DAN
JASA PERBANKAN SYARIAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa
memberikan kita Kesehatan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Sholawat dan salam kita
selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW berkat perjuangan beliau sampai hari ini
kita bisa menikmati karunia yang telah di berikan – Nya.
Buku Manajemen Perbankan Syari’ah ini kami susun bersama Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Kerinci, Jurusan perbankan Syariah 5B dan dosen yang diperuntukan sebagai acuan
perkuliahan bagi mahasiswa. Buku ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan lebih
kepada pembaca mengenai bagaimana pengelolaan bank syari’ah dulu hingga saat ini.
Buku ini kami rasa sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan masukkan dari
segala pihak sangat kami harapkan sehingga kedepannya buku ini layak dan dapat dibaca oleh segala
pihak untuk dapat dijadikan referensi dan rujukan.
Kami sampaikan Terima kasih kepada Bapak dosen mata kuliah Manajemen Perbankan Syari’ah
Helfenta, M.M yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada kami penulis untuk menyelesaikan
buku ini. Kami penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang terlibat dalam penulisan
buku ini dan tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. PERBANKAN SYARI’AH
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didalam
perekonomian suatu negara. Bank memiliki peran sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang
memiliki dana dengan pihak-pihak yang tidak memiliki dana. Misalnya dalam memperlancar
perekonomian, berbagai transaksi baik berskala lokal maupun internasional membutuhkan adanya jasa
perbankan. Transfer dana, rekening giro, penerbitan L/C, depositobox ,tukar menukar valuta asing serta
berbagai jenis pelayanan jasa lainnya merupakan kegiatan dalam perbankan disamping tempat yang aman
untuk menitipkan dana. Hal tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh DRS. T. GILARSO, SJ,
Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana, memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Bank Syari’ah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam
atau disebut Bank tanpa bunga, adalah Lembaga keungan/ perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan berlandaskan pada Al- Qur’an dan Hadist Nabi SAW atau dengan kata lain, Bank islam
adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam
lalulintas pembiayaan serta peredaran uang yang pengopersiannya disesuaikan dengan prinsip syariat
islam.
Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah mengemukakan pengertian perbankan
syariah dan pengertian bank syariah. Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta tata cara dan
proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya dengan didasarkan pada prisnsip syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS
(Bank Umum Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah). 1
Selanjutnya para pakar memberikan pendapatnya mengenai pengertian bank syariah di bawah ini:
1 Ismail, Perbankan Syari’ah…. Ibid hal. 7
a) Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara yang memberikan
kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang
beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau Islam.
b) Menurut Perwataatmadja, Bank Syariah ialah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-
prinsip syariah (Islam) dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Al-quran dan Hadist.
c) Menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu bentuk dari bank modern yang didasarkan
pada hukum Islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan Islam dengan menggunakan
konsep bagi resiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan yang didasarkan pada
kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya.
a) Prinsip Keadilan (adl), yaitu menempatkan sesuat yang hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada bank yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai porsinya.
b) Prinsip Keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan ytang meliputi aspek material dan
spiritual aspek privat dan publik, sektor keuangan, dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan
keseimbangan aspek pemanfaatan dan kelestarian.
d) Prinsip universalisme (alamiyah) yaitu sesuatu dapat dilakukan dan diterima oleh,
dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku,
agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin). 2
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip Syariah.
Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan bank konvensional.
Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah Islam yang berpedoman utama
kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan
1. Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan
kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan
berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai
khalifah yang mendapat amanah dari Allah.
2. Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik
dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah
(hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi
keyakinannya.Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara
lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah Maliyah
3. Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai
seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman
hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang
menyatakan "Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul
karimah"
Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat yang antara lain secara
garis besar adalah sebagai berikut:
Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur spekulasi dan
perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini akan mendatangkan kerugian
bagi masyarakat. Islam menempatkan fungsi uang semata-mata sebagai alat tukar dan bukan
sebagai komoditi, sehingga tidak layak untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur
ketidakpastian atau spekulasi (gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang apalagi
dikaitkan dengan berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk menukar dengan barang.
Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada segelintir orang
dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta sehingga tidak produktif dan oleh
karenanya bagi mereka yang mempunyai harta yang tidak produktif akan dikenakan zakat yang
lebih besar dibanding jika diproduktifkan. Hal ini juga dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa
kedudukan manusia dibumi sebagai khalifah yang menerima amanah dari Allah sebagai pemilik
mutlak segala yang terkandung didalam bumi dan tugas manusia untuk menjadikannya sebesar-
besar kemakmuran dan kesejahteraan manusia.
Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan waJib dlakukan sehingga tidak seorangpun
tanpa bekerja - yang berarti siap menghadapi resiko – dapat memperoleh keuntungan atau
manfaat(bandingkan dengan perolehan bunga bank dari deposito yang bersifat tetap dan hampir
tanpa resiko).
Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi harus dilakukan secara
transparan dan adil atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari pihak manapun.Adanya
kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya yang tidak bersifat tunai
dan adanya saksi yang bisa dipercaya (simetri dengan profesi akuntansi dan notaris).
Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang merupakan hak
orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga anjuran yang kuat untuk
mengeluarkan infaq dan shodaqah sebagai manifestasi dari pentingnya pemerataan kekayaan dan
memerangi kemiskinan.Sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan Islamic
banker dikalangan dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba
diharamkan.
1) Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan
resiko masing-masing pihak
2) Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling
bersinergi untuk memperoleh keuntungan
3) Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi
dananya
4) Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Prinsip-Prinsip syariah yang dilarang dalam operasional perbankan syariah adalah kegiatan yang
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a) Maisir: Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti
memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan
perjudian karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan
dengan cara mudah. Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa
rugi.Judi dilarang dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam
firman Allah sebagai berikut:"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar,
maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan" (QS
Al-Maaidah : 90)
Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir. Ketika
melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi secara
abnormal. Suatu saat ketika seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih
besar ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang
dapat mengalami kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan sehingga diharamkan dalam sistem keuangan Islam.
b) Gharar : Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah gharar berarti
seduatu yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan atau perjudian. Setiap transaksi
yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar
jangkauan termasuk jual beli gharar. Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam
air atau membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya termasuk dalam
transaksi yang bersifat gharar. Pelarangan ghararkarena memberikan efek negative
dalam kehidupan karena gharar merupakan praktik pengambilan keuntungan secara
bathil. Ayat dan hadits yang melarang gharar diantaranya :"Dan janganlah sebagian kamu
memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui" (Al-Baqarah : 188)
c) Riba: Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan, pertumbuhan atau
peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama sepakat bahwa hukumnya riba adalah
haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 130 yang melarang
kita untuk memakan harta riba secara berlipat ganda. Sangatlah penting bagi kita sejak
awal pembahasan bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat di antara umat Muslim
mengenai pengharaman Riba dan bahwa semua mazhab Muslim berpendapat keterlibatan
dalam transaksi yang mengandung riba adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan sumber
utama syariah, yaitu Al-Qur'an dan Sunah benar-benar mengutuk riba. Akan tetapi, ada
perbedaan terkait dengan makna dari riba atau apa saja yang merupakan riba harus
dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas perekonomian dengan ajaran Syariah.
Mulawarman berpendapat bahwa adapun Bank syariah dibentuk dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam khususnya muamalah
yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur haram dimana jenis-jenis usaha tersebut selain
dilarang dalam Islam, juga menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan
melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar, antara pemilik modal
dengan pihak yang membutuhkan modal.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih
besar terutama kepada kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif,
menuju terciptanya kemandirian berusaha.
5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas bank
syariah yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem bunga,
menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara Lembaga keuangan, khususnya bank dan
menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter
baik dari dalam maupun luar negeri.
a) Wadiah
Akad penitipan batang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan
pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan,
serta keutuhan barang atau uang.
b) Mudharabah
Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau bank
syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua ('amil, mudharib, atau
nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan kesepakatan yang dituangkan
dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika
pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
c) Musyarakah
Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang masing-masing
pihak memberikan porsi dana masing-masing.
d) Murabahah
Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
e) Salam
Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang
dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
f) Istisna'
Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu yang
disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni') dan penjual atau pembuat (shani').
g) Ijarah
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikian barang itu sendiri
h) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan
barang.
i) Qardh
Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.
Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan
uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum
muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi
umat Islam sejak jaman Rasulullah SAW. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meninjamkan
uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah
lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu
menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah.
Jelaslah bahwa ada individu-individu yang telah melaksanakan fungsi perbankan di zaman
Rasulullah SAW, meskipun individu tersebut tidak melaksanakan seluruh fungsi perbankan. Ada sahabat
yang melaksanakan fungsi menerima titipan harta, ada sahabat yang melaksanakan fungsi pinjam-
meminjam uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang, dan ada pula yang memberikan modal
kerja. Biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi saja.
Jelas saja institusi bank tidak dikenal dalam kosa kata fikih Islam, karena memang institusi ini
tidak dikenal oleh Masyarakat Islam di masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, maupun
Bani Abbasiyah.
Di jaman Rasulullah saw fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh perorangan, dan biasanya satu
orang hanya melakukan satu fungsi saja. Baru kemudian, di jaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi
perbankan dilakukan oleh satu individu.
Peranan banker pada zaman Abbasiyah mulai populer pada pemerintahan Muqtadir (908-932M).
Saat itu, hampir setiap wazir mempunyai bankir sendiri. Misalnya, Ibnu Furat menunjuk Harun ibnu
Imran dan Joseph ibnu wahab sebagai bankirnya. Lalu Ibnu Abi Isa menunjuk Ali ibn Isa, Hamid
ibnuWahab menunjuk Ibrahim ibn Yuhana, bahkan Abdullah al-Baridi mempunyai tiga orang banker
sekaligus: dua Yahudi dan satu Kristen. Kemajuan praktek perbankan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya saq (cek) dengan luas sebagai media pembayaran. Bahkan, peranan bankir telah meliputi tiga
aspek, yakni menerima deposit, menyalurkannya, dan mentransfer uang. Dalam hal yang terakhir ini,
uang dapat ditransfer dari satu negeri ke negeri lainnya tanpa perlu memindahkan fisik uang tersebut.
Para money changer yang telah mendirikan kantor-kantor di banyak negeri telah memulai penggunaan
cek sebagai media transfer uang dan kegiatan pembayaran lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan yang dilakukan oleh perorangan jihbiz kemudian
dilakukan oleh institusi yang saat ini dikenal sebagai institusi bank. Ketika bangsa Eropa mulai
menjalankan praktek perbankan, persoalan mulai timbul karena transaksi yang dilakukan menggunakan
instrumen bunga yang dalam pandangan fikih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Transaksi berbasis
bunga ini semakin merebak ketika Raja Henry VIII pada tahun 1545, membolehkan bunga (interest)
meskipun tetap mengharamkan riba (usury) dengan syarat bunganya tidak boleh berlipat ganda
(excessive). Ketika Raja Henry VIII wafat, ia digantikan oleh Raja Edward VI yang membatalkan
kebolehan bunga uang, ini tidak berlangsung lama. Ketika wafat, ia digantikan oleh Ratu Elizabeth I yang
kembali membolehkan bunga uang.
Selanjutnya, bangsa Eropa mulai bangkit dari keterbelakangannya dan mengalami renaissance.
Penjelajahan dan penjajahan mulai dilakukan ke seluruh penjuru dunia, sehingga kegiatan perekonomian
dunia mulai didominasi oleh bangsa-bangsa Eropa. Pada saat yang sama, peradaban muslim mengalami
kemerosotan dan negara-negara muslim satu per satu jatuh ke dalam cengkeraman penjajahan bangsa-
bangsa Eropa. Keadaan ini berlangsung terus sampai zaman modern kini. Karena itu, institusi perbankan
yang ada sekarang di mayoritas negara-negara muslim merupakan warisan dari bangsa Eropa, yang
notabennya berbasis bunga.
Setelah diadakan penelitian yang mendalam, usaha untuk mendirikan bank syariah sedikit ada
kendala, yaitu tidak ada paying hukum yang mengatur tentang bank yang operasionalnya yang memakai
prinsip bagi hasil. Kalau tetap dioperasikan bank syariah itu, maka tidak sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok- pokok perbankan yang berlaku pada waktu itu. Selain hambatan
ini lahirnya bank syariah ini dianggap sementara oleh pihak ada keterkaitan dengan faktor idiologi yang
dianggapnya bagian dari konsep negara Islam.
Pada tanggal 18-19 Agustus 1990 MUI menyelenggarakan Lokakarya bunga bank dan perbankan
di Cisarua Bogor Jawa Barat. 22-25 Agustus 1990 diadakan Musyawarah nasonal IV MUI yang
berlangsung di Hotel Sahid Jaya dalam rangka menindaklanjuti hasil lokakarya. Hasil musyawarah
tersebut adalah dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 1
November 1991 didirikan Bank Muamalat Indonesia Pada tahun 1992 tepatnya tanggal 1 Mei Bank
Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama resmi beroperasi sebelum lahirnya undang-undang
atau peraturan tentang bank syariah.
Pada tahun 1992 dibuat undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang “bank berdasarkan prinsip bagi
hasil”, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memililiki dasar
operasional bagi hasil. Tetapi dalam UU ini tidak terdapat rincian landasan hukum serta jenis-jenis usaha
yang diperbolehkan. Ketentuan perundang-undangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum
beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual
banking system) di Indonesia.
Pada tahun 1998 (era Reformasi) ini dikeluarkan UU No. 10 tahun 1998 sebagai amandemen dari
UU No. 7 Tahun 1992. Dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk SK Direksi
BI/Peraturan Bank Indonesia. Peraturan - peraturan tersebut memberikan kesempatan yang luasuntuk
mengembangkan jaringan perbankan syariah antara lain melalui ijin pembukaan kantor cabang syariah
(KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata lain, bank umum dapat menjalankan dua kegiatan usaha,
baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah. Bank Indonesia juga menerbitkan
peraturan Bank Indonesia No. 471/PBI/2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional
Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank Susila
Bakti. Bank Susila Bakti tersebut merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara,
yang kemudian dikonversi jadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua Indonesia Pendirian Bank
Syariah Mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir syariah. Bila Bank Syariah Mandiri berhasil,
maka bank syariah di Indonesia dapat berkembang Sebaliknya, bila Bank Syariah Mandiri gagal maka
besar kemungkinan bank syariah di Indonesia akan gagal. Hal ini disebabkan karena Bank Syariah
Mandiri merupakan bank syariah yang didirikan oleh BUMN milik pemerintah. Ternyata Bank Syariah
Mandiri dengan cepat mengalami perkembangan. Dengan pendirian Bank Syariah Mandiri ini kemudian
diikuti oleh pendirian beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.
Hingga Maret 2013 BMI sudah memiliki 79 kantor cabang, 158 kantor cabang pembantu, 121
kantor kas yang tersebar diseluruh Indonesia. Selain tujuan dibentuknya bank syariah sebagaimana
tersebut diatas, juga diharapkan melalui bank syariah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan industri perbankan, terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena
masih banyak masyarakat yang masih enggan berhubungan dengan bank, sebab bank dianggap
mempraktikan riba dalam transaksi yang dilakukannya, padahal riba itu haram hukumnya dalam syariat
Islam.4
Ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip hukum
Islam yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. 5. Berikut adalah perkembangan dan urgensi
ekonomi Islam:
dan diapresiasi
● Pemikiran ekonomi syariah juga nampak pada ikhtiar untuk mencari relevansinya dengan
ekonomi modern
● Pertumbuhan perbankan syariah cukup baik, baik di tingkat nasional bahkan tingkat global 7
● Ekonomi Islam membangun integritas muslim yang menjalankan roda ekonomi sesuai
dengan ajaran Islam, dengan berpegang teguh pada keistimewaan ekonomi Islam yaitu
menghindari dari segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur riba yang dapat
menyebabkan kerugian terhadap orang lain
● Urgensi pengembangan Ekonomi Islam di Indonesia adalah karena Islam sebagai the way of
lifeb
kadernya yang banyak, sangat memungkinkan untuk dijadikan agen-agen jihad dalam bidang ekonomi
berbasis kemasyarakatan
● Ekonomi syariah tidak boleh hanya bertumpu pada sektor keuangan, namun perlu
Dalam keseluruhan, ekonomi Islam memiliki urgensi yang penting dalam membangun
integritas muslim dan menjalankan roda ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. Perkembangan
ekonomi syariah menunjukkan kemajuan yang patut disyukuri dan diapresiasi, namun tantangan
yang dihadapi adalah masyarakat masih merasa kebingungan dalam memahami karakteristik dasar
yang melandasi sistem operasional perbankan syariah
● Islam memiliki konsep sistem kehidupan yang universal, integral, dan komprehensif, yang
● Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam
● Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-
● Dalam Islam, nilai-nilai dasar ekonomi syariah bersumber hanya pada ajaran Al-Qur'an dan
hadits, sedangkan ekonomi konvensional hanya bersumber dari aturan-aturan yang dibuat
oleh manusia
● Aktivitas ekonomi Islam dilahirkan pada zaman Nabi Muhammad saw dan khilafah antara
lain perdagangan, pertanian dan industri. Kegiatan ekonomi tersebut memiliki ciri kejujuran,
masyarakat berdasarkan pada ajaran Islam atau aturan-aturan Allah dengan tujuan untuk
mencapai kesejahteraan umat manusia
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa Islam dan ekonomi memiliki keterkaitan yang erat.
Islam memiliki konsep sistem kehidupan yang mencakup aspek ekonomi, dan ekonomi Islam
didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan umat manusia dengan mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat
berdasarkan pada ajaran Islam atau aturan-aturan Allah.
1. Konsep Riba
Riba adalah sebuah konsep dalam keuangan Islam yang mengacu pada larangan bunga
atau riba. Hal ini dianggap eksploitatif dan tidak adil. Berikut beberapa poin penting mengenai
konsep riba:
1. Riba diartikan sebagai jumlah tambahan di atas jumlah pokok pinjaman yang disepakati
atau diwajibkan sebagai imbalan pada saat pelunasan.
2. Riba dilarang dalam Islam karena dianggap eksploitatif dan tidak adil. Alih-alih
membebankan bunga pinjaman, keuangan Islam mempromosikan pengaturan pembagian
keuntungan dan pembagian risiko, di mana kedua belah pihak berbagi keuntungan dan
kerugian dari suatu usaha bisnis.10
3. Riba adalah dosa besar dalam Islam, dan dianggap sebagai salah satu pelanggaran paling
serius yang dapat dilakukan seseorang.
Berikut contoh hadis tentang riba:
♦ Dari Abdullah bin Hanzalah, Rasulullah SAW bersabda, “Satu dirham riba yang
diterima seseorang dengan sengaja, lebih buruk daripada berzina sebanyak tiga puluh
enam kali.” (H.R. Ahmad & Duruquthni).11
4. Riba tidak hanya dilarang dalam pinjam meminjam tetapi juga dalam transaksi keuangan
lainnya seperti penjualan dan sewa.
10https://www.kompasiana.com/fajar92210/5faa54869b7830488e7f19f3/riba-dalam-prespektif-ekonomi-islam
11https://islamicmarkets.com/education/riba-in-hadith
5. Larangan riba didasarkan pada ayat Alquran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
6. Konsep riba erat kaitannya dengan konsep gharar (ketidakpastian) dan maysir (perjudian)
yang juga dilarang dalam keuangan Islam.
Ringkasnya, riba adalah sebuah konsep dalam keuangan Islam yang melarang bunga atau
riba dalam transaksi keuangan. Hal ini dianggap eksploitatif dan tidak adil serta didasarkan pada
ayat Alquran dan Hadits Nabi Muhammad.
2. Konsep Zakat
Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaa'iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis,
dan menentukan dalam ajaran Islam. Secara bahasa, zakat memiliki beberapa arti, yaitu al-
barakatu (keberkahan), an-namaa (pertumbuhan dan perkembangan), ath-thuhru (kesucian), dan
ash-shalahu (keberesan)
Secara istilah, zakat adalah mengeluarkan sebagian harta yang diwajibkan Allah SWT untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik), sesuai kadar dan haulnya,
dengan rukun dan syarat tertentu
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib ditunaikan bagi setiap muslim
yang mampu dan memiliki kelapangan harta
Kewajiban zakat ini ditetapkan Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Quran surah Al-
Baqarah ayat 43: "Dan dirikanlah salat, serta tunaikanlah zakat, serta sujudlah kamu bersama-
sama dengan orang yang sujud"12
● Tujuan: Zakat memiliki tujuan untuk membantu orang-orang yang kurang mampu.
Dalam Al-Quran, zakat disebutkan beberapa kali, dan Allah SWT menegaskan bahwa
zakat adalah cara untuk membersihkan dan mensucikan harta serta mendatangkan
keberkahan
● Jenis: Terdapat dua macam zakat, yaitu zakat nafsi (jiwa) atau zakat fitrah dan zakat
harta. Zakat fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadan sebagai bentuk pembersihan diri
dan pengampunan dosa, sedangkan zakat harta dikeluarkan dari harta yang telah
mencapai syarat tertentu
12https://www.pa-bojonegoro.go.id/cgi-sys/suspendedpage.cgi
● Rukun: Zakat memiliki rukun-rukun yang harus dipenuhi agar sah. Rukun-rukun zakat
antara lain niat, kepemilikan harta yang mencapai nisab, haul (sudah mencapai satu
tahun), dan kadar zakat yang harus dikeluarkan
● Asnaf: Asnaf adalah golongan orang yang berhak menerima zakat. Dalam QS. At-
Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan ada delapan golongan orang yang
menerima zakat, antara lain fakir, miskin, amil (pengurus zakat), muallaf (orang yang
baru masuk Islam), hamba sahaya, orang yang berhutang, jalan Allah, dan ibnu sabil
(musafir yang kehabisan bekal)13
● Manfaat: Zakat memiliki manfaat yang luas, baik bagi individu maupun masyarakat.
3. Konsep Maysir
Maysir adalah jenis transaksi permainan yang di dalamnya terdapat persyaratan berupa
pengambilan sejumlah materi dari pihak yang kalah oleh pemenangnya. Dalam ekonomi syariah,
maysir dianggap sebagai tindakan yang dilarang karena dianggap membawa kerugian bagi salah
satu pihak yang bertransaksi. Maysir termasuk dalam kategori dosa-dosa besar dan diharamkan
dalam agama Islam. Maysir adalah transaksi yang didasarkan pada keberuntungan spekulatif
dengan risiko kerugian hingga pada nominal besar
persyaratan berupa pengambilan sejumlah materi dari pihak yang kalah oleh
pemenangnya. Maysir juga dapat dipahami sebagai judi atau taruhan
● Larangan: Maysir dianggap membawa kerugian bagi salah satu pihak yang bertransaksi
dan diharamkan dalam agama Islam. Larangan ini bahkan bersumber langsung dari Al-
Qur’an:
a) Dalam Surah Al-Baqarah ayat 219, Allah SWT menyatakan bahwa minuman
keras, judi, berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji
dan termasuk perbuatan setan.
13https://baznas.go.id/zakat
b) dalam Surah Al-Maidah ayat 90-91, Allah SWT menyebutkan bahwa khamr dan
maysir merupakan pekerjaan setan dan wajib dijauhi.
Ayat-ayat tersebut menjadi dasar hukum bagi umat Islam untuk mengharamkan
praktik maysir atau judi.14
● Unsur: Terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi agar suatu transaksi dianggap
mengandung maysir, antara lain adanya unsur permainan, keberuntungan, dan risiko
kerugian hingga pada nominal besar.
● Contoh: Contoh dari maysir antara lain perjudian, lotere, dan spekulasi.
● Dampak: Maysir dapat membawa dampak buruk bagi individu dan masyarakat, antara
a) Teori Metalisme (Intrinsik): Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-
buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu. Contoh: uang
emas dan uang perak
b) Teori Konvensi (Perjanjian): Uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat
untuk mempermudah pertukaran
14https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6426636/praktik-maisir-atau-judi-pengertian-unsur-dalil-
pelarangan-dan-contohnya
15https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/12/30/maysir-adalah
a) Teori Kuantitas dari David Ricardo: Kuat atau lemahnya nilai uang sangat
tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang meningkat, maka
nilai uang akan melemah, dan sebaliknya
Teori kuantitas uang menjelaskan bahwa persediaan uang dengan tingkat harga dalam
suatu perekonomian memiliki hubungan yang secara tidak langsung saling memengaruhi.
Perubahan pasokan uang akan memberi dampak pada perubahan tingkat harga, dan begitu
juga sebaliknya. Nilai daya beli ditentukan dari jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Jumlah uang yang beredar identik dengan tingkat harga umum yang diberlakukan
2. Fungsi Uang
Uang memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi. Berikut
adalah fungsi-fungsi uang yang dapat dijelaskan dari beberapa sumber:
● Alat tukar: Uang digunakan sebagai media pertukaran barang dan jasa antara pelaku
ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, uang menjadi alat tukar dalam transaksi
● Satuan hitung: Uang digunakan sebagai satuan hitung untuk menyatakan nilai
● Alat penyimpanan nilai: Uang dapat mengalihkan daya beli masa kini ke masa depan,
● Alat pembayaran: Uang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dalam berbagai
● Alat pemindahan kekayaan: Uang dapat digunakan sebagai alat pemindahan kekayaan
suatu negara dengan cara meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga mendorong
konsumsi dan investasi
Selain itu, uang juga memiliki beberapa jenis, seperti uang kartal, uang giral, dan uang
elektronik.16
3. Konsep Uang Dalam Ekonomi Islam
Dalam ekonomi Islam, konsep uang memiliki beberapa perbedaan dengan ekonomi
konvensional. Berikut adalah beberapa konsep uang dalam ekonomi Islam yang dapat
dijelaskan dari beberapa sumber:
16https://an-nur.ac.id/pengertian-uang-sejarah-fungsi-ciri-ciri-dan-syarat-syarat-uang-jenis-jenis-dan-macam-
macam-standar-moneter/
● Flow concept: Uang dalam ekonomi Islam adalah sesuatu yang bersifat flow concept,
bukan stock concept. Artinya, uang harus selalu mengalir dan beredar di kalangan
masyarakat dalam rangka memperlancar transaksi ekonomi.
● Tidak diperbolehkan untuk spekulasi: Dalam ekonomi Islam, tidak dikenal adanya
permintaan uang untuk spekulasi karena uang bukanlah komoditas yang dapat
diperdagangkan secara bebas.
● Beda antara uang dan kapital: Ekonomi Islam membedakan secara tegas antara uang dan
kapital. Hal ini berkaitan dengan larangan riba dalam Islam, dimana seorang muslim
dilarang untuk mendapatkan keuntungan dari uang yang dipinjamkannya kepada pihak
lain.
● Basis bagi hasil: Ekonomi Islam berbasis bagi hasil, sehingga uang digunakan sebagai alat
tukar dalam transaksi yang menghasilkan keuntungan bersama antara pihak yang terlibat.
● Fungsi uang: Menurut perspektif ekonomi Islam, uang memiliki tiga fungsi yaitu sebagai
alat tukar, sebagai satuan hitung atau pengukur nilai, dan sebagai penyimpan nilai.
Dalam ekonomi Islam, uang bukanlah tujuan utama, melainkan hanya sebagai alat untuk
memperlancar transaksi ekonomi yang menghasilkan keuntungan bersama antara pihak yang
terlibat. Oleh karena itu, penggunaan uang dalam ekonomi Islam harus dilakukan dengan cara
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.17
Konsep bagi hasil dalam Islam adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dan pengelola dana.Dalam perbankan syariah, sistem bagi hasil terbagi menjadi
dua, yaitu profit sharing dan mudharabah. Pada sistem bagi hasil, lembaga keuangan syariah dan
nasabah akan membagi keuntungan maupun risiko secara bersama-sama. Prinsip bagi hasil dalam
ekonomi syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu, al Musyarakah, al Mudharabah, al.
Muzara'ah, dan musaqolah Konsep bagi hasil pada bank syariah memiliki keunggulan komparatif
berupa penghapusan pembebebanan bunga yang berkesinambungan (perpetual interest effect),
membatasi risiko moral, dan memperkuat hubungan antara bank dan nasabah.
Perbedaan antara sistem bagi hasil dan sistem bunga terletak pada beberapa hal, seperti:
● Jenis bank: Sistem bunga identik dengan bank konvensional, sedangkan sistem bagi hasil
● Pengertian: Bunga adalah biaya yang harus dibayarkan oleh nasabah saat meminjam uang,
sedangkan bagi hasil adalah alternatif pembagian keuntungan yang sistemnya berdasarkan dari
penetapan akad di awal yang telah disepakati sebelumnya dan akan meningkat seiring dengan
keuntungan yang diperoleh perusahaan.
● Besaran: Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan di awal tanpa adanya pertimbangan
apakah proyek yang sedang dijalankan oleh nasabah menghasilkan keuntungan atau tidak.
Sedangkan pada sistem bagi hasil, nasabah hanya akan membayar sebagian dari keuntungan
atau laba perusahaan.
● Sistem pembayaran: Pembayaran bunga tetap seperti yang telah dijanjikan di awal tanpa
adanya pertimbangan apakah proyek yang sedang dijalankan oleh nasabah menghasilkan
keuntungan atau tidak. Sedangkan pada sistem bagi hasil, pembayaran akan meningkat seiring
dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan.19
Konsep keuntungan dalam Islam berkaitan dengan sistem bagi hasil yang diterapkan dalam
ekonomi syariah. Berikut adalah penjelasan mengenai konsep keuntungan dalam Islam:
1. Bagi hasil: Konsep bagi hasil dalam Islam adalah suatu sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.
2. Dalam perbankan syariah, sistem bagi hasil terbagi menjadi dua, yaitu profit sharing dan
mudharabah.20
3. Pembagian keuntungan: Dalam sistem bagi hasil, lembaga keuangan syariah dan nasabah akan
membagi keuntungan maupun risiko secara bersama-sama. Pembagian keuntungan ini
dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati di awal.
4. Tidak ada bunga: Dalam sistem bagi hasil, tidak ada bunga yang diberikan atau diterima. Hal
ini karena bunga dianggap sebagai praktik riba yang diharamkan dalam Islam.
18https://www.bankmuamalat.co.id/index.php/artikel/perbedaan-bunga-dan-bagi-hasil-11
19https://www.hashmicro.com/id/blog/perbedaan-bunga-dan-bagi-hasil/
20 Wiroso, Penghimpun Dana dan Distribusihal.asil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2005)hal.118
5. Prinsip keadilan: Konsep keuntungan dalam Islam juga mengedepankan prinsip keadilan
dalam pembagian keuntungan. Setiap pihak akan memperoleh keuntungan sesuai dengan
kontribusinya dalam usaha tersebut.
Dengan demikian, konsep keuntungan dalam Islam terkait dengan sistem bagi hasil yang
diterapkan dalam ekonomi syariah. Sistem ini mengedepankan prinsip keadilan dalam pembagian
keuntungan dan tidak ada bunga yang diberikan atau diterima.21
1. Pengertian bank
Berikut adalah pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:
● Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya, dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
● Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara antara pihak yang
● Bank juga dapat melakukan kegiatan usaha lainnya yang terkait dengan fungsi bank, seperti
Dalam pengertian bank, terdapat dua jenis bank yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, yaitu bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank umum adalah bank
yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional, sedangkan BPR adalah bank yang kegiatan
usahanya lebih terfokus pada pemberian kredit kepada masyarakat kecil dan menengah 22
Bank syariah sendiri adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam. Menurut Syafi‟I Antonio dan
Karnaen Perwataatmadja, membedakan antara bank Islam dan bank yang beroperasi dengan
prinsip syariah Islam yaitu:
1) Bank syariah adalah Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
21 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari'ah, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm. 23.
22https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1998/10tahun~1998uu.htm
2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan Hadits
Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang operasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam.Khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara
Islam.23
D. KONSEP AKAD
1. Pengertian akad
Akad adalah sebuah perjanjian atau persetujuan antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
suatu tindakan atau transaksi tertentu. Dalam Islam, akad memiliki kedudukan yang sangat penting
karena dengan sahnya akad, kepemilikan bisa berpindah dari satu pihak ke pihak lain, dan akad
juga dapat merubah suatu kewenangan, tanggung jawab, dan kegunaan sesuatu. Kata ini juga bisa
diartikan sebagai tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam
kitab fiqih sunnah, kata akad diartikan dengan hubungan dan kesepakatan.
2. Rukun akad
Berikut adalah rukun-rukun akad jual beli dalam Islam yang ditemukan dari beberapa sumber:
● Adanya penjual
● Adanya pembeli
● Adanya ijab kabul atau shighat, yaitu kesepakatan antara kedua belah pihak yang
3. Syarat Akad
Syarat akad adalah ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh para pihak agar akad dapat
sah dan berlaku. Berikut adalah beberapa syarat akad dalam Islam:
23 Ali Rama, Analisis Determinan Pengungkapan Islamic Social Reporting: Studi Kasus Bank Umum syariah di
Indonesia, Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 2, No. 1, 2014, hlm 16.
24 Ahmad Sarwat, Fiqih Jual-beli, (Jakarta Selatan): Rumah Fiqih Publishing, 2018
a) Syarat umum, yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam setiap akad. Syarat umum antara lain:
b) Syarat khusus, yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam akad tertentu. Syarat khusus dapat
berbeda-beda tergantung pada jenis akad yang dilakukan. Beberapa contoh syarat khusus dalam
akad jual beli antara lain:
Dalam Islam, syarat-syarat tersebut harus dipenuhi agar suatu akad dapat dianggap sah dan
berlaku. Namun, syarat-syarat tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada jenis akad yang
dilakukan.25
Dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, akad dibagi menjadi dua bagian, yakni:
a) Akad Tabarru
Akad Tabarru' dalam asuransi syariah adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah
dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.
1. Pengertian Akad Tabarru': Akad Tabarru' adalah akad yang dilakukan dalam bentuk
hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antar peserta, bukan untuk tujuan
25 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer: Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis dan Sosial,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2012, hlm.21
komersial. Dana Tabarru' merupakan dana yang dikumpulkan dari para peserta asuransi
untuk saling membantu dalam menghadapi risiko. Dana ini digunakan untuk membayar
klaim peserta yang mengalami kerugian.
2. Tujuan Akad Tabarru': Tujuan dari Akad Tabarru' adalah untuk membantu peserta
asuransi lainnya ketika terjadi risiko, seperti risiko kesehatan, kecelakaan, atau kerugian
lainnya. Dana Tabarru' digunakan untuk saling membantu antar peserta asuransi dalam
menghadapi risiko tersebut.
3. Mekanisme Akad Tabarru': Akad Tabarru' dalam asuransi syariah dijalankan dengan
skema pembelian sukarela dari pihak peserta asuransi. Dana kemudian akan dikumpulkan
dan dikelola secara menyeluruh oleh pengelola. Dana tersebut sejatinya merupakan milik
para peserta secara bersama-sama. Nantinya, jika ada salah satu peserta yang mengalami
risiko tertentu, maka dana Tabarru’ akan diberikan dalam bentuk santunan kepada peserta
yang diasuransikan tersebut.
4. Dasar Hukum Akad Tabarru': Akad Tabarru' dalam asuransi syariah memiliki dasar
hukum dari Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 21/DSN-
MUI/X/2001. Hukum ini mengatur tentang pengumpulan dan penggunaan dana tabarru'
dalam konteks asuransi syariah.
Dalam asuransi syariah, Akad Tabarru' menjadi salah satu prinsip utama yang membedakan
asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Prinsip ini menekankan pada konsep tolong-
menolong dan saling membantu antara peserta asuransi dalam menghadapi risiko. 26
b) Akad Tijarah
Akad Tijarah adalah akad atau perjanjian yang dilakukan saat hendak melaksanakan
transaksi ekonomi yang bersifat profit oriented. Akad ini dilakukan antara perusahaan asuransi
dan peserta asuransi. Perusahaan asuransi bertindak sebagai penjual dan peserta asuransi
bertindak sebagai pembeli. Peserta asuransi membayar premi kepada perusahaan asuransi sebagai
harga dari jasa yang diberikan. Perusahaan asuransi bertanggung jawab untuk memberikan
manfaat asuransi kepada peserta asuransi jika terjadi risiko yang dijamin
Berikut adalah beberapa poin penting tentang Akad Tijarah:
● Tujuan Akad Tijarah: Tujuan dari Akad Tijarah adalah untuk memperoleh keuntungan. Akad
ini dilakukan dalam konteks transaksi ekonomi yang bersifat profit oriented.
26 Witasari Aryani, Abdullah Junaidi, Tabarru' sebagai akad yang melekat pada asuransi syariah, jurnal bisnis dan
manajemen islam, Vol. 2, No. 1, 2014, hal. 124- 126
● Mekanisme Akad Tijarah: Akad Tijarah dilakukan antara perusahaan asuransi dan peserta
asuransi. Perusahaan asuransi bertindak sebagai penjual dan peserta asuransi bertindak
sebagai pembeli. Peserta asuransi membayar premi kepada perusahaan asuransi sebagai harga
dari jasa yang diberikan. Perusahaan asuransi bertanggung jawab untuk memberikan manfaat
asuransi kepada peserta asuransi jika terjadi risiko yang dijamin.
● Dasar Hukum Akad Tijarah: Akad Tijarah dalam asuransi syariah memiliki dasar hukum dari
Al-Quran dan Hadis. Hukum ini mengatur tentang pengumpulan dan penggunaan dana dalam
konteks asuransi syariah.
BAB 4
27https://www.jasindosyariah.co.id/blog/edukasi/mengenal-istilah-dalam-asuransi-syariah
Akad Pola Titipan adalah salah satu jenis akad dalam perbankan syariah yang menggunakan pola
titipan murni. Istilah "titipan murni" mengacu pada penitipan barang atau uang yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki. Dalam akad Pola Titipan, pihak
yang dititipkan diberi amanah untuk menjaga keutuhan harta titipan sehingga pihak tersebut boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut. Contoh produk simpanan yang menggunakan akad Pola Titipan
adalah rekening giro .Akad Pola Titipan termasuk dalam kategori akad nonprofit.
Akad Wadiah adalah salah satu jenis akad dalam perbankan syariah yang digunakan untuk produk
perbankan dengan pola titipan murni. Istilah "wadiah" berasal dari kata Wada'a- Yada'u- Wad'an yang
artinya menitipkan barang atau uang kepada pihak lain untuk dijaga dan dikembalikan sewaktu-waktu.
Dalam akad Wadiah, nasabah menitipkan uang atau barang kepada bank syariah dan bank syariah
bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembalikan uang atau barang tersebut sewaktu-waktu,
Nasabah tidak akan mendapatkan imbalan atas uang yang dititipkan, namun nasabah dapat mengambil
uang tersebut sewaktu-waktu. Berikut adalah cara kerja akad Wadiah dalam perbankan syariah:
● Bank syariah bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembalikan uang atau barang
tersebut sewaktu-waktu.
● Kelebihan:
1. Sesuai dengan prinsip syariah yang melarang riba (bunga) maupun kegiatan haram lainnya
2. Keamanan dana yang disimpan karena bank syariah bertanggung jawab untuk menjaga
dan mengembalikan uang atau barang tersebut sewaktu-waktu
3. Nasabah tidak akan dibebankan biaya administrasi bulanan
● Kekurangan:
Perlu diingat bahwa kelebihan dan kekurangan akad Wadiah dapat berbeda-beda tergantung
pada produk dan kebijakan masing-masing bank syariah.
● Menentukan jumlah pinjaman dan jangka waktu pengembalian yang disepakati oleh kedua
belah pihak.
28https://hijra.id/blog/featured/mengenal-akad-wadiah-di-hijra-bank/
29https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/06/06/akad-qardh-adalah
● Menentukan syarat dan rukun akad qardh yang harus dipenuhi, seperti adanya kerelaan
kedua belah pihak, dilakukan tanpa ada unsur keterpaksaan, dan dana yang akan digunakan
harus halal dan bermanfaat.
● Melakukan prosesi ijab qabul secara jelas sehingga dapat dipahami kedua belah pihak dan
● Pemberi pinjaman dalam akad qardh adalah seorang Ahliyat At-Tabbarru’ atau layak
bersosial
1. syarat dalam akad qardh
Berikut adalah syarat yang harus dipenuhi dalam akad qardh:
● Barang/utang (Mauqud 'Alaih) yang digunakan sebagai objek dalam qardh harus dapat di
akad salam.
● Peminjam dalam akad qardh adalah seorang Ahliyah Mu’amalah, yang artinya orang tersebut
sudah baligh, berakal sehat, dan tidak mahjur (secara syariat tidak diperbolehkan mengatur
hartanya sendiri.
● Pemberi pinjaman dalam akad qardh adalah seorang Ahliyat At-Tabbarru’ atau layak
bersosial.
● Ijab qabul (shighat) harus dilakukan secara jelas sehingga dapat dipahami kedua belah pihak
2. Rukun qardh
Qardh memiliki 4 rukun akad . Berikut adalah rukun-rukun tersebut:
● Barang/utang (Mauqud 'Alaih) yang digunakan sebagai objek dalam qardh harus dapat di
akad salam.
● Peminjam (muqtaridh).
● akad Mudharabah
Akad Mudharabah adalah bentuk perjanjian kerja sama antara dua pihak dalam
ekonomi syariah, yang mengandalkan kerja sama antara pihak modal (shahibul mal) dan
pihak pengelola (mudharib). Dalam akad ini, shahibul mal menyerahkan sejumlah modal
kepada mudharib, yang kemudian akan mengelola modal tersebut dan menghasilkan
manfaat. Manfaat yang dihasilkan kemudian akan dibagi secara proporsional antara shahibul
mal dan mudharib.
Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad Mudharabah antara lain: 30
a) Penerimaan dan penawaran modal: Dalam akad Mudharabah, penerimaan dan
penawaran modal dilakukan secara bersamaan dengan pembuatan kontrak Mudharabah.
b) Bentuk akad: Akad Mudharabah dapat dilakukan dalam bentuk tertulis, korespondensi,
atau dengan cara-cara modern lainnya.
c) Modal: Modal merupakan salah satu elemen penting dalam akad Mudharabah, yang
diserahkan oleh shahibul mal kepada mudharib untuk dikelola.
30https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/simpanan/bagi-hasil-bank-syariah
d) Nisbah bagi hasil: Pembagian keuntungan dalam akad Mudharabah ditentukan oleh
nisbah atau kesepakatan antara shahibul mal dan mudharib.
e) Risiko: Risiko kerugian dalam akad Mudharabah ditanggung oleh shahibul mal, kecuali
jika pihak mudharib melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi
perjanjian atau detail dari akad Mudharabah yang telah disetujui.
Ada beberapa jenis akad Mudharabah yang perlu diketahui:
● Mudharabah Klasik: Merupakan bentuk perjanjian kerja sama yang hanya dilakukan
dengan satu jenis atau bentuk kerja sama dan tidak bisa digabungkan dengan akad jenis
lainnya.
● Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai pembagian keuntungan dan
kerugianp
● Adanya kejelasan mengenai risiko yang akan ditanggung oleh shahibul mal dan
mudharib
proporsional
modal.
● Pihak modal (shahibul mal): Pihak yang menyediakan modal dalam akad
Mudharabah
● Pihak pengelola (mudharib): Pihak yang mengelola modal dalam akad Mudharabah.
● Modal: Modal merupakan salah satu elemen penting dalam akad Mudharabah, yang
● Nisbah bagi hasil: Pembagian keuntungan dalam akad Mudharabah ditentukan oleh
● Risiko: Risiko kerugian dalam akad Mudharabah ditanggung oleh shahibul mal,
kecuali jika pihak mudharib melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian atau detail dari akad Mudharabah yang telah disetujui.
contoh kasus:
1. Pak Ahmad memiliki simpanan deposito sebesar Rp 50 juta di bank syariah.
Bank syariah menawarkan akad Mudharabah dengan nisbah bagi hasil 60:40, di
mana 60% untuk Pak Ahmad dan 40% untuk bank syariah. Bank syariah
kemudian menyalurkan dana tersebut kepada pengusaha yang membutuhkan
modal usaha. Keuntungan yang didapat kemudian dibagi sesuai nisbah bagi
hasil yang telah disepakati.
2. Bapak Juan ingin menjalankan usaha warung mie ayam namun, ia tidak
memiliki cukup modal. Oleh karena itu, ia melakukan akad Mudharabah dengan
temannya yang memiliki modal. Keuntungan yang didapat kemudian dibagi
sesuai nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Dalam akad Mudharabah, terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu pemilik modal
dan pengelola usaha. Pemilik modal menanamkan modal kepada pengelola usaha
untuk dijalankan dalam suatu kegiatan usaha/proyek. Keuntungan yang didapat
kemudian dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan risiko
kerugian ditanggung oleh pemilik modal, kecuali jika pengelola usaha melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian atau detail dari akad
Mudharabah yang telah disetujui.31
● Akad musyarakah
Akad musyarakah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih yang saling
memberikan kontribusi berupa dana untuk membangun sebuah usaha, dengan keuntungan
dan risiko yang akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad musyarakah:
● Pihak-pihak yang berakad: Ada beberapa kriteria pihak-pihak yang berakad, diantaranya
yaitu cakap hukum, kompeten, memiliki dana dan pekerjaan, memiliki wewenang untuk
mengelola aset mitranya, tidak diizinkan menginvestasikan dana untuk kepentingan
pribadi, dan memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah.
● Objek akad: Objek akad terdiri dari modal dan kerja. Modal harus berupa uang tunai dan
● Nisbah bagi hasil: Pembagian keuntungan dalam akad musyarakah ditentukan oleh
● Risiko: Risiko kerugian dalam akad musyarakah ditanggung bersama oleh pihak yang
● Bentuk akad: Akad musyarakah dapat dilakukan dalam bentuk tertulis, korespondensi,
contoh kasus:
a) Kerjasama antara dua orang atau lebih untuk membangun sebuah usaha, dengan
keuntungan dan risiko yang akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Contohnya, dua orang yang seprofesi, seperti dua orang arsitek yang sedang
mengerjakan proyek, atau antara dua profesi yang berbeda seperti seorang
pengusaha dan seorang investor.
Dalam akad musyarakah, terdapat dua pihak atau lebih yang saling memberikan
kontribusi berupa dana untuk membangun sebuah usaha, dengan keuntungan dan
risiko yang akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Syarat agar akad
musyarakah dikatakan sah antara lain adanya kesepakatan antara kedua belah pihak
mengenai pembagian keuntungan dan kerugian, adanya modal yang diserahkan oleh
pihak yang berakad, adanya objek usaha yang jelas dan halal, adanya kejelasan
mengenai tujuan akad yang akan dilakukan, adanya kesepakatan mengenai nisbah bagi
hasil, adanya kejelasan mengenai risiko yang akan ditanggung oleh pihak yang
berakad, dan adanya kesepakatan mengenai waktu akad berlangsung.32
D. AKAD POLA JUAL BELI
Akad pola jual beli adalah salah satu akad yang digunakan dalam transaksi syariah. Berikut
adalah beberapa contoh akad yang termasuk dalam pola jual beli:
1. akad murabahah
Akad murabahah adalah salah satu akad dalam perbankan syariah yang sering
digunakan dalam pembiayaan pembelian produk oleh bank sesuai permintaan
32https://www.gramedia.com/literasi/musyarakah/
nasabah.Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad
murabahah:
a) Definisi: Akad jual beli dengan menyatakan harga perolehan dengan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
b) Mekanisme: Penerapan akad murabahah dilakukan melalui mekanisme jual beli
barang dengan penambahan margin sebagai keuntungan yang akan diperoleh bank.
c) syarat syarat akad murabahah
● Harga barang harus jelas dan disepakati oleh kedua belah pihak.
sesungguhnya
d) rukun rukun akad murabahah
● Harga barang: Harga barang harus jelas dan disepakati oleh kedua belah pihak.
● Kesepakatan atau Ijab dan Kabul: Adanya kesepakatan antara kedua belah
Dalam akad Salam, pembeli akan membayar harga yang telah disepakati sebelumnya,
dan penjual akan menyerahkan barang pada waktu yang telah disepakati. Akad Salam
seringkali diterapkan pada produk-produk pertanian atau perikanan yang belum dipanen
atau ditangkap.34
33https://www.linkaja.id/artikel/akad-murabahah
34 Mizan; Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli,Jurnal Ilmu Syariah,FAI Universitas Ibn
Khaldun (UIKA) Bogor Vol. 4 No. 1 (2016),
3. akad istishna
Akad Istishna adalah salah satu jenis akad dalam transaksi jual beli dalam keuangan syariah
Islam. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad Istishna
a) Definisi: Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan
penjual.
b) Mekanisme: Penerapan akad Istishna dilakukan melalui mekanisme pemesanan barang
dengan pembayaran di muka, dan penyerahan barang pada waktu yang telah disepakati.
c) Rukun dan Syarat: Beberapa rukun dan syarat Istishna antara lain subjek akad, objek
akad, harga akad, pembayaran, penyerahan barang, dan kesepakatan atau Ijab dan
Kabul. Rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam akad Istishna adalah adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai harga jual yang akan ditetapkan, adanya
objek akad yang jelas dan halal, adanya kejelasan mengenai tujuan akad yang akan
dilakukan, adanya kesepakatan mengenai waktu akad berlangsung, adanya kesepakatan
mengenai pembayaran, dan adanya kesepakatan mengenai penyerahan barang
d) Contoh: Seorang pembeli ingin memesan rumah dengan kriteria dan persyaratan
tertentu. Oleh karena itu, pembeli tersebut melakukan akad Istishna dengan bank
syariah. Bank syariah akan membangun rumah tersebut sesuai dengan pesanan, dan
pembeli akan membayar harga yang telah disepakati sebelumnya.
Dalam akad Istishna, pembeli akan memesan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu, dan penjual akan membuat barang tersebut sesuai dengan pesanan. Pembeli akan
membayar harga yang telah disepakati sebelumnya, dan penjual akan menyerahkan barang
pada waktu yang telah disepakati.35
E. AKAD POLA SEWA
Akad pola sewa atau ijarah adalah salah satu jenis akad dalam perbankan syariah yang sering
digunakan dalam pembiayaan. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam
akad ijarah:
1) Definisi: Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
2) Mekanisme: Penerapan akad ijarah dilakukan melalui mekanisme penyewaan barang dengan
pembayaran sewa, dan penggunaan barang pada waktu yang telah disepakati
3) Rukun dan Syarat: Beberapa rukun dan syarat ijarah antara lain subjek akad, objek akad, harga
akad, pembayaran, penyerahan barang, dan kesepakatan atau Ijab dan Kabul. Rukun dan syarat
35https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/10/istishna-adalah
yang harus dipenuhi dalam akad ijarah adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak
mengenai harga sewa yang akan ditetapkan, adanya objek akad yang jelas dan halal, adanya
kejelasan mengenai tujuan akad yang akan dilakukan, adanya kesepakatan mengenai waktu akad
berlangsung, adanya kesepakatan mengenai pembayaran, dan adanya kesepakatan mengenai
penyerahan barang
4) Contoh:
● Menyewa satu unit mobil untuk digunakan dalam waktu satu hari
● Penyewaan barang atau asset yang sebelumnya telah disewa dari pemilik kepada pihak lain
● Transaksi sewa menyewa antara penyewa dengan pemilik untuk mendapatkan imbalan atas
objek sewa dengan opsi perpindahan hak milik, baik itu dengan jual-beli atau pemberian pada
saat tertentu, sesuai dengan akad yang disepakati
Akad Ijarah diatur sesuai syariat Islam dan diatur dalam Fatwa MUI tentang Pembiayaan
Ijarah Nomor 09/DSN-MUI/VI/2000. Dalam akad ijarah, penyewa akan membayar harga sewa
yang telah disepakati sebelumnya, dan pemilik barang akan menyerahkan barang pada waktu
yang telah disepakati.36
F. AKAD POLA LAINNYA
1. Akad Wakalah
Akad Wakalah adalah akad yang melibatkan pemberian wewenang kepada pihak lain untuk
melakukan tindakan atau transaksi atas nama pihak yang memberikan wewenang. Berikut adalah
beberapa contoh penggunaan akad Wakalah:
● Pemberian kuasa kepada seorang pengacara untuk mewakili dalam suatu perkara hukum.
36 Tehuayo Rosita, Sewa Menyewa (Ijarah) Dalam Sistem Perbankan Syariah, Fakultas
Syariah dan Ekonomi Islam, Vol. XIV, No. 1, 2018, hal. 86- 93
● Pemberian kuasa kepada seorang perwakilan untuk mengurus haji atau umrah
● Pemberian kuasa kepada seorang pengelola investasi untuk mengelola dana investasi
● Pemberian kuasa kepada seorang pengelola dana pensiun untuk mengelola dana pensiun
● Pemberian kuasa kepada seorang pengelola dana zakat untuk mengelola dana zakat
Akad Wakalah juga digunakan dalam pembiayaan syariah, seperti dalam akad Murabahah
Financing di perbankan syariah. Akad Wakalah diatur sesuai syariat Islam dan diatur dalam Fatwa
MUI tentang Akad Wakalah Nomor 15/DSN-MUI/IV/2000. Akad Wakalah harus dilengkapi
dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan dalam Islam.
2. Akad Kafalah
Akad kafalah adalah akad yang melibatkan jaminan yang diberikan oleh seorang
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan akad Kafalah:
● Pemberian jaminan oleh seorang penjamin kepada bank untuk mengamankan pinjaman
● Pemberian jaminan oleh seorang penjamin kepada pihak ketiga untuk memastikan
● Pemberian jaminan oleh seorang penjamin kepada pihak ketiga dalam transaksi jual beli,
● Pemberian jaminan oleh seorang penjamin kepada pihak ketiga dalam transaksi
Akad Kafalah diatur sesuai syariat Islam dan harus memenuhi rukun dan syarat yang telah
ditetapkan.Dalam konteks perbankan syariah, akad Kafalah digunakan dalam pembiayaan,
investasi, dan penghimpunan dana.
3. Akad Hawalah
Akad Hawalah adalah akad yang melibatkan pemindahan utang atau piutang dari satu pihak
kepada pihak lain. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan akad Hawalah:
● Pemindahan utang dari seorang peminjam kepada pihak lain yang akan membayar utang
tersebut.
● Pemindahan piutang dari seorang kreditur kepada pihak lain yang akan menagih piutang
tersebut.
● Pemindahan hak kepemilikan atas suatu objek dari satu pihak kepada pihak lain
● Pemindahan tanggung jawab atas suatu tugas atau pekerjaan dari satu pihak kepada
pihak lain
Akad Hawalah diatur sesuai syariat Islam dan harus memenuhi rukun dan syarat yang telah
ditetapkan. Dalam konteks perbankan syariah, akad Hawalah digunakan dalam pembiayaan,
investasi, dan penghimpunan dana.
4. Akad Rahn
Akad Rahn adalah akad yang melibatkan pemberian jaminan atau agunan atas suatu barang
dalam sistem pinjaman syariah
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan akad Rahn:
● Pemberian jaminan oleh seorang peminjam kepada lembaga keuangan syariah untuk
mendapatkan pinjaman.
● Pemberian agunan oleh seorang nasabah kepada bank syariah untuk mendapatkan
pembiayaan.
● Pemberian jaminan oleh seorang nasabah kepada lembaga pegadaian syariah untuk
● Penukaran valuta asing (Sahr) yaitu jasa yang diberikan bank syariah untuk membeli
● Akad Sahr diatur sesuai syariat Islam dan harus memenuhi rukun dan syarat yang telah
ditetapkan.
● Prinsip-prinsip syariah yang harus dipenuhi dalam akad Sahr antara lain tidak boleh
BAB 5
PRODUK PENDANAAN DAN PRODUK PEMBIAYAAN
1. Pengertian Mudharabah
Nama "mudharabah" berasal dari kata "dharb", yang berarti "memukul" atau "berjalan."
Memukul atau berjalan ini sebenarnya adalah proses memukulkan kakinya saat bekerja.
Secara istilah, mudharabah adalah kontrak usaha antara dua orang: pemilik dana menyediakan
seluruh dana, pengelola dana mengelolanya, dan mereka membagi keuntungan usaha sesuai
kesepakatan. Pengelola dana hanya bertanggung jawab atas kerugian finansial.Menurut Syafi'i
Antonio, mudharabah adalah kontrak kerja sama usaha antara dua pihak, dengan shahibul
maal (pihak pertama) menyediakan seluruh modal secara keseluruhan (seratus persen), dan
pihak lainnya berfungsi sebagai pengelola. Keuntungan dari usaha mudharabah dibagi sesuai
dengan perjanjian yang diatur dalam kontrak, dan jika rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kelalaian pengelola
37https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/akad-PBS.Aspx
2. Rukun dan Syarat Mudharabah
a. Pemilik modal (shahibul maal)
b. Pelaksana usaha (mudharib/pengusaha)
c. Akad dari kedua belah pihak (ijab dan qabul)
d. Objek mudharabah (pokok atau modal)
e. Usaha (pekerjaan pengelolaan modal)
f. Nisbah keuntungan
b. syarat-syarat ijarah
Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan harus
tertentu dan diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak, serta harus dapat
dinilai dan dilaksanakan dalam kontrak.
Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab
untuk menjaganya agar dapat memberi manfaat kepada penyewa
Akad ijarah dihentikan pada saat asset yang bersangkutan berhenti
memberikan manfaat kepada penyewa. Jika asset tersebut rusak selama
periode kontrak, akad ijarah masih berlaku
Asset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang telah ditetapkan
sebelumnya pada saat kontrak berakhir.
4. Jenis Akad Ijarah
a. Ijarah manfaat (Al-Ijarah ala al-Manfa‟ah), yang berkaitan dengan sewa jasa dan
mempekerjakan seseorang dengan upah sebagai imbalan atas jasa yang diberikan.
Mereka yang mempekerjakan disebut musta‟jir, dan mereka yang bekerja disebut
ajir. Ujrah adalah upah yang dibayarkan.
b. Ijarah yang bersifat pekerjaan (Al-Ijarah ala Al-Amal) berkaitan dengan sewa aset
atau properti, yaitu memberikan hak untuk menggunakan aset atau properti
tertentu kepada orang lain dengan imbalan sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan
sewa, atau sewa, dalam bisnis konvensional. Artinya, ijarah bertujuan untuk
mempekerjakan seseorang untuk melakukan tugas tertentu.
C. PEMBIAYAAN MODAL KERJA
Pembiayaan modal kerja digunakan untuk membiayai aktiva lancar perusahaan.
Misalnya, perusahaan dapat menggunakan pembiayaan modal kerja untuk membeli bahan baku
atau mentah, bahan penolong atau pembantu, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal,
piutang, dan lain-lain.
Bank Syariah dapat membantu memenuhi kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan
meminjamkan uang, tetapi dengan membangun hubungan kerja sama dengan nasabah. Dalam
hubungan ini, bank berfungsi sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah berfungsi
sebagai pengusaha (mudharib).Metode pembiayaan seperti ini dikenal sebagai Mudharabah.
1. Unsur-Unsur Modal Kerja: Unsur-unsur modal kerja terdiri dari bagian-bagian alat likuid
(cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory).
A. Pembiayaan likuiditas (cash financing): Pembiayaan ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang muncul karena ketidaksesuaian (misnimatched) antara masuknya dan keluarnya
uang perusahaan klien.
B. Pembiayaan piutang (receivable financing): Pembiayaan ini digunakan untuk Perusahaan
yang menjual barangnya dengan modal kecil memerlukan pembiayaan ini karena jumlah dan
jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerjanya.
2. Konsep Dasar Modal Kerja: Konsep dasar modal kerja mencakup konsep modal kerja,
penggolongan modal kerja, komponen modal kerja permanen, perputaran modal kerja, dan
alokasi modal kerja. 50
a. Konsep dasar modal kerja:
1. Modal kerja (working capital assets) adalah modal lancar yang digunakan untuk
membantu bisnis menjalankan operasi sehari-hari.
2. Modal kerja bruto (gross working capital)—Keseluruhan aktiva lancar adalah modal kerja
bruto. Jumlah aktiva lancar menentukan pengertian modal kerja bruto. Aktiva yang dapat diputar
akan kembali dalam bentuk yang semula disebut aktiva lancar.
3. Modal kerja netto atau modal kerja neto Modal kerja netto adalah keuntungan aktiva lancar
atas hutang lancar. Menurut gagasan ini, sejumlah tertentu aktiva lancar hanya boleh digunakan
untuk pembayaran hutang lancar dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain.
D. PEMBIAYAAN INVESTASI
1. Definisi Pembiayaan Investasi: Pembiayaan adalah dana atau pendanaan yang diberikan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik itu dilakukan sendiri atau oleh orang lain.
Tujuan pembagian dana adalah untuk mencapai tingkat profitabalitas yang cukup, risiko yang
rendah, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga posisi likuiditas aman.
Pembiayaan yang diberikan untuk mendapatkan barang modal yang akan digunakan dalam
produksi bisnis disebut pembiayaan investasi. Bank syariah dapat memberikan pembiayaan
investasi melalui akad jual beli dan kerja sama usaha.
Selain itu, pembiayaan investasi ini memberikan fasilitas untuk membiayai aktiva tetap yang
digunakan untuk mendukung kegiatan bisnis. Perusahaan membutuhkan pembiayaan investasi
karena beberapa alasan berikut:
- Kapasitas pabrik dan kantor saat ini tidak mencukupi untuk menampung sumber daya yang ada
- mesin produksi menggunakan teknologi lama dengan kapasitas produksi yang lebih kecil dan
- perusahaan membutuhkan banyak kendaraan operasional baru.
b. Proyek investasi harus dibahas agar penggunaan dana yang langka sumbernya tersebut
memberikan manfaat terbaik.
Pembahasan proyek yang utama bertujuan untuk menentukan potensi penghasilan proyek;
dengan kata lain, menilai apakah proyek akan menghasilkan cukup dana untuk membayar
kembali semua biaya modal (capital cost) dalam jangka waktu yang ditetapkan, memastikan
bahwa proyek akan bertahan dan berkembang.
Untuk memberikan pembiayaan investasi, bank harus mematuhi persyaratan berikut:
a. Proyek yang akan dibiayai harus melakukan penelitian berdasarkan prinsip-prinsip pemberian
yang sehat;
b. Memperhatikan Peraturan Pemerintah tentang Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL);
c. Jangka waktu pembiayaan tidak lebih dari 12 tahun
d. Memenuhi persyaratan bankable yang berlaku (seperti persyaratan penerima pembiayaan dan
jaminan)
E. PEMBIAYAAN ANEKA BARANG, PERUMAHAN, DAN PROPERTI
Pembiayaan untuk kebutuhan barang konsumsi, perumahan, dan properti dapat dipenuhi
dengan pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad musyarakah mutanaqisah. Misalnya, untuk
membeli mobil, sepeda motor, rumah, apartemen, dan sebagainya, Anda dapat menggunakan
pembiayaan ini. Dengan cara ini, bank dan nasabah bekerja sama untuk membeli aset yang
diinginkan nasabah, yang kemudian disewakan kepada nasabah. Bagian sewa nasabah
digunakan sebagai cicilan untuk membeli porsi aset yang dimiliki oleh bank syariah, sehingga
pada saat jatuh tempo, asset tersebut sepenuhnya dimiliki oleh nasabah.
1. Bagi Hasil
Pembiayaan berpola bagi hasil dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk barang
konsumsi, perumahan, atau properti. Musyarakah mutanaqisah adalah jenis musyarakah di
mana bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya
sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan
menjadi pemilik ekstensif dari bisnis tersebut, seperti membeli mobil, sepeda motor, rumah,
apartemen, dan sebagainya.
2. Jual beli
Pembiayaan berpola jual beli dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen untuk
barang konsumsi, perumahan, atau properti apa saja. Dengan menggunakan akad
murabahah, bank syariah membeli aset yang dibutuhkan konsumen dari supplier kemudian
menjualnya kembali kepada konsumen dengan mengambil margin keuntungan yang
diinginkan. Bank syariah tidak hanya mendapatkan keuntungan margin, tetapi juga
menanggung resiko yang sangat kecil. Sementara itu, nasabah mendapatkan kebutuhan aset
mereka dengan harga yang tetap.
3. Sewa
Pembiayaan berpola sewa dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan akan barang konsumsi, perumahan, atau properti.
BAB 6
BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN(OJK)
A. BANK INDONESIA
1. Pengertian BI
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.Bank Indonesia
bertanggung jawab dalam mengeluarkan kebijakan moneter, mengawasi perbankan,
dan menjaga stabilitas sistem pembayaran di Indonesia.
Bank Indonesia merupakan bank sentral Indonesia yang diatur oleh undang-
undang. Landasan hukum utama yang mengatur fungsi, tugas, dan wewenang Bank
Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Undang-undang tersebut menetapkan peran Bank Indonesia sebagai bank sentral
yang bertugas untuk menjaga stabilitas nilai mata uang Rupiah, menjaga stabilitas
sistem keuangan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di
Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga memiliki otonomi dalam menentukan
kebijakan moneter untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Tujuan bank indonesia
Tujuan utama Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai mata uang Rupiah
(stabilitas nilai tukar) serta stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Tujuan ini
mencakup beberapa aspek, antara lain:
● Stabilitas Nilai Mata Uang: Bank Indonesia bertugas untuk menjaga agar
nilai mata uang Rupiah tetap stabil. Hal ini berarti mengendalikan inflasi
agar tetap dalam batas yang wajar, sehingga daya beli masyarakat terjaga.
● Stabilitas Sistem Keuangan: Bank Indonesia harus menjaga agar sistem
keuangan di Indonesia stabil. Ini mencakup pengawasan terhadap
perbankan dan lembaga keuangan lainnya untuk mencegah terjadinya
krisis keuangan yang dapat mengganggu perekonomian.
● Mendukung Pertumbuhan Ekonomi: Bank Indonesia juga memiliki peran
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ini bisa
dilakukan dengan mengatur kebijakan moneter yang tepat untuk
mendukung investasi dan konsumsi yang sehat.
● Stabilitas Sistem Pembayaran: Bank Indonesia bertanggung jawab untuk
menjaga stabilitas sistem pembayaran di Indonesia. Ini termasuk
memastikan transaksi keuangan berjalan lancar dan aman.
Selain tujuan-tujuan utama ini, Bank Indonesia juga memiliki tujuan-tujuan lain yang
berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan sektor keuangan, serta pengembangan
sistem pembayaran di Indonesia. Semua tujuan tersebut diatur dalam Undang-Undang
Bank Indonesia dan peraturan-peraturan yang relevan.
3. Tugas BI
Untuk mencapai tujuan-tujuan utamanya, Bank Indonesia memiliki beberapa
tugas pokok yang diemban. Beberapa tugas utama Bank Indonesia adalah sebagai
berikut:
● Kebijakan Moneter:bertujuan untuk mengatur suplai uang, suku bunga, dan
operasi pasar terbuka guna mencapai stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.
BI melakukan hal ini melalui instrumen seperti :
1. suku bunga acuan
2. intervensi pasar valuta asing,
3. serta instrumen keuangan lainnya untuk menjaga stabilitas ekonomi
dan keuangan negara.
● Pengawasan Perbankan: Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap bank-
bank dan lembaga keuangan lainnya di Indonesia.
● Pengaturan Sistem Pembayaran: Bank Indonesia bertanggung jawab untuk
mengatur dan menjaga stabilitas sistem pembayaran di Indonesia.
● Stabilitas Nilai Mata Uang: Bank Indonesia bekerja untuk menjaga stabilitas nilai
mata uang Rupiah dengan mengatur kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi
tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dan jumlah uang yang beredar.
● Pengaturan Sistem Keuangan: Bank Indonesia juga terlibat dalam merancang
regulasi dan kebijakan yang berkaitan dengan sektor keuangan, termasuk
perbankan, pasar modal, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya.
4. Kewenangan BI
● Kewenangan Moneter: Bank Indonesia memiliki kewenangan dalam merancang
dan melaksanakan kebijakan moneter. Ini mencakup pengendalian jumlah uang
yang beredar, tingkat suku bunga, serta intervensi dalam pasar valuta asing.
● Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan: Bank Indonesia juga memiliki
kewenangan dalam mengatur dan mengawasi lembaga-lembaga keuangan di
Indonesia, termasuk bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan non-bank.
B. OTORITAS JASA KEUANGAN
1. Pemgertian otoritas jasa keuangan (Ojk)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga pengawas dan regulator di
Indonesia yang bertanggung jawab mengawasi dan mengatur sektor jasa keuangan. OJK
didirikan untuk melindungi kepentingan konsumen, menjaga stabilitas sistem keuangan,
serta mempromosikan perkembangan yang sehat dan berkelanjutan dalam industri jasa
keuangan.
OJK, atau Otoritas Jasa Keuangan, adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Undang-
Undang ini merupakan dasar hukum yang mendirikan OJK dan menetapkan peran,
fungsi, serta wewenangnya dalam mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan di
Indonesia. Undang-Undang tersebut memberikan OJK mandat untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan, melindungi kepentingan konsumen, dan mempromosikan
perkembangan industri jasa keuangan yang sehat dan berkelanjutan.
2. Visi dan misi OJK
● Visi OJK:
"Menjadi Lembaga Pengawas dan Regulator yang Unggul dalam Mewujudkan
Perekonomian Indonesia yang Stabil, Mandiri, dan Berkeadilan."
● Misi OJK:
Melindungi Konsumen: OJK berkomitmen untuk melindungi kepentingan konsumen
dalam sektor jasa keuangan dengan memberikan perlindungan yang efektif dan adil.
3. Kewenangan OJK
● Pengawasan Perbankan
OJK memiliki kewenangan untuk mengawasi bank-bank di Indonesia, termasuk
bank umum, bank syariah, dan bank asing yang beroperasi di Indonesia.
● Pengawasan terhadap pasar modal
OJK mengawasi kegiatan di pasar modal, termasuk perusahaan-perusahaan
publik, bursa efek, dan lembaga yang terlibat dalam transaksi saham dan instrumen
keuangan lainnya.
● Pengawasan Terhadap Lembaga Asuransi
OJK bertugas mengawasi perusahaan-perusahaan asuransi dan lembaga asuransi
lainnya yang beroperasi di Indonesia. Ini mencakup pengawasan terhadap kepatuhan,
solvabilitas, dan manajemen risiko asuransi.
● Pengaturan dan Kebijakan
OJK memiliki kewenangan dalam merancang peraturan dan kebijakan di sektor
jasa keuangan. Mereka berperan dalam menciptakan kerangka kerja yang kondusif
untuk perkembangan sektor keuangan yang sehat dan berkelanjutan.
● Pengawasan Sistem Pembayaran
OJK juga bertanggung jawab dalam mengawasi sistem pembayaran di Indonesia,
termasuk perusahaan teknologi keuangan (fintech) yang terlibat dalam layanan
pembayaran.
4. Asas OJK
● Kepentingan Umum: OJK bertindak dengan memprioritaskan kepentingan umum,
termasuk stabilitas sistem keuangan, perlindungan konsumen, dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
● Kemandirian: OJK bertindak secara mandiri dan independen dalam membuat
keputusan dan menjalankan fungsi pengawasannya tanpa intervensi eksternal
yang tidak sesuai dengan hukum.
● Transparansi dan Akuntabilitas: OJK berkomitmen untuk menjalankan tugasnya
dengan transparan dan akuntabel, termasuk dalam pengambilan keputusan,
pelaksanaan tugas, serta pelaporan kepada publik.
● Proporsionalitas: OJK menerapkan regulasi dan pengawasan dengan
memperhatikan prinsip proporsionalitas, artinya pengaturan dan pengawasan
disesuaikan dengan risiko yang dihadapi oleh entitas keuangan yang berbeda.
● Keseimbangan antara Pertumbuhan dan Stabilitas: OJK mengupayakan
keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor jasa
keuangan dan menjaga stabilitas sektor tersebut.
● Perlindungan Konsumen: OJK memiliki fokus kuat pada perlindungan konsumen
dan berusaha untuk memastikan bahwa entitas keuangan memberikan pelayanan
yang adil, transparan, dan aman kepada konsumen.
● Kolaborasi dan Kemitraan: OJK berusaha untuk bekerja sama dengan berbagai
pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah lainnya, untuk mencapai
tujuan-tujuan pengaturan dan pengawasannya.
● Keadilan dan Kesetaraan: OJK mempromosikan prinsip-prinsip keadilan dan
kesetaraan dalam pengaturan dan pengawasannya, serta berusaha untuk
menghindari diskriminasi.
● Keberlanjutan:OJK memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan ekonomi, sosial,
dan lingkungan dalam menjalankan tugasnya.
5. Fungsi OJK
● Pengawasan dan Pengaturan:
OJK bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur berbagai entitas
keuangan, termasuk perbankan, pasar modal, lembaga asuransi, serta lembaga
keuangan non-bank seperti perusahaan pembiayaan dan dana pensiun. Mereka
merancang peraturan dan kebijakan yang mengatur aktivitas dan praktek bisnis di
sektor jasa keuangan.
● Stabilitas Sistem Keuangan
OJK memiliki tugas menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia dengan
mengawasi dan menilai risiko-risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi
dan sistem keuangan. Ini mencakup pengawasan terhadap likuiditas, solvabilitas,
dan manajemen risiko entitas keuangan.
● Perlindungan Konsumen:
OJK bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan konsumen dalam
bertransaksi dengan entitas keuangan.
● Pengembangan Industri Jasa Keuangan:
OJK berperan dalam mempromosikan perkembangan sektor jasa keuangan
yang sehat, inovatif, dan berkelanjutan. Mereka menciptakan lingkungan yang
mendukung pertumbuhan dan inovasi di sektor ini.
● Penyelidikan dan Penegakan Hukum:
OJK memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan dan penegakan
hukum terhadap pelanggaran peraturan di sektor jasa keuangan. Mereka dapat
memberikan sanksi atau tindakan hukum terhadap entitas atau individu yang
melanggar peraturan.
● Pengaturan Sistem Pembayaran:
OJK juga mengatur dan mengawasi sistem pembayaran di Indonesia,
termasuk perusahaan fintech yang terlibat dalam layanan pembayaran elektronik
BAB 7
TINJAUAN UMUM TENTANG FINTECH “ADAKAMI”
D. FINTECH ADAKAMI
AdaKami adalah sebuah platform peer-to-peer lending online local yang menyediakan
fasilitas pinjaman (kredit) tanpa agunan. Semangat kami adalah untuk membangun akses
keuangan yang berkualitas bagi ratusan juta orang Indonesia. Kami berkomitmen untuk
membantu orang-orang serta komunitas dalam meraih mimpi mereka dalam setiap tahapan
hidup mereka. AdaKami dioperasikan oleh PT Pembiayaan Digital Indonesia, sebuah
perusahaan berbadan hukum Indonesia yang berizin dan tunduk kepada ketentuan yang
berlaku dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini sejalan dengan misi
kami dalam mewujudkan inklusi keuangan dan memberikan solusi bagi masyarakat
Indonesia, melalui inovasi dan edukasi. AdaKami menggunakan teknologi informasi sebagai
landasan inovasi demi menciptakan pelayanan yang cepat, tepat dan optimal.
E. PERLINDUNGAN HUKUM
Perlindungan hukum Bagi Debitur Fintech Lending Yang Di Rugikan Dalam Transaksi
Pinjaman Uang Secara Online Pada Aplikasi "ADA KAMI" Perlindungan hukum sangat
penting karena merupakan hak asasi manusia yang mendasar. Perlindungan ukum adalah
teknik untuk melindungi hak seseorang ketika dilanggar oleh orang lain.Karena banyaknya
pengaduan masyarakat, topik perlindungan hukum bagi debitur dalam layanan pinjaman
berbasis Fintech Lending, yang juga dikenal sebagai Fintech Lending, saat ini sedang
dipertimbangkan.
Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi inidiharapkan dapat memberikan
kemudahan, cepat, dan mudah bagi konsumen dalam mengajukan pinjaman. Kelembagaan,
pendaftaran, perizinan, pembatasan pemberian kredit, pengawasan terhadap penyelenggara
layanan teknologi informasi, pembatasan kegiatan, manajemen risiko, pelaporan, dan edukasi
perlindungan konsumen semuanya tercakup dalam undang-undang OJK ini.
Pinjaman online berisi pernyataan lengkap dari semua perjanjian yang ditandatangani
antara peminjam dan kreditur dalam operasi kredit yang dilakukan melalui media internet.
Data yang dapat digunakan untuk interpretasi diperoleh berdasarkan temuan wawancara yang
dilakukan.
Penulis kasus ini melakukan wawancara dengan sejumlah orang yang pernah
menggunakan financial technology dan financial services untuk bertransaksi utang dan
pinjaman secara online.
Pertama, ada seorang putri yang menjadi mahasiswi di Universitas Batanghari Jambi saat ini.
Putri pernah menyelesaikan pinjaman online Adakami. AdaKami adalah platform internet
regional untuk pinjaman peer to-peer yang menawarkan peluang kredit (pinjaman) tanpa
keamanan. Tujuannya bukan untuk menerima tawaran konstan.
Pada tanggal 4 Mei 2021, saya meminjam Rp 2.000.000 dari AdaKami. Pembayaran
pertama jatuh tempo pada hari Jumat, 4 Juni 2021 sebesar Rp. 1.001.702. Tagihan
Adakami saya jatuh tempo pada hari Jumat, 4 Juni 2021, tetapi saya belum sempat
membayarnya. Saya membayar tagihan pada hari yang sama, untuk jumlah yang
diproyeksikan pada pukul 20.00 WIB (tidak melewati tanggal jatuh tempo). Staf
AdaKami selalu mengirimi saya pesan WhatsApp dan SMS dari pukul 11:00 hingga
23:00. Dengan perkataan yang tidak sopan dan tak sepantasnya di subutkan. Karena
tindakan buruk tim Adakami, saya merasa sangat dirugikan, malu, dan terancam dalam
situasi ini. Terlepas dari kenyataan bahwa, jika Anda perhatikan, saya tidak melakukan
pembayaran yang terlambat.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 335 ayat (1) KUHP dinyatakan tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat, MK juga menyatakan Pasal 335 ayat(1) butir 1 KUHP menjadi
menyatakan, “Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan,
tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan
memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.”,
aplikasi tersebut telah membuat ancaman dan kegiatan yang tidak menyenangkan, oleh
karena itu mungkin OJK dapat mengauditnya dan menutupnya.
Kedua adalah Yogi. Saya menggunakan fintech ADAKAMI untuk pinjaman online.
Saya belum mampu membayar jumlah terakhir 350.000 sejak pandemi. Nah, kemarin
saya mendapat chat dan informasi dari kantor bahwa meskipun nomor saya aktif, debt
collector Adakami menagih ke kantor. Padahal fintech yang telah terdaftar dan diatur
oleh OJK dilarang menagih siapa pun selain pihak yang bersangkutan di luar undang-
undang OJK dan AFPI.
Jelas dari program yang digunakan, khususnya Adakami, bagaimana temuan wawancara,
yang merupakan paparan data penulis, muncul. Ada perusahaan yang terdaftar, menurut
informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2022, di antaranya Adakami, Dana
Rupiah, Rupiah Cepat, dan lainnya. Mayoritas permohonan yang telah didaftarkan dan
diberikan persetujuan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah dilakukan sesuai dengan
persyaratan pendirian lembaga keuangan berbasis teknologi sebagaimana diuraikan di atas.
Fintech mendapat tanggapan negatif dari pengguna atas layanan yangditawarkan. Ulasan
di bagian atas ditulis oleh Adakami. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengesahkan dan
mendaftarkan aplikasi fintech Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia telah
menetapkan aturan untuk menentukan biaya pinjaman. Biaya pinjaman agregat tidak
melebihi tarif flat harian sebesar 0,8%. Biaya gabungan, biaya keterlambatan, dan biaya
tambahan tidak boleh melebihi 100% dari jumlah pokok pinjaman, menurut klausul lain.
Klausul ini merupakan persyaratan bagi semua operator yang terdaftar/berlisensi OJK. Jika
terjadi pelanggaran, AFPI dapat memberikan sanksi kepada anggotanya, termasuk pengenaan
sanksi kepada penyelenggara Fintech Lending, yang akan menjadi bahan pertimbangan OJK
dalam pengawasan.
Hak-hak konsumen harus dilindungi oleh penyelenggara fintech lending, antara lain hak
untuk diperlakukan secara adil, jujur, dan tanpa diskriminasi, sebagaimana tercantum dalam
Pasal 4 Perlindungan Bertindak, dengan mengambil tindakan pengumpulan dengan cara ini.
Jika dalam hal ini ditentukan bahwa Pemberi Pinjaman melanggar Pasal 8 Undang-
Undang Perlindunganonsumen karena tidak memenuhi standar, undang-undang, dan
peraturan yang diperlukan, dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000 sesuai Pasal 62 UU Perlindungan
Konsumen.
Peraturan ini berlaku untuk pemrosesan data pribadi debitur yang dibagikan kepada orang
lain oleh Operator Fintech P2PLending. Hak individu meliputi informasi pribadi (hak
privasi). Definisiberikut berlaku untuk hak pribadi:
Hak atas privasi adalah kebebasan untuk menjalani kehidupan pribadi tanpa campur
tangan dalam bentuk apa pun;
Hak atas privasi mencakup kebebasan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
diawasi;
Secara alami, perusahaan Fintech Lending harus menghormati pedoman berikut untuk
melindungi informasi pribadi:
BAB 8
JASA-JASA BANK LAINNYA
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan perbankan yang ketiga. Tujuan pemberian
jasa-jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan menghimpun dana
dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang diberikan, semakin baik, dalam arti
jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi perbankan cukup di satu bank saja. Demikian
pula sebaliknya jika jasa bank yang diberikan kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk
mencari bank lain yang menyediakan jasa yang mereka butuhkan.
Lengkap atau tidaknya jasa bank yang diberikan sangat tergantung dari kemampuan bank
tersebut, baik dari segi modal, perlengkapan fasilitas sampai kepada personel yang
mengoperasikannya. Semakin lengkap tentunya semakin banyak modal yang dibutuhkan
untuk melengkapi peralatan dan personelnya. Di samping itu, kelengkapan jasa bank ini juga
tergantung dari jenis bank apakah Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat atau dapat pula
dilihat dari segi status bank tersebut apakah bank devisa atau non devisa. Jika berstatus bank
devisa, maka jenis jasa bank yang di tawarkan akan lebih lengkap dibandingkan dengan
nondevisa. Kemudian kelengkapan jasa bank dapat pula dilihat dari status cabangnya, apakah
cabang penuh, cabang pembantu atau kantor kas.
Pengiriman uang atau transfer lewat bank akan memberikan beberapa keuntungan
bagi nasabah, jika dibandingkan dengan jasa pengiriman lainnya.
A. Strategi Pengembangan Bank Syari’ah Dalam persepsi masyarakat bank syari‟ah mestilah
bank yang paling ideal dan paling sempurna, karena Islam merupakan ajaran yang sempurna.
Bank Islam bukanlah Islam itu sendiri, ia sekedar bank yang berusaha menerapkan konsep
syariah menurut kemampuan perkembangannya. Bank syari‟ah di Indonesia masih jauh dari
sempurna, karena pengalamannya masih minim untuk ukuran sebuah bank di Indonesia. ada
beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan bank syari‟ah dalam
memberdayakan ekonomi umat, yaitu:
Sistem yang diterapkan di Malaysia adalah sistem Islamic Window, yaitu bank konvensional
dapat membuka counter yang menawarkan produk-produk bank syari‟ah. Bank konvensional
yang membuka Islamic Window dikenal dengan istilah SPTF (Skim Perbankan Tanpa Faedah).
Bank sistem ini cukup pesat perkembangannya, namun sistem ini tidak mendorong berdirinya
bank syari‟ah di malaysia. Di Malaysia hanya ada dua bank syari‟ah, yaitu : Bank Islam
Melaysia Berhad dan Bank Muamalat Malaysia. Ditambah satu anak perusahaan Bank Islam
Malaysia Berhad.84
Di Indonesia dengan menggunakan sistem Islamic Full Branch, yaitu suatu cagang penuh
menerapkan sistem syari‟ah. Dengan ciri: cabang menerapkan sistem syari‟ah secara penuh;
pembukaannya secara terpisah dengan kantor induk; bank Induk masih konvensional harus
menyisihkan sejumlah modal untuk unit usaha syari‟ah (UUS). Sistem ini seperti yang
diterapkan di Arab Saudi. Contoh Bank penerpaan sistem Islamic Full Branch: Bank IFI, Bank
Syari‟ah Mandiri (konversi dari Bank Susila Bhakti); BNI Syari‟ah; BPD Jaar; Bukopin.
Para pengusaha kecil lebih mendambakan sistem pembiayaan dengan sistem bagi hasil,
karena dirasa lebih sesuai dengan siklus bisnis usaha menengah kecil. Bank syari‟ah secara
bertahap harus mengembangkan sistem pembiayaan mudharabah dan musyarakah agar
portofolio pembiayannya tidak terlalu didominasi oleh pembiayaan murabahah apalagi bai
bithaman ajil. Dambaan pengusaha kecil, adalah dalam pembiayaan tidak menuntut jaminan
(agunan) yang memberatkan. Ini dapat diselesaikan dengan pengembangan produk pembiayaan
sistem Ijarah wal Murabahah, yaitu: barang dimanfaatkan oleh nasabah sementara
kepemilikannya pada bank.
Hampir semua bank syari‟ah di dunia didominasi dengan produk pembiayaan murabahah.
Mengapa? Karena: sistem murabahah lebih mudah dimengerti oleh masyarakat dan para pegawai
bank itu sendiri yagn kebanyakan mereka telah mengenal akrab dengan (sahabat) bunga sistem
bagi hasil sedikit sekali diterapkan, kecuali di Iran (48%); Sudah (62%). Di Indonesia, Bank
Muamalat Indonesia baru mengembangkan produk pembiayaan bagi hasil dimulai sejak tahun
ke-6. Perkembangannya cukup baik, tahun 1999 telah mencapai 51% dari portofolio
pembiayaannya.
Persepsi masyarakat tentang bank syari‟ah masih keliru. Bank syari‟ah dipandang sebagai:
(1) bank syari‟ah sebagai bank sosial (baitul mal) untuk membantu pembangunan (ekonomi)
umat,
(2) bank syari‟ah sebagai bank bagi hasil. Implikasi kekeliruan persepsi pertama berdampak
pada pemahaman masyarakat bahwa;
a. Bank syari‟ah tidak mengenakan denda bila nasabah tidak membayar tepat pada
waktunya.
Kemudian implikasi dari kekeliruan persepsi kedua, memberikan efek atas pandangan
masyarakat tentang bank syari‟ah sebagai berikut:
b. Bagi hasil yang diberikan bank kepada nasabah harus lebih besar jika dibandingkan
dengan harga dari bank konvensional, sehingga bagi hasil nasabah pembiayaan harus lebih kecil
daripada bunga bank.
Kesalahan persepsi masyarakat ini bertambah parah lagi dengan sikap sebagian karyawan
bank syari‟ah yang cenderungterlalu menyederhanakan konsep bank syari‟ah di lapangan,
sehingga bank syari‟ah terkesan sededar: Bank Konvensionalbunga+istilah Arab + zakat + Jilbab
+ assalamu‟alaikum. Artinya, bank syari‟ah dalam menjalankan aktivitas tidak sampai hakikat
bank syari‟ah itu sendiri. Namun, hanya sekedar menggunakan istilah Arab dalam produknya,
pada masa haul-nya bank syari‟ah membayar zakat, para karyawan dalam bekerja menggunakan
atribut-atribut (pakaian) muslim atau setiap bertemu saling menyapa dengan ucapan salam. Akan
tetapi, bank syari‟ah harus lebih daripada itu, terutama dalam masalah mekanisme produk yang
ditawarkan kepada calon nasabah, perlu memperhatikan kaidah-kaidah syari‟ah. Oleh karena itu
keterbatasan para pegawai bank syari‟ah dalam memahami konsep syari‟ah dalam ekonomi dan
perbankan, maka masih dijumpai kesalahan dalam menerapkan akad dalam melakukan transaksi
di bank syari‟ah.
Demikian pula, kesalahan semakin parah, pada saat bank syari‟ah menjadikan pembiayaan
murabahah atau bahkan al-ba‟i bithaman ajil menjadi akad sapu jagad yang serba bisa untuk
memenuhi kebutuhan apapun. Jika demikian adanya, maka:
a. Jangan salahkan kyai dan ustadz menganggap bank Islam sama dengan sekedar jualan
Islam;
b. Umat Islam sebagian diantara mereka masih lebih senang berhubungan dengan bank
konvensional, karena ketidakmampuan bank syari‟ah memenuhi kebutuhan umat.
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang perbankan syariah. Hal ini
diperlukan untuk memicu pengembangan bank syariah. Usaha untuk mengembangkan sistem
pendidikan yang mengintegrasikan teori dan praktek perbankan syariah diperlukan dalam upaya
meningkatkan integritas bank syariah di tengah-tengah masyarakat akademik dan non akademik.
2. Perlu upaya-upaya yang lebih progesif bukan saja dari praktisi, tetapi juga dari pemerintah
dan ulama untuk mendorong pemenuhan legalitas instrumen syariah guna memberi ruang yang
lebih lebar bagi tumbuhnya bank syariah. Pengembangan legalisasi bank syariah dipengaruhi
oleh permasalahanpermasalahan yang muncul dalam bank syariah. Usaha yang dilakukan untuk
mengembangkan aspek legalisasi harus didahului dengan upaya-upaya dari berbagai pihak untuk
mensosialisasikan sistem bank syariah.
3. Peningkatan kualitas bank syariah perlu didukung akademisi, keterlibatan akademisi akan
membangun kontruksi lembaga keuangan syariah lebih masuk akal dan bisa diterima oleh
banyak pihak. Oleh karena itu, hubungan di antara praktisi dengan akademisi bank syariah tidak
bisa dipisahkan dalam meningkatkan keterlibatan bank syariah dalam membentuk sistem
ekonomi masyarakat.
4. Dibutuhkan sosialisasi yang lebih agresif mengenai bank syariah. Sosialisasi ini bisa
dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi bank konvensional untuk
membuka kantor cabang atau semua pihak yang mampu secara legalitas atau materi untuk
mjendirikan bank umum syariah di seluruh pelosok negeri. Selain sebagai sarna untuk
mensosialisasikan bank syariah, langkah ini juga diperlukan untuk mengurangi perilaku ekonomi
masyarakat yang mengandung unsur riba, maytsir, dan gharar
Bisnis yang dijalankan bank syariah berbeda dengan best practise bank konvensional yang
memperlakukan uang sebagai alat komoditasdan diperdagangkan secara spekulatif,karena bank
syariah tidak diperkenankan memperjualbelikan uang sebagai bagian dari bisnisnya. Sebab
menurut kaidah - status uang hanya sebagai alat ukur, sarana untuk menyimpan kekayaan, dan
sebagai alat pembayaran. Penyebab krisis moneter beberapa tahun yang silam banyak
dipengaruhi oleh volatilitas nilai mata uang yang tidak stabil akibat perdagangan spekulatif.
Penempatan dana nasabah di bank syariah lebih bersifat investasi, karena return yang akan
diperoleh tidak dapat dipastikan seperti nasabah penyimpan di bank konvensional yang bisa
memastikan perolehan simpanannya berdasarkan interest rate. Nasabah bank syariah hanya dapat
mengetahui komposisi persentase bagi hasil (nisbah) yang akan diterima berdasarkan
kesepakatan, sehingga nilai riilnya sangat tergantung kinerja bank layaknya investor.
Perbedaan karakter bisnis bank syariah yang menonjol dibanding bank konvensional dapat
dilihat dari jenis produknya yang variatif. Bank konvensional hanya menghandalkan produk
pembiayaan tunggal berupa kredit yang berbentuk kredit modal kerja, kredit investasi, kredit
pemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kredit usaha tani, kredit usaha kecil, atau kredit
lainnya. Sedang bank syariah dapat melakukan pembiayaan dengan cara berbagi hasil
(mudharabah), kontribusi modal (musyarakah), jual beli dengan cicilan (murabahah), jual beli
dengan sistem bayar penuh dimuka (salam), cicilan berdasarkan progres (istishna‟), sewa-
menyewa (ijarah), atau sewa beli (ijarah muntahia bit tamlik). Denda yang diberlakukan hanya
untuk tujuan edukasi agar nasabah disiplin memenuhi tanggung jawab, sedangkan pendapatan
dari hasil denda disalurkan ke lembaga sosial untuk kemaslahatan, bukan menjadi fee base
incomebank
B. Karakteristik Perbankansyariah
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
maka Bank Syariah adalah Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha berdasar kan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya menyediakan layanan dalam pembayaran lalu lintas. Dalam
menjalankan kegiatannya, Bank Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut
1. Prinsip Keadilan Dengan sistem operasional yang berdasarkan 'sistem bagi hasil dan
kerugian', bank Islam menyediakan kekuatan yang berbeda dari sistem konvsnional. Perbedaan
ini nampak jelas dalam sistem bagi hasil terkandung dimensi keadilan dan pemerataan. Jika
menguntungkan pada strategi keunggulan bersaing (strategi keunggulan bersaing) Michael
Porter, maka, sistem bagi hasil (pembagian laba dan rugi) merupakan strategi diferensiasi yang
menjadi kekuatan khusus bagi lembaga yang dirancang untuk memenangkan persaingan yang
kompetitif. Berbeda dari itu, bank-bank konvensional dengan sistem bunga memandang dan
memberlakukan kekayaan yang mengharuskan peminjam menjadi Jaminan atas pinjamannya.
Jika terjadi kerugian pada proyek yang didanai, maka kekayaan peminjam modal akan menjadi
hak milik pemodal (bank). Sementara di bank, Islam, perusahaan yang mendukung atau proyek
yang akan didanai itu menjadi Jaminannya, sehingga keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama. Samuel L. Hayes, (1997) dari Universitas Harvard, penulis buku Hukum Islam dan
Keuangan: Agama, Risiko, dan Pengembalian anggota kan komentar yang sangat positif dan
tujuan atas keunggulan prinsip-prinsip bank syari'ah. Ia mengkritisi masyarakat AS yang larut
dalam bunga (riba). Ia mengutip empat hal pokok yang dijadi kan konsiderasi dalam membangun
sistem ekonomi syariah
Pertama kontrak (akad) harus adil dan nyata, tak ada huburngan hisnis yang hirarki. Kedua,
tak ada yang tidak spekulasi. "Mereka tidak suka judi, tiga, tak ada yang tidak bunga (riba).
Keempat, adalah pemakluman. Artinya, dalam hubungan bisnis a la islami tak dikenal sistem
'kemenangan' kalau rekanan bisnis memang benar-benar bangkrut. perjanjian simpanan,
informasi sensitif terhadap waktu (upaya sensitif), amanah (preferensi yang lebih rendah untuk
biaya oportunis), jika diperlukan, model transaksi yang terjadi dapat mencapai apa yang disebut
di muka kontrak yang menghasilkan kualitas terbaik (kualitas terbaik).
3. Prinsip Ketentraman Menurut falsafah al-Qur'an, semua aktivitas yang dapat dilakukan
oleh manusia dikerjakan untuk mendapatkan falah (ketentraman, kesejahteraan atau
kebahagiaan), yaitu istilab yang membantu untuk mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat
(Siddiqi, 1991, 3). Tujuan dan kegiatan ekonomi dalam perspektif Islam harus diselaraskan
dengan tujuan akhir yaitu pada pencapaian falah. Prinsip ini menghubungan prinsip ekonomi
dengan nilai moral secara langsung. Sebagai lembaga ekonomi, tujuan pendirian bank Syari'ah
adalah untuk menciptakan keseimbangan sosialekonomi (materi dan spiritual) masyarakat agar
mencapai falah (Karim, 1990; Shahul, 2000). Karena itu, produkproduk bank Syariah harus
mencerminkan pandangan dunia Islam atau sesuai dengan prinsip dan kaidah Muamalah Islam.
Sulaiman mencatat empat aturan yang harus ditaati oleh bank Islam, yaitu; 93
4) tidak menggunakan produk atau jasa yang diminta dengan nilai Islam Dixon (1992),
mengemukakan beberapa karakteristik di atas merupakan pembeda utama antara bank Islam
dengan bank-bank konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, Manan (2016) Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama. Kencana. Hal. 206.
Amanita Novi, Bank dan Lembaga keuangan lain. Bab 6. Bank Syari’ah
Drs. Ismail, MBA., Ak., Drs. Ismail, MBA., Ak. (2017) perbankan syariah. Kencana.
Ismail. (2010). Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta. Kencana
Witasari Aryani, Abdullah Junaidi, Tabarru' sebagai akad yang melekat pada asuransi syariah,
jurnal bisnis dan manajemen islam, Vol. 2, No. 1, 2014, hal. 124- 126
Ahmad Sarwat, Fiqih Jual-beli, (Jakarta Selatan): Rumah Fiqih Publishing, 2018
Ali Rama, Analisis Determinan Pengungkapan Islamic Social Reporting: Studi Kasus Bank
Umum syariah di Indonesia, Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 2, No. 1, 2014, hlm 16.
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer: Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis
dan Sosial, Ghalia Indonesia, Bogor, 2012, hlm.21
Tehuayo Rosita, Sewa Menyewa (Ijarah) Dalam Sistem Perbankan Syariah, Fakultas
Syariah dan Ekonomi Islam, Vol. XIV, No. 1, 2018, hal. 86- 93
Wiroso, Penghimpun Dana dan Distribusihal.asil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT. Grasindo,
2005)hal.118
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari'ah, Yogyakarta: UII Press, 2001,
hlm. 23.
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/akad-mudharabah-adalah-salah-satu-akad-
yang-perlu-anda-ketahui
https://syariah.uinsaid.ac.id/perkembangan-ekonomi-syariah-di-indonesia
https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/simpanan/bagi-hasil-bank-syariah
https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/akad-PBS.Aspx
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/10/istishna-adalahhttps://www.linkaja.id/artikel/
akad-murabahah
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/06/06/akad-qardh-adalah
https://www.gramedia.com/literasi/musyarakah/
https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Prinsip-dan-Konsep-PB-Syariah.aspx
https://www.cermati.com/artikel/mengenal-bank-indonesia-sejarah-berdiri-tugas-fungsi
Gika Asdina Firanda, “Nagih Utang (Debt Colllector) Pinjaman Online Berbasis Financial
Technology”, Diponegoro Law Journal Vol.8 No. 4, 2019,
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce: Studi Sitem Keamanan Dan
Hukum di Indonesia,(Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2005).
www.scribd.com