Anda di halaman 1dari 32

PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH

PENTINGNYA MEMAHAMI SEJARAH IMPLEMENTASI


PANCASILA

Presiden Soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali


meninggalkan sejarah”. Dari perkataan tersebut dapat dimaknai
bahwa sejarah mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan.

Seperti diungkap seorang Filsuf Yunani, bernama Cicero (106-43


SM) yang mengungkapkan “Historia Vitae Magistra”, yang
bermakna, “sejarah memberikan kearifan”. Pengertian yang lebih
umum yaitu, “sejarah merupakan guru kehidupan”.
PANCASILA PRA KEMERDEKAAN
PANCASILA ERA KEMERDEKAAN
PANCASILA ERA ORDE LAMA
PANCASILA ERA ORDE BARU
PANCASILA ERA REFORMASI
Rumusan Pancasila dalam
Pembukaan UUD

UUD 1945
1. KetuhananYME
18 Agustus 1945

2. Kemanusiaan yg Adil dan Beradab

3. Persatuan Indonesia
Apakah
sudah tepat
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
penyebutan hikmat kebijaksanaan dlm
sila ke-5 dlm permusyawaratan/perwakilan
Upacara2
Bendera? 5. Mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh Rakyat Indonesia
Konstitusi RIS
(Kepres RIS 31 Januari 1950
Nr. 48 LN 50-3 d.a. 6 Feb 1950)

1. Ke-TuhananYang Maha Esa

2. Perikemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

5. Keadilan Sosial
UUD Sementara RIS
15 Agustus 1950
(LN Nr. 56 Th 1950, Tambahan
LN Nr 37 Tahun 1950)

1. Ke-TuhananYang Maha Esa

2. Perikemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

5. Keadilan Sosial
1. KetuhananYME

2. Kemanusiaan yg
Adil dan Beradab
UUD 1945
Dekrit Presiden
5 Juli 1959 3. Persatuan
Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin


oleh hikmat kebijaksanaan dlm
permusyawaratan/perwakilan

5. Mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 150 TAHUN 1959
DEKRIT
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI
ANGKATAN PERANG
tentang
KEMBALI KEPADA UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945
menjiwai Undang-undang Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian
kesatuan dengan Konstitusi tersebut;
Maka atas dasar-dasar tersebut di atas,
Kami Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang.
Menetapkan pembubaran Konstituante.

Ditetapkan: di Jakarta
pada tanggal: 5 Juli 1959
Atas nama Rakya Indonesia: Presiden Republik Indonesia/Panglima
Tertinggi Angkatan Perang,
SOEKARNO.

(Lihat B. Simanjuntak, 1981:177-178).


TANGGAL 1 JUNI SEBAGAI HARI LAHIR PANCASILA
(Kepres RI Nomor 24 Tahun 2016 ttg
Hari Lahir Pancasila).

“… Pancasila sejak tgl 1 Juni 1945 yg dipidatokan Ir.


Soekarno, Rumusan Piagam Jakarta tgl 22 Juni 1945 hingga
rumusan final tgl 18 Agustus 1945 adalah satu kesatuan proses
lahirnya Pancasila sbg Dasar Negara.. menetapkan tgl 1 Juni
1945 sbg Hari Lahir Pancasila.”
Gambaran Perkembangan Pemikiran Pancasila
(Kepres No 24 Th 2016 ttg Hari Lahir Pancasila)

1 Juni 1945 22 Juni 1945, Panitia 9 18 Agustus 1945 PPKI


Pidato Ir. Sukarno Pancasila: (Ketuanya Ir. Sukarno), (Ketuanya Ir. Sukarno),
1. Kebangsaan Indonesia Pancasila: Pancasila:
2. Internasionalisme, atau 1. Ketuhanan dg kewajiban 1. KetuhananYME
Perikemanusiaan menjalankan syariat Islam 2. Kemanusiaan yg Adil dan
3. Mufakat, atau demokrasi bagi pemeluk2nya Beradab
4. Kesejahteraan Sosial 2. Menurut dasar kemanusiaan 3. Persatuan Indonesia
5. Ketuhanan yg yg adil dan beradab 4. Kerakyatan yang dipimpin
berkebudayaan 3. Persatuan Indonesia oleh hikmat kebijaksanaan
4. Kerakyatan yg dipimpin oleh dlm
(Note: Pada frase pidato bagian hikmat kebijaksanaan dlm permusyawaratan/perwaki
sebelumnya beliau menyatakan,
permusyawaratan perwakilan lan
“Prinsip yg kelima hendaknya: 5. Mewujudkan suatu
Menyusun Indonesia Merdeka 5. Mewujudkan suatu keadilan
sosial bg seluruh rakyat keadilan sosial bagi seluruh
dengan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa”. Indonesia Rakyat Indonesia
Refleksi Implementasi Pancasila Era Tahun 60-an

Surat Moh. Hatta, 17 Juni 1963

PYM Presiden Soekarno


Istana Negara,
Paduka yang Mulia
“…Kita selalu mendengung2kan sosialisme, yg menjadi tujuan, tetapi tindakan2 yg
diambil pemerintah bertentangan dg itu. Pendapat rakyat makin ditekan… beban rakyat
makin diperbesar. Harga2 diliberalisasikan, tarif2 bagi keperluan rakyat seperti air,
listrik, dan transport dinaikkan berlipat ganda… Di negeri2… welfare states, seperti di
Swedia, tarif pemakaian barang terpenting buat hidup sengaja direndahkan serendah2nya.
“Tujuan kita sosialisme, tetapi mis menagement pemerintah… menimbulkan satu
golongan kapitalis baru yg memandang dirinya “orang elite”, yg hidupnya mewah dan
menganggap dirinya kelas yg diperlukan benar oleh pemerintah di pusat dan daerah.
(Hatta, Demokrasi Kita, 2014: 130-131)
Di lain pihak dg Nasakom, Manipol/USDEK (tahun 1959), Dekret Presiden (5 Juli
1959(, Pancasila tetap sbg Dasar Negara.
Refleksi Implementasi Pancasila pada era 90-an, menjelang
reformasi… MNC menggurita, kesenjangan sosial amat dalam,
demokrasi tertekan, padahal Pancasila dijadikan asas tunggal… alat
untuk menggebuk lawan politik yg satu dengan yg lainnya, dan
sebaliknya yg satu golongan menuduh golongan lain sbg anti Pancasila.
Makna sejarah sbg Vitae Magistra dalam era sekarang.. Good governance harus
diwujudkan…
Fokus kepada terwujudnya welfare states, dan hindari memperalat Pancasila
untuk tujuan politik praktis… agar faham, rasa/semangat, dan perilaku
kebangsaan kita makin kokoh sesuai sesanti Bhineka Tunggal Ika… dlm NKRI
sbg Negara Kesejahteraan.
Semua elemen bangsa dan pemerintah harus berkomitmen kuat untuk
mengejawantahkan sila ke-5 dari Pancasila, yaitu:

“Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.”

Ingat:
Sila ke-5 bukan kata benda, tapi
kata sifat
INDONESIA NEGARA BESAR
Panitia Sembilan dalam Piagam Djakarta:
 Ir. Soekarno
 Mohammad Hatta
 Sir A.A. Maramis
 AbikoesnoTjokrosoejoso
 Abdul Kahar Muzakir
 H. Agus Salim
 Sir Achmad Subardjo
 Wahid Hasyim
 Sir Muhammad Yamin.
PESERTA SUMPAH PEMUDA
SIDANG PPKI
Pancasila Sebagai
Karya Milik Bersama
 Atas usul perubahan itu, Teuku Hasan menyambutnya secara
positif. Adapun Wachid Hasjim tidak hadir, sedangkan Kasman
baru menerima undangan pagi itu sehingga belum siap berurusan
dengan hal itu, menyisakan Ki Bagus untuk mengambil sikap.
Usaha untuk “membujuk” Ki Bagus dilakukan oleh Teuku Hasan
dan Kasman. Pelbagai argumen persuasi yang dikemukakan,
akhirnya Ki Bagus bersedia menerima usulan perubahan itu.
Dengan demikian, kubu Islam akhirnya menerima pencoretan
“tujuh kata” itu. (Yudi Latif, 2011:36)
 Pada waktu itu kami dapat menginsyafi, bahwa semangat
Piagam Jakarta tidak lenyap dengan menghilangkan perkataan
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dan menggantinya dengan “Ketuhanan
Yang Maha Esa” (Hatta, 1969: 28)
 PIDATOTANGGAL 1 JUNI 1945, IR SEOKARNO MENGATAKAN:

“Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka
itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua
yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya
yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda:
“Philosofische grond-slag” daripada Indonesia Merdeka. Philosofische grond-slag
itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia yang kekal dan
abadi. “

Sumber:

Dikutip dari Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia Merdeka Indonesia (lanjutan) oleh Soekarno dalam acara rapat besar tanggal 1 Juni
1945, Saafroedin Bahar. (1995). Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, p: 63.
Pancasila dijadikan “ideologi negara” yang tampil hegemonic.
Ikhtiar tersebut tercapai ketika Ir. Soekarno memberi tafsir
Pancasila sebagai satu kesatuan paham dalam doktrin
“Manipol/USDEK”. Manifesto politik (manipol) adalah materi
pokok dari pidato Soekarno tanggal 17 Agustus 1959 berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang kemudian ditetapkan
oleh Dewan Pertimbangan Agung (DPA) menjadi Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN). Belakangan, materi pidato
tersebut dikukuhkan dalam Penetapan Presiden (Penpres)
Nomor 1 tahun 1960 dan Ketetapan MPRS No 1/MPRS1960
tentang GBHN.

Sumber:
Ali As’ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: Pustaka
LP3ES, hlm. 30
Oleh karena itu, mereka yang berseberangan paham memilih taktik “gerilya” di
dalam kekuasaan Ir. Soekarno. Mereka menggunakan jargon-jargon Ir. Soekarno
dengan agenda yang berbeda. Taktik demikian digunakan oleh sebagian besar
kekuatan politik. Tidak hanya PKI, mereka yang anti komunisme pun sama.
Walaupun kepentingan politik mereka berbeda, kedua arus tersebut sama-sama
menggunakan Pancasila sebagai justifikasi. Ir. Soekarno menghendaki persatuan
diantara beragam golongan dan ideologi termasuk komunis, di bawah satu payung
besar, bernama Pancasila (doktrin Manipol/USDEK), sementara golongan
antikomunis menkonsolidasi diri sebagai kekuatan berpaham Pancasila yang lebih
“murni” dengan menyingkirkan paham komunisme yang tidak ber-Tuhan (ateisme) .

Dengan adanya pertentangan yang sangat kuat ditambah carut marutnya


perpolitikan saat itu, maka Ir. Soekarno pun dilengserkan sebagai Presiden
Indonesia, melalui sidang MPRS.

Sumber:
Ali As’ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: Pustaka LP3ES,
hlm. 34
Presiden Soeharto menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 12
tahun 1968 yang menjadi panduan dalam mengucapkan
Pancasila sebagai dasar negara, yaitu:

Satu : Ke-Tuhan-anYang Maha Esa


Dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tiga : Persatuan Indonesia
Empat :Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
Lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Instruksi Presiden tersebut mulai berlaku pada tanggal 13


April 1968.
 Pada tanggal 22 Maret 1978 ditetapkan ketetapan (disingkat TAP)

MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) yang salah satu

pasalnya tepatnya Pasal 4 menjelaskan bahwa:

‘Pedoman Penghayatan dan Pengamalan pancasila merupakan penuntun

dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan

bernegara bagi setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara

negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,

baik Pusat maupun di Daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh.’
Presiden Soeharto bicara keras pada Rapim ABRI di Pekanbaru 27
Maret 1980. Intinya Orba tidak akan mengubah Pancasila dan UUD
1945, malahan diperkuat sebagai comparatist ideology. Jelas sekali
bagaimana pemerintah Orde Baru merasa perlu membentengi Pancasila
dan TAP itu meski dengan gaya militer. Tak seorang pun warga negara
berani keluar dari Pancasila. Selanjutnya pada bulan Agustus 1982
Pemerintahan Orde Baru menjalankan “Azas Tunggal” yaitu pengakuan
terhadap Pancasila sebagai Azas Tunggal, bahwa setiap partai politik
harus mengakui posisi Pancasila sebagai pemersatu bangsa.

Sumber:
Suhartono W. Pranoto dalam Dodo, Surono dan Endah (ed). 2010. P: 43
 Maknanya; Pancasila jangan dijadikan alat pembenaran
libido dominandi. Belakangan ini menyeruak gejala
“politisasi Pancasila”.
 Komunitas yg satu menuduh komunitas lainnya sbg tidak
Pancasilais dan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai