Anda di halaman 1dari 5

RESUME TM 1

MANAJEMEN BANK SYARIAH


“Pengantar dan Pengenalan Perbankan Syariah”

Dosen Mata Kuliah :


Prof. Dr. Muhammad Nafik Hadi Ryandono, SE., M.Si.

Oleh :
Nur Arifah Budi Utami 144221073

Ruang Kelas :
F - Manajemen Bank Syariah

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
Prinsip Ekonomi Islam
Prinsip ilahiyah dalam ekonomi Islam menekankan hubungan erat antara kepentingan individu
dan masyarakat dengan asas keselarasan, keseimbangan, dan bukan persaingan, sehingga
menciptakan ekonomi yang adil. Prinsip dasar ekonomi Islam menyatakan bahwa segala
aktivitas manusia, termasuk ekonomi, harus didasarkan pada ajaran Islam, tanpa pemisahan
antara dunia dan akhirat. Dengan kata lain, dalam mencari rezeki, prinsip utama adalah menjaga
agar sumbernya halal. Secara umum, ekonomi Islam mengandalkan Al-Qur'an dan Sunnah
sebagai sumber panduan utama. Ekonomi Islam menentang akumulasi kekayaan yang hanya
terkonsentrasi pada sebagian kecil individu. Zakat harus disumbangkan berdasarkan kekayaan
yang telah mencapai nisab. Islam melarang praktik riba dalam semua bentuknya. Menurut Abdul
Manan, ekonomi islam berlandaskan pada tiga konsep yaitu keimanan kepada Allah (tauhid),
kepemimpinan (khilafah), dan keadilan (‘adalah). Ekonomi Islam, sebagai suatu sistem ekonomi
yang terarah, mengambil pijakan pada tiga prinsip utama. Pertama, keimanan kepada Allah
(tauhid) menjadi landasan yang memandu setiap aspek aktivitas ekonomi dengan nilai-nilai
keislaman. Kedua, konsep kepemimpinan (khilafah) menekankan pentingnya memiliki
pemimpin yang bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya ekonomi sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam. Ketiga, prinsip keadilan ('adalah) menjadi pilar fundamental yang
mendorong distribusi kekayaan dan sumber daya secara adil dalam rangka menciptakan
kesejahteraan sosial dan ekonomi. Dengan menggabungkan ketiga konsep ini, ekonomi Islam
berupaya menciptakan sistem ekonomi yang sejalan dengan ajaran agama dan mendorong
keseimbangan serta kesejahteraan dalam masyarakat.

Prinsip Dasar dan Konsep Bank Syariah


Dalam operasionalnya, perbankan syariah memiliki pronsip-prinsip berikut :
a. Keadilan
yaitu merujuk pada pembagian hasil perbankan syariah berdasarkan kontribusi dan risiko
masing-masing pihak dalam penjualan riil.
b. Kemitraan
dalam lembaga keuangan Syariah menegaskan bahwa nasabah investor, pengguna dana,
dan lembaga keuangan bekerjasama sejajar untuk mencapai keuntungan.
c. Transparansi
diwujudkan melalui penyediaan laporan keuangan terbuka dan berkesinambungan oleh
lembaga keuangan Syariah, prinsip ini memungkinkan nasabah investor memahami
kondisi keuangannya.
d. Universal
prinsip yang menandakan ketidakdiskriminan berdasarkan suku, agama, ras, dan
golongan, sesuai dengan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Dalam konsepnya sendiri, perbankan syariah memiliki konsep yang mengatur kehidupan
manusia secara komprehensif baik secara Hablumminallah maupun Hablumminannas. Ada tiga
pilar pokok dalam ajaran islam yaitu :
a. Aqidah
merupakan aspek ajaran Islam yang mengatur keyakinan terhadap keberadaan dan
kekuasaan Allah, menjadi dasar iman bagi seorang muslim dalam melakukan aktivitas di
dunia ini demi mendapatkan keridlaan Allah serta menjalankan peran sebagai khalifah
yang diberi amanah oleh Allah.
b. Syariah
sebagai bagian dari ajaran Islam, mengatur kehidupan seorang muslim dalam ibadah
(habluminAllah) dan muamalah (hablumminannas), yang merupakan manifestasi dari
keyakinan aqidah. Muamalah, yang mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk
ekonomi dan perniagaan, disebut muamalah maliyah.
c. Akhlaq
dasar perilaku dan kepribadian yang mencirikan seorang muslim taat berdasarkan syariah
dan aqidah, sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah.
Sejarah Bank Syariah di Indonesia
Bank di Indonesia pertama kali didirikan pada masa penjajahan Belanda, termasuk De Javasche
NV, De Post Paar Bank, dan NHM. Pada zaman kemerdekaan, bank baru didirikan, dan beberapa
bank Belanda nasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia. Contohnya, Bank Rakyat
Indonesia (BRI) didirikan pada 22 Februari 1946 (awalnya De Algemene Volks Crediet Bank),
Bank Negara Indonesia (BNI 1946) pada 5 Juli 1946, dan Bank Surakarta Maskapai Adil
Makmur di Solo pada tahun 1945. Bank Indonesia, Bank Dagang Nasional Indonesia, Indonesian
Banking Corporation, dan bank lainnya juga beroperasi pada periode tersebut.
Berdasarkan buku yang berjudul Pengantar Perbankan Syariah, kemudia perbankan Islam di
Indonesia dimulai pada awal 1980-an, dengan didirikannya Bank Muamalat pada 1 November
1991 oleh tim perbankan MUI. Awalnya, bank syariah belum mendapat perhatian optimal dalam
tatanan perbankan nasional, dan UU No. 7 Tahun 1992 hanya menyentuh secara sekilas
perbankan sistem bagi hasil. Kemudian, beberapa Bank Islam lain berdiri, termasuk Bank IFI,
Bank Syariah Mandiri, dan cabang syariah dari Bank Negara Indonesia. Perkembangan
perbankan syariah pada masa reformasi dicirikan oleh pengesahan Undang-Undang No.10 Tahun
1998. Dalam undang-undang tersebut, terdapat ketentuan yang secara terperinci mengatur dasar
hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dilakukan oleh bank syariah. Selain itu, undang-undang
tersebut memberikan panduan kepada bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau
bahkan melakukan konversi total menjadi bank syariah.
Pada tahun 1999, perbankan syariah berkembang dan menjadi internasional pada tahun 2004.
Harapannya, perbankan syariah dapat menjadi pilar ekonomi Indonesia yang kuat dan solusi
untuk masalah ekonomi, terutama bagi usaha kecil dan menengah.
Daftar Pustaka
Bakar, Abu. 2020. Prinsip Ekonomi Islam di Indonesia dalam Pergulatan Ekonomi Milenial.
Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum Vol 4 No 2
Rusby, Zulkifli. 2017. Ekonomi Islam. Pusat Kajian Pendidikan Islam FAI UIR
Maimun. Tzahira, Dara. 2022. Prinsip Dasar Perbankan Syariah. Journal Sharia Economic
Law Vol 1 No 1
Hasan, Nurul Ichsan. Pengantar Perbankan Syariah. GP Press Group. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai