Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pengampu : Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

Sistem Keuangan
Syariah
DISUSUN OLEH :
Vivi Indah Sari (C1C020099)
Konsep
Memelihara
Memelihara harta bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia
Harta diperoleh dan digunakan sesuai dengan syariah sehingga harta yang
Kekayaan dimiliki halal dan sesuai dengan keinginan pemilik mutlak dari
kekayaan tersebut yaitu Allah SWT. Anjuran Bekerja / Berniaga Islam
menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari
kegiatan meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia
memerlukan harta kekayaan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari termasuk untuk memenuhi sebagian perintah Allah
SWT seperti infaq, zakat, haji, perang (jihad) dan sebagainya.

2
Bagaimana
Memperoleh dan
Menggunakan Harta
Dalam Syariah
Memperoleh
Sebagai kitab yang bersifat global, Alquran tidak menentukan jenis profesi
Harta seseorang untuk memperoleh harta. Namun demikian, bukan berarti Alquran
membuka peluang bagi manusia untuk menempuh semua cara, tanpa
mempertimbangkan aspek-aspek kemanusiaan maupun aspek-aspek lainnya
yang dapat memindahkan hak orang lain menjadi haknya dengan cara yang tidak
wajar. Karena itu, Alquran memberikan ajaran yang umum dalam beberapa ayat,
tentang cara memperoleh harta seperti dalam surat al-Nisa’ [4]: 29:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

4
Menggunakan
Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk memperoleh harta dengan jalan yang
Harta benar, tetapi juga mengarahkan mereka bagaimana cara memanfaatkan harta
tersebut. Salah satu ajaran mendasar dalam masalah pemanfaatan harta ini adalah
ajaran Alquran yang membelanjakan harta kepada hal-hal yang mendukung
tegaknya Islam serta sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat. Hal ini dapat
diperhatikan dari penghargaan yang diberikan Allah kepada orang yang
menafkahkan harta di jalan Allah seperti berjihad, memberikan zakat, dan aktifitas
kemanusiaan lainnya. Di samping itu, harta juga dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan tidak menggunakannya secara boros dan
berlebihlebihan. Lebih jauh, pemanfaatan harta harus memperhatikan aspek-aspek
sosial kemasyarakatan seperti membantu pendanaan aktifitas-aktititas yang
dibutuhkan orang banyak serta membangun tempat-tempat ibadah, tempat
pengajian, dan sebagainya.

5
Akad/Kontrak/
Transaksi
Pengertian Transaksi Menurut Islam dan Sumber Lainnya Secara umum transaksi dapat diartikan
sebagai kejadian ekonomi/keuangan yang melibatkan paling tidak 2 pihak (seseorang dengan
seseorang atau beberapa orang lainnya) yang saling melakukan pertukaran, melibatkan diri dalam
perserikatan usaha, pinjam meminjam atas dasar sama-sama suka ataupun atas dasar suatu ketetapan
hukum atau syariah yang berlaku. Dalam system ekonomi yang paradigma Islam, transaksi harus
dilandasi oleh aturan hukum-hukum Islam (syariah) karena transaksi adalah manifestasi amal
manusia yang bernilai ibadah dihadapan Allah, yang dapat dikategorikan menjadi 2 transaksi yaitu
transaksi halal dan haram. akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan
kewajiban hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam kesepakatan tersebut. Akad yang sudah terjadi (disepakati)
harus dipenuhi dan tidak boleh diingkari. Konsep Akad Dalam Transaksi Syariah Kegiatan usaha
pada hakekatnya adalah kumpulan transaksi-transaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan
tertentu.

7
Jenis Akad Dalam Transaksi Syariah
Akad Tabarru’ (Gratuitous Contract) adalah Akad Tijarah (compensational contract) merupakan akad
yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Dari sisi
perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak
kepastian hasil yang diperoleh, akad Tijarah dapat dibagi
ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi
menjadi dua:
nirlaba). Tujuan dari transaksi ini adalah tolong 1) Natural Uncertainty Contract ;Merupakan kontrak
menolong dalam rangka berbuat kebaikan yang diturunkan dari teori pencampuran dimana
(tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asset
Arab, yang artinya kebaikan). Ada 3 bentuk akad yang mereka miliki menjadi satu, kemudian
Tabarru’, yaitu: menanggung risiko bersama-sama untuk
mendapatkan keuntungan.
1) Meminjamkan Uang
2) Natural Certainty Contract;Merupakan kontrak yang
2) Meminjamkan Jasa diturunkan dari teori pertukaran, dimana kedua belah
3) Memberikan Sesuatu pihak saling mempertukarkan asset yang dimilikinya,
sehingga objek pertukarannya pun harus ditetapkan
di awal akad dengan pasti tentang jumlah, mutu,
harga, dan waktu penyerahan.

8
Transaksi Yang Dilarang
Dalam Syariah
Transaksi-transaksi yang dilarang untuk dilakukan dalam Islam
adalah transaksi yang disebabkan oleh kedua faktor berikut :
Haram zatnya (objek
transaksinya)
Suatu transaksi dilarang karena objek
(barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan
merupakan objek yang dilarang (haram)
dalam hukum agama Islam. Seperti
memperjualbeli kan alkohol, narkoba, organ
manusia, dll.

10
Haram Selain
Zatnya (Cara
Bertransaksi- Tadlis Ikhtikar Bai’ Najasy
nya) Bai’ Najasy adalah sebuah
Yaitu sebuah situasi di mana Ikhtikar adalah sebuah situasi
salah satu dari pihak yang di mana produsen/penjual situasi di mana
bertransaksi berusaha untuk mengambil keuntungan di konsumen/pembeli
menyembunyikan informasi atas keuntungan normal menciptakan demand
dari pihak yang lain dengan cara mengurangi (permintaan) palsu, seolah-
(unknown to one party) supply (penawaran) agar olah ada banyak permintaan
dengan maksud untuk menipu harga produk yang dijualnya terhadap suatu produk
pihak tersebut atas naik. sehingga harga jual produk
ketidaktahuan akan informasi itu akan naik.
objek yang diperjualbelikan.

11
Haram Selain
Zatnya (Cara
Bertransaksi- Gharar Riba
nya) Riba adalah tambahan yang
Gharar dari segi fiqih berarti penipuan dan
tidak mengetahui barang yang disyaratkan dalam tarnsaksi bisnis
diperjualbelikan dan tidak dapat diserahkan. tanpa adanya pengganti (iwad)
Gharar terjadi apabila, kedua belah pihak yang dibenarkan syariah atas
saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, penambahan tersebut (Imam
kapan musibah akan menimpa, apakah Sarakhzi).
minggu depan, tahun depan, dan sebagainya.
Ini adalah suatu kontrak yang dibuat
berasaskan andaian (ihtimal) semata.

12
Riba dan Jenis Riba
“ Riba berasal dari bahasa arab yang berarti tambahan (AL Ziyadah),
berkembang (An Nuwuw), meningkat (Al Irtifa) dan membesar (Al-uluw).
Imam sarakhzi mendefinisikan riba sebagai tambahan yang disyratkan
dalam transaksi bisnis tanpa adnya padanan (‘iwad) yang dibenarkan
syariah atas penambahan tersebut. Setiap penambahan yang diambil
tanpa adanya suatu penyeimbang atau pengganti yang dibenarkan
syariah adalah riba. Secara garis beras, riba dikelompokkan menjadi dua.
Masing-masing adalah riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok
pertama terbagi lagi menjadi riba Qardh dan riba jahiliyyah. Adapun
kelompok kedua, riba jual beli terbagi menjadi riba fadhl dan riba
nasi’ah.

14
Jenis Riba
RibaQardh S uatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap yang berutang. Riba yang muncul akibat adanya tambahan atas pokok
pinjaman yang dipersyaratkan di muka oleh kreditur kepada debitur.

Riba Jahiliyyah Utang dibayar lebih pokoknya karena si peminjam tidak mampu
membayar utang pada waktu yang ditetapkan.

Riba Fadhl Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang
ribawi.

Riba Nasi’ah Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul
karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini
dan yang diserahkan kemudian hari.

15
Prinsip Sistem Kuangan
Syariah
Sistem keuangan syariah merupakan bagian dari upaya
memelihara harta agar harta yang dimiliki seseorang diperoleh
dan digunakan sesuai dengan ketentuan syariah.
Berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah, prinsip sistem keuangan Islam adalah sebagai berikut:

1. Larangan Riba Riba didefinisikan sebagai “kelebihan” atas sesuatu akibat penjualan atau pinjaman. Riba
merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan, dan hak atas barang. Sistem riba hanya
menguntungkan para pemberi pinjaman dengan membebani penetapan keuntungan yang diperoleh pemberi
pinjaman di awal perjanjian.
2. Pembagian Risiko Risiko merupakan konsekuensi dari adanya larangan riba dalam suatu sistem kerja
sama antara pihak yang terlibat. Risiko yang timbul dari aktivitas keuangan tidak hanya ditanggung oleh
penerima modal tetapi juga pemberi modal. Pihak yang terlibat tersebut harus saling berbagi risiko sesuai
dengan kesepakatan yang telah disepakati.
3. Uang sebagai Modal Potensial Dalam Islam, uang tidak diperbolehkan apabila dianggap sebagai
komoditas yaitu uang dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai
objek transaksi untuk memperoleh keuntungan. Sistem keuangan Islam memandang uang boleh dianggap
sebagai modal yaitu uang bersifat produktif, dapat menghasilkan barang atau jasa bersamaan dengan
sumber daya yang lain untuk memperoleh keuntungan.

17
4. Larangan Spekulatif Hal ini selaras dengan
larangan transaksi yang memiliki tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi, misalnya seperti
judi.
5. Kontrak/Perjanjian Dengan adanya perjanjian yang
disepakati di awal oleh pihka-pihak yang terlibat
dapat mengurangi risiko atas informasi yang asimetri
atau timbulnya moral hazard.
6. Aktivitas Usaha harus Sesuai Syariah Usaha yang
dilakukan merupakan kegiatan yang diperbolehkan
menurut syariah, seperti tidak melakukan jual-beli
minuman keras atau mendirikan usaha peternakan
babi.

18
Berbagai Jenis Instrumen
Keuangan Syariah
Dalam ekonomi syariah, instrumen keuangan primer
meliputi mudharabah, musyarakah, murabahah, salam,
istishna, ijarah muntahiyah bittamlik, wadiah, qard dan
qardhul hasan, sharf, wakalah, kafalah, serta hiwalah.
Selain itu ada instrumen keuangan primer paralel pada
isthisna, ijarah dan salam. Instrumen keuangan
sekunder digunakan dalam bentuk pasar modal pada
lembaga keuangan. Dalam ekonomi syariah, instrumen
sekunder meliputi dana mudharabah, saham biasa
perusahaan, obligasi muqaradah, obligasi bagi hasil,
dan saham preferen.

20
Thanks!

21

Anda mungkin juga menyukai