Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

Akad-Akad Lainnya

DI SUSUN OLEH :

Adinda Assiyam (02320200144)


Reski Amelia (02320200085)
Shofie Nash Farah (02320200051)
Eka Zalvaa A (02320200069)
Dhiya Salsabil S (02320200072)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat,
Taufik, serta Hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Akuntansi Syariah, dengan judul “Akad-akad Lainnya”

Dalam membuat tugas ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang membantu dalam proses penulisan
makalah ini, yaitu bapak Muhammad Nur, SE.,M.Ak., selaku dosen pengampu mata kuliah
Akuntansi Syariah. Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulis makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah
yang lebih baik dimasa yang akan datang. Harap kami, semoga makalah yang sederhana ini,
dapat bermanfaat dan memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 22 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I – PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 5
BAB II - PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
A. Akad Sharf ..................................................................................................................... 6
B. Akad Wadiah ................................................................................................................. 7
C. Akad Al-Wakalah ......................................................................................................... 8
D. Akad Al-Kafalah ........................................................................................................... 9
E. Qardhul Hasan ............................................................................................................ 10
F. Akad Hawalah ............................................................................................................. 12
G. Akad Al-Rahn .............................................................................................................. 13
BAB III - PENUTUP ............................................................................................................... 15
Kesimpulan ......................................................................................................................... 15

3
BAB I – PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu islam sudah sangat lama berkembang, namun karena runtuhnya kekuasaan islam
pada masa lampau, telah juga menghilangkan praktik – praktik tentang ekonomi islam yang
baik dan benar di dalam masyarakat. Sehingga yang berkembang yakni paham – paham yang
berasal dari bangsa Barat yang bersifat liberalis dan materialistis.
Ilmu ekonomi islam muncul kembali pada abad ke-20 dengan munculnya bank bagi hasil.
Praktik ekonomi islam resmi disahkan pada Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang
berlangsung di Jedah 1976.
Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda dunia saat ini, para ahli berupaya mencari
alternatif pemecahan masalah menggunakan ilmu ekonomi islam. Ilmu islam pada dasarnya
bersifat adil dan tidak memihak sebelah pihak, dan oleh sebab itu kebanyakan orang – orang
ataupun lembaga – lembaga yang memakai ilmu ekonomi islam tidak merasa dirugikan.
Untuk itu sebaiknya dalam menjalankan suatu lembaga keuangan lebih baik kita
menggunakan ilmu ekonomi islam.
Makalah ini berisi tentang definisi dari akad yang ada di dalam ilmu keuangan syariah,
dan juga apa saja jenis – jenis dari akad itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian atas Berbagai Jenis Akad, seperti:
a. Sharf (Jual Beli Mata Uang Asing)
b. Wadiah (Titipan)
c. Al Wakalah (Agen)
d. Al-Kafalah (Jaminan)
e. Qardhul Hasan (Dana Kebajikan)
f. Hawalah (Pengalihan)
g. Rahn (Gadai)
2. Apa Sumber Hukum Masing-Masing Akad Tersebut?
3. Rukun dan Ketentuan Syariah Masing-Masing Akad Tersebut?
4. Bagaimana Perlakuan Akuntansi Bagi Pihak yang Terlibat dalam Akad Tersebut?

4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa pengertian atas Berbagai Jenis Akad, seperti:
a. Sharf (Jual Beli Mata Uang Asing)
b. Wadiah (Titipan)
c. Al Wakalah (Agen)
d. Al-Kafalah (Jaminan)
e. Qardhul Hasan (Dana Kebajikan)
f. Hawalah (Pengalihan)
g. Rahn (Gadai)
2. Untuk Mengetahui Rukun dan Ketentuan Syariah Masing-Masing Akad Tersebut
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perlakuan Akuntansi Bagi Pihak yang Terlibat dalam
Akad Tersebut.

5
BAB II - PEMBAHASAN
A. Akad Sharf
1. Pengertian Akad Sharf
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukarn, atau transaksi jual-beli. Sharf
adalah transaksi jual beli valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran
mata uangan dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
2. Sumber Hukum Akad Sharf
“Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan
ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum
harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba,
tepung dengan tepung harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, kurma dengan kurma harus sama takaran, timbangan dan tangan
ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba” (HR. Muslim)
3. Rukun dan Ketentuan Syariah
 Rukun Sharf terdiri dari :
1) Pelaku terdiri atas pembeli dan penjual
2) Objek akad berupa mata uang
3) Ijab qobul (serah terima)
 Ketentuan syariah, yaitu :
1) Pelaku harus cakap hukum dan baligh
2) Objek akad :
 Nilai tukar atau kurs mata uang yang telah diketahui oleh kedua belah pihak
 Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual
sebelum keduanya berpisah
 Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka
jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model
dari mata uang yang berbeda
 Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli
3) Ijab qobul yaitu penyertaan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Pelakuan Akuntansi Akad Sharf
1) Jurnal saat membeli valuta asing :

6
Kas (Dolar) xxx
Kas (Rp) xxx
2) Jurnal saat dijual :
Kas (Rp) xxx
Kerugian* xxx
Keuntungan** xxx
Kas (Dolar) xxx
Keterangan : * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual
** jika harga beli valas lebih kecil dari harga jual

B. Akad Wadiah
1. Pengertian Akad Wadiah
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak yang bukan
pemiliknya, untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang
mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapanpun
titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan
tersebut dan yang menjadi penjamin pengembali barang titipan.
2. Jenis Akad Wadiah (PSAK 59)
1) Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh
disimpan dan tidak boleh didayagunakan.
2) Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan
barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan meminjam untuk mengembalikan
titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat pemilik menghendakinya.
3. Sumber Hukum
“.....Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya..” (QS 2:283)
4. Rukun dan Ketentuan Syariah
 Rukun Wadiah terdiri dari :
1. pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi’)
2. pihak yang menyimpang (mustawda’)
3. objek wadiah berupa barang yang dititipkan (wadian)
 Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pelaku harus cakap hukum, baligh dan mampu memelihara barang titipan

7
2. Objek akad :
 benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan
penyimpan
 ijab kabul/serah terima
Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang
adalah sebagai berikut:
 Bagi pihak pemilik barang
1) Pada saat menyerahkan barang dan membayar biaya penitipan, jurnal:
Beban Wadiah xxx
Kas xxx
Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:
Beban Wadiah xxx
Utang xxx

 Bagi pihak penyimpan barang


1) Pada saat menerima barang dan penerimaan pendapatan penitipan, jurnal:
Kas xxx
Pendapatan Wadiah xxx

2) Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:


Piutang xxx
Pendapatan Wadiah xxx

C. Akad Al-Wakalah
1. Pengertian Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)
Akad Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain
dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
2. Sumber Hukum Akad Al Wakalah
“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah
sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan
sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.” (Qs Al-Khaf :19)

3. Rukun dan ketentuan Syariah


 Rukun Wakalah terdiri dari :

8
1. pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakil
2. pihak yang diberi kuasa/wakil
3. objek akad berupa barang atau jasa
 Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pelaku harus cakap hukum, dan mampu mengerjakan tugas yang diwakilkan.
2. Objek akad :
 Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakilkan
 Tidak bertentangan dengan syariah islam
 Ijab kabul/serah terima
4. Berakhirnya Akad Wakalah
1) Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal
2) Pekerjaanyang diwakilkan sudah selesai
3) Pemutusan oleh orang yang mewakilkan
4) Wakil mengundurkan diri
5. Pencatatan akuntansi Al-Wakalah
 Bagi pihak yang mewakilkan/wakil
1) Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal:
Kas xxx
Pendapatan wakalah xxx
2) Pada saat mengakui pendapatan wakalah diterima di muka, jurnal:
Pendapatan wakalah diterima di muka xxx
Pendapatan wakalah xxx

D. Akad Al-Kafalah
1. Pengertian Akad Al-Kafalah (Jaminan)
Akad kafalah adalah suatu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhul/ashil).
2. Sumber Hukum Akad Al-Kafalah
“Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
(bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin itu.” (Qs. Yusuf : 72)
3. Rukun dan Ketentuan Syariah
 Rukun Kafalah terdiri dari :

9
1. Pihak penjamin (kafiil)
2. Pihak orang yang berhutang (Ashiil)
3. Pihak orang yang berpiutang (mahful lahu)
 Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pihak penjamin, baligh dan berakal sehat, berhak penuh untuk melakukan
tindakan hukum dalam urusan hartanya.
2. Pihak orang yang berhutang, sanggup menyerahkan utang kepada peminjaman
3. Pihak orang yang berpiutang, diketahui identitasnya dapat hadir saat akad
4. Objek akad :
 Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya
 Harus merupakan utang mengikat , yang tidak mungkin dihapus kecuali setelah
dibayar atau dibebaskan
 Tidak bertentangan dengan syariah islam
 Ijab kabul/serah terima
4. Berakhirnya Akad Kafalah
1) Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin,
Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin.
2) Ketika utang tersebut telah dialihkan (hawalah)
5. Pencatatan Akuntansi Al-Kafalah
 Bagi pihak penjamin pada saat menerima imbalan tunai, jurnal:
Kas xxx
Pendapatan kafalah xxx
 Bagi pihak yang meminta jaminan pada saat membayar beban, jurnal:
Beban kafalah xxx
Kas xxx

E. Qardhul Hasan
1. Pengertian Qardhul Hasan
Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenai biaya (hanya wajib membayar sebesar
pokok utangnya). Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada orang yang membutuhkan atau
tidak memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan social atau kemanusiaan.

10
2. Sumber Hukum Qardhul Hasan
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai
dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui.” (Al-Baqarah : 280)
3. Rukun dan Ketentuan Syariah
 Rukun Qardhul Hasan terdiri dari :
1. pelaku yang terdiri dari pemberi dan penerima pinjaman
2. objek akad, berupa uang yang dipinjamkan
 Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad :
 Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya
 Apabila peminjam mengalami kesulitan keuangan, maka watu peminjaman dapat
diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya
 Ijab kabul/serah terima
4. Perlakuan Akuntansi Qardhul Hasan
 Bagi pemberi pinjaman
1) Saat menerima pinjaman dari pihak eksternal, jurnal:
Dana kebajikan-kas xxx
Dana kebajikan-infak/sedekah xxx
2) Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan, jurnal:
Dana kebajikan-dana kebajikan produktif xxx
Dana kebijakan-kas xxx

 Bagi pihak yang meminjam


1) Saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Kas xxx
Utang xxx
2) Saat pelunasan, jurnal:
Utang xxx
Kas xxx

11
F. Akad Hawalah
1. Pengertian Akad Hawalah (Pengalihan)
Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, atau memikul sesuatu diatas
pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau piutang. Pada dasarnya adalah akad
tabaruu’ yang bertujuan untuk saling menolong untuk mengharap ridho Allah.

2. Sumber Hukum Hawalah


“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah
seorang kamu dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka
turutlah menerima pengalihan tersebut.” (HR. Bukhari Muslim)

3. Rukun dan Ketentuan Syariah


 Rukun Hawalah terdiri dari :
0. Pelaku yang terdiri atas pihak yang berutang atau berpiutang / muhil
1. pihak yang berpiutang atau berutang / muhal
2. pihak pengambil alih utang atau piutang / muhal’alaih
 Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pelaku harus cakap hukum, baligh dan rela dengan pengalihan utang piutang
tersebut
2. Objek akad :
 adanya utang dan piutang
 harus merupakan utang atau piutang mengikatyang tak mungkin hapus kecuali
setelah dibayar atau dibebaskan.harus jelas nilainya
 Ijab kabul/serah terima
4. Perlakuan Akuntansi Hawalah
 Akuntansi pihak yang mengalihkan utang/muhil
1. Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang
dibayarkan diakui pada saat terjadinya, jurnal:
Beban hawalah xxx
Kas xxx
2. Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai beban
pada saat terjadinya, jurnal:
Beban hawalah xxx
Kas xxx

12
 Akuntansi pihak yang menerima pengalihan utang/muhal’alaih
1. Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal:
Kas xxx
Pendapatan hawalah xxx
2. Ketika menerima pelunasan piutang, jurnal:
Kas xxx
Piutang-C xxx

G. Akad Al-Rahn
1. Pengertian Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jaminan)
Secara istilah rahn adalah apa yang disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau
tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminanatas utang. Akad rahn bertujuan
agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang.

2. Sumber Hukum Al-Rahn


“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis,
maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah.” (Al-Baqarah : 283)
3. Rukun dan Ketentuan Syariah
 Rukun Al-Rahn terdiri dari :
1. pelaku terdiria atas pihak yang menggadaikan (rahin)
2. pihak yang menerima gadai (murtahin)
3. objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun)
 Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pelaku harus cakap hukum, baligh dan mampu pinjaman atau jaminan
2. Objek akad :
 barang gadai dapat dijual dan nialinya seimbang
 nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh temponya
 ijab kabul/serah terima
4. Perlakuan Akuntansi Rahn
 Bagi pihak yang menerima gadai
1) Pada saat menyerahakn uang pinjaman, jurnal:
Piutang xxx
Kas xxx

13
2) Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh
pihak yang menggadaikan, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx

 Bagi pihak yang menggadaikan


1) Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Kas xxx
Utang xxx
2) Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:
Utang xxx
Kas xxx

14
BAB III - PENUTUP
A. Kesimpulan

Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan
penerimaan (qobul) yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap
objeknya. Terdapat banyak akad di luar yang dikenal luas dalam islam seperti: salam,
istishna’, musyarakah, mudharabah, ijarah tetapi ada juga akad lain yang juga sesuai dengan
syariah dan ketentuan syariah. Akad tersebut adalah sebagai berikut.

1. Akad Sharf (Jual Beli Mata Uang Asing)


2. Akad Wadiah (Titipan)
3. Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)
4. Akad Al-Kafalah (Jaminan)
5. Qardhul Hasan (Dana Kebajikan)
6. Akad Hawalah (Pengalihan)
7. Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jminan)

Islam telah memberikan keleluasaan dalam melakukan transaksi sepanjang tidak dilarang
secara syariah. Hal ini sesuai dengan kaidah ushul fiqih yaitu muamalah hukumnya boleh
kecuali yang dilarang.

15

Anda mungkin juga menyukai