/PM.223/2019 tanggal 18 Januari 2019, selaku Auditor
yangmelakukan audit LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31Desember 2018 atas pelanggaran
Pasal 66 UU PM jis
Pasca penetapan sanksi yang diberikan oleh OJK kepada Garuda Indonesia akibat melakukan
pemolesan pada laporan keuangan mereka pada 2018
Kinerja PT Garuda Indonesia tampak tidak mengalami perubahan yang berarti. Sanksi yang diberikan
OJK ini tidak menimbulkan perubahan pada cash out Garuda Indonesia. Di lain sisi, sejak penetapan sanksi oleh
OJK, harga saham Garuda Indonesia di BEI mengalami penurunan. Penurunan nilai saham yang dialami oleh
PT Garuda Indonesia dinilai wajar dan tidak terlalu signifikan. Rupanya, skandal laporan keuangan Garuda
Indonesia bukanlah skandal terakhir bagi Garuda Indonesia. Setelah itu, pada bulan Agustus 2019, mantan dirut
Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, ditahan KPK terkait dugaan suap dan pencucian uang dalam pengadaan suku
cadang pesawat. Selanjutnya, kasus perseteruan Garuda Indonesia dengan Content Creator Rius Vernandes dan

19
turunnya peringkat Garuda Indonesia pada ajang World Airline Awards. Lalu, kasus penyeludupan sepeda
motor Harley Davidson dan Sepeda Brompton yang terjadi November 2019.

PSAK yang mendasari PT. Garuda Indonesia Tbk


 PSAK 30 tentang Sewa. "Pengenaan sanksi dan/atauPerintah Tertulis terhadap PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk, Direksi dan/atauDewan Komisaris, AP, dan KAP oleh OJK diberikan sebagai
langkah tegas OJKuntuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri Pasar Modal
Indonesia,”
 PSAK 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.
Penerapan PSAK 23 dalam pengakuan pendapatan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Hal ini dikarenakan syarat dalam pengakuan pendapatan yang didasarkan pada PSAK 23 Paragraf 28,
Paragraf 29, dan Paragraf 30 belum terpenuhi. Kriteria tersebut adalah kemungkinan besar manfaat
ekonomik suatu transaksi akan mengalir ke entitas, jumlah dapat diukur dengan andal masih belum
diketahui kejelasan yang detail terkait kontrak kerjasama yang dilakukan.

Opini Mengenai Kasus PT. Garuda Indonesia Tbk


Untuk menghindari kerancuan, GIAA sebagai perusahaan tercatat di pasar modal seharusnya
menjelaskan ke publik nature transaksi yang terjadi serta poin poinnya sudah eksis atau belum. Sehingga tidak
menimbulkan pertanyaan bagi publik bahwa perusahaan di kuartal III-2018 yang masih merugi tiba-tiba
mengantongi laba di tiga bulan terakhir apalagi sudah disahkan dalam RUPS.
Dalam permasalahan ini, pihak KAP dan rekan terkait harus meninjau kembali akun piutang yang
dimiliki PT Garuda Indonesia atas Mahata. Selain itu, KAP juga perlu melakukan cross check atas dokumen
penjualan dan penerimaan Perusahaan. Tindakan ini bertujuan untuk menghindarkan kesalahan auditor dalam
mengaudit laporan keuangan Perusahaan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Hendriksen Eldon S, & van Breda Michael F. (2000). Teori Akunting (L. Saputra, Ed.; Kelima, Buku Satu).
INTERAKSARA.

IMAGAMA. (2020, October 16). Kasus Garuda Indonesia, Riwayatmu Kini. Imagama.Feb.Ugm.Ac.Id.
https://imagama.feb.ugm.ac.id/kasus-garuda-indonesia-riwayatmu-kini/

Kabar Harian. (2022, March 14). Kenali Prinsip Dasar Akuntansi dan Tujuan Penggunaannya.
Www.Kumparan.Com. https://kumparan.com/kabar-harian/kenali-prinsip-dasar-akuntansi-dan-
tujuan-penggunaannya-1xgLkye3caz/full

Wisnu. (2023, May 30). Corporate Social Responsibility: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan
Manfaatnya. Myrobin.Id. https://myrobin.id/untuk-bisnis/corporate-social-responsibility/

21

Anda mungkin juga menyukai