Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KINERJA BANK MUAMALAT INDONESIA


MENGGUNAKAN PENDEKATAN SHARIA MAQASHID
INDEX (SMI) PERIODE 2011-2015

Diajukan Oleh:
Sajidah Ummu Afinah
130721100124

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2016
A. LATAR BELAKANG

Islam adalah berserahnya manusia secara total kepada Allah SWT dengan

cara yang disampaikan melalui rasul-Nya, dimulai dari Nabi Adam AS

sampai Rasulullah Muhammad SAW, yang pada pokoknya berisi ajaran

tauhid, seperangkat aturan dan pedoman perilaku mengenai kehidupan secara

lengkap dan menyeluruh.1 Melalui firman Allah dalam kitab al-Qur’an serta

hadits Rasulullah Muhammad SAW, Islam telah mengatur kehidupan

manusia secara lengkap dan menyeluruh, mulai dari ritual ibadah (hubungan

manusia dengan Tuhan) sampai dengan kehidupan muamalah (hubungan

dengan sesama manusia atau kehidupan sosial). Islam juga merupakan agama

yang universal, artinya Islam merupakan agama bagi seluruh umat manusia

tanpa memandang ras, jabatan, suku maupun bangsa. Selain itu, makna

universal dapat berarti bahwa aturan, larangan, perintah dan ajaran Islam

dapat diterapkan di berbagai tempat dan waktu. Dengan demikian, Islam

merupakan agama yang bersifat terbuka dan selalu memberikan keleluasaan

kepada umatnya untuk senantiasa berinovasi dalam rangka mengikuti

perkembangan peradaban dan mencapai kemajuan di berbagai bidang selama

hal tersebut tidak bertentangan dengan aturan Islam.

Salah satu aspek kehidupan yang diatur dalam Islam adalah sektor

ekonomi. Ekonomi Islam merupakan bagian dari muamalah yang mengatur

kehidupan sesama manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ekonomi

Islam adalah sekelompok fenomena yang meliputi ajaran Allah SWT dan

1
Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, (Bandung: PT. Mobidelta Indonesia, 2015), hlm. 1.
Rasul-Nya yang berisi pemikiran, doktrin, dan teori yang bersumber dari al-

Qur’an dan hadits baik yang tertulis dengan jelas maupun secara eksplisit.2

Ekonomi Islam mempelajari perilaku individu yang dituntun oleh ajaran

Islam, mulai dari penentuan tujuan hidup, cara memandang dan menganalisis

masalah ekonomi, serta prinsip-prinsip dan nilai yang harus dipegang untuk

mencapai tujuan tersebut.3 Tujuan utama dalam sistem ekonomi Islam adalah

menjadikan dunia sebagai jalan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya,

yaitu akhirat. Oleh sebab itu, setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan

bertujuan untuk mencari falah (kebahagiaan akhirat) yang sebesar-besarnya,

meskipun hanya menghasilkan keuntungan duniawi yang kecil.4

Seiring perkembangan zaman, masyarakat Indonesia sudah familiar

dengan istilah ekonomi Islam. Semakin banyak kegiatan perekonomian di

Indonesia yang menggunakan prinsip syariah, hal tersebut menunjukkan

bahwa masyarakat semakin menyadari bahwa sistem ekonomi Islam

menawarkan keuntungan bersama sesuai dengan prinsipnya, sehingga dalam

perkembangnnya ekonomi Islam bukan lagi sebagai trend melainkan sudah

menjadi kebutuhan. Sistem ekonomi Islam yang semakin berkembang

memberikan tantangan kepada praktisi Islam agar turut memberikan

kontribusi nyata dalam pemecahan berbagai masalah ekonomi.5

2
Ibid., hlm. 4.
3
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (PK3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 19.
4
M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm. 75.
5
HM. Dumairi Nor, et.al., Ekonomi Syariah Versi Salaf, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2007), hlm.
Xi.
Salah satu sektor ekonomi Islam yang turut berkembang saat ini adalah

perbankan. Dalam arti luas, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang keuangan, artinya berbicara mengenai bank tidak terlepas dari

masalah keuangan.6 Secara umum bank dibagi menjadi dua, yaitu bank

konvensional dan bank syariah. Di Indonesia, bank syariah yang pertama

didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI).7 Pada

awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum

mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional.

Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya

dikategorikan sebagai ‘bank dengan sistem bagi hasil’ dan tidak terdapat

rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan.

Hal ini sangat jelas tercerimin dari UU No. 7 Tahun 1992, di mana

pembahasan perbankan dengan sitem bagi hasil diuraikan hanya sepintas.8

Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia semakin jelas terlihat, hal

tersebut dapat dilihat dari jumlah praktisi dan institusi keuangan syariah.

Berdasarkan data dan statistik yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa

Keuangan, tercatat pada Juli 2016, Indonesia memiliki 12 Bank Umum

Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), 165 Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) dan 59.169 tenaga kerja.9 Selain itu, aset perbankan syariah

6
Dr. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2004), hlm. 24.
7
Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., MBA., M.A.E.P, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 25.
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, (Depok: Gema Insani, 2012),
hlm. 26.
9
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Vol. 14 No. 08 Juli 2016, hlm. 4.
juga mengalami kenaikan. Pada Juli 2016, aset perbankan syariah mencapai

Rp. 305,5 triliun, artinya terjadi kenaikan sebesar 18,49% jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang sampai pada angka Rp. 272,6 triliun.10

Dengan kenaikan aset yang melebihi 10% tersebut membuktikan bahwa

kinerja keuangan perbankan syariah berjalan dengan baik. Meningkatnya

pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia menyebabkan terjadinya

persaingan antar bank syariah, keadaan tersebut menuntut bank syariah untuk

lebih meningkatkan kinerjanya.

Bank Muamalat Indonesia sebagai salah satu bank syariah di Indonesia

turut andil dalam menumbuhkan aset perbankan syariah di Indonesia, hal itu

dapat dilihat dari total laba bersih Bank Muamalat Indonesia yang mencapai

Rp. 74,79 triliun pada tahun 2015.11 Memegang peran sebagai bank syariah

pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia mulai mendapat perhatian

khusus baik dari pemerintah maupun kalangan masyarakat luas. Bank

Mualamat Indonesia yang telah meraih penghargaan Best Islamic Bank in

Indonesia dalam ajang Alpha Southeast Asia berturut-turut selama 2014

sampai 201512 seakan-akan membuktikan bahwa Bank Muamalat Indonesia

terus memberikan inovasi dan kebijakan yang sesuai dengan keinginan

nasabahnya. Sesuai dengan visi Bank Muamalat Indonesia yaitu menjadi

bank syariah terbaik dan 10 bank terbesar di Indonesia dengan kehadiran

10
Dewi Rachmat Kusuma, “Naik 18,49%, Aset Perbankan Syaruah Capai Rp. 305,5T”,
https://finance.detik.com/moneter/d-3316556/naik-1849-aset-perbankan-syariah-capai-rp-3055-t ,
diakses pada tanggal 04 November 2016 pukul 9.38 WIB
11
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2015, hlm. 5.
12
Ibid., hlm. 29.
regional yang kuat, Bank Muamalat Indonesia bertekat untuk menekankan

semangat kewirausahaan berdasarkan prinsip kehati-hatian.13

Namun demikian, jika dibandingkan dengan bank umum konvensional

yang telah mencapai aset sebesar Rp. 6.350 triliun pada Juli 201614, tentu

perbankan syariah masih kalah jauh. Karena pada dasarnya tidak sebanding

jika aspek yang dijadikan tolak ukur perbandingan antara perbankan syariah

dan perbankan konvensional adalah total aset. Perbankan syariah dengan

perbankan konvensional merupakan dua lembaga yang tidak apple to apple

jika dibandingkan karena beberapa alasan. Pertama, sepak terjang kedua

lembaga tersebut jelas berbeda, perbankan konvensional yang lebih dulu

berdiri telah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia, sedangkan

perbankan syariah pertama di Indonesia baru berdiri pada tahun 1992,

sehingga masyarakat masih asing dengan istilah bank syariah. Kedua, tujuan

antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah berbeda, perbankan

konvensional lebih berorientasi pada laba, sedangkan perbankan syariah

bertujuan untuk mencapai kemaslahatan bersama. Ketiga, beberapa kegiatan

internal kedua perbankan tersebut berbeda, seperti aspek legalitas, struktur

organisasi, usaha yang dibiayai serta lingkungan kerja.15

Berdasakan pada alasan tersebut, seharusnya penilaian kinerja perbankan

syariah tidak lagi menggunakan rasio konvensional seperti CAMELS

(Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, Sensivity of Market Risk)

13
Ibid., hlm. 13.
14
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Indonesia Volume 14 No.08 Juli 2016, hlm. 2.
15
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah....., hlm. 29.
dan EVA (Economic Value Added) yang mana ukuran tersebut memiliki

beberapa kelemahan seperti rasio keuangan yang dijadikan alat ukur kinerja

perbankan syariah menyebabkan pilar utama sistem keuangan Islam seperti

maslahah tidak dapat tercermin jika menggunakan rasio keuangan

konvensional. Apabila perbankan syariah hanya menggunakan pengukuran

yang sama dengan perbankan konvensional untuk mengukur kinerjanya, akan

terdapat nilai yang tidak sebanding dari penggunaan indikator kinerja

perbankan konvensional dengan objek yang lebih luas yang terdapat pada

perbankan syariah.16

Pengukuran kinerja perbankan syariah selain dari segi keuangan

semestinya juga mengukur aspek tujuan syariah-nya (maqashid syariah), agar

dapat mencapai maqashid syariah sebuah bank harus mampu melakukan

penjagaan terhadap al-aql (akal), ad-dien (agama), an-nafs (jiwa), an-nasl

(keturunan) dan al-maal (harta). Para tokoh Islam berbeda pendapat dalam

mengklasifikasikan maqashid syariah, tetapi tetap memiliki arti yang sama

yakni mencakup kelima maqashid syariah secara umum. Sebagai contoh, Ibn

‘Ashur menyebutkan bahwa tujuan syariah antara lain, menjaga aturan hidup,

mewujudkan kemaslahatan, menghindari bahaya, tercapainya keadilan, dan

terbentuknya harmonisasi antar umat manusia. Sementara itu, ‘Ilal al-Fasi

mengelompokkan tujan syariah diantaranya, kemajuan pemikiran,

kemakmuran bagi bumi, kebermanfaatan bagi semua manusia, terpeliharanya

16
Muhammad Syafii Antonio, Yulizar D. Sanrego dan Muhammad Taufiq, “An Analysis of
Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania”,
Journal of Islamic Finance IIUM Institute of Islamic Banking and Finance Vol. 1 No. 1 , 2012,
hlm. 13.
aturan hidup, tercapainya keadilan, dan memanfaatkan sumber daya alam

milik Allah. Sedangkan Abu Zahra menggolongkan maqashid syariah

menjadi tiga bagian, antara lain.

1. Tahdzib al-Fard (pendidikan bagi individu),

2. Iqamah al-Adl (menegakkan keadilan),

3. Maslahah (kemaslahatan).17

Mengacu pada permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah alat ukur

yang sesuai dengan prinsip dan tujuan bank syariah yang dapat memberikan

evaluasi sejauh mana bank syariah dapat menunjukkan kinerjanya. Metode

pengukuran maqashid syariah yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah model pengukuran maqashid syariah yang digunakan oleh Mustafa

Omar dan Dzuljastri Abdul Razak dalam mengukur kinerja perbankan syariah

dalam bentuk Shariah Maqasid Index (SMI), yang bersumber dari konsep

maqashid syariah yang dijelaskan oleh Imam Abu Zahra.

Pengukuran kinerja perbankan syariah yang selama ini masih

menggunakan rasio keuangan konvensional perlu dilakukan evaluasi terkait

tujuan utama perbankan syariah yang kurang sesuai jika pengukuran

kinerjanya hanya menggunakan rasio keuangan konvensional. Berdasarkan

uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian terkait kinerja

Bank Muamalat Indonesia dengan konsep yang sesuai dengan tujuan

17
Mustafa Omar Mohammed dan Dzuljastri Abdul Razak, “The Performance Measures of Islamic
Banking Based on the Maqashid Freamwork”. Paper dipresentasikan dalam acara IIUM
International Accounting Conference (INTAC IV) di Putra Jaya Marriot, tanggal 25 Juni 2008,
hlm. 4
utamanya, yaitu maqashid syariah, oleh sebab itu judul dari penelitian ini

adalah, “Analisis Kinerja Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Menggunakan Pendekatan Sharia Maqashid Index (SMI)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian ini yaitu, bagaimana kinerja Bank Muamalat

Indonesia (BMI) dilihat dari pendekatan Sharia Maqashid Index (SMI) pada

tahun 2011-2015?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui kinerja Bank Muamalat Indonesia (BMI) dilihat dari

pendekatan Sharia Maqashid Index (SMI) pada tahun 2011-2015.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam

beberapa kategori, antara lain.

1. Bagi nasabah, sebagai pertimbangan bagi nasabah lama atau calon nasabah

mengenai kinerja Bank Muamalat Indonesia jika ditinjau dari aspek

maqashid-nya dalam penggunaan layanan produk dan jasa perbankan

syariah.

2. Bagi praktisi perbankan syariah, menjadi bahan pertimbangan untuk

mengambil keputusan (terutama Manajer) agar segala keputusannya dapat

menguntungkan nasabah serta tujuan utama perbankan syariah dapat

tercapai.
3. Bagi akademisi, menambah wawasan terkait sharia maqashid index

sehingga dapat menjadi acuan jika terjadi permasalahan terkait tema yang

diteliti.

4. Bagi Peneliti, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bidang ekonomi

Islam terutama dalam hal pengukuran kinerja perbankan syariah yang

selama ini masih sering menggunakan rasio keuangan konvensional.

D. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini,

antara lain.

1. Paper, Mustafa Omar Mohammed dan Dzuljastri Abdul Razak (2008)

dengan jusul The Performance of Islamic Banking Based on the Maqashid

Freamwork. Dalam penelitiannya, Mustafa Omar Mohammed dan

Dzuljastri Abdul Razak merupakan penggagas konsep pengukuran kinerja

perbankan syariah menggunakan teori maqashid syariah. Objek

penelitiannya meliputi beberapa bank syariah di dunia, seperti Bank

Muamalat Malaysia, Islamic Bank Bangladesh, Bank Syariah Mandiri

Indonesia, Bahrain Islamic Bank, Islamic International Arab Bank Jordan,

dan Sudanase Islamic Bank, periode tahun 2000 sampai 2005. Diperoleh

hasil penelitian bahwa Islamic International Arab Bank Jordan menempati

posisi pertama dengan indeks maqashid syariah terbesar yaitu 0,8877.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek

yang akan diteliti, yaitu lebih khusus pada satu bank syariah di Indonesia

(Bank Muamalat Indonesia).


2. Paper, Muhammad Syafi’i Antonio, Yulizar D. Sanrego, dan Muhammad

Taufiq (2012) dengan judul An Analysis of Islamic Banking Performance:

Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania. Tujuan

penelitian ini adalah untuk membandingkan kinerja antara bank syariah di

Indonesia dengan bank syariah di Jordania dengan mengambil sampel

beberapa bank syariah di negara tersebut, diantaranya Bank Syariah

Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Jordan Islami Bank dan Islamic

International Arab Bank Jordan. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa

bank syariah di Indonesia lebih baik dari segi maqashid syariah-nya dari

pada bank syariah di Jordania, dengan hasil Bank Muamalat Indonesia

menduduki posisi pertama, disusul oleh Bank Syariah Mandiri, Islamic

International Arab Bank Jordan, kemudian Jordan Islami Bank di posisi

terakhir.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek

yang akan diteliti, yaitu lebih khusus pada satu bank syariah di Indonesia

(Bank Muamalat Indonesia), sebab jika melakukan perbandingan dengan

sesama bank syariah di Indonesia, maka akan ada rasio yang tidak dapat

diukur karena tidak semua bank syariah di Indonesia mencantumkan rasio

yang dibutuhkan untuk penelitian ini dalam laporan keuangannya.

3. Paper, Afrinadi (Tanpa Tahun), yang berjudul Analisa Kinerja Perbankan

Syariah Indonesia Ditinjau dari Maqashid Syari’ah: Pendekatan Sharia

Maqashid Index (SMI) dan Profitabilitas. Penelitian ini mengambil

beberapa objek berupa bank syariah di Indonesia diantaranya, Bank


Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, BRI

Syariah, Bank Syariah Bukopin periode 2009-2011. Dalam pengukuran

kinerja profitabilitas, Bank Syariah Mandiri menjadi unggulan dengan

nilai 95,62, sedangkan dalam pengukuran kinerja maqashid syariah

menjadikan Bank Muamalat Indonesia dalam posisi teratas dengan indeks

sebesar 0,3027.

Terdapat beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,

pertama terletak pada objek yang akan diteliti, yaitu lebih khusus pada satu

bank syariah di Indonesia (Bank Muamalat Indonesia), sebab jika

melakukan perbandingan dengan sesama bank syariah di Indonesia, maka

akan ada rasio yang tidak dapat diukur karena tidak semua bank syariah di

Indonesia mencantumkan rasio yang dibutuhkan untuk penelitian ini

dalam laporan keuangannya. Kedua, peneltian ini tidak mengukur aspek

profitabilitas bank syariah dan lebih fokus pada pangukuran maqashid

syariah. Ketiga, pengukuran elemen fair returns menggunakan rasio yang

berbeda dan penelitian ini sesuai dengan konsep pertama milik Mustafa

Omar Mohammed, dkk.

4. Skripsi, Muhammad Wahyu Syahputra (2015) dengan judul Analisis

Kinerja Keuangan dan Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah di

Indonesia periode 2011-2014. Penelitian ini menggunakan sebelas objek

bank umum syariah di Indonesia, yaitu Bank Central Asia Syariah, Bank

Jabar Banten Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia,

Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank


Syariah Bukopin, Bank Syariah Mandiri, Bank Victoria Syariah, Maybank

Syariah Indonesia, dan Panin Bank Syariah. Hasil penelitian diperoleh

nilai rata-rata pengukuran kinerja keuangan bank umum syariah di

Indonesia adalah sebesar 52,40 dengan Bank Mandiri Syariah pada posisi

pertama. Sedangkan nilai rata-rata pengukuran kinerja maqashid syariah

adalah sebesar 0,27358 dengan Panin Bank Syariah menempati urutan

teratas.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek

yang akan diteliti, yaitu lebih khusus pada satu bank syariah di Indonesia

(Bank Muamalat Indonesia), sebab jika melakukan perbandingan dengan

sesama bank syariah di Indonesia, maka akan ada rasio yang tidak dapat

diukur karena tidak semua bank syariah di Indonesia mencantumkan rasio

yang dibutuhkan untuk penelitian ini dalam laporan keuangannya. Selain

itu, penelitian ini juga tidak mengukur kinerja keuangan melainkan fokus

pada pengukuran maqashid syariah.

E. Kerangka Teoritik

1. Perbankan Syariah

Bank syariah adalah lembaga perbankan yang kegiatan operasionalnya

disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Prinsip tersebut yang

paling dasar antara lain larangan maysir, gharar, dan riba, mengedepankan

keadilan, serta menutamakan tolong-menolong.18 Perbankan syariah

bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

18
Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 510.
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan

rakyat. 19

Perbankan syariah berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan

(financial intermediary institution) antara unit-unit ekonomi yang

mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan unit-unit lain yang

mengalami kekurangan dana (lack of funds). Oleh karena itu, untuk

menjalankan fungsi intermediasi tersebut, lembaga perbankan syariah akan

melakukan kegiatan usaha berupa penghimpun dana, penyaluran dana,

serta menyediakan berbagai jasa transaksi keuangan kepada masyarakat.

Penghimpun dana dalam perbankan syariah dapat diwujudkan baik dalam

bentuk simpanan maupun investasi. Penghimpunan dana dalam bentuk

simpanan wujudnya betupa giro, dan tabungan. Sedangkan penghimpunan

dana dalam bentuk investasi wujudnya berupa deposito.20 Dalam

melaksanakan fungsi penghimpun dana, bank syariah biasanya

menggunakan akad mudharabah.

Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan selain melakukan kegiatan

penghimpunan dana, juga menyalurkan kembali kepada masyarakat

melalui pembiayaan. Menurut undang-undang, pembiayaan dalam

perbankan syariah diwujudkan dalam bentuk:

- Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

- Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli dalam

bentuk ijaraha muntahiya bittamlik

19
Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm.
31.
20
Ibid., hlm. 57.
- Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna’.21

Untuk mendukung transaksi keuangan, selain dilakukan melalui

penghimpunan dana dan penyaluran dana, kegiatan usaha perbankan juga

dapat dilakukan melalui penyediaan jasa pelayanan. Jasa tersebut bisa

berupa latter of credit (LC), sharia charge card, transfer, dan pertukaran

valuta asing.22

2. Maqashid Syariah

Secara etimologi maqashid syariah terdiri dua kata yaitu maqashid dan

syariah. maqashid secara bahasa merupakan sasaran atau tujuan dibalik

suatu hukum.23 Sedangkan syariah berarti jalan. Adapun secara

terminologi, maqashid syariah adalah tujuan Allah sebagai shari’ dalam

menetapkan hukum yang terintegrasi terhadap hambanya. Inti dari

maqashid syariah adalah untuk mewujudkan kebaikan sekaligus

menghidari keburukan atau menarik manfaat (maslahah).24

Konsep maqashid syariah mencapai kematangan pada masa Imam as-

Syathibi. Menurut Syathibi, syariah bertujuan untuk mewujudkan

kemaslahatan manusia sebagai hamba Allah di dunia dan di akhirat. Maka

dari itu, ketika seorang hamba dibebani kewajiban (al-taklif)

21
Ibid., hlm. 63.
22
Ibid, hlm.. 84.
23
Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maaqasid Syariah, terj. Rosidin dan ‘Ali ‘Abd
el-Mun’im, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), hlm. 33.
24
Muhammad Wahyu Syahputra, “Analisis Kinerja Keuangan dan Maqashid Syari’ah Bank
Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2014”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015),
hlm. 31.
sesungguhnya untuk merealisasikan kemaslahatan. Sedangkan

kemaslahatan itu sendiri dapat diwujudkan apabila terpeliharanya lima

unsur dasar, yaitu agama, jiwa, akal keturunan dan harta. Dalam rangka

mewujudkan kelima unsur tersebut, Syathibi membagi maqashid syariah

ke dalam tiga tingkatan yaitu maqashid al-dlaruriyat, maqashid al-hajiyat,

dan maqashid al-tahsiniyat.25

3. Sharia Maqashid Index (SMI)

Sharia Maqasid Index atau indeks maqashid syariah adalah model

pengukuran kinerja perbankan syariah yang sesuai dengan tujuan dan

karakteristik perbankan syariah. Dalam penelitian ini, maqashid syariah

yang digunakan merupakan konsep tujuan syariah berdasarkan pendapat

Imam Abu Zahra seperti beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan 3 tujuan syariah yang ditetapkan Imam Abu Zahra, dalam

penelitiannya, maka secara spesifik perbankan syariah memiliki 3 tujuan

utama yang harus dicapai sebagai berikut:

a. Tahdzib al-Fardh (Pendidikan Individu)

Tujuan pertama mengungkapkan tentang bagaimana seharusnya

perbankan syariah menyebarkan pengetahuan dan kemampuan serta

menanamkan nilai-nilai yang menunjang pembangunan ruhaniyah.

b. Iqamah al-Adl (Perwujudan Keadilan)

Tujuan kedua yaitu perbankan syariah harus meyakinkan bahwa setiap

transaksi dalam aktivitas bisnis dilakukan secara adil termasuk produk,

25
Ibid., hlm. 30.
harga, ketentuan dan kondisi kontrak. Selain itu perbankan syariah

juga harus meyakinkan bahwa setiap bisnis perbankan bebas dari

elemen-elemen negatif yang dapat menciptakan ketidakadilan seperti

riba, kecurangan, dan korupsi.

c. Jalb al-Maslahah (Kepentingan Masyarakat)

Tujuan ketiga yaitu perbankan syariah harus membuat prioritas

mengenai aktivitas bisnisnya mana yang memberikan manfaat yang

lebih besar bagi masyarakat. Tujuan ini termasuk aktivitas yang

mencakup kebutuhan dasar masyarakat seperti investasi di sektor-

sektor vital.

Sharia Maqashid Index pertama kali dikemukakan oleh Mustafa Omar

Mohammed dan Dzuljastri Abdul Rozak pada tahun 2008. Faktor pertama

yaitu pendidikan individu menyatakan bahwa kinerja perbankan dinilai

dari bagaimana perbankan syariah mampu merancang program pendidikan

dan pelatihan baik bagi karyawan dengan nilai-nilai moral, sehingga

terdapat peningkatan pada kemampuan dan keahlian para karyawan. Pada

faktor pertama, terdapat empat indikator kerja yaitu biaya hibah

pendidikan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya pelatihan

karyawan, serta biaya publisitas.

Faktor kedua yaitu keadilan. Faktor penilaian kinerja kedua didasarkan

pada tujuan perbankan syariah agar dapat mewujudkan kejujuran dan

keadilan dalam semua transaksi dan kegiatan usahanya, serta memastikan

bahwa seluruh aktivitas perbankan syariah merupakan free interest. Pada


faktor kedua, terdapat tiga indikator kerja yang akan diukur yaitu tingkat

pengembalian yang adil, distribusi pendapatan, dan produk bebas bunga.

Faktor ketiga yaitu pencapaian kesejahteraan, dalam hal ini perbankan

syariah harus mengembangkan proyek-proyek investasi dan pelayanan

sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada faktor ketiga,

terdapat tiga indikator kerja yang akan diukur, yaitu profitabilitas bank

syariah, laba bersih, dan investasi sektor riil.

F. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

periode tahun 2011-2015.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan

deskriptif analitis, artinya dilakukan proses transformasi pada data

penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan

diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan dan penyusunan data

dalam bentuk tabel numerik dan grafik.26 Sedangkan metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode index number dan konsep

sekaran model Sharia Maqasid Index (SMI) seperti yang dijelaskan oleh

Mustafa Omar Mohammed dan Dzuljastri Abdul Razak. Metode index

26
Dr. Nur Indrianto, M.Sc., Akuntan dan Drs. Bambang Supomo, M.Si., Akuntan, Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1999), hlm. 170.
number bertujuan untuk mengetahui perkembangan keadaan secara makro

(menyeluruh) dari variabel atau kejadian yang kita amati.27

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersifat time series dan bersumber dari laporan keuangan tahunan yang

diterbitkan oleh Bank Muamalat Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, antara

lain.

a. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang

antara lain berupa dokumen-dokumen penting dalam obyek yang akan

diteliti.28 Data yang diperoleh peneliti dari teknik dokumentasi berupa

laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh Bank Muamalat

Indonesia periode 2011-2015. Laporan keuangan tersebut dapat

diperoleh melalui website Bank Muamalat Indonesia.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

konsep dan landasan teori yang bersumber dari berbagai literatur

berupa buku, referensi, dan dokumen yang berkaitan dengan relevan

dengan pokok permasalahan skripsi. Selain itu, studi kepustakaan juga

27
Ibid., hlm. 34.
28
Dr. Nur Indrianto, M.Sc., Akuntan dan Drs. Bambang Supomo, M.Si., Akuntan, Metodologi.....,
hlm. 170.
bisa bersumber dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

kuantitatif dengan model pengukuran maqashid syariah yang dibuat dan

digunakan oleh Mustafa Omar Mohammed dan Dzulastri Abdul Razak

dalam mengukur kinerja perbankan syariah dalam bentuk sharia maqashid

index (SMI) yang bersumber dari konsep maqashid syariah yang

dijelaskan oleh Imam Abu Zahra.29

Metode pengukuran maqashid syariah yang dibuat dan digunakan oleh

Mustafa Omar Mohammed dan Dzulastri Abdul Razak adalah metode

sekaran (turunan) yang bertujuan untuk mengukur sebuah konsep

maqashid syariah menurut Imam Abu Zahra dengan cara membuat

dimensi pengukuran dan elemen-elemen yang akan dapat mengukur dari

konsep tersebut, dari elemen tersebut nantinya akan terbentuk rasio yang

dapat mengukur kinerja bank syariah yang menjadi objek penelitian.

Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan dalam tabel berikut.

29
Afrinadi, “Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia Ditinjau dari Maqashid Syari’ah:
Pendekatan Sharia Maqashid Index (SMI) dan Profitabilitas”, hlm. 5.
Tabel 1

Model Pengukuran Kinerja Maqashid Syariah30

Konsep
Maqashid Dimensi Elemen Rasio
Sumber Data
Syariah Imam (D) (E) (R)
Abu Zahra
E1. R1.
Education Education Grant/Total Annual Report
D1.
grant Expense
Advancement
R2.
knowledge E2.
Research Expense/Total Annual Report
Research
Expense
D2.
Tahdzib al-Fard R3.
Instilling new E3.
(Educating Training Expense/Total Annual Report
skill and Training
Individual) Expense
improvement
D3.
Creating R4.
E4.
awareness of Publicity Expense/Total Annual Report
Publicity
Islamic Expense
banking
E5.
D4. R5.
Fair Annual Report
Fair Returns Profit/Total Income
returns
D5. R6.
Iqamah al-Adl E6.
Cheap Mudharabah and
(Estabilishing Functional Annual Report
products and Musyarakah Modes/Total
Justice) distribution
services Investmen Mode
D6. E7. R7.
Elimminations Interest Interest Free Income/Total Annual Report
of injustices free Income

30
Ibid., hlm. 7
product
D7. E8.
R8.
Profitability Profit Annual Report
Net Income/Total Asset
of bank ratios
D8.
E9.
Redistribution R9.
Jalb al-Maslaha Personal Annual Report
of income and Zakah Paid/Net Income
(Public Interest) income
wealth
E10. R10.
D9.
Investmen Investment in Real
Investment in Annual Report
in real Economic Sector/Total
real sector
sector Investment

Pemilihan sepuluh rasio pada tabel di atas karena mempertimbangkan tiga

alasan, antara lain.31

a. Tujuan perbankan syariah, dimensi serta elemen dapat diidentifikasi

melalui tujuan tersebut,

b. Penelitian terdahulu yang sejenis menggunakan rasio yang sama untuk

mengukur kinerja bank syariah maupun bank konvensional,

c. Kemudahan dalam memperoleh data (laporan keuangan) serta metode

penelitian (multi attribute decision making),

d. Lebih akurat dalam mengukur kinerja berdasarkan konsep maqashid

syariah.

Setelah diketahui hasil pengukuran dan penilaian terhadap sepuluh rasio

seperti yang ditampilkan pada tabel di atas, maka selanjutnya adalah

melakukan pembobotan pada setiap konsep dan elemen seperti yang

31
Muhammad Syafi’i Antonio, dkk, “An Analysis...”, hlm. 7.
dijelaskan oleh Mustafa Omar Mohammed dan Dzuljastri Abdul Razak

dalam penelitiannya.

Tabel 2

Bobot Rata-rata Tujuan dan Elemen Pengukuran Maqashid Syariah32

Bobot Bobot
Konsep Maqashid (Weighting) (Weighting)
Elemen (E)
Syariah Rata-rata Rata-rata
(100%) (100%)
E1. Education Grant 24
Tahdzib al-Fard E2. Research 27
(Educating 30 E3. Training 26
Individual) E4. Publicity 23
Total 100
E5. Fair Returns 30
Iqamah al-Adl
E6. Functional Distribution 32
(Estabilishing 41
E7. Interest Free Product 38
Justice)
Total 100
E8. Profit Ratios 33
Jalb al-Maslaha E9. Personal Income 30
29
(Public Interest) E10. Investment Ratios in Real
37
Sector
Total 100 Total 100

Proses selanjutnya menentukan peringkat dari setiap bank syariah yang dilakukan

melalui Indikator Kinerja (IK). Proses tersebut menggunakan Simple Additive

Weighting Method (SAW) dengan cara pembobotan, agregat dan proses

menentukan peringkat (weighting, aggregating and ranking processes). SAW

32
Ibid, hlm. 19
merupakan metode Multiple Attribute Decision Making (MADM) yang dilakukan

dengan cara pengambil keputusan (Decision Maker) dengan mengidentifikasi

setiap nilai atribut dan nilai intra-atribut. Dalam penelitian ini yang menjadi

atribut adalah tiga tujuan maqashid syariah dan nilai intra-atribut adalah 10

elemen dan 10 indikator kinerja (rasio) sebagaimana pada tabel sebelumnya.

Kemudian akan diperoleh skor total dengan cara mengalikan setiap rasio dengan

skala setiap atribut. Secara matematis, proses menentukan indikator kinerja dan

tingkat indeks maqashid syariah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:33

a. Tahzib al-Fard (Mendidik Individu) = Tujuan 1 (T1)

Indikator Kinerja (IK) untuk T1 sebagai berikut:

IK (T1) = W11((E11 x R11) + (E21 x R21 ) + (E31 x R31) + (E41 x

R41))

Dimana:

T1 : Tujuan pertama dari Maqasid Syariah (Tahzib al Fardi)

W11 : Bobot rata-rata untuk tujuan pertama (Tahzib al Fardi)

E11 : Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan 1 (E1.Education

Grant)

E21 : Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan 1 (E2.Research)

E31 : Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan 1 (E3.Training)

E41 : Bobot rata-rata untuk elemen ke empat tujuan 1 (E4.Publicity)

R11 : Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan 1

33
Afrinadi, “Analisa Kinerja...”, hlm. 10
R21 : Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan 1

R31 : Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan 1

R41 : Rasio kinerja untuk elemen ke empat tujuan 1

b. Iqamah al- Adl (Menegakkan Keadilan) = Tujuan 2 (T2)

Indikator Kinerja (IK) un

tuk Tujuan 2 sebagai berikut:

IK (T2) = W22 ((E12 x R12) + (E22 x R22) + (E32 x R32))

Dimana:

T2 : Tujuan kedua dari maqashid syariah (iqamah al-adl)

W22 : Bobot rata-rata untuk tujuan kedua

E12 : Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan kedua (E5. Fair

Returns)

E22 : Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan kedua (E6. Functional

Distribution)

E32 : Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan kedua (E7. Interest

Free Product)

R12 : Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan kedua

R22 : Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan kedua

R32 : Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan kedua

c. Jalb al-Maslaha (Kemaslahatan) = Tujuan 3 (T3)

Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 3 sebagai berikut:

IK (T3) = W33 ((E13 x R13) + ( E23 x R23) (E33 x R33))


Dimana:

T2 : Tujuan kedua dari maqashid syariah (jalb al-maslaha)

W33 : Bobot rata-rata untuk tujuan ketiga

E13 : Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan ketiga (E8. Profit

Ratios)

E23 : Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan ketiga (E9. Personal

Income)

E33 : Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan ketiga (E10.

Investment Ratios in Real Sector)

R13 : Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan ketiga

R23 : Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan ketiga

R33 : Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan ketiga

Langkah selanjutnya merupakan tahap terakhir, yaitu menentukan Sharia

Maqashid Index (SMI) pada obyek yang akan diteliti. Sharia Maqashid

Index (SMI) merupakan total semua kinerja indikator dari 3 tujuan

maqashid syariah. Sehingga Sharia Maqashid Index (SMI) dapat

dirumuskan sebagai berikut:

SMI = IK(T1) + IK(T2) + IK(T3)

Setelah diketahui nilai indeks maqashid syariah, maka selanjutnya adalah

direpresentasikan dalam bentuk diagram sehingga akan terlihat perubahan


indeks maqashid syariah Bank Muamalat Indonesia dari tahun 2011

hingga 2015.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi beberapa hal dasar dalam melakukan penelitan antara lain, latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian

pustaka dan sistematika pembahasan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang telaah pustaka serta penjelasan mengenai teori yang

digunakan dalam penelitian. Tujuannya adalah sebagai landasan untuk

pembahasan terkait masalah yang diteliti agar mudah dipahami bagi pembaca.

Dalam bab ini penulis menjelaskan seputar perbankan syariah, maqashid

syariah serta sharia maqashid index.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini. Seperti jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis dan penghitungan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Bank Muamalat Indonesia, baik

berupa sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, serta membahas persoalan

pokok dalam penelitian ini, yaitu tentang kinerja Bank Muamalat Indonesia
menggunakan konsep dan penghitungan model sharia maqashid index seperti

yang dijelaskan pada BAB III.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan yang

merupakan hasil analisa serta penghitungan dari hasil penelitian. Selain itu

juga berisi saran-saran untuk kemajuan bagi penelitian selanjutnya yang

mengambil variabel atau obyek yang serupa dengan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi rujukan berupa buku-buku penunjang penelitian, skripsi atau penelitan

terdahulu serta beberapa website resmi yang menunjang untuk keperluan

peneltian ini.

H. Daftar Isi Sementara

Adapun daftar isi sementara yang dirancang oleh peneliti untuk penulisan

hasil penelitian ini antara lain.

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.4 Kajian Pustaka

1.5 Sistematika Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI

1.1 Perbankan Syariah

1.1.1 Definini Perbankan Syariah

1.1.2 Fungsi Perbankan Syariah

1.1.3 Prinsip Perbankan Syariah

1.1.4 Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan

Konvensional

1.2 Kinerja Sharia Maqashid Perbankan Syariah

1.2.1 Maqashid Syariah

1.2.2 Sharia Maqashid Index

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

3.2 Jenis penelitian

3.3 Jenis dan Sumber Data


3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.5 Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Gambaran Umum BMT UGT Sidogiri Pasuruan

1.1.1 Sejarah Berdirinya

1.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

1.1.3 Struktur Organisasi

1.2 Hasil penghitungan data

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I. Daftar Pustaka

Buku

Al Arif, M. Nur Rianto, Pengantar Ekonomi Syariah, Pustaka Setia:


Bandung, 2015.

Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema


Insani: Depok, 2012.

Auda, Jasser, Membumikan Hukum Islam Melalui Maaqasid Syariah, terj.


Rosidin dan ‘Ali ‘Abd el-Mun’im, PT Mizan Pustaka: Bandung, 2005.

Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Graha Ilmu:


Yogyakarta, 2010.

Indriantoro, Nur, et.al., Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE: Yogyakarta,


1999.

Karim, Adiwarman A, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2013.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi, PT.


RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2004.

Muslich, Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, Amzah: Jakarta, 2010.

Natadipurba, Chandra, Ekonomi Islam 101, PT. Mobidelta Indonesia:


Bandung, 2015.

Nor, Dumairi et.al., Ekonomi Syariah Versi Salaf, Pustaka Sidogiri: Pasuruan,
2007.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (PK3EI) Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam, PT. RajaGrafindo
Persada: Jakarta, 2014.

Paper

Afrinadi, “Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia Ditinjau dari


Maqashid Syari’ah: Pendekatan Sharia Maqashid Index (SMI) dan
Profitabilitas”, Islamic Economic and Finance Universitas Tri Sakti,
hlm. 5-10
Antonio, Muhammad Syafii, Yulizar D. Sanrego dan Muhammad Taufiq,
“An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index
Implementation in Indonesia and Jordania”, Journal of Islamic
Finance, IIUM Institute of Islamic Banking and Finance Vol. 1 No.
1 , 2012, hlm. 7-13.

Mohammed, Mustafa Omar., dan Dzuljastri Abdul Razak,“The Performance


Measures of Islamic Banking Based on the Maqashid Freamwork”.
Paper dipresentasikan dalam acara IIUM International Accounting
Conference (INTAC IV) di Putra Jaya Marriot, tanggal 25 Juni
2008, hlm. 4.

Syahputra, Muhammad Wahyu, “Analisis Kinerja Keuangan dan Maqashid


Syari’ah Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2014”,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, hlm. 30-34.

Web

Bank Muamalat Indonesia, Annual Report, 2015, dalam


https://bankmuamalat.co.id Akses tanggal 04 November 2016.

Kusuma, Dewi Rachmat, “Naik 18,49%, Aset Perbankan Syaruah Capai Rp.
305,5T”, dalam https://finance.detik.com/moneter/d-3316556/naik-
1849-aset-perbankan-syariah-capai-rp-3055-t Akses tanggal 04
November 2016.

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Vol. 14 No. 08, Juli
2016, dalam https://ojk.go.id Akses tanggal 04 November 2016.

-------------------------------, Statistik Perbankan Indonesia Volume 14 No.08


Juli 2016, dalam https://ojk.go.id Akses tanggal 04 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai