Anda di halaman 1dari 17

Akuntansi

Musyarakah
Here is where your presentation begins
Pendahuluan
Musyarakah dapat diaplikasikan pada kerja sama usaha secara umum, ataupun pembiayaan. Sebagai
salah satu dari instrumen yang ada pada lembaga keuangan syari’ah, musyarakah memiliki karakteristik
sendiri, baik dari segi pengertian, sumber hukum, jenis, syarat atau rukun dan pencatatannya dalam
akuntansi. Akad kerjasama ini dalam bahasa yang lebih sederhana, pada batasan-batasan tertentu dapat
disebut dengan usaha patungan. Hal ini karena dalam tujuan usaha tertentu, setiap pihak memberikan
kontribusi yang dimiliki.

Dalam proses ini yang mendatangkan keuntungan dalam hal ini pihak yang melakukan akad musyarakah
dapat membagi keuntungan sesuai dengan porsi yang diberikan yang terwujud dalam proporsi modal
yang disetorkan oleh masing-masing pihak.
Pengertian Musyarakah

PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akada kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak akan memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.

Musyarakah juga disebut dengan istilah sharikah atau syirkah. Secara bahasa Musyarakah berasal
dari kata al-syirkah yang berarti al-iktilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih,
sehingga masing-masing sulit dibedakan.
Jenis Akad Musyarakah Berdasarkan Ulama
Fiqih
1. Syirkah Al-Milk

Yang mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaanya muncul


setiap dua orang atau lebih yang memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership)
atas suatu kekayaan (aset). Syirkah al-milk kadang bersifat ikhtiariyyah (sukarela) atau
jabariyyah(tidak sukarela). Misalnya,harta bernama (Warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi,
namun para mitra memutuskan untuk tetap memilikinya bersama, maka syirkah al-milk
tersebut bersifat ikhtiari (sukarela).
2. Syirkah al-‘uqud (kontrak)

Yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu. Setiap mitranya akan berkontribusi dengan modal/dana atau dengan
bekerja serta berbagai keuntungan dan kerugian. Syirkah al-‘uqud dapat dibagi menjadi dalam
beberapa hal, yaitu :

a. Syirkah abdan (syirkah fisik)

Yang disebut juga syirkah a’mal (Syirkah kerja) atau syirkah shanaa‘i (syirkah para tukang) atau
syirkah taqqabul (syirkah penerimaan). Syirkah abdan adalah bentuk kerja sama antara dua pihak
atau lebih dari kalangan pekerja/profesional dimana mereka sepakat untuk bekerja sama
mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagai penghasilan yang diterima. Syirkah ini memiliki jenis
keahlian yang dimiliki para mitra yang sama atau berbeda.
B. Syirkah Wujuh

Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal. Mereka menjalankan sebuah usaha berdasarkan kepercayaan pihak kEtiga.
Setiap mitra menjadi penanggung dan agen bagi mitra yang lainnya, dengan kata lain pembelian
barang ditanggung bersama. Keuntungan dibagi kepada para mitra berdasarkan kesepakatan
bersama.

C. Syirkah ‘Inan (negosiasi)

Adalah bentuk kerja sama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Tanggung jawab para mitra usaha dapat
berbeda dalam pengelolaan usaha, karena setiap mitra bertindak sebagai kuasa(agen) dari kemitraan
tersebut, tetapi bukan merupakan pinjaman bagi mitra usaha lainnya. Mitra yang melakukan
transaksi yang bersangkutan saja yang dapat mengajukan gugatan kepada pihak lain yang telah
melakukan hubungan perjanjian dengannya. Sebagai gantinya, seorang mitra tidak bertanggung
jawab terhadap kewajiban yang dibuat mitra lainnya. Utang yang diperoleh oleh seorang mitra atau
diberikan seorang mitra tidak dapat ditagih kepada atau dituntut oleh para mitra yang lain.
D. Syirkah Mufawwadhah

Adalah bentuk kerja sama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun risiko
kerugian. Masing-masing mitra memiliki kewenangan penuh untuk bertindak bagi dan atas
nama pihak yang lain.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK)
1. Musyarakah Permanen

Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK 106 par.04).

2. Musyarakah menurun

Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dan salah satu mitra
akan dilakukan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan
menurun dan pada akhir masa akad mitra lain akan menjadi pemilik penuh usaha
musyarakah tersebut.
Sumber Hukum
1. Al-Qur’an

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh.”(QS.Sad:24)

2. Sunah

Hadis Qus : “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang
salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang
berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya” (HR. Abu Dawud dan Al-
Hakim dari Abu Hurairah)
Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad
Musyarakah
Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau rukun
musyarakah ada empat, yaitu :

1. Pelaku terdiri atau para mitra

2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja

3. Serah terima

4. Nisbah keuangan
Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad
Musyarakah
Ketentuan syariah atau akad musyarakah, yaitu :

1. Pelaku : Mitra yang akan melakukan akad musyarakah harus cakap hukum dan baligh
2. Objek Musyarakah : Objek Musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya
akad musyarakah yaitu modal dan kerja
a. Modal
- Modal yang diberikan harus tunai
- Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai,emas, perak, aset perdagangan, atau aset tidak
berwujud
- Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur
- Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah
- Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang
dilarang oleh syariah
b. Kerja

- Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah


- Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra menyatakan tidak ikut serta
menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut
- Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya
- Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah

3. Ijab Kabul

Merupakan pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komodasi modern.
4. Nisbah

- Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal
akad
- Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
- Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan keuntungan tersebut
- Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus
menggunakan nilai realisasi keuntungan
- Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan nilai
nominal tertentu
Berakhirnya akad musyarakah

Akad musyarakah akan berakhirnya, jika :


1. Salah seorang mitra menghentikan akad
2. Salah seorang mitra meninggal atau hilang akal
3. Modal musyarakah hilang/habis
Penetapan Nisbah dalam Akad Musyarakah

Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut :

1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal

Dengan cara ini keuntungan harus dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai modal yang disetorkan tanpa
mengundang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama atau pun tidak sama. Apabila salah satu
pihak menyetorkan modal lebih besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar.

2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal

Dengan cara ini, penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang disetorkan tetapi juga tanggung jawab,
pengalaman, dan kompetisi atau waktu kerja yang lebih panjang.
KESIMPULAN
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.

Jenis akad Musyarakah berdasarkan Ulama Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi


Fikih : Keuangan (PSAK), terbagi menjadi 2 ;

1. Syirkah Al-Milk 1. Musyarakah Permanen


2. Syirkah al-‘uqud (kontrak) yang terbagi 2. Musyarakah menurun
menjadi :
- Syirkah abdan (syirkah fisik)
- Syirkah Wujuh
- Syirkah ‘Inan(negosiasi)
- Syirkah Mufawwadhah
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai