Anda di halaman 1dari 5

BAB 8

AKAD MUSYARAKAH
A. PENGERTIAN AKAD MUSYARAKAH
Menurut Afzalur Rahman, seorang General in The Muslim School
Trust, secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhyilah (percampuran) atau
persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit
dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain dari musyarakah adalah
sharikah atau kemitraan.
PSAK No. 106 mendefenisikan musyarakah sebagai akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertenyudi masing-masing pihak
memberikan konstribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan konstribusi dana.
Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai sebuah usaha
tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan baru, selanjutnya
salah satu mitra dan mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah
disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain.
Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas.
Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Dalam
musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai
suatu usaha tertentu dan bekerja bersama mengelah usaha tersebut. Modal
yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi
atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya.
Setiap mitra harus memberi konstribusi dalam pekerjaan dan ia
menjadi wakil mitra lain juga sebagai agen bagi usaha kemitraan. Sehingga
seorang mitra tidak dapat lepas tangan dari aktivitas yang dilakukan mitra
lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang normal.
Dengan bergabungnya dua orang atau lebih, hasil yang diperoleh
diharapkan jauh lebih baik dibandingkan jika dilakukan sendiri, karena
didukung oleh kemampuan akumulasi modal yang lebih besar, relasi bisns
yang lebih luas, keahlian yang lebih beragam, wawasan yang lebih luas,
pengenndalian yang lebih tinggi, dan lain sebagainya.
Apabila usaha tersebut untung maka keuntungan akan dibagikan
kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase
maupun periodenya harus secara tegas dan jelas ditentukan di dalam
perjanjian), sedangkan bila rugi akan didistribusikan kepada para mitra sesuai
dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal tersebut sesuai dengan prinsip
sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
transaksi harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.

B. JENIS AKAD MUSYARAKAH


1. Berdasarkan Ulama Fikih
1) Syikah Al Milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership)
yang keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh
kepemilikan bersama (join ownership) atas suatu kekayaan (aset).
Misalnya, dua orang atau lebih menerima warisan /hibah/wasiat sebidang
tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik yang dapat dibagi atau
tidak dapat dibagi-bagi. Contoh lain, berupa kepemilikan suatu jenis
barang (misalnya, rumah) yang dibeli bersama.
2) Syikah Al’ uqud (konyak), yaitu kemitraan yang tercipta dengan
kesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu. Setiap mitra dapat berkontribuasi dengan modal/dana atau
dengan bekerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini
secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu kerja sama investasi
dan berbagi untung dan risiko. Berbeda dengan syikah al milk, dalam
kerja sama jenis ini setiap mitra dapat bertindak sebagai wakil dari pihak
lainnya Syikah Al’uqud dapat dibagi menjadi sebagai berikut,
a. Syirkah Abdan
b. Syirkah Wujuh
c. Syirkah ‘Inan
d. Syirkah Mufawwadhah
2. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
1) Musyarakah permanen
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana
setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa
akad ( PSAK No.106 par, 04). Contohnya, antara mitra A dan mitra P
yang melakukan akad musyarakah menanamkan modal yang jumlah awal
masing-masing Rp20.000.000, maka sampai akhir masa akad syirkah
modal mereka masing-masing.
2) Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentun bagian dana
salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya
sehingga bagian dananya akan menurun pada akhir masa akad mitra lain
tersebut akan menjaadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut.

C. DASAR SYARIAH
1. Sumber hukum Akad Musyarakah
1) Al-Quran
2) As-Sunah
2. Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syikah adalah prinsip kemitraan dan
kerja sama antara pihak-pihak yang terkait untuk mencapai keuntungan
bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau rukun
musyarakah ada emapat yaitu:
 Pelaku terdiri atas para mitra
 Objek musyarakah berupa modal dan kerja
 Ijab kabul/serah terima
 Nisbah keuntungan
3. Berakhirnya Akad Musyarakah
Akad musyarakah akan berakhir jika:
 Salah seorang mitra menghentikan akad
 Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal
 Modal musyarakah hilang/habis

D. PENETAPAN NISBAH DALAM AKAD MUSYARAKAH


Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian keuntungan proposional sesuai modal
Dengan cara ini,keuntungan harus dibai antara para mitra secara
proposional sesuai modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah
jumlah pekerjaan yang dilakukan yang dilaksanakan olah para mitra sama
atau pun tidak sama.
2. Pembagian keuntungan tidak proposinoal dengan modal
Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan
hanya modal yang disetorkan tapi juga tanggung jawab, pengalaman,
kompetensi atau waktu kerja yang lebih panjang.

E. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)


Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua
sisi pelaku yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud dengan mitra
aktif adalah pihak yang mengolah usah musyarakah baik mengolah sendiri
ataupun menunjuk pihak lain untuk mengolah atas namanya, sedangkan mitra
pasif adalah pihak yang tidak ikut mengolah usaha (biasanya adalah lembaga
keuangan).
1. Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif
Akuntasi untuk mitra aktif dan mitra pasif dianggap sama, karena
dalam ilustrasi ini pencatatan akuntansi untuk usaha musyarakah dilakukan
oleh pihak ketiga yang ditunjuk agar lebih mudah diilustrasikan. Oleh karena
pada hakikatnya jurnal yang dibuat oleh pihak ketiga atau mitra aktif adalah
sama.
Perbedaan perlakuan akuntansi untuk mita aktif dan mita pasif menurut
PSAK, penulis akan menjelasakan lebih lanjut:
1) Pengakuan investasi musyarakah
2) Biaya pra-akad
3) Penagakuan Investasi Musyarakah
4) Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan
5) Apabila modal investasi yanng diserahkan berupa aset nonkas, dan di
akhir akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas
yang disepakatiketika aset tersebut diserahkan.
6) Bagian mitra aktif untuk jelas akad musyarakahh menurun (dengan
pengambilan dana mitra secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yabg diserahkan pada
awal akad ditambah jumlah dana syirkah temporer yang telah dikemalikan
pada mitra pasif dan dikurangi kerugian jika ada.
7) Penyajian
8) Pengungkapan
2. Akuntansi untuk Pengola Dana
Akuntasi untuk pengelola musyarakah dilakukan oleh mitra aktif atau
pihak yang mewakilinya. Dalam ilustrasi ini pencatatan akuntansi untuk usaha
musyarakah dilakukan oleh pihak ketiga berpisah dan pencatatan akuntansi
mitra aktif.
1) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui
sebagai dana syirkah temporer besar.
2) Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif
3) Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad

Anda mungkin juga menyukai