Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATERI KULIAH

KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Disusun Oleh:

Nama : Riani Lembang sambara

NIM : 4521013021

Kelas : Akuntansi A

Judul : Akad Sharf

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS BOSOWA
2023

1
A. Definisi As-Sharf

Secara bahasa as-sharf bermakna : Tambahan. Sedangkan menurut istilah adalah: jual beli
uang dengan uang yang sejenis maupun tidak sejenis (jual beli emas dengan emas, atau
perak dengan perak, atau emas dengan perak baik berupa perhiasan atau uang)

Menurut Heri Sudarsono, As-Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta
dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing)
dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis, misalnya
rupiah dengan rupiah maupun yang tidak sejenis, misalnya rupiah dengan
dolar atau sebaliknya.

Menurut Tim Pengembangan Institut Bankir Indonesia, Sharf adalah jasa yang diberikan
oleh bank kepada nasabahnya untuk melakukan transaksi valuta asing menurut prinsip-
prinsip Sharf yang dibenarkan secara syari'ah.

B. Hukum dan Dalil legalitas as-sharf.

As-sharf hukumnya boleh sebagaimana dalam Allah Swt. Berfirman : “Dan Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah 2:275).

Dan dalam hadist bahwasanya Rasulullah Saw. Bersabda: “(Juallah) emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir,kurma dengan kurma, dan
garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis sertasecara tunai. Jika jenisnya
berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.” (HR Muslim).

Hadits ini juga menerangkan enam macam jenis yang tidak boleh dijual kecuali dengan sama
timbangannya dan tunai:

1. Emas dengan emas


2. Perak dengan perak
3. Gandum dengan gandum
4. Sya’ir dengan sya’ir
5. Kurma dengan kurma
6. Garam dengan garam

2
Maka apabila berlainan, misalnya emas dibeli dengan beras itu hukumannya boleh dengan
syarat harus kontan.

Sebagai contoh dalam dunia moderen apabila emas dan perak sebagai mata uang tidak boleh
ditukarkan dengan sejenisnya (Rupiah to rupiah atau Dollar to Dollar) kecuali sama
jumlahnya.

Bila berbeda jenisnya, Rupiah to Pounds Egypt, dapat ditukarkan (exchange)sesuai dengan
market rate dengan catatan harus naqdan atau spot(tunai).1

C. Rukun dan Syarat akad as-sharf

a. Rukun akad as-sharf

Rukun akad as-sharf dalam fikih islam sama dengan rukun jual beli, karena as-sharf adalah
bagian dari jual beli. Dalam mazhab Hanafi rukun as-sharf ada satu yaitu Shigah ( ijab dan
qabul), sedangkan dalam mazhab jumhur rukun as-sharf ada tiga, yaitu Shigah (ijab dan
qabul) , ‘Aqidani ( penjual dan pembeli yang melakukan akad), Ma’qud ‘alaih/mahallu
al-‘aqd (objek akad).

b. Syarat akad As-sharf

Adapun syarat –syarat yang telah ditentukan dalam akad as-sharf adalah :

1. Taqabudh (serah terima ketika akad berlangsung)

Para ulama fuqaha’ telah bersepakat untuk syarat taqabudh ketika transaksi sebelum
berpisah. Menurut Ibnu Mundzir bahwa apabila berpisah sebelum serah terima maka akad
as-sharf menjadi rusak.

Nilai tukar yang dijual-belikan harus telah dikuasai(taqabudh) baik oleh pembeli maupun
penjual, sebelum keduanya berpisah. Penguasaan itu dapat berbentuk penguasaan secara
material maupun hukum. Penguasaan secara material, misalnya pembeli langsung menerima
dolar AS yang dibeli dan penjual langsung menerima uang rupiah. Adapaun penguasaan
hukum, misalnya pembayaran dengan menggunakan cek.

2. Akad as-sharf tanpa khiyar

Jumhur ulama fuqaha berpendapat : ( Hanafi, Maliki dan Syafi’I ) bahwa akad tidak menjadi
sah dengan khiyar syarat. Khiyar syarat adalah hak pilih bagi pembeli untuk dapat

3
1

4
melanjutkan jual-beli mata uang tersebut setelah selesai berlangsungnya jual-beli yang
terdahulu atau tidak melanjutkan jual beli itu, yang mana syarat itu itu sudah diperjanjikan
ketika berlangsungnya transaksi terdahulu tersebut. Khiyar ini menyebabkan kepemilikan
belum tetap sementara ketentuan taqabudh adalah syarat sahnya akad sharf.

Dan adapun Khiyar ru’yah dan a’ib tidak menghalangi sahnya transaksi karena tidak
menghalangi kepemilikan dan taqabudh.

3. Akad secara tunai tanpa syarat penundaan.

Ulama bersepakat bahwa tidak diperbolehkan dalam akad as-sharf melakukan penundaan.
Karena akan merusak syarat sah taqabudh dalam akad as-sharf.

4. Tamatsul (Sepadan atau sebanding)

Ini adalah syarat khusus ketika dua barang yang ditukar adalah barang yang sejenis. Seperti
emas ditukar dengan emas, perak dengan perak maka harus sepadan dalam timbangannya.

5
D.PERLAKUAN AKUNTANSI AKAD SHARF

A. Karakteristik Sharf

Karakteristik dari sharf yakni perjanjian antara penjual dan pembeli untuk menukarkan
mata uang. Aktivitas perdagangan valuta asing pada bank syariah (diluar jual beli bank
notes) semata-mata bertujuan untuk mempertahankan nilai (hedging) dan tidak ditujukan
untuk mencari untung.

Seperti yang sudah ditentukan dalam Agama Islam jika ingin melakukan pertukaran uang
asing maka ada salah satu syarat yang harus dipenuhi, yakni tidak bertujuan mencari
untung (spekulasi).

B. Pengakuan dan Pengukuran Sharf

Dalam pengakuan dan pengukuran sharf berkaitan dengan pendapatan yang diterima.
Selisih antara kurs yang diperjanjikan dalam kontrak dan kurs tunai (market to market)
pada tanggal penyerahan valuta diakui sebagai keuntungan/kerugian pada saat
penyerahan/penerimaan dana, sedangkan selisih penjabaran aktiva dan kewajiban valuta
asing dalam Rupiah (revaluasi) diakui sebagai pendapatan atau beban.

C. Jenis jenis transaksi valuta asing dalam perbankan


Ada beberapa jenis-jenis transaksi valuta asing yang terjadi di pasar valas yaitu spot, forward,
swap and option.
1. Transaksi Spot
Transaksi spot yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada
saat itu (over the counter) atau penyelesaian paling lambat 2 hari setelah masa transaksi.
Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut ini :
a) Cash, yaitu penyerahan dana yang dilakukan pada saat itu juga.
b) Tom (kependekan dari tomorrow), penyerahan dana pada hari kerja berikutnya atau hari
setelah transaksi.
c) Spot, penyerahan dana dilakukan dua hari kerja setelah transaksi.

2. Transaksi Forward

Transaksi forward atau bisa juga disebut transaksi berjangka adalah transaksi valas yang nilai
kurs nya ditetapkan pada saat kontrak, tetapi pembayaran dan penyerahan dilakukan pada
saat jatuh tempo antara 2x24 jam sampai dengan satu tahun. Transaksi forward biasanya
digunakan untuk tujuan hedging dan spekulasi.

6
3. Transaksi Swap
Transaksi swap dalam pasar antarbank adalah pembelian dan penjualan secara bersamaan
sejumlah tertentu mata uang dengan tanggal valuta (penyerahan) yang berbeda. Jenis
transaksi swap yang umum adalah “spot terhadap forward”. Dealer membeli suatu mata
uang dengan transaksi spot dan secara simultan menjual kembali jumlah yang sama kepada
bank lain dengan kontrak forward. Transaksi swap antara bank dengan Bank Indonesia:
a) Swap likuiditas yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia untuk dana yang
berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi (outstanding) swap likuiditas ini untuk setiap
bank maksimum 20% dari modal bank.
b) Swap investasi yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank berdasarkan swap bank
dengan nasabahnya yang dananya berasal dari pinjaman luar negeri (offshore loam) untuk
keperluan investasi di Indonesia.

4. Transaksi Option

Transaksi option yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau menjual
yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau
tanggal akhir tertentu.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valas


Aliran valas yang besar dan cepat untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investasi, dan
spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang defisit dapat terjadi karena adanya
beberapa faktor atau kondisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan
perbedaan kurs dan valas atau forex rate di masing-masing tempat. Ada beberapa faktor atau
kondisi yang berbeda dan mempengaruhi kurs valas di masing-masing tempat tersebut, antara
lain:
1. Supply dan demand foreign currency

Valas sebagai benda ekonomi mempunyai permintaan dan penawaran pada bursa valas atau
forex market. Seperti penawaran atau supply valas impor modal atau capital import dan
transfer valas lainnya dari luar negeri ke dalam negeri.
2. Posisi balance of payment (BOP)

Balance of payment atau neraca pembayaran internasional adalah suatu catatan yang disusun
secara sistematis tentang semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan,
keuangan, dan moneter antara penduduk suatu Negara atau penduduk luar negeri untuk suatu
periode tertentu, biasanya satu tahun. Seperti catatan transaksi ekonomi internasional yang
terdiri atas ekspor dan impor barang jasa dan modal pada saat periode tertentu.
3. Tingkat inflasi

7
Tingkat inflasi dapat mempengaruhi kurs valas. Misalnya inflasi di USA meningkat cukup
tinggi , yaitu mencapai 5% sedangkan inflasi di Jepang hanya 1% dan barang-barang yang
dijual di Jepang dan USA relatif sama dan dapat saling mengstupstitusi. Dalam keadaan yang
demikian tentu harga barang yang di USA akan lebih mahal sehingga impor USA dari jepang
akan meningkat.
4. Tingkat bunga

Hampir sama dengan pengaruh inflasi, maka perkembangan atau perubahan tingkat bunga
pun dapat berpengaruh terhadap kurs valas.
5. Tingkat income

Adalah pertumbuhan tingkat pendapatan di suatu Negara. Seandainya tingkat pendapat di


masyarakat di Indonesia terlalu tinggi sedangkan kenaikan jumlah barang yang tersedia
relative kecil, tentu impor barang akan meningkat.
6. Pengawasan pemerintah

Adalah faktor pengawasan pemerintah yang biasanya dijalankan dalam berbagai bentuk
kebijaksanaan moneter, fiskal, dan perdagangan luar negeri untuk tujuan tertentu mempunyai
pengaruhterhadap kurs valas, seperti pengetatan uang beredar dan pengawasan lalu lintas
devisa.
7. Ekspektasi dan spekulasi/ isu/rumor

Ekspektasi dan spekulasi yang timbul di masyarakat akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran valas yang akhirnya akan mempengaruhi kurs valas.

F. Para Pelaku Pasar Valas


1. Bank Sentral

Bank sentral menggunakan pasar valas untuk memperoleh cadangan devisa dan mempengaruhi
harga dimana mata uangnya diperdagangkan. Bank sentral melakukan langkah-langkah yang
dimaksudkan untuk mendukung atau mendongkrak nilai mata uang sendiri.

2. Bank Komersial

Bank memerlukan valas manakala mereka menyediakan produk atau jasa yang berkaitan dengan
valas.

3. Perusahaan dan Individu

Kebutuhan terhadap valas bagi perusahaan utamanya untuk kegiatan ekspor-impor yang
melakukan jual beli dengan valas. Sedangkan individu membutuhkan valas salah satunya untuk

8
melakukan perjalanan/travelling ke luar negeri. Kurs yang dipakai adalah kurs spot yang ada
pada bank atau money changer.

4. Arbitrase dan Speculator

Motif speculator dan arbitrase hanya untuk memperolehkeuntungan


dari perubahan harga secara simultan untuk kepentingan mereka sendiri tanpa suatu kebutuhan
untuk melayani klien atau memastikan kontinuitas pasar. Arbirase
pada prinsipnya merupakan suatu bentuk spekulasi dimana mereka membeli suatu valas di pusat
keuangan kemudian menjualnya kembali di pusat keuangan lain untuk memperoleh keuntungan.
Spekulasi dan arbitrase dalam jumlah besar pada umumnya dilakukan oleh para trader. Bank-
bank dapat bertindak sebagai dealer,speculator dan arbitrase.2

5. Broker

Pada perdagangan valas retail seorang trader membutuhkan broker sebagai penghubung trader
dengan trader lainnya atau pasar uang. Broker akan meneruskan order/transaksi yang dilakukan
oleh trader, menerima pemasukan dana untuk trading, dan melakukan penarikan dana atas
keuntunngan yang didapat trader.

G. Perbankan Syariah dalam Pasar Valuta Asing ( Foreign Exchange)

Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan nasional dan
internasional tidak dapat menghindarkan diri dari keterlibatannya pada pasar valuta asing. Maka
perbankan syariah harus menyusun pedoman kerja operasianl bagi dirinya sendiri agar
mempunyai akses yang luas ke pasar valuta asing tanpa harus terlibat pada mekanisme
perdagangan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Aktifitas perdagangan valuta asing dalam perbankan syariah harus terbebas dari unsur riba,
maisir(gambling), dan gharar. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan
beberapa ketentuan dan batasan umum diantaranya:

a. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing-masing pihak harus
menerima /menyerahkan masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.

b. Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial, yaitu transaksi
perdagangan barang dan jasa antarbangsa, bukan dalam rangka spekulasi.

c. Harus dihindari jual-beli bersyarat. Misalnya A setuju membeli barang dari B hari ini dengan
syarat B harus membelinya kembali pada tanggal tertentu di masa mendatang.

d. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan
valuta asing yang dipertukarkan.

7
e. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan kata lain tidak dibenarkan
jual beli tanpa hak kepemilikan.

Selain memperhatikan beberapa batasan diatas, terdapat juga beberapa tingkah laku perdagangan
yang dewasa ini biasa dilakukan dipasar valuta asing konvensional dan harus dihindari, yaitu
diantara lain:

a. Perdagangan tanpa penyerahan (future non delivery trading atau margin trading)

b. Jual beli valas bukan transaksi komersial (arbitrage) baik spot maupun forward.

c. Melakukan penjualan melebihi jumlah yang dimiliki atau dibeli (oversold).

d. melakukan transaksi swap3

H. Fatwa Dewan syariah Nasional tentang jual beli mata uang (As-Sharf)

Pasar valuta asing (valas) atau sering disebut Foreign Exchange Market merupakan pasar dimana
trasanksi valuta asing dilakukan baik antara Negara maupun dalam negeri. Dalam perdagangan
forex konvensional terdapat beberapa praktik yang menyimpang dari ketetapan syariah
sebagaimana ketentuannya yang telah tertuang dalam hadist Rasulullah Saw. Dan menjadi dasar
Fatwa DSN-MUI nomor 28 tahun 2002 tentang Jual beli mata uang (As-Sharf) :

Anda mungkin juga menyukai