Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Alfin Arrasyd - 12020221140136

Manajemen keuangan Islam (A)


Tugas Ke-1

1. Muhamad (2014). Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh & Keuangan.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 15 - 65.

Manajemen Keuangan Syariah untuk saat ini lebih menekankan pada persoalan baru
dalam bidang ekonomi keuangan yang dibandingkan dengan keuangan dan ekonomi
sebelumnya yang merupakan ekonomi konvensional berbasis keuntungan semata dan
mencari laba dalam kegiatan perekonomian. Topik pembahasan yang ditekankan yaitu
fenomena ekonomi yang sedang relevan kemudian ditetapkan hukum tentang
permasalahan tersebut. Hal ini merupakan tugas seorang mujtahid dimana biasanya hal ini
ditetapkan dalam sebuah fatwa Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama Indonesia.
Suatu tetapan hukum perlu ditinjau ulang dengan menghadirkan para ahli karena suatu
tetapan belum tentu relevan.

Kemunculan Lembaga Keuangan Syariah melalui proses yang panjan yaitu dari masa
jahiliyah masyarakat Arab, pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, sampai
dengan sekarang dalam perekonomian modern.

Konsep lembaga keuangan tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tetapi
dituliskan dengan cara lain yang apabila ditelisik lebih lanjut menjadi relevan dengan
kondisi sistem perekonomian saat ini, konsep fiqh dalam Islam, seperti zakat, shadaqah,
fai’, memiliki konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu. Dalam Al-Qur’an,
transaksi ekonomi disyaratkan pribadi-pribadi yang berkutat dalam kegiatannya masing-
masing, berdasarkan hal tersebut, diterapkan dalam lembaga keuangan nantinya. Lembaga
keuangan ini bukan hanya berbentuk bangunan tetapi akhlak dan sifat dalam keberjalanan
kegiatan ekonomi lembaga tersebut.

Lembaga perekonomian dalam Islam diawali dengan berdirinya lembaga pendukung


perekonomian yaitu Baitul Mal lembaga ini didirikan oleh Nabi Muhammad SAW di
Masjid Quba saat melakukan hijrah kemadinah. Baitul Mal sendiri berperan sebagai
pengatur penerimaan dan pengeluaran keuangan negara pada saat itu yang transparan (saat
ini disebut welfare oriented), para ahli kemudian berpendapat ini merupakan representasi
bank sentral ataupun menteri keuangan pada saat itu (jika diibaratkan sekarang). Rasulullah
kemudian menerapkan etika perekonomian yang jauh berbeda pada saat itu, seperti menjadi
pengawas suatu negara (Wilayatul Nisbah) ataupun etika bisnis yang kurang relevan
dengan syariat Islam, seperti riba, monopoli, dan lainnya. Rasulullah menekankan kepada
setiap pelaku ekonomi untuk selalu bersifat adil, jujur, amanah, tawakal dalam setiap
kegiatan yang dilakukan. Kegiatan ekonomi yang dilakukan sahabat dalam ekonomi juga
menjadi representasi lembaga keuangan pada zaman sekarang, seperti penitipan uang,
peminjaman uang, pengiriman uang dan lain sebagainya.

Baitul Mal terus berlanjut hingga masa setelah wafatnya Rasulullah SAW pada masa
Khulafaur Rasyidin, dan optimalisasi kerja Baitul Mal dengan memaksimalkan pendapatan
dan penerimaan secara jujur dan amanah. Hal ini pula yang menjadi dasar bagi generasi
berikutnya, dalam hal ini dinasti Islam, untuk melanjutkan kiprah lembaga Baitul Mal.
Meskipun terjadi perubahan sistem pemerintahan menjadi monarki/kerajaan, kerja Baitul
Mal tetap berjalan sebagaimana mestinya, bahkan ditingkatkan perannya yang dulu
berfungsi sebagai pengatur hukum mengenai uang, kini telah Sebagai fungsi kebijakan
moneter dan perbankan umum, kekayaan baitul mal tidak hanya bersifat fisik, melainkan
emas dan perak (yang nilainya tidak berubah). Etika bisnis dijaga agar Baitul Mal bertahan
lama, dan Baitul Mal tumbang setelah jatuhnya Kerajaan Islam Turki Usmani yang
ditaklukkan oleh kekuatan kolonial. Meski Negara Islam kembali merdeka, Baitul Mal
tidak dibuat melainkan lembaga lain dengan misi dan misi yang sama.

Perkembangan perbankan syariah di era ini dimulai dengan konflik antara sistem
ekonomi yang ada, yang sebagian dipengaruhi oleh kebijakan yang sebenarnya belum
Islami, dan kemudian munculnya liberalisme dan kapitalisme yang diilhami oleh Muslim.
masyarakat sehingga Syariat Islam sedikit demi sedikit ditinggalkan dan tidak menjadi
pegangan utama.

Lembaga keuangan syariah dimulai dengan bank bebas bunga regional di Mesir,
kemudian didukung pendirian lembaga keuangan modern seperti Islamic Development
Bank, dan bank syariah swasta didirikan di seluruh dunia, demikian juga halnya dengan
keuangan Islam. Lembaga keuangan. Dukungan lain seperti asuransi syariah dan pasar
keuangan syariah bagi kehidupan vital umat Islam.

Keuangan syariah mengacu pada akad transaksi seperti muharabah, musyarakah, sirka,
wadia, dll. dan merupakan istilah yang digunakan untuk bisnis secara syariah. Hal ini
berlaku untuk lembaga keuangan seperti bank, perusahaan asuransi dan koperasi.
2. Obaidullah, M. (2007). Finance from an Islamic Perspective Teaching Corporate.
Jeddah: Islamic Economic Research, 1 - 8.

Penerapan sistem kerja sebuah organisasi menjadi sangat penting, karena dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, yang akan memiliki efek domino terhadap
kesejahteraan masyarakat. Terdapat beberapan sistem kerja seperti

a. Kepemilikan Tunggal Yang dana dan pengelolaannya diatur oleh pemilik usaha.
b. Kemitraan Yang menyatukan dana dan pengelolaan dari dua pihak berbeda, yang dapat
berupa mudharabah, musyarakah, ataupun kombinasi antara keduanya.
c. Korporasi Yang merupakan badan hukum yang berdasarkan kepemilikan saham.

Artikel ini juga membahas karakteristik seorang manajer keuangan. Fungsi utamanya
adalah pengelolaan keuangan perusahaan dan bisa didapatkan oleh semua pebisnis, mulai
dari mengumpulkan uang hingga modal. Tujuannya sendiri tidak hanya untuk mencari
keuntungan bagi pemilik usaha tetapi juga untuk memberikan keuntungan atau keuntungan
bagi masyarakat, dimulai dari karyawan usaha tersebut.

Anda mungkin juga menyukai