Anda di halaman 1dari 14

KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Ekonomi Makro Islam

Dosen Pengampu:

Fitra Rizal, M.E.

Disusun oleh:

Eva Rahmawati Listyanirmala (401210103)

Febya Nur Hanifah (401210114)

Griseldis Hafidz Irfan Pratama (401210124)

Hanistin Atslatul Fihani (401210128)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2022
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

METODE

PEMBAHASAN

A. Peran Uang dalam Perekonomian


B. Perkembangan Pemikiran tentang Uang
C. Uang dalam Islam
D. Kebijakan Moneter Islam Menurut Mas’udul Alam Choudhury
E. Sistem Moneter Islam
F. Mengapa Riba Dilarang dalam Islam
G. Analisis Studi Kasus

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

METODE

Makalah ini disusun menggunakan pendekatan metodologi penelitian kualitatif


dengan teknik content analysis dan library research. Dengan pendekatan ini
penulis mengumpulkan beberapa literature berupa buku maupun jurnal.

PEMBAHASAN

A. Peran Uang dalam Perekonomian


Peran uang sangat vital bagi perekonomian sebagai media untuk
memperlancar arus produksi, konsumsi dan distribusi barang atau jasa.
Semakin kompleks permasalahan ekonomi, semakin tinggi pula peran uang
dalam memperlancar aktivitas ekonomi. Gangguan ekonomi seperti inflasi,
pengangguran, kemiskinan, ketimpangan pendapat, dan lainnya salah
satunya dipicu oleh gangguan dalam fungsi dan peran uang dalam
1
perekonomian. Sering dikatakan bahwa jumlah uang beredar (JUB) yang
terlalu banyak akan mendorong kegiatan ekonomi berkembang secara pesat.
Apabila berlangsung menerus, hal ini dianggap berbahaya karena harga
barang akan meningkat tajam. Sebaliknya, apabila JUB sedikit maka kegiatan
ekonomi akan melemah.2
Perkembangan kegiatan perekonomian pada dasarnya dapat diamati
dari dua sektor yang berkaitan erat seperti dua sisi dari satu mata uang, yaitu
sektor riil (barang dan jasa) dan sektor moneter (uang). Secara teoritis sektor
yang satu merupakan cerminan dari sekor lainnya. Sebagai contoh, dalam
transaksi jual beli akan terdapat penjual yang memiliki barang dan pembeli
yang memiliki uang. Pembeli memiliki uang tetapi membutuhkan barang,
sedangkan penjual memiliki barang tetapi membutuhkan uang. Dengan
1
Imamudin Yuliadi, Teori Ekonomi Makro Islam (Depok: PT. RajaGrafindo Persada,
2019), 211.
2
Solikin dan Suseno, Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya dalam
Perekonomian (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia,
2002), 41.
demikian, apabila transaksi tersebut dilakukan maka nilai transaksi jual beli
barang dan jasa harus sama dengan nilai uang yang diserahterimakan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian aliran uang akan
sebanding dengan aliran barang dan jasa.3
Definis uang dapat ditinjau menurut hukum dan fungsinya. Definisi
uang menurut hukum yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh undang-undang
sebagai uang dan sah untuk alat transaksi perdagangan. Sedangkan definisi
uang menurut fungsi yaitu sesuatu yang secara umum dapat diterima dalam
transaksi perdagangan serta untuk pembayaran utang-piutang. 4 Uang
diibaratkan cermin yang tidak memiliki warna, tetapi bisa merefleksikan
semua warna. Maksudnya uang tidak memiliki harga, tetapi merefleksikan
harga semua barang, atau dalam istilah ekonomi klasik disebutkan bahwa
uang tidak memberikan kegunaan langsung, yang artinya jika uang digunakan
untuk membeli barang maka barang tersebut yang akan memberikan
kegunaan.5
Secara umum keberadaan uang merupakan suatu kebutuhan yang
tidak dapat dihindari seiring dengan tuntutan kegiatan ekonomi yang
semakin berkembang. Bertambahnya jumlah manusia dan semakin
meningkatnya kebutuhan, maka manusia tidak selalu dapat memenuhi
kebutuhannya seorang diri dan mulai berpikir melakukan pertukaran barang
dengan orang lain atau dikenal dengan istilah barter. Namun, tidak
terbatasnya kebutuhan baik jumlah, nilai, dan intensitasnya, maka barter
tidak dapat mengakomodasi semua kebutuhan masyarakat. Karena barter
dapat berjalan jika memenuhi ketentuan double concidence of wants.6
Kemudian manusia berinisiatif mencari alat pertukaran pada jenis barang-
barang yang dianggap berharga seperti kerang, kayu, batu, dan tulang.

3
Ibid, 42.
4
Yuliadi, Ekonomi Moneter (Jakarta: PT.Indeks, 2008), 4.
5
Takiddin, “Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam” Salam: Jurnal Filsafat dan Budaya
Hukum (2014), 209.
6
Yuliadi, Teori Ekonomi Makro Islam, 212.
Hingga akhirnya setelah proses yang panjang, muncul uang sebagai alat
pertukaran yang diterima masyarakat.
Adapun manfaat dan keuntungan dari ditemukannya uang dalam
kegiatan ekonomi yaitu sebagai berikut.7
1. Uang dapat mengungkapkan nilai suatu barang, sehingga seseorang
dapat membandingkan nilai suatu barang dengan barang lainnya dengan
mudah, serta dapat membantu merumuskan pengambilan keputusan
bagi pelaku ekonomi.
2. Uang memungkinkan penundaan pembayaran karena nilainya bisa diukur
dan dibandingkan, sehingga pembayaran gaji karyawan dilakukan secara
bulanan dan pembayaran kredit perumahan dilakukan secara cicilan
setiap bulan dengan jumlah yang telah ditentukan.
3. Uang yang diterima secara umum dapat ditunda pemakaiannya, sehingga
memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya kapan saja
dan di mana saja.
4. Uang dapat berupa sertifikat atau tanda bukti yang menunjukkan
kepemilikan suatu kekayaan riil seperti emas, perak, mutiara, dan
permata.
5. Bentuk uang dapat berupa uang logam, kertas, tabungan dan deposito,
bills, bonds, dan common stock yang dapat dipecah-pecah tanpa
kehilangan nilai nominalnya.
B. Perkembangan Pemikiran tentang Uang
Pandangan tentang uang mengalami perkembangan cukup signifikan
dari masa ke masa. Pandangan yang cukup berpengaruh dalam
perkembangan ekonomi moneter adalah pandangan kaum moneteris, yaitu
adanya hubungan yang fungsional antara jumlah uang dengan
perkembangan harga barang dan jasa. Artinya faktor utama yang
mempengaruhi perubahan harga (inflasi) adalah jumlah uang beredar.

7
Ibid, 213.
Namun, pandangan yang lebih luas kaum moneteris menyatakan bahwa uang
beredar juga berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan output riil.
Pandangan ini sejalan dengan asumsi dasar kaum klasik bahwa dalam jangka
panjang perekonomian mencapai tenaga kerja penuh, sehingga penambahan
jumlah uang beredar akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang disertai
dengan kenaikan tingkat harga (inflasi). Menurut kaum moneteris
permintaan uang masyarakat didasarkan kepentingan untuk transaksi yang
besarnya merupakan sejumlah tertentu dari pendapatannya. Kaitan antara
permintaan dan penawaran uang dapat dijelaskan bahwa penambahan
penawaran uang (JUB) akan meningkatkan output riil yang kemudian akan
meningkatkan permintaan uang.8
Keynesian memiliki pandangan berbeda bahwa JUB mempengaruhi
output tetapi secara tidak langsung dan tidak pasti dikarenakan kebijakan
otoritas moneter tidak selalu direspon masyarakat yang memiliki ekspektasi
sendiri tentang kebutuhan uang untuk menunjang transaksinya. Menurutnya
permintaan uang di samping untuk kebutuhan transaksi juga digunakan
untuk kepentingan spekulasi dan berjaga.9
Mazhab Austria berpandangan bahwa masalah ekonomi muncul
karena diterapkannya uang kertas dengan jaminan kepercayaan (flat money).
Pemakaian uang kertas tanpa jaminan barang yang bernilai memberikan
kesempatan besar kepada otoritas moneter untuk mencetak uang dengan
semena-mena dan menyebabkan inflasi. Mazhab Austria juga menyoroti
mekanisme fractional reserve lending yang diterapkan di perbankan yang
pada dasarnya sama dengan flat money, di mana perbankan dapat
menambah jumlah uang di masyarakat dengan menggelontarkan kredit dari
jumlah simpanan yang masuk. Menurut mazhab ini untuk mencegah
terulangnya krisis moneter dan krisis ekonomi yaitu dengan menerapkan
kembali sistem moneter yang 100% dijamin oleh emas (gold reserve
8
Ibid, 214.
9
Ibid, 215.
standard) untuk mengendalikan otoritas moneter agar tidak semena-mena
mencetak uang.10

C. Uang dalam Islam


Uang adalah benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat
perantara untuk mengadakan tukar menukar/perdagangan. Disetujui adalah
terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota masyarakat untuk
menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam
kegiatan tukar menukar.11 Uang dalam Islam pada mulanya dicerminkan
dalam dirham sebagai alat tukar dan alat nilai, kemudian berkembang
menjadi uang emas dan perak dengan nama dinar (negara Arab). Uang dan
fungsinya sebagai alat tukar dan alat nilai dikemukakan juga oleh Ibn Khaldun
dan al-Ghazali.12Ekonomi islam mendefinisikan uang adalah sebagai fasilitator
atau mediasi pertukaran (medium of exchange), bukan komoditas yang
dapat dipertukarkan dan disimpan sebagai aset dan kekayaan individu.
Dalam konsep ekonomi Syariah uang adalah sesuatu yang bersifat
flow concept dan merupakan public goods. Uang yang mengalir adalah public
goods. Oleh karena itu dalam Islam diharamkan melakukan praktek riba dan
dilarang untuk melakukan penimbunan. Konsep uang dalam ekonomi islam
sangatlah berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional. Dalam
ekonomi islam, konsep uang itu sangatlah jelas dan tegas bawa uang itu
adalah uang, uang bukan kapital. Berikutnya, dengan konsep uang yang
dikemukakan dalam ekonomi islam tidak jelas. Istilah uang dalam perspektif
ekonomi konvensional diartikan secara bolak balik (interchangeability), yaitu
uang sebagai uang dan uang sebagai kapital.13

10
Ibid.
11
Sadono Sukirno, Makroekonomi: Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 267.
12
Mursyidi, “Uang, Kapitalisme, dan Islam” (http://jurnalekis.blogspot.com, 2011).
13
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), 77-80.
Perbedaan lainnya adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang adalah
sesuatu yang bersifat flow concept dan kapital adalah sesuatu yang bersifat
stock concept, sedangkan dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa
pengertian. Frederic S. Mishkim, mengungkapkan konsep Irving Fisher
menyatakan bahwa:
MV = PT
Keterangan:
M = jumlah uang
P = tingkat harta barang
V = tingkat perputaran uang
T = jumlah barang yang diperdagangkan
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa semakin cepat
perputaran uang (V), maka semakin besar income yang diperoleh. Persamaan
ini juga berarti bahwa uang adalah flow concept. Fisher juga mengatakan
bahwa tidak ada sama sekali korelasi antara kebutuhan memegang uang
(demand for holding money) dengan tingkat suku bunga. Konsep fisher ini
hampir sama dengan konsep yang ada dalam ekonomi islam, bahwa uang
adalah flow concept, bukan stock concept. Pendapat lain yang diungkapkan
oleh Mishkin adalah konsep dari Marshall Pigou dari Cambridge, yaitu:
M = KPT
Keterangan:
M = jumlah uang
P = tingkat harga barang
K = 1/v
T = jumlah barang yang diperdagangkan
Walaupun secara matematis K dapat dipindahkan kekiri atau kekanan,
secara filosofis kedua konsep ini berbeda. Dengan adanya K pada pemasaran
Marshall Pigou diatas menyatakan bahwa demand for holding money adalah
sesuatu proporsi (K) dari jumlah pendapatan (PT). Semakin besar demand for
holding money (M), untuk tingkat pendapatan tertentu (PT). Konsep ini
berarti Marshall Pigou mengatakan bahwa uang adalah salah satu cara untuk
menyimpan kekayaan (store of wealth).
Uang dalam pandang Islam merupakan barang publik artinya menjadi
milik seluruh masyarakat. Sedangkan kapital (modal) merupakan barang
pribadi (private goods) artinya merupakan hak milik individu yang memiliki
modal tersebut. Konsekuensi uang sebagai public goods yaitu harus benar-
benar memberi manfaat kepada seluruh masyarakat dan tidak boleh ada
orang yang memonopoli kepemilikan uang.14
Imam Al-Ghazali dan Ibn Khaldun secara umum menyatakan definisi
uang adalah alat yang digunakan masyarakat sebagai alat untuk media
bertransaksi, mengukur harga dan media penyimpan nilai.15
1. Uang sebagai Media Transaksi
Uang sebagai media transaksi yang sah yang ditetapkan oleh undang-
undang. Berbeda dengan media transaksi lainnya seperti bilyet, cek, kartu
kredit, kartu debit, dan sebagainya. Penjual atau pembeli berhak menolak
alat transaksi tersebut dalam proses pembayaran transaksinya, namun
tidak demikian halnya untuk uang. Semua orang harus bersedia
menerima uang sebagai alat untuk media transaksi perdagangan yang
sah. Untuk dapat menjadi media yang sah untuk transaksi maka ditandai
dengan adanya logo atau simbol yang disahkan oleh negara melalui
peraturan pemerintah atau undang-undang.
2. Uang sebagai Media Penyimpan Nilai
Al-Ghazali mengisyaratkan perlu media untuk mengukur nilai suatu
barang dan bisa membandingkan nilai satu barang dengan barang
lainnya. Dikatakan oleh Al-Ghazali bahwa uang ibarat 'hakim' yang dapat
menentukan dan membandingkan nilai di antara berbagai jenis barang
dan jasa. Uang sebagai media penyimpan nilai juga ditegaskan oleh Ibn
14
Yuliadi, Teori Ekonomi Makro Islam, 219.
15
Ibid, 219-220.
Khaldun di mana uang yang terbuat dari emas dan perak tetap bernilai
kapanpun dan di manapun digunakan karena uang mengandung nilai
yang dapat diterima semua orang.
3. Uang sebagai Ukuran Harga
Untuk membandingkan nilai satu barang dengan barang yang lain
memerlukan standar yang stabil nilainya yaitu dinar dan dirham. Karena
secara intrinsit dinar yang terbuat dari emas dan dirham dari perak
mampu menjadi standar penilaian harga atas suatu barang. Al-Ghazali
menegaskan bahwa Allah Swt. menciptakan dinar dan dirham untuk
menjadi standar atas semua nilai barang yang ada karena stabilitas nilai
dari dinar dan dirham itu sendiri.
D. Kebijakan Moneter Islam menurut Mas’udul Alam Choudhury
Pandangan uang dan kebijakan moneter menurut Masu'udul Alam
Choudhury berpijak pada prinsip dasar uang sebagai alat transaksi dan tidak
dimasukkannya instrumen bunga (interest) dalam analisis moneternya.
Pandangan uang menurut Masu'udul Alam Choudhury dikemukakan melalui
konsep ekonomi moneter yaitu endogenous money yang memberi tekanan
tentang pentingnya menjaga stabilitas nilai uang baik secara internal maupun
eksternal yaitu keseimbangan antara sektor moneter dan sektor riil.
Pandangan Masu'udul Alam Choudhury tentang endogenous money
ini sebenarnya ada keselarasan dengan analisis IS-LM di mana perekonomian
akan mencapai kondisi ideal manakala tercapai keseimbangan antara pasar
barang (IS) dan pasar uang (LM). Kurva IS adalah suatu kurva yang
menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi tingkat bunga dan
pendapatan nasional di mana tercapai keseimbangan pada pasar barang.
Sedangkan kurva LM adalah suatu kurva yang menunjukkan berbagai
kemungkinan kombinasi tingkat bunga dan pendapatan nasional di mana
tercapai keseimbangan pada pasar uang. Keseimbangan pasar barang
tercapai manakala dipenuhinya keseimbangan dalam formulasi Y = C + 1 + G
+ (X-M) di mana masuknya peranan uang dalam pasar barang melalui
investasi di mana dalam teori investasi konvensional besarnya merupakan
fungsi dari tingkat bunga (interest). Sedangkan keseimbangan pasar uang
tercapai manakala terpenuhinya keseimbangan antara permintaan uang
(money demand = Md) dengan penawaran uang (Money supply MS) di mana
permintaan uang dipengaruhi oleh tingkat bunga karena adanya motif
spekulasi.

Gambar di atas terdiri dari empat kuadran dan masing-masing


kuadran menjelaskan tentang kondisi pada sektor riil, sektor moneter dan
hubungan antara sektor riil dan sektor moneter. Pada kuadran satu (Q.1)
menjelaskan kaitan antara currency value of spending (C) yang menunjukkan
jumlah uang untuk dibelanjakandengan real value spending (PQ) yang
menunjukkan nilai pengeluaran riil dari masyarakat. Jadi pada kuadran
pertama ini menjelaskan keterkaitan antara sektor moneter dengan sektor
riil.
Pada kuadran dua (Q.2) menjelaskan hubungan antara real value
spending (PQ) dengan rate of profit (P). Pada kuadran dua ini mengandung
informasi yang menarik di mana besarnya real value spending (PQ)
berkorelasi positif dengan rate of profit (P) artinya jika tingkat keuntungan
(rate of profit) naik maka real value spending juga meningkat. Pandangan ini
membawa implikasi bahwa jumlah uang yang diminta untuk kegiatan
transaksi ditentukan oleh bagaimana kondisi di sektor riil yang ditunjukkan
oleh besarnya tingkat keuntungan.
Kuadran tiga (Q.3) menjelaskan hubungan antara besarnya tingkat
keuntungan (rate of profit) dengan tingkat harga (P). Pada diagram tiga ini
dijelaskan kurva π-P berlereng positif artinya kenaikan tingkat harga akan
menyebabkan produsen memperoleh tingkat keuntungan (rate of profit)
yang semakin meningkat dan implikasinya mereka akan meningkatkan jumlah
output.
Pada kuadran empat (Q.4) menjelaskan hubungan antara jumlah uang
yang dibelanjakan (currency value of spending = C) dengan tingkat harga (P).
Dalam teorinya ini Choudhury menjelaskan bahwa pergerakan tingkat harga
(inflasi) semata-mata karena adanya perkembangan di sektor riil yang
ditunjukkan oleh besarnya currency value of spending (C). Jadi perubahan
kurva π-C semata-mata karena adanya perubahan dan gejala di sektor rüil
bukan di sektor riil. Sementara perubahan harga (P) disebabkan adanya
perubahan pada real value of spending (PQ) sementara besarnya tingkat
keuntungan (rate of profit) selaras dengan perkembangan real value of
spending (PQ). Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkat harga
disebabkan karena adanya perubahan tingkat keuntungan (rate of profit).
Pandangan tentang uang dan kebijakan moneter menurut Choudhury
secara sederhana dapat dirumuskan bahwa uang dan kebijakan moneter
dalam Islam harus bertumpu pada kegiatan di sektor riil (underlying
transactions) bukan di sektor moneter. Esensinya uang dan instrumen
moneter hanyalah 'instrumen ekonomi'semata untuk menggerakkan sektor
riil bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat. dapat terwujud dari
perkembangan pada sektor riil bukan pada sektor moneter.

KESIMPULAN
Perkembangan kegiatan perekonomian pada dasarnya dapat diamati dari
dua sektor, yaitu sektor riil (barang dan jasa) dan sektor moneter (uang). Peran
uang sangat vital bagi perekonomian sebagai media untuk memperlancar
aktivitas ekonomi, di mana uang dapat merefleksikan semua harga barang.
Manfaat adanya uang yaitu dapat mengungkapkan nilai barang, memungkinkan
melakukan penundaan pembayaran, dapat ditunda pemakaiannya, dan dapat
berupa tanda bukti yang menyatakan kepemilikan atau bentuk lain.

Pandangan tentang uang oleh kaum moneteris yaitu bahwa JUB


bepengaruh terhadap inflasi, kesempatan kerja dan output riil. Sedangkan
Keynesian berpandangan bahwa JUB berpengaruh secara tidak langsung karena
masyarakat memiliki ekspektasi sendiri tentang kebutuhan uang yang selain
untuk kebutuhan transaksi juga untuk spekulasi dan berjaga. Mazhab Austria
berpandangan bahwa masalah ekonomi muncul karena diterapkannya flat
money yang memberikan kesempatan besar kepada otoritas moneter untuk
mencetak uang dengan semena-mena dan rentan inflasi.

Uang dalam Islam pada mulanya dicerminkan dalam dirham sebagai alat
tukar dan alat nilai, kemudian berkembang menjadi uang emas dan perak
dengan nama dinar (negara Arab). Uang dan fungsinya sebagai alat tukar dan alat
nilai dikemukakan juga oleh Ibn Khaldun dan al-Ghazali yang menyatakan definisi
uang adalah alat yang digunakan masyarakat sebagai alat untuk media
bertransaksi, mengukur harga dan media penyimpan nilai dan fungsi dari uang
yaitu sebagai media transaksi, media penyimpan nilai, dan sebagai ukuran harga.

Pandangan tentang uang dan kebijakan moneter menurut Choudhury


secara sederhana dapat dirumuskan bahwa uang dan kebijakan moneter dalam
Islam harus bertumpu pada kegiatan di sektor riil (underlying transactions) bukan
di sektor moneter. Esensinya uang dan instrumen moneter hanyalah 'instrumen
ekonomi'semata untuk menggerakkan sektor riil bagi kesejahteraan ekonomi
masyarakat. dapat terwujud dari perkembangan pada sektor riil bukan pada
sektor moneter.

DAFTAR PUSTAKA

Yuliadi, Imamudin. Teori Ekonomi Makro Islam. Depok: PT. RajaGrafindo Persada,
2019.

Yuliadi. Ekonomi Moneter. Jakarta: PT.Indeks, 2008.

Takiddin. “Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Salam: Jurnal Filsafat dan
Budaya Hukum, 2014.

Solikin dan Suseno. Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya dalam


Perekonomian. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank
Indonesia, 2002.

Sukirno, Sadono. Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Mursyidi. “Uang, Kapitalisme, dan Islam” (http://jurnalekis.blogspot.com, 2011.

Karim, Adiwarman A.. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2007.

Anda mungkin juga menyukai