Anda di halaman 1dari 13

BAURAN PEMASARAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis yang diampu oleh dosen
Makmuri, SE.,M.Ak

Disusun oleh Kelompok 3:


1. Khairifathan Tri Ramadhan (2019021012)
2. Rizky Putra Yudha Caniago (2019031051)
3. Yohanes Andy (2019021008)
4. Muhammad Gusti Putra Pratama (2019021053)
5. Hizkia Raja Lumban Batu (2019021029)
6. Dea Aulia Kusumah (2019021057)
7. Pradita Azzahra (2019031097)
8. Fairuz Salma Nabilah (2019031012)
9. Adinda Nurul Solihat (2019021054)
10.Marliana (2019021020)
11.Anissa Azzahra (2019031039)
12.Yuaniza Tantyana (2019021028)
13.Tri Handayanti (

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YAI 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Perbankan Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah atau hukum
islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun
meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang
dikategorikan haram.

A. Latar Belakang
Dinamika kesadaran umat Islam untuk mengamalkan ajaran dan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh
(kaffah) tampaknya sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan, khususnya dalam bidang ekonomi.
Ekonomi dan keuangan Islam sudah mulai memperlihatkan sosoknya sebagai suatu alternatif baru yang diambil
dari ajaran Islam.
Pada dasawarsa 1970 dan 1980-an di Timur Tengah serta negara-negara muslim lainnya telah dimulai kajian-
kajian ilmiah tentang ekonomi dan keuangan Islam yang berbuah terbentuknya sebuah lembaga keuangan Islam
internasional yakni Islamic Development Bank (IDB) – sejenis bank pembangunan seperti Bank Dunia dan
Bank Pembangunan Asia - pada tahun 1975 yang berkedudukan di Jeddah, yang kemudian diikuti oleh
pendirian bank-bank Islam lainnya di Timur Tengah.
Di Indonesia sendiri, Bank syariah yang pertama baru didirikan sekitar tahun 1991 dan baru beroperasi pada
pertengahan tahun 1992 yang tidak lepas dari dukungan rezim yang berkuasa saat itu.
Dengan melihat perkembangan bank syariah di atas, agaknya keinginan umat untuk menjalankan kehidupan
bisnis dan transaksinya dalam skala yang lebih luas yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam agaknya
sudah memiliki sarana yang tepat. Namun, diakui atau pun tidak, pengetahuan umat tentang bank syariah masih
terbatas dan tidak merata. Masih banyak yang tidak mengenal apa itu bank syariah atau bahkan masih adanya
anggapan yang keliru bahwa bank syariah adalah bank konvensional yang berbaju syariah.
Oleh karena itu, makalah ini mencoba memberikan sedikit gambaran yang mudah-mudahan dapat memberi
pemahaman yang baik tentang bank syariah serta menepis anggapan yang keliru tersebut.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini dijabarkan dari rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan perbankan syariah atau pengertian bank syariah?
2. Apakah perbankan syariah dapat menjadi solusi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni:
a) Memahami dan mengetahui apa itu perbankan syariah
b) Menjelaskan dan memahami bahwasanya perbankan syariah itu sebagai solusi.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi aktual yang sesuai
dengan permasalahan yang akan dibahas. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah ini,
penulis tidak hanya mengandalkan pengetahuan sendiri namun mengambil rujukan dari beberapa literatur
sebagaimana tertuang dalam Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Istilah Bank dalam literatur Islam tidak dikenal. Suatu lembaga yang menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat, dalam literature Islam dikenal dengan istilah baitul mal
atau baitul tamwil. Isitilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Islam adalah Bank Syariah. Secara
akademik, istilah Islam dan Syariah memang mempunyai pengertian berbeda.
Namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai pengertian yang sama.
Dalam Undang-Undang No 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Umum merupakan bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu litas pembayaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpannya, pembiayaan atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari’ah. Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas,
pengertian Bank Syariah berarti bank yang tata cara operasionalnya didasari dengan tatacara Islam yang
mengacu kepada ketentuan Al-Quran dan Al Hadist.

B. Perbankan Syariah Sebagai Solusi


Sebelum masa kenabian Muhammad SAW, kota Mekkah merupakan kota pusat perdagangan dan para
pedagang berdatangan dari segala penjuru bahkan dari luar kota Mekkah. Perjalanan para saudagar menuju
pasar Mekkah dilakukan sekaligus ibadah haji (waktu itu masih menyembah berhala) sebagaimana yang
digambarkan oleh Allah sebagai perjalanan kaum Quraiys yang aktif berdagang sesuai musim waktu itu, yaitu
miusim panas dan musim dingin (QS. 106:1-2).
Karena sifat Muhammad yang jujur, adil dan dapat dipercaya, para penduduk Mekkan (kaum Quraisy dan
para pedagang) sepakat untuk memberikan penghargaan kepada Muhammad dengan predikat al-Amin.
Pemberian gelar ini belum pernah dialami oleh orang lain, sehingga Muhammadlah orang pertama dan yang
terakhir mendapatkan gelar al-Amin.
Karena gelar yang diberikan al-Amin, maka banyak orang mendepositokan atau menitipkan hartanya yang
berharga kepada nabi Muhammad SAW, dan beliau menunjuk Ali untuk mengembalikan seluruh harta yang
diterimanya kepada pemilik masing-masing.
Dari sejarah diatas maka secara tidak langsung menunjuk bahwa penduduk Mekkah (pra Islam) telah
mengetahui metode penggunaan harta (uang), yaitu pertama: menyerahkan harta kepada orang untuk diniagakan
(commendan) dan mendapatkan pembagian keuntungan dari hasil peniagaan tersebut. Kedua, memberikan harta
tersebut dengan atas dasar riba (usury).
Kemudian setelah Islam datang, maka segala prinsip-prinsip yang berlaku pada saat itu dan bertentangan
dengan syariah harus diubah, dan semenjak itulah parasahabat mulai mengerti pentingnya aturan tersebut. Salah
satu contoh adalah az-Zubair bin al Awwam, yaitu beliau adalah salah seorang yang dipercaya Rasul untuk
sebagai tempat penyimpanan uang , namun Zubair menolak menerima uang simpanan tersebut. Zubair
mensyaratkan bahwa dirinya mau menerima uang simpanan apabila uang tersebut bisa digunakan olehnya
(diterima sebagai pemberian pembiayaan) bukan hanya sekedar tempat penyimpanan. Kemudian Zubair juga
memberikan secure guarantee kepada setiap pemilik modal bahwa uang tersebut akan aman apabila tidak
digunakan olehnya namun akan mengalami pengurangan atau kerugian apabila digunakan; begitu pula halnya
apabila uang tersebut dijadikan sebagai modal pembiayaan maka dana tesebut dijamin oleh sipeminjam (bukan
oleh Zubair).
Perbankan syariah di Indonesia, Indonesia sebuah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam
dan sistem ekonomi yang berlaku berbasis kapitalis (bebas), bukan berlandaskan syariat Islam. Ini terjadi karena
Indonesia bukan negara Islam tetapi berlandaskan Pancasila.
Umat Islam yang merupakan pelaku ekonomi sekaligus pendorong daya beli masyarakat selalu mengikuti
dan merujuk kepada sistim perekonomian bangsa. Sistim ekonomi yang ada memang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi bangsa tetapi umat Islam seharusnya punya suatu sistim yang mengarah kepada syariah
sehingga umat Islam lebih leluasa mengembangkan diri karena sesuai dengan kaedahnya dan anutan. Salah satu
sistim yang perlu dikembangkan adalah sistim perbankan syariah. Bank merupakan mediator utama untuk
melakukan traksaksi finansial dalam suatu perekonomian. Bank sebagai pengumpul uang masyarakat dan
menyalurkan dalam bentuk investasi.
Majelis Ulama Indonesia maupun ormas-ormas Islam berusaha untuk merumuskan sistim ini, baik melalui
seminar maupun simposium. Sekitar tahun 1988-1989, lahirlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terutama di
Pulau Jawa sebagai jawaban atas wacana ini. Namun kurang menggema karena keterbatasan kemampuan baik
pemodal maupun manajemen sehingga tidak mampu berkembang sebagaimana diharapkan.
Waktu terus berjalan, akhirnya awal tahun 1991 Majelis Ulama Indonesia memprakarsai lahirnya sebuah
bank yang berbasis syariah, dan didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yaitu Bank
Muamalat Indonesia (BMI). Dengan lahirnya Bank Muamalat, maka umat Islam sudah mempunyai suatu wadah
yang sesuai dengan keinginan dimana bank yang bebas riba. Masyarakat waktu itu sangat antusias untuk
menabung bahkan non muslim pun ikut tergiur dan sampai saat ini Bank Muamalat Indonesia telah menjadi
bank syariah nomor satu di Indonesia.
Melihat tingkat pertumbuhan bank dengan sistim syariah dan prospek yang sangat menjanjikan untuk masa
akan datang, banyak bank-bank konvensional tertarik menjalankan sistim syariah. Diantaranya Bank Mandiri,
Bank BRI, Bank BNI, Permata Bank, dan lain-lain. Ini sungguh sangat menggembirakan karena sistim
perbankan syariah lebih menjanjikan kesejahteraan dan stabilitas pasar. Beda dengan sistim bank konvensional
yang selalu tergantung tingkat bunga pasar.
Bank syariah bukan hanya diperuntukkan buat umat Islam saja tetapi terbuka untuk umum, karena yang
beda hanya sistim. Namun untuk saat ini bank sistim syariah tidak 100% dapat dikatakan murni syariah. Masih
banyak hal-hal yang belum jelas dalam proses pelaksaannya, misalnya bank syariah sangat menentukan
besarnya agunan untuk suatu kredit, yang seharusnya ini tidak terjadi tetapi harus didasarkan bahwa tingkat
kepercayaan bank kepada nasabah. Bank dalam menyalurkan kredit harus membina dan mendidik nasabah
sehingga nasabah dan bank menjadi satu kesatuan untuk mencapai kesejahteraan. Bila ini yang dipraktekkan
maka banyak umat Islam yang mampu untuk berusaha dan mandiri. Sekarang umat Islam hanya bisa menikmati
tempat menabung tanpa riba namun tidak banyak yang mampu memanfaatkan fasilitas bank yang tersedia
karena terkendala agunan.
Suatu kenyataan bahwa walaupun MUI telah mengeluarkan fatwa haram terhadap bunga bank, masih
banyak umat Islam yang bersikap apriori atau nyantai dalam menanggapi fatwa tersebut. Sebagai bukti pada
kenyataan di atas adalah tidak terjadinya rush (penarikan dana besar-besaran) pada bank-bank konvensional
pasca fatwa tersebut dikeluarkan.
Kini saatnya kita introspeksi diri terhadap muamalah yang selama ini kita lakukan dengan bank
konvensional. Marilah kita mengenal sebagian konsep Islam tentang keuangan yakni Bank Syariah.

C. Bank Syariah Sebagai Solusi Dan Pilihan Tepat Dimasa Kini Dan Masa Mendatang
Kedepan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi islam (syariah) karena
sejarah telah mencatat bahwa ekonomi syariah tetap stabil dalam keadaan ekonomi yang tidak stabil. Kondisi
ini dapat kita lihat pada tahun 1997 saat keadaan Indonesia mengalami krisis, pada November 1997 telah ada 16
bank bermasalah yang dicabut izin usahanya dan dilikwidasi dan disusul akhir September 1998 ada 55 bank
bermasalah semuanya bank konvensional terdiri dari 10 bank termasuk katagori bank beku operasi (BBO), 5
bank termasuk katagori bank yang dikuasai Pemerintah (BTO), dan 40 bank termasuk katagori bank dibawah
pengawasan BPPN. Sedangkan untuk perbankan syariah dapat kita buktikan,ditengah- tengah krisis ekonomi
1997 tersebut tidak ada satu bank syariah yang terkena dampaknya, malahan laporan keuangan salah satu bank
syariah pada saat itu, menunjukan kinerja terbaiknya dengan peningkatan laba bersih mencapai 134 %,
peningkatan asset sebesar 14 % dari 515,5 milyar rupiah pada tahun 1996 menjadi 588,5 milyar rupiah pada
tahun 1997, dan semakin mantapnya kepercayaan masyarakat yang dapat dilihat dari peningkatan simpanan
dana masyarakat sebesar 11 %.(A, Karnaen, 2008).
Gubernur Bank Indonesia bahkan memperkuatkanya pada pidato di Sidang Tahunan Dewan Gubernur IDB
ke-24 tanggal 3 November 1999 mengatakan antara lain : ” We in the central bank as well as in other public
authorities have a strong believe that banks and other financial institutions operating on the basis of shari’ah
principles can cope with various problems better than conventional financial institutions. And although a
thorough study is still to be conducted, preliminary indicators have shown that shari’ah banks are more resilient
in the time of financial and economic crises like the one we in Indonesia have gone through, particulary because
the risk are share among parties involved “. Apapun keadaan ekonomi di masa sekarang maupun mendatang
dimana kestabilan ekonomi tidak dapat ditentukan, maka bank syariah adalah solusi dan pilihan yang sangat
tepat bagi perkembangan ekonomi negara ini.
Selama ini, sistem ekonomi dan keuangan syariah kurang mendapat tempat yang memungkinkannya untuk
berkembang. Ekonomi Islam belum menjadi perhatian pemerintah. Sistem ini mempunyai banyak keunggulan
untuk diterapkan, Ekonomi Islam bagaikan pohon tumbuhan yang bagus dan potensial, tapi dibiarkan saja, tidak
dipupuk dan disiram.

Ada 5 keunggulan Bank Syariah yang belum diketahui oleh banyak orang:

 Fasilitas Selengkap Bank Konvensional


 Manajemen Finansial yang Lebih Aman
 Anda Berkontribusi Langsung Memperkuat Bank Syariah Anda
 Membantu Orang yang Butuh Dizakati
 100% Halal

Kendati secara prinsip bank syariah memiliki keunggulan (advantage), namun dalam realitasnya bank syariah
menghadapi beberapa kendala dan kelemahan yang memang harus diakui perlu pembenahan dan peningkatan
secara kualitas dan kuantitas antara lain:
 Jasa layanan dan inovasi produk. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta mudah menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, sehingga mereka tidak merasa punya perbedaan dengan layanan dari perbankan
konvensional.
 Masih terbatasnya pemahaman masyarakat mengenai kegiatan usaha jasa keuangan syariah [bank,
asuransi, dana pensiun, reksa dana dan indeks syariah]. Keterbatasan pemahaman ini menyebabkan
banyak masyarakat memiliki persepsi yang kurang tepat mengenai operasi jasa keuangan syariah.
 Masih terbatasnya jaringan kantor cabang jasa keuangan syariah. Keterbatasan kantor cabang ini sangat
berpengaruh terhadap kemampuan pelayanan terhadap masyarakat yang menginginkan jasa keuangan
syariah.
 Masih belum lengkapnya peraturan dan ketentuan pendukung kegiatan usaha jasa keuangan syariah
seperti standar akuntansi, standar prinsip kehati-hatian, standar fatwa produk investasi syariah serta
peraturan dan ketentuan pendukung lainnya.
 Masih terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki keterampilan teknis jasa keuangan syariah.

2. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

No. Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah


1. Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss
sharing
2. Resiko Anti risk Risk sharing
3. Operasional Beroperasi dengan pendekatan Beroperasi dengan pendekatan
sektor keuangan, tidak langsung sektor riil
terkait dengan sektor riil
4. Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual beli, bagi
hasil, jasa)
5. Pendapatan Pendapatan yang diterima deposan Pendapatan yang diterima
tidak terkait dengan pendapatan deposan terkait langsung dengan
yang diperoleh bank dari kredit pendapatan yang diperolah bank
dari pembiayaan
6. Dasar Hukum Bank Indonesia dan Pemerintah Al Qur’an. Sunnah, fatwa ulama,
Bank Indonesia, dan Pemerintah
7. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba) Tidak berdasarkan bunga(riba),
spekulasi (maisir), dan
ketidakjelasan(gharar)
8. Operasional  Dana Masyarakat (Dana Pihak  Dana Masyarakat (Dana
Ketiga/DPK) berupa titipan Pihak Ketiga/DPK) berupa
simpanan yang harus dibayar titipan (wadi’ah) dan
bunganya pada saat jatuh investasi (mudharabah) yang
tempo baru akan mendapat hasil
 Penyaluran dan pada sektor jika “diusahakan“ terlebih
yang menguntungkan, aspek dahulu
halal tidak menjadi  Penyaluran dana (financing)
pertimbangan agama pada usaha yang halal dan
menguntungkan
9. Aspek sosial Tidak diketahui secara tegas Dinyatakan secara eksplisit dan
tegas yang tertuang dalam visi
dan misi
10. Organisasi Tidak memiliki Dewan Pengawas Harus memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS) Syariah (DPS)
11. Uang Uang adalah komoditi selain Uang bukan komoditi, tetapi
sebagai alat pembayaran hanyalah alat pembayaran
12. Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread

3. Konsep Dasar Transaksi


Efisiensi, mengacu pada prinsip saling menolong untuk berikhtiar, dengan tujuan mencapai laba sebesar
mungkin dan biaya yang dikeluarkan selayaknya.
Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya), saling ikhlas mengikhlaskan antar
pihak – pihak yang terlibat dengan persetujuan yang adil tentang proporsi bagi hasil, baik untung maupun rugi.

Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasehat untuk saling meningkatkan
produktivitas.

4. Produk-Produk Bank Syariah


Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

 Produk penyaluran dana


 Produk penghimpunan dana
 Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya.
1. Produk Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori
yaitu :
i. Prinsip Jual Beli (Bay’)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda (transfer of property). Prinsip ini dapat dibagi sebagai berikut:
ii. Pembiayaan Murabahah
Menurut Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd bahwa pengertian murabahah
yaitu: Bahwa pada dasarnya murabahah tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan pemberian
keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan memperhitungkannya dari modal awal si
penjual.
iii. Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada.
iv. Pembiayaan Istisna
Produk Istisna menyerupai produk salam, tapi dalam Istisna pembayarannya dapat dilakukan
oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.
2. Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip Ijarah sama
saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaanya terletak pada objek traksaksinya bila pada jual beli
objek transaksinya adalah barang, maka pada Ijarah objek transaksinya adalah jasa

3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil adalah
(i) Pembiayaan Musharakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah Musharakah (shirkah atau sharikah atau serikat
atau kongsi). Dalam artian semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek Musharakah dan
dikelola bersama-sama.

(ii) Pembiayaan Mudharabah.


Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal
(shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudarib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan.

4. Akad Pelengkap
(i) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Tujuan fasilitas Hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya.
(ii) Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam
memberikan pembiayaan.
(iii) Qard (Pinjaman Uang)
Qard adalah pinjaman uang. Aplikasi qard dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu:
pertama, sebagai pinjaman talangan haji, kedua, sebagai pinjaman tunai (cash advanced), ketiga,
sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, keempat, sebagai pinjaman kepada pengurus bank.
(iv) Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank
untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkasi dan transfer uang.
(v) Kafalah (Garansi Bank)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban
pembayaran
5. Produk Penghimpunan Dana
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip
Wadiah dan Mudharabah.
6. Produk Jasa
(a) Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama
(spot).
(b) Ijarah (Sewa)
Menurut bahasa ijarah adalah (menjual mafaat). Sedangkan menurut istilah syarak menurut
pendapat ulama Hanafiyah: Ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti.

5. Lima transaksi yang lazim dipraktekkan perbankan syariah adalah:


 Tarnsaksi yang tidak mengandung ribal.
 Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual beli(murabaha)
 Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jaa dengan cara sewa(ijarah)
 Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi hasil (mudharabah)
 Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adlah bagi hasil (mudharabah) dan transaksi
titipan(wadi’ah).
6. Kegiatan Usaha Bank Syariah
1. Penghimpunan Data
2. Penyaluran Dana
3. Jasa Pelayanan
4. Berkaitan dengan Surat Berharga
5. Lalu lintas keuangan dan pembayaran
6. Berkaitan dengan pasar modal
7. Inventasi
8. Dana Pensiun
9. Sosial

7. Keunggulan Bank Syariah


 Bank Syariah relative lebih mudah merespon kebijaksanaan pemerintah
 Terhindar dari praktik money laundering
 Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya
 Tidak mudah dipengaruhi gejolak moneter
 Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan dan kebersamaan
8. Kelemahan Bank Syariah
 Jaringan Kantor Bank syariah belum luas
 SDM Bank Syariah masih sedikit
 Pemahaman masyarakat tentang bank syariah masih kurang
 Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar daripada bank konvensional
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah perbankan syariah diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya dengan melihat
perkembangan bank syariah di atas, sangatlah cerah. Pada saat terjadinya krisis di Negara kita ini, bank syariah
mampu berdiri dengan gagahnya.
Dan disisi lain kita lihat bahwasanya bank syariah itu adalah bank yang berlandaskan alquran dan hadist.
Artinya bank syariah itu adalah bentuk layanan keuangan beretika dan bermoral yang prinsip dasarnya
bersumber dari Syariah (ajaran islam). Elemen penting dari Syariah adalah larangan terhadap bunga (Riba), baik
nominal, sederhana atau bunga berbunga, berbunga tetap maupun berbunga mengambang. Elemen lainnya
mencakup penekanan pada kontrak yang adil, keterkaitan antara keuangan dengan produktivitas, keinginan
untuk membagi keuntungan dan larangan terhadap judi serta berbagai ketidakpastian lainnya.

Walaupun bank syariah memiliki keuntungan seperti yang disebutkan diatas, namun dalam realitasnya bank
syariah masih menghadapi beberapa kendala dan kelemahan yang memang harus diakui perlu pembenahan dan
peningkatan secara kualitas dan kuantitas antara lain: Masalah jaringan kantor layanan, Masih terbatasnya
pemahaman masyarakat mengenai kegiatan usaha jasa keuangan syariah, dan lain-lain.
Oleh karena itu, dengan keunggulan dan kelemahan yang dimilikinya bank syariah mampu sebagai solusi
pengelolaan keuangan yang terjadi pada saat ini.

B. Saran
Bank syariah masih memiliki beberapa kekurangan yaitu seperti masih kurangnya pemahaman masyarakat
tentang bank syariah. Dan masih banyak lagi. Tapi jangan khawatir, karena seiring dengan waktu semua
kekurangan yang dimilikinya, bank syariah akan berusaha dan berupaya akan menutupi dan bahkan
menghilangkan semua kekurangan itu. Itu semua menjadi tugas kita bersama-sama baik itu pemerintah maupun
masyarakat luas. Walaupun Negara kita ini bukanlah 100% Islam, tapi jangan khawatir bagi umat nonmuslim
untuk menggunakan layanan bank syariah karena bank syariah (islam) membawa rahmat untuk semua orang
tidak diperuntukkan bagi umat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam bersifat inklusif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Quranul Karim.
2. Bank Muamalat Indonesia.
3. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002).
4. Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta:
Salemba Empat, 2000).
5. Karnaen Perwataatmaja, Muhammad Syafe'i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1992)

Anda mungkin juga menyukai