Anda di halaman 1dari 3

Konsep Lembaga Keuangan Islam

Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama berbentuk aset keuangan
atau tagihan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan antara unit dEfisit
denganunit surplus dan menawarkan secara luas berbagai jasa keuangan dan merupakan bagian
dari sistem keuangan dalam ekonomi moderen dalam melayani masyarakat.

Sedangkan lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang menjalankan


kegiatannya dengan berlandaskan prinsip syariah Islam. Konsep yang digunakan dalam
transaksi lembaga keuangan syariah berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau
sewa-menyewa guna transaksi komersial dan pinjam-meminjam sebagai transaksi
sosialLembaga keuangan syariah terdiri dari Bank dan non-Bank seperti asuransi, BMT, Pasar
Modal dan lain sebagainya.

Lembaga keuangan syariah mempunyai prinsi-prinsip dasar seperti larangan menerapakan


bunga pada semua bentuk transaksi, menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan
pada kewajaran dan keuntungan yang halal, engeluarkan zakat di setiap hasil transaksinya,
larangan menjalankan monopoli, dan membangun masyarakat melalui aktivitas bisnis dan
perdagangan yang tidak dilarang Islam

Lembaga Keuangan Pada Masa Rasullah


Baitul Mal adalah lembaga keuangan yang didirikan pada masa Rasulullah dan tetap
dipertahankan sampai masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, lalu diadaptasi oleh dinasti
Islam setelah masa khalifah. Lembaga Keuangan ini berfngsi untuk mengatur pendapatan
negara Islam saat itu yang dibagi menjadi pendapatan primer dan sekunder.

1. Pendapatan Primer
Pendapatan Primer terdiri atas:

1. Zakat
2. Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh orang non muslim khususnya ahli kitab, untuk jaminan
perlindungan jiwa.
3. Kharaj atau pajak tanah dipungut dari non muslim ketika Khaibar ditaklukkan.
4. Ushur adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang
5. Sekunder
Selain sumber primer pendapatan yang digunakan sebagai penerimaan fiscal pemerintah pada
masa Rasulullah Saw dan terdapat juga sumber pendapatan sekunder yaitu :

1. Uang tebusan untuk tawanan perang


2. Khumus atau Rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam
3. Amwal fadhla
4. Wakaf
5. Nawaib, yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan pada kaum muslimin yang kaya
6. Bentuk lain sedekah seperti kurban dan kaffarat
Lembaga Keuangan Pada Masa Khulafaul Rasyidin
Sistem yang diterapkan Rasulullah SAW ini kemudian diikuti oleh Abu Bakr Shiddiq. Ada
beberapa langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam mengembangkan ekonomi
sebagai sumber keuangan negara pada saat itu, antara akurat terhadap perhitungan zakat dan
melakukan penegakan hukum terhadap pihak yang tidak mau membayar zakat dan pajak.
Pada pemerintahan Khalifah selanjutnya, Umar bin Khattab menambahkan fungsi lembaga
keuangan Baitu Mal yang pada masa Rrasulullah dan Abu Bakar hanya mengurusi masalah
pendapatan negara primer dan sekunder, menjadi sebagai lembaga keuangan yang mengatur
aliran arus kas negara dan menggaji para tentara Islam, lalu Baitul Mal diubah namanya
menjadi Al-Diwan. Selain itu Umar bin Khattab membangun beberapa fasilitas yang
mendukung kegiatan perdagangan.

Pada Masa Utsman bin Affan, Islam berhasil menguasai kewilayah armenia, tunisia, rhodes
dan sebagian wilayah persia. Seiring dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam
Utsman bin Affan membentuk lembaga keamanan guna menjami stabilitas keamanan didaerah
perekonomian

Ali bin Thalib membuat kebijakan untuk menarik semua tana yang diberikan oleh Utsman bin
Affan kepada para Pejabat, dan melakukan pengawasan ketat terhadapa lembaga keuangan saat
itu, serta meneruskan kebujakan-kebijakan yang telah dicanangkan pada masa umar

Lembaga Keuangan Pada Masa Dinasti Ummayyah


Setelah terbunuhnya Sayyidina Ali, kepemimpinan umat Islam berada di tangan Muawiyah bin
Abi Sufyan yang kemudian tongkat estafet kepemimpinan diserahkan kepada putra mahkota
secara sepihak dalam bentuk pewarisan tahta. Ketika dunia Islam berada di bawah
kepemimpinan Khalifah Muawiyah dan keturunannya yang sering disebut dengan Bani
Umayyah, kondisi Baitul Mal berubah. Jika pada masa sebelumnya Baitul Mal dikelolah
dengan penuh kehati-hatian sebagai amanat Allah SWT dan amanat rakyat, pada masa
pemerintahan ini Baitul Mal berada sepenuhnya di bawah kekuasaan khalifah tanpa adanya
transparansi kepada rakyat dan tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik oleh rakyat.

Hal ini berlangsung sampai terpilihnya Umar bin aziz sebagai khalifah. Pada masa
pemerintahan Bani Umayyah, khususnya ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, fungsi
Baitul Mal semakin meluas. Baitul Mal tidak hanya sebatas menyalurkan dana tunjangan, tetapi
juga dikembangkan dan diberdayakan untuk menyalurkan pembiayaan demi keperluan
pembangunan sarana dan prasarana umum. Bahkan, Baitul Mal juga dipakai untuk membiayai
proyek penerjemahan buku-buku kekayaan intelektual Yunani kuno. Di sinilah gelombang
intelektual Islam dimulai.

Pada periode-periode awal, Khilafah Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya. Dana
yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan harta.
Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari Kharaj. Perbendaharaan Negara penuh
dan berlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak daripada pengeluaran. Khalifah
yang paling berjasa adalah al-Mansyur. Dia betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat
bagi ekonomi dan keuangan negara. Dia mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam
menguatkan Islam. Dari keberhasilan kehidupan ekonomi masa al-Mansyur ini maka sektor
lain pun ikut mendulang keberhasilan
Lembaga keuangan Moderen
Pada tahun 1963, di desa Mit Ghamr salah satu daerah di wilayah Mesir, dibentuk lembaga
keuangan pedesaan yang bernama Mit Ghamr Saving Bank atau bisa disebut Mit Ghamr Bank
yang dipelopori seorang ekonom bernama Dr. Ahmad El Najjar. Bank ini tidak membebankan
bunga dalam setiap kegiatan keuangannya. Menjadi lembaga keuangan syariah pertama yang
ada didunia.
Lalu ide berdirinya Bank Syariah ditingkat internasional ini muncul dalam konferensi negara-
negara Islam se dunia di Kuala Lumpur Malaysia pada tanggal 21 sampai 27 April 1969 yang
di ikuti 19 negara peserta. Pada sidang menteri keuangan OKI 1975 di Jeddah disepakati
pendirian Bank Pembangunan Islami atau Islamic Development Bank (IDB). Bank ini
memainkan peran penting dalam perkembangan perbankan syariah selanjutnya dimana IDB
memberikan pinjaman bebas bunga untuk proyek infrastruktur dan pembiayaan kepada negara
anggota. IDB juga menbantu membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai negara.
Keberadan IDB ini telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan
syariah yang akhirnya pada awal dekade 1980an bank-bank syariah banyak muncul di berbagai
negara seperti Mesir, Sudan, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladhes dan Turki.
Tujuan Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah
1. Mengembangkan lembaga keuangan syariah (bank dan non bank syariah) yang sehat berdasarkan
efisiensi dan keadilan,serta mampu meningkatkan partisipasi masyarakat banyak sehingga
menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat,antara lain memperluas jaringan lembaga keuangan
syariah ke daerah-daerah terpencil.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan social ekonomi masyarakat bangsa Indonesia,sehingga dapat
mengurangi kesenjangan social ekonomi. Dengan demikian akan melestarikan pembangunan
nasional yang antara lain melalui:
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha
4. Meningkatkan kesempatan kerja
5. Meningkatkan penghasilan masyarakat banyak
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan,terutama dalam bidang
ekonomi keuangan yang selama ini diketahui masih banyak masyarakat yang enggan berhubungan
dengan bank ataupun lembaga keuangan lainnya,karena menganggap bahwa bunga adalah riba.
7. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomi,berperilaku bisnis dan
meningkatkan kualitas hidup mereka.

Anda mungkin juga menyukai