Anda di halaman 1dari 7

Ferdy Ari Sandi Konsentrasi Akuntansi Keuangan

19130310009 Mata Kuliah Akuntansi Syariah


Resume
Akad Istishna
Pengertian Akad Istishna
Akad Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu,
dengan kriteria dan persyaratan tertentu pula yang disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual
(pembuat). Pembuat akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang tealh
disepakati, di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna paralel).
Dalam PSAK 104 dijelaskan bahwa barang pesanan harus memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan, bukan produk massal
3. Harus diketahui krakteristiknya yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya.
Dalam istishna paralel, penjual membuat akad istishna ke dua dengan sub kontraktor untuk
membantunya memenuhi kewajiban akad is tishna pertama (antara penjual dan pemesan). Dalam
hal ini, pihak yang bertanggung jawab kepada pemesan adalah tetap terletak pada penjual. tidak
dapat dialihkan kepada sub kontraktor karena akad terjadi antara penjual dan pemesan bukan
pemesan dengan sub kontraktor, sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja sub
kontraktor.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas jumlah yang telah
dibayarkan dan penyerahan barang pesanan harus sesuai dengan spesifikasi serta tepat waktu.
Hargapun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran 100% dibayarkan di
muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu harga disepakati, maka
selama masa akad harga tidak dapat berubah walaupun biaya produksi meningkat, sehingga penjual
harus memperhitungkannya secara matang. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila
spesifikasi atas barang yang dipesan berubah.
Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya
tidak dapat dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya, atau
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan
atau penyelesaian akad.
Jenis Akad Istishna
1. Istishna, yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu pula yang disepakati antara pemesan dan pembuat.
2. Istishna paralel, yaitu suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan di mana untuk
memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna dengan pihak lain
(sub kontraktor) yang dapat memenuhi barang yang dipesan pemesan. Syaratnya adalah bahwa
akad istishna pertama (antara penjual dan pemesan) tidak bergantung pada istishna ke dua
(antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara
penjual dengan pemasok harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan
selama konstruksi.
Sumber Hukum Akad Istishna
Amr bin Auf berkata: "Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
dan menghalalkan yang haram". (HR Tirmidzi)
Abu Sa'id al-Khudri berkata: "tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain". (HR
Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Masyarakat telah mempraktikkanistishna secara luas dan terus menerus tanpa ada keberatan
sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna sebagai kasus ijmak atau konsensus umum. Istishna
sah sesua dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak berten tangan dengan
nash atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan atau kemanfaatan bagi umum
serta tidak dilarang syariah boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah
dipraktikkan secara umum atau tidak.
Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Istishna
Rukun Istishna ada tiga, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istish na yang berbentuk harga.
3. Ijab kabul atau serah terima.
Berikut adalah ketentuan syariahnya:
1. Pelaku harus cakap hukum dan baligh
2. Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran, adalah sebagai berikut:
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya.
2) Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila
setelah akad ditandatangani. pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penam
bahan biaya akibat perubahan tersebut akan menjadi tanggung jawab pembeli.
3) Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
4) Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan tentang barang, adalah sebagai berikut:
1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga tidak ada
lagi perselisihan (jahalah).
2) Barang pesanan diserahkan kemudian.
3) Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan
memiliki hak khiar (hak memilih untuk melanjutkan atau membatalkan akad).
7) Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan maka hukumnya
mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah
menjalankan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan.
3. Ijab Kabul
Yaitu pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Berakhirnya Akad Istishnȧ
Kontrak istishna bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut ini:
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.
2. Persetujuan bersama untuk menghentikan kontrak,
3. Pembatalan hukum kontrak. Ini terjadi jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, sehingga masing-masing pihak bisa menuntut
pembatalannya.
Akuntansi untuk Penjual
1. Biaya perolehan istishna terdiri atas:
a. Biaya langsung, yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan, atau tagihan produsen (kontraktor) pada entitas untuk istishna paralel.
b. Biaya tidak langsung, adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad.
c. Khusus untuk istishna paralel, termasuk seluruh biaya akibat produsen atau kontraktor
tidak dapat memenuhi kewajiban (jika ada).
Biaya perolehan atau pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang diterima dari
produsen atau kontraktor akan diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian, sehingga jurnal
yang dibuat bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad istishna adalah:
Aset Istishna dalam Penyelesaian
Persediaan/Kas/Utang
(untuk akun yang di kredit akan tergantung pada apa yang digunakan oleh perusahaan untuk
memenuhi kewajiban akad tersebut)
Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitung kan sebagai biaya istishna jika
akad disepakati. Jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut akan dibebankan pada periode
berjalan.
Saat dikeluarkan biaya pra akad, jurnalnya:
Biaya Pra Akad Ditangguhkan
Kas
Jika akad disepakati, jurnalnya:
Beban Istishna.
Biaya Pra Akad Ditangguhkan
Jika akad tidak disepakati, jurnalnya:
Beban
Biaya Pra Akad Ditangguhkan
2. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual memberikan
potongan; maka potongan tersebut akan diakui sebagai pengurang pendapatan istishna..
3. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan dua metode berikut:
a. Metode persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan
seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad istishna.
b. Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika proses
penyelesaian pekerjaaan telah dilakukan.
Dari kedua metode ini, PSAK 104 menyarankan penggunaan metode persentase penyelesaian,
kecuali jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya penyelesaiannya tidak dapat
ditentu kan secara rasional maka digunakan metode akad selesai.
4. Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan sejumlah bagian nilai
akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan tersebut dan diakui sebagai
pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan.
a. Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan biasanya estimasi
menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya yang telah dikeluarkan dibandingkan
dengan total biaya, kemudian persentase tersebut dikalikan de ngan nilai akad.
b. Marjin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama seperti pendapatan.
Persentase penyelesaian = Biaya yang telah dikeluarkan : Total biaya untuk penyelesaian
Pengakuan pendapatan = Persentase Penyelesaian x Nilai Akad
Pangakuan marjin = Persentase Penyelesaian x Nilai Marjin
(di mana nilai marjin tersebut adalah nilai akad - total biaya) Untuk pengakuan pendapatan di
tahun-tahun berikutnya jika proses pembangunannya lebih dari satu tahun:
Pendapatan Tahun Berjalan = Pendapatan diakui sampai dengan saat ini ₋ Pendapatan yang
telah diakui
5. Untuk metode persentase penyelesaian, bagian marjin keuntungan istishna yang diakui selama
periode pelaporan ditambahkan ke akun aset istishna dalam penyelesaian.
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan marjin keuntungan:
Aset Istishna dalam Penyelesaian
(sebesar marjin keuntungan)
Beban Istishna
(sebesar biaya yang telah dikeluarkan)
Pendapatan Istishna
(sebesar pendapatan yang harus diakui di periode berjalan)
6. Untuk metode persentase penyelesaian,pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar
biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
7. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok, dan keuntungan
sampai dengan pekerjaan telah selesai dilakukan, sehingga pendapatan diakui pada periode di
mana pekerjaan telah selesai dilakukan.
8. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna akan melebihi pendapatan
istishna maka taksiran kerugian harus segera diakui.
9. Pada saat penagihan, baik metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai, jurnalnya:
Piutang Istishna
Termin Istishna
(akun termin istishna akan disajikan sebagai akun pengurang dari akun aset istishna dalam
penyelesaian)
10. Pada saat penerimaan tagihan, jurnalnya:
Kas
Piutang Istishna
11. Penyajian
a. Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal berikut ini:
b. Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi
oleh pembeli.
c. Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah tagihan termin penjual
kepada pembeli.
12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas pada:
a. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna.
b. Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyele saian kontrak yang sedang
berjalan.
c. Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang.
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
Jika akad istishna dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka pengakuan pendapatan dibagi
menjadi dua bagian berikut: (catatan, walaupun terdapat dua bagian, namun hanya ada satu harga
yang ditetapkan dalam akad)
1. Marjin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna dilakukan tunai,
akan diakui sesuai persentase penyelesaian.
2. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui sepanjang periode
pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal istishna tangguhan dengan istishna yang
dibayar tunai terletak pada dua jurnal yang terdiri atas jurnal untuk pengakuan pendapatan dan
jurnal untuk pengakuan marjin keuntungan.
1. Jurnal pengakuan marjin keuntungan pembuatan barang adalah:
Aset Istishna dalam Penyelesaian
(sebesar marjin keuntungan)
Beban Istishna
(sebesar biaya yang telah dikeluarkan)
Pendapatan Istishna
(sebesar pendapatan yang harus diakui di periode berjalan)
2. Jurnal pengakuan pendapatan (selisih antara nilai akad dan nilai tunai)
Pada saat penandatanganan akad:
Piutang Istishna
Pendapatan Istishna Tangguh
Pada saat pengakuan pendapatan dan pembayaran:
Pendapatan Istishna Tangguh
Pendapatan Akad Istishna
Kas
Piutang Istishna
Akuntansi untuk Pembeli
1. Pembeli mengakui aset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual dan sekaligus mengakui utang istishna kepada penjual.
Jurnal:
Aset Istishna dalam Penyelesaian
Utang kepada Penjual
2. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih dari
satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam
akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna tangguh.
Aset Istishna dalam Penyelesaian
(sebesar nilai tunai)
Beban Istishna Tangguh
(selisih nilai tunai dengan harga beli)
Utang kepada Penjual
3. Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang
istishna.
Jurnal:
Beban Istishra
Beban Istishna Tangguh
Pembayaran utang, jurnalnya:
Utang kepada Penjual
Kas
4. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual, dan
mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian itu lebih besar dari garansi,
maka selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan
dibentuk penyisihan kerugian piutang. Jurnal nya:
Piutang Jatuh Tempo kepada Penjual
Kerugian Aset Istishna
5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan
tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka
yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Jurnal :
Piutang Jatuh Tempo kepada Penjual
Aset Istishna dalam Penyelesaian
6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang
pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan.
Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Jurnalnya:
Aset Istishna dalam Penyelesaian (nilai wajar)
Kerugian
Aset Istishna dalam Penyelesaian (biaya perolehan)
7. Penyajian
Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal berikut ini:
a. Utang istishna sebesar tagihan yang belum dilunasi
b. Aset istishna dalam penyelesaian sebesar:
1) Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan ke pada pembeli, jika istishna
paralel; atau
2) Kapitalisasi biaya perolehan jika istishna
8. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas pada:
a. Rincian utang istishna berdasarkan jumlah dan jangka waktu
b. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.

Anda mungkin juga menyukai