AKUNTANSI MUSYARAKAH
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2020
I. KONSEP DASAR MUSARAKAH
A. Pengertian Musayrakah
Musyarakah berasal dari kata syaraka-yusyriku-syarkan-syarikatan-syirkan yang
artinya adalah kerjasama atau kelompok. PSAK 106 menyatakan bahwa Akuntansi
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana. Sedangkan menurut DSN MUI menyatakah bahwa musyarakah
adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
masing-masing usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan dana bantuan
dengan ketentuan dan dana akan ditanggung bersama sesuai dengan perjanjian.
B. Jenis-Jenis Musyarakah
Terdapat dua macam jenis musyarakah,yaitu musyarakah akad (kontrak) dan
kepemilikan. Berikut pembahasan dari jenis musyarakah:
1. Musyarakah Akad
Musyarakah akad terjadi berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh pihak-pihak
pemilik terkait dalam suatu usaha yang memang berkesepakatan untuk memberikan
modal musyarakah. Musyarakah akad ini dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
- Al-In’an : Syirkah in’an terjadi antara dua pihak atau lebih yang memberikan
modal dalam jumlah berbeda, dan keuntungan dibagi berdasarkan besaran porsi
modal masing-masing yang telah disetorkan. Jadi bila ada dua orang yang
bersyirkan dengan syirkah inan katakanlah si A dan si B. Maka modal si A tidak
akan sama penyetorannya dengan modal si B.
- Mufawadah : merupakan kontrak kerja sama antara dua pihak atau lebih, yang
mana pihak yang terkait akan saling memberikan dana dalam jumlah yang sama
serta berpartisipasi dalam kerja, serta keuntungan dan kerugian yang sudah
dibagi dalam jumlah yang sama besar. Misalnya, bila ada dua orang yang
bersyirkah dengan syirkah mufawadah katakanlah si A dan si B. Maka modal si
A dan si B disetorkan dalam jumlah yang sama.
- A’mal/abdan : merupakan kontrak kerja sama yang dilakukan dua orang dengan
profesi sama untuk menerima pekerjaan serta membagi keuntungan bersama dari
pekerjaan yang dilakukan. Berbeda dengan dua syirkah diatas yang menyertakan
kontribusi berupa uang. Pada syirkah abdan, kedua belah pihak tidak
menyetorkan uang melainkan skill/pekerjaan.
- Wujuh : merupakan kontrak kerja sama yang dilakukan dua pihak atau lebih
dengan reputasi serta prestasi yang baik dalam bidang bisnis. Syirkah wujuh
dinamakan demikian karena syirkah ini hanya mengandalkan wujuh (wibawa
dan nama baik) para anggota, pembagian untung rugi dilakukan secara negosiasi
diantara para anggota.
2. Musyarakah Kepemilikan
Jenis musyarakah ini biasanya terjadi karena adanya warisan ataupun kondisi yang
dapat mengakibatkan kepemilikan aset terdiri dari dua atau lebih pihak. Dalam jenis
musyarakah ini, kepemilikan aset dapat dua orang ataupun lebih, berbagi pada aset
yang nyata serta keuntungan dibagi berdasarkan yang dihasilkan oleh aset tersebut.
D. Rukun Musyarakah
Hilangnya salah satu dari semua rukun yang ada maka akad musyarakah tersebut
dapat dianggap rusak. Rukun tersebut diantaranya: Ijab Kabul (Shighat), Dua Pihak yang
Berakad, Objek Akad, dan Nisbah Bagi Hasil.
1) Ijab Kabul (shighat)
Pada akad musyarakah, ijab kabul harus dinyatakan dalam akad dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
- Penawaran dan permintaan harus secara eksplisit menunjukan tujuan akad.
- Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak.
- Akad dituangkan secara tertulis.
2) Dua Pihak yang Berakad (aqidain)
Sebuah akad dapat terjadi dengan melibatkan pihak yang berakad. Agar akan
musyarakah menjadi sah, maka perlu beberapa hal penting yang harus diperhatikan,
yaitu:
- Pihak yang terlibat akad harus cakap akan hukum.
- Kompeten.
- Menyediakan dana dan pekerjaan.
- Memiliki hak mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.
- Memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dengan
memperhatikan kepentingan mitranya.
- Tidak diizinkan mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya
sendiri.
3) Obyek Akad (mauqud alaih)
Ketika kedua belah pihak hendak untuk melakukan akad, maka hal lain yang
harus diperhatikan selain kedua belah pihak tersebut adalah objek akad yaitu modal
dan kerja. Modal harus berupa uang tunai atau aset bisnis. Jika modal berbentuk
aset, terlebih dulu harus dinilai dengan tunai dan disepakati oleh semua pihak.
Kemudian modal tidak boleh dipinjamkan atau dihadiahkan kepada orang lain. Pada
prinsipnya tidak boleh ada jaminan pada akad ini. Namun, LKS dapat meminta
jaminan sebagai bukti keseriusan atas akad musyarakah.
Lalu untuk objek akad berupa kerja, partisipasi dalam pekerjaan merupakan
dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukan merupakan
syarat. Seorang mitra boleh melakukan pekerjaan lebih dari mitra yang lain dan
dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. Setiap
mitra melaksanakan pekerjaan atas nama pribadi dan wakil dari mitranya.
Kedudukan masing-masing dalam organisasi harus dijelaskan dalam kontrak.
4) Nisbah Bagi Hasil (untung/rugi)
Musyarakah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun, cara
memperoleh keuntungan tersebut harus didasari pada sikap yang adil dan tidak
saling menzhalimi. Oleh sebab itu baik dalam hal mengambil keuntungan atau
membagi kerugian, akad musyarakah memiliki ketentuannya sendiri.
Ketika terjadi keuntungan maka keuntungan tersebut harus dikuantifikasi
kemudian dibagi secara proporsional atas dasar keuntungan. Bukan berdasarkan
jumlah yang ditetapkan di awal. Misal, “karena saya memberikan modal 10 juta
maka harus balik ke saya 10% dari 10 juta jadi 1 juta ya”. Hal tersebut jelas dilarang
karena merupakan praktik riba. Dalam Musyarakah hal yang harus dilihat adalah
dari hasil keuntungannya. Biar lebih jelas maka sistem pembagian keuntungan harus
diperjelas dalam kontrak musyarakahnya.
Apabila terjadi kerugian maka kerugian harus dibagi di antara para mitra
sesuai dengan proporsi modal yang diberikan antar kedua bleah pihak. Bila si A
menanamkan modal 30 juta dan si B menanamkan modal 70 juta maka ketika terjadi
kerugian si A akan mendapatkan porsi kerugian 30% dan si B akan mendapatkan
porsi kerugian sebanyak 70%.
E. Karakteristik Musayrakah
1. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha
tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru
2. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas
3. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja.
4. Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersangkutan maka kesalahan yang
disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan instuisi yang berwenang.
5. Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai
dengan dana yang disetorkan atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra.
Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang
disetorkan.
6. Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam
akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar
untuk dirinya.
7. Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh selama priode akad bukan dari
jumlah investasi yang disalurkan.
8. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan
investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi tersendiri.
2. Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas yang
disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di tambah dengan jumlah dana
syirkah temporer yang telah di kembalikan kepada mitra pasif dan di kurangi
kerugian.
C. Akhir Akad
Pada asat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dibayarkan kepada mitra
pasif diakui sebagai kewajiban.
PENYAJIAN
1. Mitra aktif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan sebagai berikut;
2. Aset musyarakah untuk kas yang di sisihkan dan yang di terima dari mitra pasif;
3. Dana musyarakah yang di sajikan sebagai unsur dana syirkah temporer untuk aset
musyarakah yang di terima dari mitra pasif
4. Selisih penilaian aset musyarakah ,bila ada ,di sajikan sebagai unsur ekuitas
5. Investasi musyarakah untuk kas atau aset non kas yang di sisihkan kepada mitra aktif
6. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non kas yang di serahkan pada nilai
wajar di sajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah\
7. Mitra pasif menyjikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan sebagai berikut;
PENGUNGKAPAN
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah,tetapi tidak terbatas pada:
Pemberian Modal dari Mitra Pasif (LKS) kepada Mitra Aktif (Nasabah) Berupa Modal
Kas/Tunai
Berdasarkan kesepakatan antara Bank Syariah IQTISADUNA dan PT. JIT, maka
mereka sepakat untuk memberikan kontribusi masing-masing PT. JIT sebagai Mitra Aktif
memberikan kontribusi modal sebesar Rp 500.000.000,- dan Bank Syariah IQTISADUNA
sebagai mitra pasif memberikan kontribusi modal sebesar Rp 1.000.000.000,-. Sedangkan
nisbah yang disepakati antara kedua belah pihak adalah sebesar 40 untuk mitra pasif dan 60
untuk mitra aktif dengan Prinsip Profit/lLoss Sharing dalam pembagian hasil usahanya.
Jangka waktu perjanjian selama 2 tahun terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian yaitu
pada tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2009. Pada tanggal 5 Januari 2008,
Bank Syariah IQTISADUNA mencairkan pembiayaan untuk tahap pertama sebesar Rp.
600.000.000,- dan pada tanggal 15 Januari 2008 dilakukan pencairan modal tahap kedua
sebesar Rp 400.000.000,-. Jurnal-jurnal yang dibuat oleh Bank Syariah IQTISADUNA
sebagai mitra pasif untuk transaksi tersebut antara lain:
1. Pada saat pembiayaan musyarakah disetujui (tanggal 1 Januari 2008), dicatat jurnal
sebagai komitmen Bank Syariah IQTISADUNA sebesar pembiayaan yang disetujui.
2. Pada tanggal 5 Januari 2008 dicatat jurnal pembayaran pembiayaan musyarakah tahap
pertama sebesar Rp 600.000.000,- adalah:
(Dr) Pembiayaan Musyarakah Rp 600.000.000,-
(Cr) Rekening Mitra Aktif (PT.JIT) Rp 600.000.000,-
PT. Jogja Information Technology (JIT) menyambut baik rencana tersebut dan
menyatakan berminat untuk berinvestasi dalam bisnis tersebut. Keduanya sepakat untuk
mengadakan kerja sama dengan sistem musyarakah. Berdasarkan kesepakatan antara Bank
Syariah IQTISADUNA dan PT. JIT, maka mereka sepakat untuk memberikan kontribusi
masing-masing : Bank Syariah IQTISADUNA sebagai mitra aktif memberikan kontribusi
modal sebesar Rp. 500.000.000 dan PT. JIT sebagai mitra pasif memberikan kkontribusi
modal sebesar Rp. 1.000.000.000. sedangkan nisbah yang disepakati antara kedua belah
pihak adalah sebesar 40 untuk mitra pasif dan 60 untuk mitra aktif dengan prinsip profit/loss
sharing dalam pembagian hasil usahanya. Jangka waktu perjanjian selama 2 tahun terhitung
sejak ditandatanganinya perjanjian yaitu pada tanggal 1 januari 2008 sampai dengan 31
desember 2009.
Pada tanggal 5 januari 2008, PT. JIT menyeerahkan dana kepada Bank Syariah
IQTISADUNA untuk tahap pertama sebesar Rp. 600.000.000 dan pada tanggal 15 januari
2008 dilakukan pencairan modal tahap kedua sebesar Rp. 400.000.000. jurnal-jurnal yang
dibuat oleh Bank Syariah IQTISADUNA sebagai mitra aktif untuk transaksi tersebut antara
lain :
1. Pada saat menerima investasi musyarakahh disetujui (tanggal 01 januari 2008), dicatat
jurnal sebagai komitmen PT.JIT sebesar pembiayaan yang disetujui.