Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH AKUNTANSI SYARIAH

1. Perkembangan Ilmu Akuntansi

Mengenal sejarah
akuntansi berarti menuntun kita untuk mengetahui apa yang terjadi di masa lalu
dan dengan pengetahuan ini diharapkan kita akan mampu memprediksi apa yang
akan terjadi dimasa depan.

Mempelajari sejarah akuntansi kita harus dapat membedakan


antara tiga hal, yaitu:
1. Sejarah lahirnya akuntansi itu dalam kehidupan manusia
2. Sistem pencatatan akuntansi itu sendiri sebagai pencatatan transaksi dengan
sistem pembukuan yang sekarang dikenal dengan sistem pencatatan berpasangan
3. Sejarah perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri, sejak ia merupakan satu
bidang ilmu akuntansi umum kemudian berkembang menjadi berbagai sub
bidang yang sudah dikenal saat ini seperti Akuntansi Manajemen, Akuntansi
Keperilakuan, Akuntansi Sumberdaya Manusia dsb.

Dari gambar perkembangan ilmu pengetahuan di atas, Kam tidak menyinggung


sedikitpun eksistensi peradaban Islam yang berlangsung selama 600-1300
M, dimana kemajuan ilmu pengetahuan Islam mencapai puncak kejayaannya antara
tahun 900-1200 M.
Hilangnya periode peradaban Islam dalam runtutan sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan versi Barat di atas, baik secara disengaja maupun tidak disengaja,
seolah berusaha menutupi sumbangan Islam atas perkembangan ilmu pengetahuan
di kalangan Barat. Padahal tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa kemajuan
negara-negara barat saat ini, tidak bisa lepas dari sumbangan pemikiran dari
sarjana-sarjana muslim, yang hidup jauh sebelum Barat mencapai puncak
kejayaannya sekarang ini.

2. Sejarah Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu bentuk profesi tertua. Dari sejak jaman pra
sejarah, setiap keluarga memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan
dan pakaian yang harus mereka persiapkan dan mereka gunakan pada saat
musim dingin. Ketika masyarakat mulai mengenal adanya “perdagangan”, maka
pada saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai
mengenal sistem moneter (monetary system).

Menurut Vernon Kam (1990), ilmu akuntansi diperkenalkan pada zaman


feodalisme barat. Akuntansi pada masa kelahiran feodalisme di Eropa, mulai
berkembang dan saling menopang dengan perkembangan ekonomi kapitalis.

Dengan akuntansi, investor dapat mengawasi asset perusahaannya, dan dapat


mengembangkan modalnya sehingga semakin besar dan meluas.

3. Akuntansi Dan Kontroversi Sejarah

Sebelum berdirinya pemerintahan Islam, peradaban dunia didominasi oleh dua


bangsa besar yang memiliki wilayah yang luas, yaitu Bangsa Romawi di Barat dan
Bangsa Persia di Timur.
Pada saat itu, akuntansi telah digunakan dalam bentuk perhitungan barang
dagangan oleh para pedagang Arab, sejak mulai berdagang sampai kembali ke
negerinya. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan asset
serta untung rugi dalam perdagangannya. Selain itu, orang-orang Yahudi yang
saat itu banyak melakukan perdagangan menetap, dan telah juga memakai
akuntansi untuk transaksi utang-piutang mereka.

Dengan
demikian, berdasarkan fakta-fakta yang ada, bukan hal yang mengada-ada kiranya
bila dikatakan bahwa akuntansi, bukanlah lahir dari Barat, melainkan hasil
pemikiran dari para ilmuwan muslim dan sudah dipraktikkan secara umum oleh
para pedagang muslim yang melakukan ekspedisi dagang jauh sampai ke negara negara
Eropa pada masa itu

4. Rekonstruksi Sejarah Pemikiran Akuntansi

Dari studi sejarah peradaban Arab, tampak sekali betapa besarnya perhatian
bangsa Arab pada akuntansi.
Pada waktu itu seorang akuntan disebut sebagai katibul amwaal atau penanggung
jawab keuangan. Istilah ini diambil dari fungsi akuntan itu sendiri, yaitu untuk
membantu menjaga keuangan.

Akuntansi telah diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi antara lain, akuntansi


peternakan, akuntansi pertanian, akuntansi bendahara, akuntansi konstruksi, akuntansi
mata uang, dan pemeriksaan buku atau auditing. Pada masa itu pembukuan telah
menggunakan model buku besar, yang meliputi :

1.Jaridah Al-Kharaj merupakan pembukuan pemerintah terhadap piutang pada individu atas zakat
tanah, hasil pertanian, serta hewan ternak yang belum dibayar dan cicilan yang telah dibayar.

2. Jaridah An-Nafaqaat (jurnal pengeluaran), merupakan pembukuan yang digunakan untuk


mencatat pengeluaran negara

3. Jarida Al-Maal (jurnal dana), merupakan pembukuan yang digunakan untuk mencatat
penerimaan dan pengeluaran dana zakat

4. Jaridah Al-Musadareen, merupakan pembukuan yang digunakan untuk mencatat penerimaan


denda atau barang sitaan dari individu yang tidak sesuai syari’ah, termasuk dari pejabat yang korup

Adapun untuk pelaporan, telah dikembangkan berbagai laporan akuntansi antara lain :

1. Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat setiap bulan

2. Al-Khitmah Al-Jamaeeah, yaitu laporan keuangan yang komprehensifyang berisikan gabungan


antara laporan laba rugi dan neraca (pendapatan,pengeluaran,surp;lus dan defisit,belanja untuk aset
lancar maupun aset tetap) yang dilaporkan diakhir tahun.

Itulah sejarah perkembagan praktik akuntansi, dengan teknik tata buku berpasangan yang
sebenarnya, dimana akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan islam. Artinya, peradaban islam
tidak mungkin tidak memiliki teknik pembukuan akuntansi
5. Sejarah Kemunculan Akuntansi Syariah

Dalam literatur sejarah peradaban bangsa Arab, perhatian bangsa


Arab sangat besar terhadap perdagangan. Kerena itu, mereka telah menggunakan
dasar-dasar penggunaan akuntansi yang bertujuan untuk menghitung transaksi
mereka serta mengetahui perubahan-perubahan dari jumlah aset.

Kemudian Islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW membenahi konsep
akuntansi yang bersifat jahiliyahtersebut dengan konsep akuntansi syari’ah yang
memberikan kemashlahatan bagi umat manusia.

Munculnya akuntansi syari’ah ini didorong oleh berbagai hal seperti :

1. Meningkatnya religiousity masyarakat

2. Kebangkitan umat islam khususnya kaum terpelajar yang merasakan kekurangan yang
terdapat dalam kapitalisme barat

3. Perkembangan atau anatomi disiplin akuntansi itu sendiri, dll

6 .Perkembangan Akuntansi Syari’ah Di Indonesia

Akuntansi pertama kali dikenal di Indonesia sekitar tahun 1960an.


Namun dokumen tertulis yang menyiratkan dan mencerminkan proses
perjuangan perkembangan akuntansi syariah masih sangat terbatas jumlahnya.
Demikian pula dengan sejarah perkembangan akuntansi syariah di Indonesia.

Kekurang tertarikan banyak orang terkait masalah ini, baik sebagai bagian dari
kehidupan penelitian maupun sebagai sebuah ilmu pengetahuan menjadikan
sejarah akuntansi syariah masih sangat minim di temukan.

Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari


proses pendirian Bank Syariah. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI)
merupakan landasan awal diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman
bermuamalah.
Pendirian ini dimulai dengan serangkaian proses perjuangan
sekelompok masyarakat dan para pemikir Islam dalam upaya mengajak
masyarakat Indonesia bermuamalah yang sesuai dengan ajaran agama.

7. Sejarah Standar Akuntansi Syariah Di Indonesia

Semua standar akuntansi


berinduk pada landasan teoritis dan teknologi akuntansi IASC (International
Accounting Standards Committee).
.

Standar akuntansi
keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, dimana cermin yang baik
akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh
karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan
dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu
tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang
memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari
dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada
tahun 1957 hingga kini.
Terdapat beberapa tonggak sejarah dalam
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia diantaranya.

Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia


pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan
kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu
buku “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”

Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu,
komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
mengkondifikasikannya dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984″ dengan
tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.

Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat


pada hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;Prinsip
penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan
keuangan; Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;
2. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang;
3. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income
dengan cost (biaya);
4. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;
5. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Anda mungkin juga menyukai