Anda di halaman 1dari 10

Ferdy Ari Sandi

19130310009
Konsentrasi Akuntansi Keuangan
Mata Kuliah Akuntansi Syariah
AKAD MUDHARABAH
Pengertian Akad Mudharabah
Mudharabah berarti bepergian untuk urusan dagang. Mudharabah disebut juga qiradh yang
berarti potongan, di mana pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keuntungan. PSAK No.105 mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja
sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana atau shahibul maal)
menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak ke dua (pengelola dana atau mudharib) bertindak
selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Kerugian akan ditanggung pemilik dana sepanjang kerugian ter sebut tidak diakibatkan oleh
kelalaian pengelola dana. Kerugian yang di akibatkan oleh kelalaian pengelola dana akan
ditanggung oleh pengelola dana itu sendiri. Beberapa contoh bentuk kelalaian yang diakibatkan
oleh pengelola dana, yaitu tidak dipenuhinya persyaratan yang telah ditentukan di dalam akad, tidak
terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan
dalam akad, atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang berwenang.
Akad mudharabah merupakan transaksi investasi yang berlandaskan kepercayaan. Kepercayaan
merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah, di mana pemilik dana percaya kepada
pengelola dana. Oleh karena kepercayaan merupakan unsur terpenting, maka mudharabah dalam
istilah bahasa Inggris dinamakan sebagai trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor
disebut sebagai beneficialownership atau sleeping partner, sedangkan pengelola dana disebut
sebagai managing trustee atau labour partner.
Dalam akad mudharabah, kepercayaan merupakan sangat penting sehingga pemilik dana tidak
boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan dana dari
pemilik dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan
terhadap pihak pengelola dana.
Apabila usaha tersebut mengalami kegagalan dan terjadi kerugian yang mengakibatkan
sebagian atau bahkan seluruh modal yang ditanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang
menanggung kerugian keuangan tersebut hanyalah pemilik dana. Sedangkan pengelola dana sama
sekali tidak menanggung kerugian atas modal yang hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai
akibat kesengajaan, kelalaian, atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana.
Pengelola dana hanya menanggung kehilangan atau risiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah
yang telah dicurahkannya selama mengelola proyek atau usaha tersebut, serta kehilangan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian
mudharabah.
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan se-jumlah nominal tertentu untuk
bagiannya karena dapat disamakan dengan riba. Misalnya, pemilik dana memberi modal sebesar Rp
500 juta dan ia menyatakan setiap bulan mendapatkan Rp 20 juta. Dalam mudharabah, pembagian
keuntungan harus dalam bentuk persentase atau nisbah, misalnya 70:30, di mana 70% untuk
pengelola dana dan 30 % untuk pemilik dana.
Keuntungan yang dibagikan pun tidak boleh menggunakan nilai proyeksi (predictive value),
melainkan harus menggunakan nilai reali sasi keuntungan, yang mengacu pada laporan hasil usaha
yang disusun secara berkala oleh pengelola dana dan diserahkan kepada pemilik dana.
Pada prinsipnya, dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal, namun demikian agar
pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari
pengelola dana atau pihak ke tiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana tebukti
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati bersama dalam akad.
Akad mudharabah merupakan jenis investasi yang mempunyai risiko tinggi karena pengelola
dana diberikan kewenangan sepenuhnya atas pengelolaan usaha. Terlebih lagi bahwa informasi
mengenai hasil usaha dikendalikan sepenuhnya oleh pengelola dana, di mana pemilik dana hanya
memiliki informasi yang terbatas. Oleh sebab itu, sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari
pengelola dana yang ber akhlak mulia, dapat dipercaya, jujur, dan kompeten.
Agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari, maka akad (kontrak atau perjanjian) sebaiknya
dituangkan secara tertulis yang dihadiri oleh para saksi. Dalam perjanjian tersebut harus memuat
tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagaian keuntungan, baya-biaya
yang boleh dikurangkan dari pendapatan, ketentuan peng embalian modal, hal-hal yang dapat
dianggap sebagai kelalaian peng elola dana, dan sebagainya. Apabila terjadi hal-hal yang tidak
diingin kan atau persengketaan, maka kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang telah
disepakati bersama. Dalam hal ini dapat ditempuh cara musyawarah atau melalui badan arbitrase
syariah.
Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha diterima oleh
pengelola dana. Sedangkan pengembalian dananya dapat dilakukan secara bertahap bersamaan
dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah berakhir, sesuai kesepakat
an antara pemilik dana dan pengelola dana.
Jenis Akad Mudharabah
Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi
tidak terikat. Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di daerah mang usaha
tersebut akan dilakukan, dan juga tidak ditentukan line of trade, line of industry, atau line of
service yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini bukanlah kebebasan yang tidak terbatas
sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh Islam seperti untuk spekulasi, perdagangan minuman keras
(sekalipun memperoleh izin dari pemerintah), peternakan babi, atau pun yang berkaitan dengan
riba dan lain sebagainya.
Dalam mudharabah muthlaqah, pengelola dana memiliki kewenangan untuk melakukan apa
saja dalam pelaksanaan bisnis da lam rangka keberhasilan tujuan mudharabah itu sendiri.
Namun, apabila ternyata pengelola dana terbukti melakukan kelalaian atau kecurangan, maka
pengelola dana harus bertanggung jawab akan semua akibat yang ditimbulkannya. Sedangkan
kerugian yang bu kan karena kelalaian atau kecurangan pengelola dana maka kerugi an akan
ditanggung oleh pemilik dana.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan-
batasan kepada pengelola dana dalam hal dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau
sektor usaha. Misalnya, tidak boleh mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana
dengan dana lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa
penjamin atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui
pihak ke tiga. Mudharabah jenis ini disebut juga investasi terikat.
Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan oleh
pemilik dana, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas akibat yang ditimbulkannya,
termasuk konsekuensi keuangan.
3. Mudharabah musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau
dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad
mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, namun setelah berjalannya operasi usaha
dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana ikut
menanamkan modalnya dalam usaha tersebut. Jenis mudharabah ini merupakan perpaduan
antara akad mudharabah dengan akad musyarakah.
Sumber Hukum Akad Mudharabah
Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat diambil dari kisah
Rasulullah yang pernah melakukan mu dharabah dengan Siti Khadijah. Siti Khadijah bertindak
sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana. Lalu Rasulullah membawa barang
dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini memperlihatkan bahwa akad mudharabah telah terjadi
pada masa Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul.
Mudharabah telah dipraktekkan secara luas oleh orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa
sahabat Nabi Muhammad SAW. Jenis bisnis ini sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan
prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu akad ini diperbolehkan secara syariah.
1. Al-Quran
"Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
Allah SWT". (QS 62:10)
“..... maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya dan hendak lah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya....." (QS 2:283)
2. As-Sunah
Dari Shalih bin Suaib r. a bahwa Rasulullah SAW bersabda, "tiga hal yang di dalamnya
terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, mugaradhah (mudharabah), dan
mencampuadukkan gandum de ngan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk
dijual". (HR Ibnu Majah)
"Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mu dharabah, ia mensyaratkan
kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membe li hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung
risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas didengar Rasulullah SAW, beliau
membenarkannya" (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
Rukun dan ketentuan Syariah Akad Mudharabah Rukun mudharabah ada empat, yaitu:
1. Pelaku, yang terdiri atas pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek mudharabah, yaitu modal dan kerja
3. Ijab kabul (serah terima)
4. Nisbah keuntungan
Sedangkan ketentuan syariahnya adalah sebagai berikut:
1. Pelaku
a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
b. Pelaku dapat dilakukan sesama muslim atau dengan non muslim.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh mengawasi.
2. Objek mudharabah
a. Modal
 Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya yang dinilai sebesar nilai
wajar. Dalam hal ini mo dal harus jelas jumlah dan jenisnya.
 Modal harus tunai dan tidak boleh utang. Tanpa adanya setoran modal berati pemilik
dana tidak memberikan kon tribusi apapun padahal pengelola dana harus bekerja.
 Modal harus diketahui secara jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungan.
 Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudhara bahkan kembali modal
mudharabah, dan apabila hal ini terjadi maka dapat dianggap sebagai pelanggaran,
kecuali atas seijin pemilik dana.
 Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain, dan
apabila hal ini terjadi maka dapat dianggap sebagai pelanggaran, kecuali atas seijin
pemilik dana.
 Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur mo dal menurut kebijkasanaan dan
pemikirannya sendiri, se lama tidak dilarang secara syariah.
b. Kerja
 Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, ke terampilan, selling skill,
management skill, dan lain-lain.
 Kerja merupakan hak pengelola dana dan tidak boleh di intervensi oleh pemilik dana.
Pengelola dana harus menjalankan usahanya sesuai dengan syariah.
 Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak.
 Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran
terhadap kesepakatan, padahal pengelola dana sudah menerima modal dan sudah
bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan, ganti rugi, atau upah.
3. Ijab kabul, yaitu pernyataan dan ekspresi saling rela di antara pihak pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
4. Nisbah keuntungan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian ke untungan; mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan
yang dipe roleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik
dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui
secara jelas oleh kedua belah pihak untuk mencegah terjadinya perselisihan an tara kedua
belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
b. Perubahan nisbah keuntungan harus disepakati oleh kedua belah pihak.
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu karena dapat me nimbulkan riba.
Berakhirnya Akad Mudharabah
Lamanya kerja sama mudharabah adalah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi setiap pihak yang
terlibat berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama. Namun, akad mudharabah
dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah akan berakhir pada
waktu yang telah ditentukan.
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan
sebagaimana yang telah dituangkan dalam akad.
5. Sudah tak ada modal.
Prinsip Pembagian Hasil Usaha
Dalam mudharabah istilah pembagian keuntungan dan kerugian tidak tepat digunakan karena
yang dibagi hanyalah keuntugannya saja, tidak termasuk kerugian. Untuk pembahasan selanjutnya,
akan digunakan istilah prinsip bagi hasil, karena apabila usaha tersebut gagal maka kerugian tidak
dibagi di antara pemilik dana dan pengelola dana, melainkan harus ditanggung sendiri oleh pemilik
dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha,
yang dapat diketahui berdasarkan lapo ran bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola
dana. Dalam hal ini, tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. Untuk
menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana, maka dalam akad
harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
Penjualan Rp 10.000.000
Harga Pokok Penjualan (Rp 6.500.000)
Laba Kotor Rp 3.500.000
Biaya-Biaya (Rp 2.500.000)
Laba(rugi) bersih Rp 1.000.000

1. Berdasarkan prinsip bagi laba, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bersih, dengan
asumsi nisbah pemilik dana : pengelola dana = 30 : 70
Pemilik dana 30% x Rp 1.000.000 = Rp 300.000
Pengelola dana 70% x Rp 1.000.000 = Rp 700.000
2. Berdasrkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba kotor, dengan
asumsi nisbah pemilik dana : pengelola dana 10:90
Pemilik dana 10% x Rp 3.500.000 = Rp 350.000
Pengelola dana 90% x Rp 3.500.000 = Rp 3.150.000
Bagi Hasil untuk Akad Mudharabah Musytarakah
Kententuan bagi hasil untuk akad mudharabah musytarakah dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu:
1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang
disepakati, kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut
dibagi an tara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal
masing-masing; atau
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal
masing-masing, kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana
tersebut dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Jika terjadi kerugian atan investasi, maka kerugian akan dibagi sesuai dengan porsi modal
pengelola dana.
Sebagai ilustrasi, misalkan bahwa A menginvestasikan uang sebesar Rp 2.000.000 kepada B
dengan akad mudharabah musytarakah, Nisbah yang disepakati antara A dan B adalah 1 : 3. Setelah
usaha berjalan, ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka atas persetujuan A, B ikut
menginvestasikan uangnya sebesar Rp 500.000. Laba yang diperoleh untuk bulan Januari 2018
adalah sebesar Rp 1.000.000.
Pendekatan 1:
Mula-mula, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan nisbah
yang disepakati:
Bagian A = ¼ x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Bagian B = ¾ x Rp 1.000.000 = Rp 750.000
Kemudian, bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut (Rp 1.000.000 -
Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-
masing:
Bagian A = Rp 2.000.000 / Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = RP 200.000
Bagian B = Rp 500.000 / Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 50.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 750.000 + Rp 50.000 - Rp 800.000. Dan
A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000.
Pendekatan 2:
Mula-mula, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan porsi
modal masing-masing:
Bagian A = Rp 2.000.000 / Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000
Bagian B = Rp 500.000 / Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Kemudian, bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana sebesar Rp 800.000 (Rp
1.000.000 - Rp 200.000) tersebut dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang disepa kati:
Bagian A = ¼ x Rp 800.000 = Rp 200.000
Bagian B = ¾ x Rp 800.000 = Rp 600.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 200.000 + Rp 600.000 = Rp 800.000 .
Dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000.
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian akan dibagi sesuai dengan porsi modal pengelola
dana. Misalnya, jika terjadi kerugian se besar Rp 1 juta, maka:
A akan menanggung rugi = Rp 2.000.000 / Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000
B akan menanggung rugi = Rp 500.000 / Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Akuntansi untuk Pemilik Dana
1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana akan diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada pengelola dana.
2. Pengukuran investasi mudharabah:
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
b. Investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajarnya pada saat
penyerahan, dan harus disetujui oleh pemiik dana dan pengelola dana.
Jurnal pada saat penyerahan kas :
Investasi Mudharabah XXX
Kas XXX
Jumal pada saat penyerahan aset non kas:
Investasi Modharabah XXX
Keuntungan Tangguhan XXX
Aset Non Kas XXX
(jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad).
Jumal amortisasi atas keuntungan tangguhan:
Keuntungan Tangguhan XXX
Keuntungan XXX
Atau
Investasi Mudharabah XXX
Kerugian XXX
Aset Non Kas XXX
(jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya hanya diakui
sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nos kas)
3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas:
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang,
atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut akan diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
Jurnal:
Kerugian Investasi Mudharabah XXX
Investasi Mudharabah XXX
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah
dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian
tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan
pada saat bagi hasil.
Jurnal pada saat terjadi kerugian:
Kerugian Investasi Mudharabah XXX
Penyisihan Investasi Mudharabah XXX
Jurnal pada saat bagi hasil:
Kas XXX
Penyisihan Investasi Mudharabah XXX
Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah XXX
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir, akan diakui
sebagai kerugian dengan membentuk akun penyisihan kerugian investasi.
Jurnal:
Kerugian Investasi Mudharabah XXX
Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah XXX
5. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana akan diakui sebagai piutang.
Jurnal:
Piutang Pendapatan Bagi Hasil XXX
Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah XXX
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil, jurnalnya adalah:
Kas XXX
Piutang Pendapatan Bagi Hasil XXX
6. Akad mudharabah berakhir Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi
mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi
mudharabah, akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Kas/Piutang/Aset Non Kas XXX
Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah XXX
Investasi Mudharabah XXX
Keuntungan Investasi Mudharabah XXX
atau:
Kas/Piutang/Aset Non Kas XXX
Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah XXX
Kerugian Investasi Mudharabah XXX
Investasi Mudharabah XXX
7. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat,
yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal ynag terkait dengan trans aksi mudharabah, tetapi tidak
terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha, dan lain-lain.
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama priode berjalan.
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Akuntansi untuk Pengelola Dana
1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah dia kui sebagai dana syirkah
temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non kas yang diterima.
2. Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non kas yang diterima.
Jurnal:
Kas / Aset Non Kas XXX
Dana Syirkah Termporer XXX
3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima, maka
pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi mudharabah). Sama seperti akuntasi untuk
pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian
hak pemilik dana. Jurnal pencatatan ketika mene rima pendapatan bagi hasil dari penyaluran
kembali dana syirkah temporer:
Kas/Piutang XXX
Pendapatan yang Belum Dibagikan XXX
Hak pihak ke tiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belum dibagikan kepada pemilik dana akan diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang
menjadi porsi hak pemilik dana.
Jurnal:
Beban Bagi Hasil Mudharabah XXX
Utang Bagi Hasil Mudharabah XXX
Jumal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Utang Bagi Hasil Mudharabah XXX
Kas XXX
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada pendapatan
dan beban yang diakui.
Saat mencatat pendapatan:
Kas/Piutang XXX
Pendapatan XXX
Saat mencatat beban:
Beban XXX
Kas/Utang XXX
Jurnal penutup yang dibuat apabila diperoleh keuntungan:
Pendapatan XXX
Beban XXX
Pendapatan yang Belum Dibagikan XXX
Jurnal bagi hasil:
Pendapatan yang Belum Dibagikan XXX
Kas XXX
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:
Pendapatan XXX
Penyisihan Kerugian XXX
Beban XXX
5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban
pengelola dana.
6. Di akhir akad
Jurnal:
Dana Syirkah Temporer XXX
Kas/Aset Non Kas XXX
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya:
Dana Syirkah Temporer XXX
Kas/Aset Non Kas XXX
Penyisihan Kerugian XXX
7. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk jenis
mudharabah, yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian
(jika ada).
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kepada pemilik dana disajikan sebagai akun kewajiban, yaitu pendapatan yang belum
dibagikan.
8. Pengungkapan:
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah terkait:
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha, dan lain-lain,
b. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.

Anda mungkin juga menyukai