Anda di halaman 1dari 14

Ferdy Ari Sandi Konsentrasi Akuntansi Keuangan

19130310009 Mata Kuliah Akuntansi Syariah


Resume
Akad Sharf, Wadiah, Wakalah, Kafalah, Qardul Hasan, Rahn

Pengertian Akad Sharf


Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran
mata uang dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis (misalnya rupiah dengan rupiah) maupun
yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan dolar dan sebaliknya).
Emas, perak, kurma, gandum, anggur kering, dan garam adalah contoh barang-barang ribawi atau
barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan. Berdasarkan hadis di atas, dapat diartikan kalau
terjadi pertukaran sesama barangribawi yang sejenismisalnya emas dengan emas, perak dengan perak,
dan seterusnya harus sama jumlahnya dan harus dari tangan ke tangan (tunai) karena kelebihannya adalah
riba. Begitu juga pertukaran untuk barang ribawi sejenis dengan kualitas yang berbeda misalnya kurma
berkualitas rendah dengan kurma yang berkualitas lebih tinggi tetap harus dalam jumlah yang sama
(karena secara kasat mata tidak dapat dibedakan) dan tunai. Cara lain dapat ditempuh untuk memperoleh
barang ribawi yang kualitasnya berbeda adalah dengan cara menjual kurma yangberkualitas lebih rendah
atau lebih tinggi, lalu uang yang didapatkan digunakan untuk membeli kurma yang berkualitas berbeda.
Menurut ajaran Islam, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan merupakan komoditas.
Tanpa didayagunakan, uang tidak dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan dengan dirinya
sendiri. Apabila uang dapat bertambah tanpa didayagunakan, maka tambahannya tersebut adalah riba.
Uang baru dapat menghasilkan keuntungan atau kelebihan apabila didayagunakan atau diinvestasikan
bersama dengan sumber daya lainnya.
Ada empat jenis transaksi pertukaran valuta asing, yaitu:
1. Transaksi spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas, di mana penyerahannya pada saat itu
atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari. Transaksi ini dibolehkan secara syariah
karena dianggap tunai. Fleksibilitas waktu dua hari adalah proses yang tidak bisa dihindari dan
merupakan batas normal dari suatu transaksi internasional.
2. Transaksi forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat
sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang. Jenis transaksi seperti ini tidak dibolehkan
dalam syariah (ada unsur ketidakpastian), karena harga yang dipergunakan adalah harga yang
diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari dan harga pada
waktupenyerahan belum tentu sama dengan harga yang disepakati.
3. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang
dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang sama dengan harga forward.. Transaksi
ini hukumnya haram karena ada unsur spekulasi atau judi (maisir).
4. Transaksi option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option) atau hak
untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan
jangka waktu atau tanggal tertentu. Transaksi ini juga hukumnya haram karena ada unsur spekulasi
atau judi (maisir).

Dengan demikian, secara syariah transaksi pertukaran valuta asing dibolehkan sepanjang dilakukan
secara tunai dan tidak digunakan untuk tujuan spekulasi Bila penjualannya tunai tetapi tujuannya untuk
spekulasi maka tetap tidak dibolehkan karena seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa uang bukanlah
komoditas.

Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun transaksi sharf terdiri atas:
1. Pelaku, yaitu pembeli dan penjual
2. Objek akad berupa mata uang
3. Ijab kabul/serah terima

Ketentuan syariahnya adalah sebagai berikut:


1. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad
a. Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak.
b. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual, sebelum
keduanya berpisah. Penguasaan bisa berbentuk material maupun hukum. Penguasaan secara
materi al misalnya pembeli langsung menerima dolar AS yang dibeli, dan penjual menerima
uang rupiah. Adapun penguasaan secara hukum misalnya pembayaran dengan menggunakan
cek. Apabila keduanya berpisah sebelum menguasai masing-masing uang penukaran berdasarkan
nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akadnya batal karena syarat penguasaan terhadap objek
transaksi sharf tersebut tidak terpenuhi.
c. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari Jenis yang sama, maka jual beli
mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang itu
berbeda.
d. Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli. Hak yang dimaksud khiyar
syarat adalah hak pilih bagi pembeli untuk dapat melanjutkan atau tidak melanjutkan jual beli
mata uang tersebut setelah akadnya selesai dan syarat tersebut diperjanjikan ketika transaksi jual
beli berlangsung Alasan tidak diperbolehkannya khiyar syarat adalah untuk menghindari adanya
ketidakpastian.
e. Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling
dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad dilakukan secara tunai
atau dalam kurun waktu 2 x 24 jam (harus dilakukan se ketika itu juga dan tidak boleh diutang)
dan perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang
melakukan jual beli valuta tersebut berpisah.

3. Ijab Kabul
Yaitu pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pi hak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui ko respondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modem

Perlakuan Akuntansi Akad Sharf


Saat membeli valuta asing
Jurnal:
Kas (Dolar)
Kas (Rp)

Saat dijual
Jurnal:
Kas (Rp)
Kerugian*
Kas (Dolar)
Keuntungan**

*jika harga beli valas lebih besar daripada harga jual


**jika harga beli valas lebih kecil daripada harga jual

Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam satuan
valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs tengah Bank Indonesia
pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:
Jika nilai kurs tengah BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal trans aksi, maka jurnalnya adalah:
Kerugian
Piutang (valas)

Utang (valas)
Keuntungan

Jika nilai kurs tengah BI lebih besar dari nilai kurs tanggal transaksi, maka jurnalnya adalah:
Piutang (valas)
Keuntungan

Kerugian
Utang (valas)

Pengertian Akad Wadiah


Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang bukan pemiliknya
untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil, pihak penerima titipan
wajib menyerahkan kembali uang atau barang titipan tersebut dan yang dititipkan menjadi penjamin
pengembalian barang titipan. Dalam akad hendaknya dijelaskan tujuan wadiah, cara penyimpanan,
lamanya waktu penitipan, biaya yang dibebankan pada pemilik barang dan hal-hal lainnya yang dianggap
penting.

Jenis Akad Wadiah (PSAK 59)


1. Wadiah amanah, yaitu wadiah dimana uang atau barang yang dititipkan hanya boleh disimpan dan
tidak boleh didayagunakan. Si penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan
kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau
kecerobohan penerima titipan dalam memeliharan titipan tersebut. Contohnya adalah titipan barang
di pusat perbelanjaan.
2. Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang
titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara
utuh setiap saat, pada saat si pemilik menghendakinya. Hasil dari pemanfaatan barang tidak wajb
dibagihasilkan dengan pemberi titipan, namun penerima titipan boleh saja memberikan bonus dan
tidak boleh dijanjikan sebelumnya kepada pemilik barang. Contohnya adalah tabungan.

Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun wadah ada tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Pelaku yang terdiri atas pemilik barang atau pihak yang menitip (muwaddi') dan pihak yang
menyimpan (mustawda').
2. Objek wadiah berupa barang yang dititipkan (wadiah).
3. Ijab kabul/serah terima.

Ketentuan syariahnya adalah sebagai berikut:


1. Pelaku harus cakap hukum, baligh serta mampu menjaga serta memelihara barang titipan.
2. Objek wadiah. Benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan
penyimpan.
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

Perlakuan Akuntansi Wadiah


Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut.
Bagi Pihak Pemilik Barang
1. Pada saat menyerahkan barang (menerima tanda terima penitipan barang) dan membayar biaya
penitipan (menerima tanda terima pembayaran)
Jurnal:
Beban Wadiah
Kas

Jika biaya penitipan belum dibayar


Jurnal:
Beban Wadiah
Utang

2. Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan


Jurnal:
Utang
Kas

Bagi Pihak Penyimpan Barang


1. Pada saat menerima barang (mengeluarkan tanda terima barang) dan penerimaan pendapatan
penitipan (membuat tanda terima pembayaran)
Jurnal:
Kas
Pendapatan Wadiah

2. Jika biaya penitipan belum dibayar


Jurnal:
Piutang
Pendapatan Wadiah

3. Pada saat menyerahkan barang dan menerima pembayaran kekurangan pendapatan penitipan
(mengeluarkan tanda penyerahan barang)
Jurnal :
Kas
Piutang

Pengertian Akad Wakalah


Al Wakalah atau Al Wikalah atau At Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandat. Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-
hal yang boleh diwakilkan. Namun, tidak semua hal dapat diwakilkan, contohnya adalah shalat, puasa,
bersuci, qishash, talak, dan lain sebagainya..
Dalam menjalani kehidupan ini, seringkali manusia tidak dapat menyelesaikan semua urusannya
sendiri sehingga perlu pihak lain untuk mewakilinya. Contohnya adalah mewakilkan dalam pembelian
barang, pengiriman uang, pembayaran utang, penagihan piutang, realisasi letter of credit, dan lain
sebagainya.
Wakalah dalam pendelegasian pembelian barang terjadi dengan situasi di mana seseorang
(perekomendasi) mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk mewakili dirinya membeli sesuatu.
Orang yang minta diwakilkan (muwakkil) harus menyerahkan sejumlah uang secara penuh sebesar harga
barang yang akan dibeli kepada agen atau pihak yang mewakili (wakil) dalam suatu kontrak wadiah.
Agen atau wakil membayar pihak ketiga dengan menggunakan titipan muwakkil untuk membeli barang.
Agen atau wakil boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak menerima komisi (hanya mengharap
rida Allah/tolong menolong). Tetapi bila ada komisi atau upah maka akadnya seperti akad ijarah.
Wakalah dengan imbalan disebut dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan
secara sepihak.

Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun wakalah ada tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakkil dan pihak yang diberi kuasa/wakil
2. Objek akad berupa barang atau jasa.
3. Ijab kabul atau serah terima.

Ketentuan syariahnya adalah sebagai berikut.


1. Pelaku
a. Pihak pemberi kuasa atau pihak yang meminta diwakilkan (muwakkil), antara lain:
1) Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan.
2) Orang mukalaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yaitu dalam hal-hal yang
bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah, dan
sebagainya.
b. Pihak penerima kuasa (wakil):
1) Harus cakap hukum
2) Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya
2. Objek yang dikuasakan atau diwakilkan (taukil)
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili
b. Tidak bertentangan dengan syariah Islam
c. Dapat diwakilkan menurut syariah Islam
d. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai
e. Kontrak yang dapat dilaksanakan
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis. melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

Berakhirnya Akad Wakalah


1. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal.
2. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai.
3. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan.
4. Wakil mengundurkan diri
5. Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang diwakilkan.

Perlakuan Akuntansi Al-Wakalah


Bagi Pihakyang Mewakilkan/Wakil/Penerima Kuasa
1. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak terkait dengan jangka waktu)
Jumal:
Kas
Pendapatan Wakalah

2. Pada saat membayar beban


Jurnal:
Beban Wakalah
Kas

3. Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka
Jurnal:
Kas
Pendapatan Wakalah Diterima di Muka

4. Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode


Jurnal:
Pendapatan Wakalah Diterima di Muka
Pendapatan Wakalah

Bagi Pihak yang Meminta Diwakilkan Pada saat membayar komisi (ujr)
Jumal:
Beban Wakalah
Kas

Pengertian Akad Kafalah


Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za'amah (tanggungan). Akad kafalah
yaitu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi'il) kepada pihak ke tiga
(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak ke dua atau pihak yang ditanggung (makful anhu atau
ashil).
Secara teknis, akad kafalah merupakan perjanjian antara seseorang yang memberikan penjaminan
(penjamin) kepada seorang kreditor yang memberikan utang kepada seorang debitor, di mana utang
debitor akan dilunasi oleh penjamin apabila debitor tidak membayar utangnya. Contoh akad kafalah
adalah garansi bank, pembukaan L/C (letter of credit) impor, akseptasi, endorsement, dan lain
sebagainya..
Kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus segera dilunasi atau sesuatu
di masa depan. Kafalah dapat juga bersyarat, misalnya kalau kamu pinjamkan uang pada adikku maka
aku akan jamin utangnya. Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru yang bertujuan untuk saling
tolong menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak memberatkan. Apabila ada
imbalan, maka akad kafalah bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun kafalah ada tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Pelaku yang terdiri atas pihak penjamin, pihak yang berutang, dan pihak yang berpiutang.
2. Objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang, baik berupa barang, jasa, maupun pekerjaan.
3. Ijab kabul atau serah terima

Ketentuan syariahnya adalah sebagai berikut:


1. Pelaku
a. Pihak Penjamin (kafiil)
1) Baligh (dewasa) dan berakal sehat.
2) Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (rida)
dengan tanggungan kafalah tersebut.
b. Pihak Orang yang Berutang (makful anhu atau ashil)
1) Sanggup menyerahkan tanggunganya (utang) kepada penjamin
2) Dikenal oleh penjamin
c. Pihak Orang yang Berpiutang (makful lahu)
1) Diketahui identitasnya
2) Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa
3) Berakal sehat.

2. Objek Penjaminan (makful bihi)


a. Merupakan tanggungan pihak atau orang yang berutang baik berupa uang, benda, maupun
pekerjaan.
b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin.
c. Harus merupakan utang mengikat, yang tidak mungkin dihapus kecuali setelah dibayar atau
dibebaskan.
d. Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya
e. Tidak bertentangan dengan syariah.

3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulu melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modem.

Berakhirnya Akad Kafalah


1. Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika kreditor
menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang
2. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang tidak pada penjamin. Maka penjamin
juga bebas untuk tidak mengaman utang tersebut. Namun, jika kreditor melepaskan jaminan dari
penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari tang tersebut.
3. Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang atau hawalah) Dalam kasus ini, baik orang yang
terutang atau pun penjamin terlepas dari tuntutan utang tersebut.
4. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan kreditor.
5. Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.

Perlakuan Akuntansi Al-Kafalah


Bagi Pihak Penjamin
1. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak terkait dengan jangka waktu)
Jurnal:
Kas
Pendapatan Kafalah

2. Pada saat membayar beban


Jurnal:
Beban Kafalah
Kas

Bagi Pihak yang Meminta Jaminan


Pada saat membayar beban
Jurnal:
Beban Kafalah
Kas

Pengertian Akad Qardhul Hasan


Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok
utangnya). Pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syariah (tidak ada riba), karena
kalau meminjamkan uang maka ia tidak boleh meminta pengembalian yang lebih besar dari pinjaman
yang diberikan. Namun, si peminjam boleh saja atas kehendaknya sendiri memberikan kelebihan atas
pokok pinjamannya. Pinjaman qardh bertujuan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak
memiliki kemampuan finansial, dengan kata lain untuk tujuan sosial atau kemanusiaan. Cara dan waktu
pelunasan pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.
Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam.
Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi
jumlah pinjaman.
Walaupun sifat utang ini sangat lunak tidak berarti pihak yang berutang dapat semaunya sendiri,
karena dalam Islam, utang yang tidak dibayar akan menjadi penghalang di hari akhir nanti walaupun ia
gugur dalam jihad di medan perang yang pahalanya sudah dijamin, bahkan rasul tidak bersedia
menshalatkan jenasah yang masih memiliki utang.
Sumber dana qardhul hasan dapat berasal dari eksternal atau internal. Sumber dana eksternal meliputi
dana qardh yang diterima entitas bisnis dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infak, shadaqah, dan
lain sebagainya). Sedangkan contoh sumber dana qardh yang disediakan oleh para pemilik entitas bisnis
adalah berasal dari pendapatan non halal, denda, dan lain sebagainya.

Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun qardhul hasan ada tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Pelaku yang terdiri dari pemberi dan penerima pinjaman.
2. Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan.
3. Ijab kabul atau serah terima.

Ketentuan syariahnya adalah sebagai berikut:


1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad
a. Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya.
b. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati, tidak boleh
diperjanjikan akan ada penambahan atas pokok pinjamannya. Namun peminjam dibolehkan
memberikan sumbangan secara sukarela.
c. Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka waktu peminjaman dapat
diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya. Namun jika peminjam
lalai maka dapat dikenakan denda.
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

Perlakuan Akuntansi Qardhul Hasan


Bagi Pemberi Pinjaman
1. Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal
Jurnal:
Dana Kebajikan-Kas
Dana Kebajikan-Infak/Sedekah/Hasil Wakaf

2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan non halal
Jurnal:
Dana Kebajikan-Kas
Dana Kebajikan-Denda/Pendapatan Non Halal

3. Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardh hasan


Jurnal:
Dana Kebajikan-Dana Kebajikan Produktif
Dana Kebajikan-Kas

4. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman untuk qardh hasan


Jurnal:
Dana Kebajikan-Kas
Dana Kebajikan-Dana Kebajikan Produktif

Bagi Pihak yang Meminjam


1. Saat menerima uang pinjaman
Jurnal:
Kas
Utang

2. Saat pelunasan
Jurnal:
Utang
Kas

Pengertian Akad Rahn


Rahn secara harfiah berarti tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah, rahn adalah apa yang disebut
dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan
atas utang. Akad rahn juga diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau dengan
melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
gadai baru dapat diserahkan kembali pada pihak yang berutang apabila utangnya telah lunas.
Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang. Pemeliharaan
dan penyimpanan barang gadaian pada hakekatnya adalah kewajiban pihak yang menggadaikan (rahin),
namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai (murtahin) dan biayanya harus
ditanggung rahin. Besarnya biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
Apabila barang gadaian dapat diambil manfaatnya, maka pihak yang menerima barang gadaian boleh
memanfaatkannya (misalnya mobil) atas seizin pihak yang menggadaikan, dan ia berkewajiban untuk
memelihara barang gadaian tersebut. Untuk barang gadai berupa emas tentu saja tidak ada biaya
pemeliharaan, yang ada adalah biaya penyimpanan. Penentuan besarnya biaya penyimpanan dilakukan
dengan akad ijarah.
Pada saat jatuh tempo, yang berutang berkewajiban untuk melunasi utangnya. Apabila ia tidak dapat
melunasinya maka barang gadaian akan dijual kemudian hasil penjualan bersihnya akan digunakan untuk
melunasi utang dan biaya pemeliharaan yang terutang. Apabila ada kelebihan antara harga jual barang
gadaian dengan besarnya utang maka selisihnya akan diserahkan kepada yang berutang, tetapi apabila ada
kekurangan, maka yang berutang tetap harus membayar sisa utangnya tersebut.
Dalam rahn, barang gadaian tidak otomatis menjadi milik pihak yang menerima gadai (pihak yang
memberi pinjaman) sebagai pengganti piutangnya. Dengan kata lain, fungsi rahn di tangan murtahin
(pemberi utang) hanyalah berfungsi sebagai jaminan utang dari rahin (orang yang berutang). Namun,
barang gadaian tetap menjadi milik orang yang berutang.

Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun al-rahn ada tiga, yaitu sebagai berikut::
Pelaku yang terdiri daripihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin).

Objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih). Syarat utang adalah wajib
dikembalikan oleh debitor kepada kreditor. Utang itu dapat dilunasi dengan agunan, dan utang itu harus
jelas (spesifik).

Ijab kabul atau serah terima.

Ketentuan syariahnya adalah sebagai berikut:


1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek yang digadaikan (marhun)
a. Barang gadai (marhun):
1) dapat dijual dan nilainya seimbang
2) harus bernilai dan dapat dimanfaatkan
3) harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik
4) tidak terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan)
b. Utang (marhun bih), di mana nilai utang harus jelas demikian juga dengan tanggal jatuh
temponya.

3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis. melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

Perlakuan Akuntansi Rahn


Bagi Pihak yang Menerima Gadai
1. Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal, tetapi membuat tanda terima atas barang.
2. Pada saat menyerahkan uang pinjaman
Jurnal:
Piutang
Kas

3. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan


Jurnal:
Kas
Pendapatan

4. Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan


Jurnal:
Beban
Kas

5. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah terima
barang.
Jurnal:
Kas
Piutang

6. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemu dian barang gadai dijual oleh pihak
yang menggadaikan. Penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang
Jurnal:
Kas
Piutang

Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa sebesar selisih antara nilai penjualan dengan saldo
piutang.

Bagi Pihak yang Menggadaikan


1. Pada saat menyerahkan aset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan aset serta
membuat penjelasan berupa cata tan akuntansi atas barang yang digadaikan.
2. Pada saat menerima uang pinjaman
Jurnal:
Kas
Utang

3. Pada saat membayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan


Jurnal:
Beban
Kas

4. Pada saat melakukan pelunasan utang


Jurnal:
Utang
Kas

5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemu dian barang gadai dijual oleh pihak
yang menggadaikan. Pada saat penjualan barang gadai
Jurnal:
Kas
Akumulasi Penyusutan (apabila aset tetap)
Kerugian (apabila rugi)
Aset
Keuntungan (apabila untung)

Pada saat pelunasan utang atas barang yang dijual oleh pihak yang menggadaikan
Jurnal:
Utang
Kas

Jika masih terdapat kekurangan pembayaran utang setelah penjualan barang gadai tersebut, maka
berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki saldo utang kepada pihak yang menerima gadai.

Anda mungkin juga menyukai