Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Alfin Arrasyd-12020221140136

Manajemen Keuangan Islam (B)


Tugas ke-3

HARTA DAN AKAD PENGEMBANGAN HARTA


Manajemen Harta Dalam Islam
Berdasarkan nilai nilai moral islam, orientasi manusia dalam mengelola hartanya
berdasarkan Syariah islam akan berorientasi pada dua hal, yaitu, Pertama, pemanfaatan harta
tersebut digunakan untuk keberlangsungan kehidupan diri dan keluarganya, sebagai sebuah
kebutuhan yang wajib berdasarkan fitrahnya sebagai manusia. Kedua, adalah pemanfaaatan
harta tersebut bagi manusia diluar keluarganya, atau pemanfaatan yang nermotif pada amal
sholeh.1
1. Manajemen Harta sebagai Amanah/ Titipan
Pemilik mutlak harta adalah Allah SWT, oleh karena itu harus dikelola sebagaimana
kita mengelola harta titipan. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas
melaksanakan amanah Allah yang dipercayakan kepadanya untuk mengelola dan
memanfaatkannya pada hal-hal yang baik
2. Manajemen Harta untuk Ibadah
Kedudukan harta dalam Islam mempunyai peran sangat penting, oleh karena itu harus
dikelola agar dapat dijadikan sebagai sarana untuk beribadah.
3. Manajemen Perolehan dan Penguasaan Harta
Untuk memperoleh harta harus direncanakan dengan baik. Banyak sekali anjuran untuk
bekerja
4. Manajemen Harta sebagai Sebuah Ujian2

Sehingga, tujuan pengelolaan harta tidak sebatas pada kegiatan penumpukan harta sesuai
Syariah, tetapi adalah pengelolaan harta untuk mengoptimalkan diri menjadi manusia terbaik
dimata Allah SWT.
Pedoman Dalam Manajemen Harta Secara Syar’i

Pedoman pedoman dalam aplikasi pengelolaan kekayaan secara islam dapat dilihat dari
beberapa aspek. Yaitu :
1. Mencari Harta (halal & thayib)
2. Membelanjakan Harta (mempertimbangkan kebutuhan, kemanfaatan, kepentingan
Bersama)
3. Menyisihkan Harta (menabung dan investasi/usaha)3

1
Mohamad 2014
2
Basrowi, M Zaki , MANAJEMEN HARTA DALAM ISLAM DARI PERSPEKTIF HADITS
3
Mohamad 2014
Akad Akad dalam Keuangan Syariah

Dalam islam membedakan antara akad dengan waad. Waad hanya mengikat satu pihak
saja yaitu pihak yang memberi janji. Sedangkan akad adalah ikatan kontrak dua pihak yang
telah bersepakat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing masing.

Berdasarkan ada atau idaknya konpensasi, akad dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Akad Tabarru’
Adalah segala jenis macam perjanjian yang menyangkut transaksi tidak mengambil
keuntungan atau disebut juga dengan akad tolong menolong tanpa mensyaratkan
imbalan. Contoh akad tabarru’ adalah meminjamkan uang (qard , rahn, dan hiwalah),
meminjamkan jasa, memberikan sesuatu yang semua itu tanpa imbalan apapun.
2. Akad Tijarah
Adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi mencari keuntungan.
Seperti investasi, jual beli, sewa menyewa.4

IDENTIFIKASI TRANSAKSI YANG DILARANG DALAM


KEUANGAN SYARIAH
Prinsip prinsip Muamalah Dalam Islam

Suatu aktifitas transaksi ekonomi maupun non ekonomi dilarang karena ada penyebab
sesuatu itu dilarang. Faktor factor dilarangnya yaitu adalah haram zatnya (barang yang di
transaksikan tidak halal atau haram seperti babi, minuman keras dan sebagainya, haram selain
zatnya (cara mendapatkan sesuatu yang tidak benar seperti tadlis/penipuan,
gharar/ketidakjelasan, ikhtikar/rekayasa supply, ba’I najasy/rekayasa demand), dan tidak sah.
5

RIBA DAN IMPLIKASINYA DALAM KEUANGAN SYARIAH


Jenis jenis Riba Dan Hukumnya

Ulama fiqih membagi riba menjadi dua macam yaitu riba fadl dan riba nasi’ah. Riba
fadl adalah riba yang berlaku dalam jual beli yang didefinisikan oleh para ulama dengan
“kelebihan pada salah satu harta sejenis yang diperjualbelikan dengan ukuran syara’”
Sedangkan riba Nasi’ah adalah kelebihan atas piutang yang diberikan orang yang berhutang
kepada pemilik modal Ketika waktu yang telah disepakati jatuh tempo.

4
Mohamad 2014
5
Mohamad 2014
GHARAR DAN KETIDAKPASTIAN DALAM KEUANGAN SYARIAH

Ketidakpastian (Uncertainty) adalah sebuah kondisi dimana terdapat kemungkinan munculnya


hasil yang lebih dari satu, tetapi probabilitas masingmasing hasil tersebut tidak diketahui
besarnya.

Ketidakpastian Dalam Bisnis Bisnis atau investasi pada hakekatnya merupakan kegiatan yang
tidak lepas dari ketidakpastian (uncertainty contract). Dalam kerjasama bisnis atau investasi,
peserta harus menghadapi salah satu dari tiga kemungkinan, yaitu: untung, rugi, dan tidak
untung atau rugi. Jika keuntungan atau kerugian dari kegiatan perdagangan atau investasi ini
pada awalnya hanya ditanggung oleh satu pihak, maka kegiatan ini dapat digolongkan sebagai
riba, karena perlakuan akad yang tidak pasti (akad ketidakpastian) menjadi akad pasti (akad
kepastian), dan hal ini yang dilarang oleh Islam. Namun, jika sejak awal kedua belah pihak
sepakat untuk berbagi risiko dan keuntungan, maka bisnis ini sah dan diperbolehkan dalam
Islam.

Anda mungkin juga menyukai