Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA


SAHAM INDUSTRI PERHOTELAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2018 – 2020

Anavia Agnes Cahyani


A1C117007

PROGRAM STUDI SARJANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era integrasi global saat ini investasi merupakan salah satu faktor yang

paling penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi sendiri secara

garis besar digolongkan menjadi dua yaitu investasi finansial dan investasi riil.

Wahana investasi yang popular saat ini bagi para investor adalah investasi

financial, karena investasi financial dinilai cukup praktis dan mudah. Keuntungan

dalam investasi financial di antaranya adalah dana yang di investasikan cukup

likuid dan bisa ditarik setiap saat, mudah menghindar dari tekanan krisis global

kapan saja. Investor dapat melakukan investasi financial pada pasar modal dan

pasar uang.

Keberadaan pasar modal memberikan manfaat yang luas bagi

perekonomian melalui perkembangan investasi disuatu negara. Investasi yang

tumbuh dan berkembang pesat pada akhirnya akan menjadi motor penggerak

perekonomian. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum, perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan

efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Perkembangan pasar modal di indonesia mengalami perkembangan yang cukup

pesat, baik dalam bentuk saham maupun dalam instrumen hutang. Investor dalam

menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya bertujuan dalam jangka pendek

tetapi bertujuan untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang. Faktor


yang membuat para investor menginvestasikan dananya di pasar modal adalah

harga saham, dikarenakan dapat mencerminkan tingkat pengembalian modal.

Dalam arti lain bahwa pergerakan harga saham yang terus meningkat akan

memberikan keuntungan bagi para investor baik berupa dividen maupun capital

gain saat investor menjual kembali sahamnya. Pasar modal bertindak sebagai

penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun dengan institusi

pemerintahan melalui perdagangan instrumen jangka panjang atau jangka pendek

seperti obligasi, saham, dan lainnya. Bentuk yang paling umum dalam pasar

modal adalah saham dan obligasi.

Investor dalam berinvestasi di pasar modal memerlukan pertimbangan -

pertimbangan yang matang. Informasi yang akurat diperlukan untuk mengetahui

sejauh mana hubungan antara faktor-faktor yang menjadi penyebab fluktuasi

harga saham perusahaan yang akan dibeli. Dengan mengetahui pengaruh faktor

tersebut, investor dapat memilih strategi untuk memilih perusahaan yang benar-

benar di anggap sehat sebagai tempat menanamkan modalnya. Banyak faktor yang

dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, baik yang datang dari

eksternal maupun dari lingkungan internal perusahaan itu sendiri (Dewi dan

Rangkuti, 2020). Investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap

saham-saham yang akan dipilihnya dalam mengambil keputusan berinvestasi,

selanjutnya menentukan apakah saham tersebut akan memberikan tingkat return

yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan. Dalam penilaian saham

dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik

saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan


perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang

ditunjukan oleh harga saham tersebut di pasar. Nilai intrinsik atau dikenal sebagai

nilai teoritis adalah nilai saham sebenarnya atau seharusnya terjadi.

Terdapat dua pendekatan analisis saham yaitu analisis fundamental dan

analisis teknikal (Siswoyo 2013). Analisis teknikal dan analisis fundamental telah

memberikan bukti substansial mengenai kemampuannya masing-masing untuk

menjelaskan penampang harga saham atau memperkirakan pergerakan harga di

masa depan (Chen, 2015). Sebelum investor memutuskan untuk memiliki saham

sebuah perusahaan, maka perlu dilakukan analisis terhadap saham dan kondisi

keuangan perusahaan tempat perusahaan menanamkan modal. Analisis ini

bertujuan untuk menghindari kerugian yang tinggi bagi seorang investor, kerugian

yang dimaksud adalah bahwa seorang investor bisa saja melakukan kekeliruan

dalam memilih saham dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

harga saham lainnya.

Berinvestasi dalam bentuk saham memiliki tingkat ketidakpastian yang

tinggi sehingga resikonya juga tinggi. Analisis yang harus dilakukan oleh para

investor meliputi analisis fundamental dan analisis teknikal. Informasi yang

bersifat fundamental diperoleh dari internal perusahaan yang meliputi dividen dan

tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, sedangkan informasi yang bersifat

teknikal diperoleh dari luar perusahaan seperti ekonomi, politik, finansial dan

lainnya. Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan

kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang

merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan. Informasi fundamental sering


digunakan untuk memprediksi harga saham. Variabel fundamental dibagi menjadi

dua yaitu variabel fundamental yang bersifat internal yang memberi informasi

tentang kinerja perusahaan dan variabel-variabel yang bersifat eksternal yang

meliputi kondisi perekonomian secara umum. Pada analisis fundamental

pendekatan utama yang digunakan oleh para analis sekuritas adalah informasi

laporan keuangan yang membantu dalam penganbilan keputusan investasi.

Informasi ini berupa informasi akuntansi yang terangkum dalam laporan

keuangan yang menyajikan informasi berguna untuk penganbilan keputusan

berbagai pihak (Sugir, 2004). Bentuk informasi laporan keuangan tersebut berupa

rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur prestasi keuangan perusahaan yang

dipublikasikan untuk kepentingan investor. Sebuah laporan keuangan dapat

diukur dan diinterpretasikan oleh rasio. Dalam rasio tersebut terdapat beberapa

sub-sub rasio. Adapun yang termasuk faktor-faktor fundamental yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA), Current Ratio, dan Debt to

Equaty Rasio (DER).

Selain informasi fundamental, investor juga perlu mempertimbangkan

informasi teknikal yang merupakan suatu informasi yang akan memberikan

gambaran kepada investor untuk menentukan kapan pembelian saham dilakukan

dan kapan saham tersebut dijual atau ditukar dengan saham yang lain agar

memperoleh keuntungan yang maksimal. Analisis teknikal merupakan analisis

terhadap data historis harga saham. Melalui data historis yang dimiliki,

diharapkan dapat memprediksi arah pergerakan saham selanjutnya. Pendekatan ini

menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti : harga saham, volume


penjualan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain

yang bersifat teknis (Siswoyo, 2013).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL

TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI PERHOTELAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2018 – 2020”

1.2 Rumusan Masalah

Bendasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya maka dapat

ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor fundamental (ROA, CR, DER) berpengaruh terhadap harga

saham industri perhotelan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2018 – 2020 ?

2. Apakah faktor teknikal (volume penjualan dan indeks harga saham

gabungan) berpengaruh terhadap harga saham industri perhotelan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018 – 2020 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengalisis pengaruh faktor - faktor fundamental (ROA, CR, DER)

terhadap harga saham industri perhotelan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2018 – 2020.


2. Untuk menganalisis pengaruh faktor teknikal (volume penjualan dan

indeks harga saham gabungan) terhadap harga saham industri perhotelan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018 – 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini

dapat bermanfat diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

kajian untuk peneliti – peneliti dimasa yang akan datang, yang ingin

mengangkat penelitian tentang pengaruh faktor fundamental dan teknikal

terhadap harga saham industri perhotelan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan ataupun

referensi dasar pengambilan keputusan investasi bagi investor yang akan

menginvestasikan dana nya di pasar modal terutama investasi saham.

3. Manfaat Kebijakan

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi perusahaan dan

regulator terkait dengan ruang lingkup pengungkapan dalam laporan

keuangan sehingga dapat memberi informasi yang relevan dan reliabel.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Efisiensi Pasar

Definisi Efisiensi Pasar menurut Gumanti dan Utami (2002) Konsep

pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970).

Dalam konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital

market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun,

baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return

tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan

menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk

di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau “stock prices reflect

all available information”. Ekspresi yang lain menyebutkan bahwa dalam pasar

yang efisien harga-harga asset atau sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan

informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas tersebut.

Fama (1970) membagi efisiensi pasar dalam tiga tingkatan yaitu:

1. The Weak Efficient Market Hypothesis

Efisien pasar dikatakan lemah karena dalam proses pengambilan

keputusan jual beli investor menggunakan data harga saham dan volume masalalu.

Berdasarkan harga dan volume masalalu berbagai model analisis tekik digunakan

untuk menentukan arah harga apakah akan naik atau turun. Analisis tekis

mempelajari pola pergerakan harga saham menurut kondisi ekonomi yang sedang

berlangsung.
2. The Semistrong Efficient Market Hypotesis

Efisien pasar dikatakan setengah kuat karena dalam proses pengambilan

keputusan jual beli saham investor menggunakan harga masalalu, volume

masalalu dan semua informasi yang dipublikasikan seperti laporan keuangan

tahunan, pengumuman bursa, informasi keuangan internasional, peraturan

perundangan pemerintah, peristiwa politik, peristiwa hukum, peristiwa sosial dan

lain sebagainya yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional. Investor

menggunakan gabungan antara analisis teknis dengan analisis fundamental dalam

proses menghitung nilai saham.

3. The Strong Efficient Market Hypothesis

Efisiensi pasar dikatakan kuat karena investor menggunakan data yana

legkap, yaitu harga masa lalu, volume masa lalu, informasi yang dipublikasikan,

dan informasi privat yang tidak di publikasikan secara umum. Semua informasi

yang relevan tersedia tercermin dalam harga saham. Dalam keadaan seperti ini

tidak seorang investor dapat memperoleh Abnormal Return menggunakan

informasi apapun. Perhitungan estimasi dengan menggunakan informasi yang

lebih lengkap ini diharapkan akan menghasilkan keputusan jual beli saham yang

lebih tepat dan return yang tinggi. Kegiatan riset untuk menganalisis variable

variabel yang berpengaruh terhadap harga saham sangat penting dilakukan

walaupun harus mengeluarkan biaya riset yang tinggi, asalkan meningkatkan

return perusahaan. Peningkatan return akan terjadi apabila kebijakan portofolio

ataupun keputusan jual beli saham yang didasarkan pada hasil riset tepat

mengenai sasaran. Berikut ini beberapa indikator efisiensi pasar bentuk kuat:
a. keuntungan yang diperoleh sangat tipis akibat gejolak harga yang

rendah.

b. Harga pasar mendekati harga intrinsik perusahaan.

c. Informasi simetris bahwa investor memiliki yang sama untuk

memperoleh informasi.

d. Kemampuan analisis investor relatif tidak berbeda.

e. Pasar bereaksi cepat terhadap informasi baru.

2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Signaling Theory merupakan teori yang membahas mengenai bagaimana

perusahaan memberikan informasi atau sinyal baik positif maupun negatif bagi

pemegang saham (Scott dalam Himawan dan Christiawan, 2016). Perusahaan

yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan

demikian pasar diharap dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan

buruk (Sukirni dalam Samsuar dan Akramunnas, 2017). Sinyal yang dimaksud

adalah apa saja yang dilakukan manajemen yang akan memberikan petunjuk bagi

investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Morris

(1987) juga berpendapat bahwa signalling theory menunjukkan bagaimana

masalah asimetris informasi dalam pasar dapat dikurangi dengan memberikan

sinyal informasi yang lebih banyak kepada pihak lain. Asimetris informasi dalam

pasar modal terjadi karena pihak perusahaan (manajemen) memiliki informasi

yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak luar perusahaan (investor).


Jadi, teori sinyal merupakan teori tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada para pengguna laporan keuangan berupa

informasi mengenai apa saja yang telah dilakukan manajemen perusahaan untuk

merealisasikan keinginan para pemilik perusahaan serta informasi-informasi lain

yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.

2.1.3 Dow Theory

Dow Theory atau Teori Dow merupakan teori dasar dari teknikal analis. Teori

Dow pertama kali diperkenalkan oleh Charles H. Dow pada tahun 1897 di 255

Wall Street Journal, merupakan salah satu prinsip trading penting yang wajib

diketahui binary dan forex traders. Charles Dow sendiri adalah analis market

terkenal, hingga namanya saja diabadikan menjadi nama index saham paling

terkenal di dunia (Dow –Jones Industrial Index). Teori Dow berupaya untuk

menyelidiki bagaimana tren yang sedang terjadi di pasar saham, baik saham

individual maupun keseluruhan.

Teori Dow menjelaskan bahwa pergerakan saham dibagi menjadi tiga

(Tandelilin, 2010), yaitu :

1. Primary Trend

Merupakan pergerakan saham dalam jangka waktu tahunan.

2. Secondary Trend

Merupakan pergerakan saham yang terjadi selama jangka waktu

tahunan. Umumnya terjadi dalam bentuk bulanan atau mingguan.

3. Minor Trend
Merupakan perubahan saham yang terjadi setiap hari.

Charles Dow sendiri sebenarnya tak pernah menyebut pemikirannya sebagai

"Teori Dow". Namun, tiga orang lain bernama William Peter Hamilton, Robert

Rhea dan E. George Schaefer menyarikan tulisan-tulisannya, lalu kemudian

merumuskan enam prinsip dasar Teori Dow. Berikut keenam prinsip dasar

tersebut:

1. Pasar memiliki tiga pergerakan:

a. "Main movement", "primary movement", atau "major trend", adalah

pergerakan yang bertahan antara kurang dari setahun hingga beberapa

tahun. Sifatnya bisa bullish maupun bearish.

b. "Medium swing", "secondary reaction", atau "intermediate reaction", bisa

jadi berlangsung antara 10 hari hingga 3 bulan dan umumnya merunut

kembali dari 33% hingga 66% dari pergerakan harga primer.

c. "Short swing" atau "minor movement" cenderung bervariasi antara

beberapa jam hingga sebulan atau lebih.

Ketiga pergerakan harga tersebut bisa terjadi secara simultan. 

2. Trend pasar terdiri dari tiga fase:

a. Fase pertama merupakan fase Akumulasi (accumulation phase), yaitu

periode ketika investor yang "punya informasi" melakukan aksi beli

atau aksi jual secara aktif, berlawanan dengan opini umum pasar. Dalam

fase ini, harga aset tidak banyak berubah karena para investor yang punya

info itu adalah minoritas.


b. Ketika pasar mulai "menangkap" dan "meniru" para investor tadi, maka

perubahan harga secara cepat terjadi. Ini masuk ke fase kedua, dimana

para investor berbasis teknikal mulai ikut berpartisipasi. Fase dua terus

berlanjut hingga spekulasi mulai menjamur.

c. Setelah spekulasi meluas, para investor yang tanggap di fase pertama

mulai melepas aset yang dipegangnya.

3. Pasar saham sudah memperhitungkan semua berita

Menurut teori Dow, begitu suatu info baru diterbitkan, maka harga

saham akan langsung berubah untuk merefleksikan perubahan nilainya berdasar

info baru tersebut.

4. Indeks bursa harus saling mengkonfirmasi satu sama lain

Menurut teori Dow, sebuah pasar bullish di sektor industri tak mungkin

terjadi, kecuali indeks perusahaan transportasi juga meningkat; karena keduanya

saling berkaitan sehubungan dengan keharusan pabrik-pabrik menggunakan

pengangkutan untuk mendistribusikan barang. Jika kondisi perusahaan-

perusahaan manufaktur benar-benar sehat, maka indeks perusahaan yang

mengakut barangnya juga harus bagus. Jika kedua indeks mulai bergerak ke arah

berlawanan, maka itu merupakan sinyal bahwa perubahan akan terjadi.

5. Tren dikonfirmasi oleh Volume Perdagangan

Teori Dow meyakini bahwa Volume Perdagangan mengkonfirmasi tren

harga. Ketika harga bergerak bertepatan dengan volume rendah, maka bisa ada

banyak penjelasan tentang itu, misalnya ada penjual yang sangat agresif. Namun,
ketika pergerakan harga disertai oleh Volume Perdagangan tinggi, maka Dow

mempercayai inilah pandangan pasar "yang sesungguhnya". 

6. Tren selalu berlanjut hingga muncul tanda-tanda jelas yang menunjukkan

bahwa tren itu sudah berakhir

Teori Dow berpendapat bahwa tren tetap ada meski terjadi "noise" di

pasar. Pasar boleh jadi bergerak berlawanan dengan tren untuk sementara waktu,

tetapi akan kembali melanjutkan pergerakan sebelumnya. Tren perlu diyakini di

masa-masa reversal (pembalikan harga) ini. Namun, tidak mudah

untuk menentukan apakah reversal itu permulaan dari tren baru atau hanya

sementara saja. Tools analisa teknikal bisa digunakan untuk memperjelas, tetapi

setiap orang bisa menerjemahkannya secara berbeda-beda. (www.ibizia.com).

2.1.4 Harga Saham

Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima

oleh pemilik saham di kemudian hari. (Sunariyah dalam Samsuar dan

Akramunnas, 2017), harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang

sedang berlangsung di bursa efek. Harga saham dapat dipengaruhi oleh situasi

pasar antara lain harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan

perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental

perusahaan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga

saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon

pemodal. Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk dari

interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan
mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang

berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan

untuk menjual atau membeli saham. Jadi secara umum harga saham merupakan

tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan,

selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan

yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau

harga.

Menurut Sawidji (1996) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga):

1. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang

ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal

biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2. Harga Perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut

dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh

penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa

harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk

menentukan harga perdana.

3. Harga pasar Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian

emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu

dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di

bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini

yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar
mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder,

kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga

yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu

penutupan (closing price) dari suatu saham. Laporan keuangan dapat menyajikan

informasi yang relevan dengan model keputusan yang digunakan oleh investor

dalam membuat keputusan buy, hold, atau sell saham. Harga saham yang terjadi

di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu (Samsuar dan

Akramunnas, 2017).

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya, bahkan setiap

detik harga saham dapat berubah, hal ini yang menyebabkan adanya fluktuasi.

Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kamampuan perusahaan dalam

memperoleh keuntungan. Apabila keuntungan yang diperoleh untuk perusahaan

relative tinggi maka akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa dan

memungkinkan tertariknya para investor untuk membeli yang mengakibatkan

permintaan pada saham meningkat. (Fauzia, 2019)

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Faktor yang bersifat fundamental, yaitu faktor yang memberikan informasi

tentang kinerja perusahaan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi.

b. Faktor yang bersifat teknikal, yaitu menyajikan informasi yang

menggambarkan pasaran suatu saham. Meliputi perkembangan kurs, keadaan

pasar modal, volume perdagangan.


c. Faktor sosial politik, faktor ini meliputi tingkat inflasi yang terjadi, kondisi

perekonomian dan keadaan politik suatu negara.

2.1.5 Investasi

A. Pengertian Investasi

Menurut Tandelilin (2010:03) istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai

macam aktivitas. Menginvestasikan dana yang dimiliki pada aset riil (tanah, emas,

mesin, atau bangunan), maupun aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi)

merupakan aktivitas investasi yang pada umumnya dilakukan oleh investor.

Investasi dapat dilakukan oleh banyak pihak, seperti investor perorangan,

perusahaan, maupun sebuah negara. “Investasi adalah komitmen atas sejumlah

dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, denagn tujuan

memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang” (Tandelilin,

2010:2). Investasi dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan

datang.

Dalam investasi juga terdapat bagaimana mengelola kesejahteraan investor

(Investor’s wealth). Kesejahteraan dalam konteks investasi berarti kesejahteraan

yang sifatnya moneter bukannya kesejahteraan rohaniah. Kesejahteraan moneter

bisa ditunjukkan oleh jumlah pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilai saat ini

(present value).

B. Tujuan Investasi
Tujuan orang melakuakan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah

uang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang

melakukan investasi yaitu:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa akan datang.

Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidup

dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan

tingkat pendapatan yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan

datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain,

seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau

hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak.

Beberapa negara didunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat

mendorong tubuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas

perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang

usaha tertentu.

C. Proses Investasi

Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan

bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan proses


investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang investor terlebih dahulu

harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi, yang akan menjadi dasar

pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan investasi yang akan dibuat. Hal

mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara

return yang diharapkan dan resiko suatu investasi. Hubungan resiko dan return

yang diharapkan dari investasi merupakan hubungan yang searah dan linier,

artinya semakin besar resiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat

return yang diharapkan. Hubungan seperti itulah yang menjadi pertanyaan

mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan

tingkat return yang paling tinggi. Disamping memperhatikan return yang tinggi,

investor juga harus mepertimbangkan tingkat resiko yang harus ditanggung.

2.1.6 Instrumen Pasar Modal

A. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan sarana atau wadah untuk mempertemukan antara

penjual dan pembeli. “Pasar modal merupakan situasi yang mana memberikan

ruang dan peluang penjual dan pembeli bertemu dan bernegoisasi dalam

pertukaran komuditas dan kelompok komuditas modal” (Hadi, 2013:10). Modal

disini berupa modal hutang (obligasi) maupun modal ekuitas (equity). (Tandelilin

2010:26) menerangkan bahwa “pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang

memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

memperjualbelikan sekuritas.” (Tandelilin 2001:123) juga berpendapat, pasar


modal merupakan pertemuan antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang

membutuhkan dana dengan cara memperjualkan sekuritas.

Berdasarkan pengertian diatas pasar modal dapat diartikan sebagai pasar

untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang akan

diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal dan derivatif yang

diterbitkan oleh berbagai pihak. tempat penjualan dan penawaran efek ini

dilaksanakan berdasarkan suatu bentuk lembaga atau institusi resmi yang disebut

bursa efek. Oleh karena itu bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara

fisik.

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal dinyatakan bahwa:

Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan pemasaran umum

dan perdagangan efek, perusahaan yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya sihingga lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.

Beberapa daya tarik pasar modal yaitu:

a. Pasar modal diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain

sistem perbankan. Pasar Modal memungkinkan perusahaan menerbitkan

sekuritas yang berupa surat tanda utang (Obligasi) ataupun surat tanda

kepemilikan (saham).

b. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan

investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka.

B. Fungsi Pasar Modal


Secara umum pasar modal memiliki fungsi :

a. Sebagai perantara (intermediaries) yang menunjukkan arti penting pasar

modal dalam mempertemukan pihak yang kelebihan dana (lender) dengan

pihak yang memerlukan dana (borrower).

b. Mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien karena dengan adanya

pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih

alternatif investasi yang memberikan return yang optimal (asumsi sektor-

sektor yang produktif yang berada di pasar) Suad Husnan (2005:30).

Sesuai dengan fungsinya secara lebih sempit pasar modal dapat dipandang

dua kepentingan yaitu: investor yang akan membeli sekuritas dan menjual

sekuritas dipasar modal. Investor mengharapkan suatu keuntungan tertentu dari

sejumlah sekuritas yang dijual dipasar modal. Sementara perusahaan yang

menerbitkan dan menjual sekuritasnya mengharap perolehan sumber dana untuk

kepentingan dana usaha sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi

dikemudian hari.

C. Pasar Modal

Beberapa sekuritas yang umumnya diperjualbelikan dalam pasar modal antara lain

adalah saham, obligasi, reksadana dan insrumen derivatif. Masing-masing

sekuritas tersebut memberikan return dan resiko yang berbeda-beda.

a. Saham

Saham adalah merupakan surat yang menunjukkan kepemilikan terhadap

aset peusahaan, Suad Husnan (2005:35) aset suatu perusahaan yang telah
menerbitkan saham, baik itu berupa saham preferen dan saham biasa. Saham

dapat diproleh pada saat IPO (Initial Public Offering) atau di pasar sekunder.

Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak

terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan

pembayarn semua kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis

sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal.

b. Obligasi

Pada dasarnya obligasi merupakan pengakuan sejumlah hutang yang

dikeluarkan oleh suatu perusahaan (atau dapat juga perusahaan) kepada investor

dengan janji membayar bunga secara periodik selama priode tertentu serta

membayar nilai nominalnya pada saat jatuh tempo, Suad Husnan (2005:36).

Obligasi bisa menjadi alternatif investasi jangka panjang dengan tingkat

pengembalian yang lebih tinggi dari deposito.

Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah

tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat

mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diprolehnya

periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh

tempo.

c. Reksadana

Reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya

menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana, untuk digunakan sebagai

modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang, Suad Husnan
(2005:25). Reksadana adalah suatu wadah yang digunakan perusahaan sekuritas

untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk diinvestasikan didalam

berbagai instrumen dalam suatu portofolio investasi oleh manajer investasi.

2.1.7 Penilaian Harga Saham

Dalam penilaian harga saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai

buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang

dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar

adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.

Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal dengan nilai teoritis adalah nilai saham

yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Menurut Suad Husnan (2005:284) ada

dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis

fundamental. Kedua pendekatan tersebut adalah:

A. Pendekatan Nilai Sekarang

Perhitungan nilai saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran

diharapkan dimasa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat yang

disyaratkan investor. Dalam hal itu, nilai intrinsik atau disebut juga suatu saham

nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran akan diterima investor

dimasa akan datang.

Dengan demikian, proses penilaian suatu usaha yang meliputi:

a. Estimasi aliran kas saham dimasa depan. Hal ini dilakukan dengan

menentukan jumlah dan waktu aliran kas yang diharapkan.


b. Estimasi tingkat return yang disyaratkan. Estimasi ini dibuat dengan

mempertimbangkan resiko aliran kas dimasa depan dan besarnya return

disebut sebagai biaya kesempatan (opportunity cost).

c. Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar tingkat

return yang disyaratkan.

d. Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga diperoleh

nilai intrinsik saham bersangkutan.

Dalam penentuan nilai teoritis suatu saham, investor perlu menentukan

beberapa tingkat return yang disyaratkan atas saham tersebut sebagai konpensasi

atas resiko yang ditanggung. Tingkat return yang disyaratkan merupakan tingkat

return minimum yang diharapkan atas pembelian suatu saham. Artinya, jika

investor mempunyai tingkat return yang disyaratkan 25% atas saham yang akan

dibeli, maka return minimum yang diharapkan dari saham tersebut adalah 25%.

Aliran yang bisa dipakai dalam penilaian saham adalah earning perusahaan.

Dari sudut pandang investor yang membeli saham, aliran yang akan diterima

investor adalah earning yang dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan demikian,

komponen deviden dapat digunakan sebagai dasar penilaian saham. Penentuan

nilai saham (pendekatan nilai sekarang) dengan menggunakan komponen dividen

bisa dilakukan dengan menggunakan model berikut ini.

B. Model Diskonto Dividen

Merupakan model untuk menentukan estimasi harga saham dengan

mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima dimasa datang. Aliran
dividen yang diterima investor merupakan aliran dividen yang tidak terbatas dan

konstan. Padahal dalam kenyataannya, ada kalanya perusahaan membayar dividen

secara tidak teratur, dividen dengan jumlah yang tidak konstan atau

pembayarannya mengalami pertumbuhan (growth).

1. Model Pertumbuhan Nol

Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan

mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan akan

sama dari waktu ke waktu. Model pertumbuhan nol ini sebenarnya sama dengan

prinsip perhitungan saham preferen karena dividen yang dibayarkan diasumsikan

selalu sama dan tidak akan mengalami perubahan pertumbuhan sepanjang waktu.

2. Model Pertumbuhan Konstan

Model pertumbuhan konstan juga disebut sebagai model Gordon, setelah

Myron J. Gordon mengembangkan dan memperoleh model ini. Model ini dipakai

untuk menentukan saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami

pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas.

3. Model Pertumbuhan Tidak Konstan (Ganda)

Ada kalanya, perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik jauh

atas pertumbuhan normal dan sangat menjanjikan selama beberapa tahun, tetapi

lambat laun menurun terus. Kasus seperti ini bisa terjadi pada perusahaan yang

mampu menciptakan produk inovasi baru yang langsung diserap pasar dan

mengakibatkan perusahaan memperoleh pertumbuhan keuntungan yang fantastis

selama beberapa tahun. Pertumbuhan tersebut berlangsung selama beberapa

tahun, setelah itu pertumbuhan secara mendatar dan tidak sefantastis tahun-tahun
awal karena produk yang sebelumnya, lambat laun mulai memasuki tahap

kedewasaan yang ditandai oleh semakin menurunnya permintaan akan produk

tersebut. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi kemampuan perusahaan

membayar dividen bagi investor, sehingga bisa juga mempengaruhi pertumbuhan

tingkat dividen yang akan dibayarkan perusahaan kepada investor, Cateris

Paribus.

2.1.8 Analisis Fundamental

Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

negara karena pasar modal dapat dijadikan sebagai tempat bertemunya pihak yang

memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (emiten).

Selain itu, pasar modal juga memberikan kesempatan bagi investor untuk

memperoleh keuntungan yang diharapkan.

Didalam melakukan investasi dalam bentuk saham, investor harus

melakukan analisis terhadap faktor yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaa,

sehingga dapat meminimalisasi kerugian yang akan timbul dari adanya fluktuasi

pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang bersangkutan (Lestari, 2004).

Dalam melakukan analisis dan memilih saham salah satunya yaitu analisis

fundamental.

Pengertian analisis fundamental yaitu :


a. Analisis fundamental adalah salah satu jenis analsis investasi yang

dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan

fundamental perusahaan. Faktor fundamental perusahaan yaitu hal - hal

yang berkaitan dengan operasional suatu perusahaan dan kemampuannya

untuk mendatangkan keuntungan (Sabrini, 2008).

b. Analisis fundamental adalah analisis yang melibatkan penggunaan laporan

keuangan saat ini dan masa lalu dalam hubungannya dengan industri dan

data ekonomi untuk menentukan nilai instrinsik perusahaan dan

mengidentifikasi efek kesalahan harga.

Dapat disimpulkan bahwa analsisi fundamental ialah analisis yang bertujuan

untuk mengetahui kinerja perusahaan melalui analisis laporan keuangan

perusahaan. Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham maka ada

beberapa tahapan untuk melakukan analisis fundamental yaitu :

a. Analisis Ekonomi

Analisis ini merupakan penilaian umum perekonomian dan pengaruh

potensialnya terhadap hasil sekuritas.

b. Analisis Industri

Analsisis industri memberikan pemahaman tentang sifat - sifat dan operasi

dari suatu industry yang dapat digunakan untuk memperkirakan prospek

pertumbuhan industri perusahaan.

c. Analisis Kondisi Spesifik Perusahaan


Analisis yang menyangkut penilaian keadaan keuangan perusahaan.

Adapun alat yang digunakan dalam analisis yaitu menggunakan laporan

keuangan.

Jadi analisis fundamental adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui

kinerja perusahaan dengan melalui analisis laporan keuangan perusahaan, baik

dengan membandingkan laporan keuangan internal dan eksternal (perusahaan

lain) sehingga dapat diketahui perusahaan mana yang memiliki kinerja yang lebih

baik yang akan dipilih nantinya untuk berinvestasi.

Dalam penelitian ini, analisis fundamental yang akan digunakan yaitu

analisis spesifik perusahaan, sebelum melakukan investasi pada saham calon

investor perlu melakukan analisis yang mendalam terhadap perusahaan yang nanti

sahamnya akan dibeli. Analisis fundamental perusahaan merupakan ilmu yang

menjadi perhatian utama para investor saham karena membeli sebuah saham

dalam suatu perusahaan pada hakikatnya sama aja ikut memiliki perusahaan

meski dalam batas proporsional jumlah saham yang dibeli. Faktor fundamental

perusahaan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

a. Return On Assets (ROA)

Tandelilin (2001) menyatakan bahwa return on assets menggambarkan

sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan

laba. Semakin tinggi rasio ROA menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif

dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, yang

juga dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya

akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor dan berdampak pada
harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin

meningkat, dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan.

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.

Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset

dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan

daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan

menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat

pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga

saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat

sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut

Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Setelah Pajak


ROA= x 100%
Total Aktiva

b. Current Ratio (CR)

Current Ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Level

likuiditas setiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari industrinya. Namun

yang pasti, Current Ratio harus diatas 1, sehingga hal itu berarti perusahaan

memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh utang jangka pendeknya.
Kemampuan likuiditas keuangan antar perusahaan cenderung berbeda

antara satu industri dan industri lainnya. Kriteria perusahaan yang mempunyai

posisi keuangan kuat adalah mampu memenuhi kewajiban keuangan kepada pihak

luar secara tepat waktu, mampu menjaga kondisi modal kerja yang cukup, mampu

membayar bunga dan kewajiban dividen yang harus dibayarkan, dan menjaga

posisi kredit utang yang aman. Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan

semakin baik bagi investor, perusahaan yang diminati investor adalah perusahaan

yang mempunyai rasio likuiditas cukup tinggi (Rahardjo dalam Samsuar dan

Akramunnas, 2017). Semakin baik current rationya maka akan semakin likuid

perusahaan tersebut, sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat untuk

berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak positif pada harga

saham. Jadi, current ratio diperkirakan berpengaruh positif terhadap harga saham,

artinya ketika CR mengalami kenaikan, diikuti dengan kenaikan harga saham.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva Lancar
CR= x 100 %
Utang Lancar

c. Debt to Equity ration (DER)

Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang salah

satunya dapat dilihat melalui debt to equity ratio (DER). DER adalah variabel

yang mendefinisikan seberapa banyak proporsi dari modal perusahaan yang

sumber pendanaannya berasal dari pinjaman atau kredit.


Menurut Walsh (2003) menyatakan bahwa debt to equity ratio yang lebih

dikenal dalam bahasa Indonesia dengan Rasio “Utang terhadap ekuitas”

merupakan salah satu ukuran paling mendasar dalam keuangan perusahaan. DER

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya,

yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk

membayar hutang. Bagi investor, semakin besar rasio DER akan semakin tidak

menguntungkan karena semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang

mungkin terjadi di perusahaan (Kasmir, 2007). Semakin besar DER, maka

semakin rendah harga saham perusahaan karena perusahaan harus membayar

utang dan investor semakin tidak tertarik untuk membeli saham perusahaan.

Dari pengertian DER di atas, maka disimpulkan bahwa DER merupakan suatu

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membiayai

utang jangka pendek maupun jangka panjangnya.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Utang
DER= x 100 %
Total Ekuitas

2.1.9 Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham

dengan mengamati perubahan harga saham tesebut di masa lalu, Suad Husnan

(2005:349). Menurut Sutrisno (2005:330), analisis teknikal adalah pendekatan

investasi dengan cara memperlajari data hsitoris dari harga saham serta

menghubungkannya dengan volume perdagangan yang terjadi dan kondisi


ekonomi saat itu. Analisis teknikal ini hanya mempertimbangkan pergerakan

harga saham saja tanpa memperhatikan kinerja dari perusahaan.

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham

dengan mengamati perubahan harga saham di masa lalu dan upaya untuk

menentukan kapan para investor untuk membeli, menjual maupun

mempertahankan sahamnya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham,

seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai

saham. Faktor teknikal yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

a. Volume Penjualan

Volume penjualan adalah jumlah saham atau surat berharga yang

diperdagangkan di pasar modal selama periode yang telah ditentukan. Volume

penjualan merupakan salah satu variabel dari harga karena volume penjualan

menggambarkan jumlah aktivitas perdagangan. Dengan menggunakan volume

penjualan dengan harga, insvestor mengetahui segala hal yang sebenarnya sedang

terjadi di pasar modal (Fauzia, 2019).

“Trading volume is number of shares stocks or indexs traded” (Jones et.al,

2009). Volume penjualan merupakan banyaknya lembar saham yang

diperdagangkan. “Trading volume is defined as the number shares bought and

sold each day” (Abbondante, 2010). Volume penjualan saham dapat diartikan

sebagai banyaknya lembar saham dari suatu emiten atau perusahaan yang

diperjual-belikan di pasar modal setiap harinya dengan tingkat harga yang telah

disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui broker (perantara)

perdagangan saham. (Susanto dan Sabardi, 2010:104) menyatakan bahwa secara


historis volume perdagangan saham mempunyai kaitan dengan harga pasar di

bursa, dikarenakan volume perdagangan saham dianggap sebagai ukuran dari

kekuatan atau kelemahan pasar sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan.

Volume penjualan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham

yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar

pada waktu tertentu (Suad Husnan, 2005). Dirumuskan sebagai berikut :

Volume Perdagangan Individu


VP=
Volume Perdagangan Sektoral

b. Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG, dalam bahasa inggris disebut

juga Jakarta Composite Index atau JSX Composite merupakan salah satu jenis

indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia. IHSG merupakan untuk mengukur nilai

kinerja seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek dengan menggunakan

semua saham yang tercatat di bursa efek sebagai komponen penghitungan indeks.

IHSG digunakan untuk mengetahui perkembangan dan situasi umum pasar modal,

bukan situasi perusahaan tertentu. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh

saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Menurut Anoraga dan

Pakarti (2001:101) IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga

saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang

perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai

situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami
kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang

tercatat di bursa.

Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek

Indonesia berwenang mengeluarkan atau tidak memasukkan satu atau beberapa

Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain,

jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free

float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga

perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi

kewajaran pergerakan IHSG.

Menurut Samsul (2006 : 185), IHSG berubah setiap hari karena (1)

perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan (2) adanya saham tambahan.

Pertambahan jumlah saham beredar berasal dari emisi baru, yaitu masuknya

emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadi tindakan corporate action

berupa split, right, waran, dividen saham, saham bonus, dan saham konversi.

Perubahan harga saham individu di pasar terjadi karena faktor permintaan dan

penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran, baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh yang sifatnya

rasional mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat

pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga saham dari negara lain.

Pengaruh yang irrasional mencakup rumor di pasar, mengikuti mimpi, bisikan

teman, atau permainan harga. Pada umumnya, kenaikan harga atau penurunan

harga dapat terjadi secara bersama-sama. Jika harga terus naik, maka akan diikuti

dengan penurunan harga pada periode berikutnya.


Naiknya IHSG tidak berarti seluruh jenis saham mengalami kenaikan

harga, tetapi hanya sebagian yang mengalami kenaikan sementara sebagian lagi

mengalami penurunan. Demikian juga, turunnya IHSG bisa diartikan bahwa

sebagian saham mengalami penurunan dan sebagian lagi mengalami kenaikan.

Jika suatu saham naik, maka berarti saham tersebut mempunyai korelasi positif

dengan kenaikan IHSG. Jika suatu jenis saham naik harganya tetapi IHSG turun,

maka berarti saham tersebut berkolerasi negatif dengan IHSG.

Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu,

tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam

keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi

demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa.

Indeks harga saham gabungan merupakan Indikator pergerakan harga

saham yang tercatat di bursa dan merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis

saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Rumus yang digunakan untuk

menghitung IHSG :

∑ Kapitalisasi Pasar
IHSG= x 100 %
∑ Nilai Pasar

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu yang menjadi landasan pada penelitian

ini adalah :

Penelitian yang dilakukan oleh Fauzia (2019) bertujuan untuk mengetahui

pengaruh secara parsial faktor fundamental (DER, ROE, CR, EPS, PER) dan
faktor teknikal (harga saham masa lalu, volume perdagangan) terhadap harga

saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2015-2017, dan untuk

mengetahui pengaruh secara simultan faktor fundamental (DER, ROE, CR, EPS,

PER) dan faktor teknikal (harga saham masa lalu, volume perdagangan) terhadap

harga saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2015-2017, dan

untuk mengetahui implementasi investasi saham syariah di Jakarta Islamic Index

dalam presfektif Islam. Hasil pada penelitian tersebut menunjukkan secara parsial

faktor fundamental (Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Current Ratio,

Earning per Share, Price Earning Ratio) tidak ada satu pun yang berpengaruh

terhadap harga saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dan faktor teknikal

harga saham masa lalu tidak berpengaruh terhadap harga saham sedangkan

volume perdagangan berpengaruh terhadap harga saham, secara simultan, hasil

penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya pengaruh faktor fundamental

(Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Current Ratio, Earning per Share, Price

Earning Ratio) dan faktor teknikal (harga saham masalalu, volume perdagangan)

terhadap harga saham sebesar 99,9955%, adapun implementasi investasi saham

syariah di Jakarta Islamic Index (JII) ini sudah menjalankan investasi sesuai

dengan prinsip syariah dan tidak melakukan kegiatan investasi yang dilarang.

Penelitian yang dilakukan oleh Tenriola Samsuar dan Akramunnas (2017)

bertujuan untuk menguji pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap harga

saham industry perhotelan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2011-

2015. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 1) Return on Asssets (ROA),

Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), IHSG, dan Volume perdagangan
berpengaruh secara simultan terhadap harga saham; 2) ROA berpengaruh postitif

dan signifikan terhadap harga saham; 3) DER berpengaruh positif dan siginifikan

terhadap harga saham; 4) current ratio berpengaruh negative dan tidak signifikan

terhadap harga saham; 5) indeks harga saham gabungan (IHSG) berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap harga saham dan 6) volume perdagangan

berpengaruh positif dan siginifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang di lakukan oleh Dewi dan Rangkuti (2020) yang bertujuan

untuk menganalisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga

Saham Subsektor Transportasi dan Energi di BEI. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisi regresi linier berganda. Hasil penelitian tersebut

memberikan kesimpulan bahwa 1) Return on Asset (ROA) berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan subsektor tansportasi

dan subsektor energi di bursa efek indonesia tahun 2016-2018; 2) Current Ratio

(CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan

subsektor tansportasi dan subsektor energi di bursa efek indonesia tahun 2016-

2018; 3) Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham pada perusahaan subsektor tansportasi dan subsektor energi di bursa

efek indonesia tahun 2016-2018; 4) Indeks harga saham gabungan (IHSG)

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan

subsektor tansportasi dan subsektor energi di bursa efek indonesia tahun 2016-

2018; 5) Volume Perdagangan (VP) berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap harga saham pada perusahaan subsektor tansportasi dan subsektor energi

di bursa efek indonesia tahun 2016-2018.


Penelitian yang dilakukan oleh Abidin, Suhadak, dan Hidayat (2016)

bertujuan untuk menguji pengaruh volume bid, harga saham masa lalu, dan

volume perdagangan secara parsial dan simultan terhadap harga saham dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa 1) Variabel volume bid secara parsial tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap harga saham dari perusahaan dalam indeks IDX30;

2) Variabel harga saham masa lalu secara parsial berpengaruh signifikan positif

terhadap harga saham; 3) Variabel volume perdagangan secara parsial

berpengaruh negative terhadap harga saham; 4) Secara simultan ketiga variabel

independen yaitu volume bid, harga saham masa lalu, dan volume perdagangan

berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2002) yang bertujuan untuk

menganalisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik

terhadap Harga Saham Kasus Industri Barang Konsumsi yang Go-Publik di Pasar

Modal Indonesia. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan

model loglinier. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ROA, DER dan book

value berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang

dari 1% dan resiko sistematik (indeks beta) signifikan pada level kurang dari 10%.

Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham.

2.3 Rerangka Konseptual

Penelitian ini akan meneliti tentang analisis pengaruh faktor fundamental

dan teknikal terhadap harga saham. Didalam analisis fundamental terdapat


beberapa rasio keuangan yang dapat mencerminkan kondisi keuangan dan kinerja

suatu perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi

Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan

didalam analisis teknikal terdapat faktor yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi volume penjualan dan indeks harga saham gabungan.

Gambar 2.3. Rerangka Konseptual

Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal terhadap Harga Saham

Industri Perhotelan yang Terdaftar di BEI tahun 2018 - 2020

Natarsyah (2002), Samsuar


& Akramunnas (2017),
Dewi & Rangkuti (2020)

Variabel Independen
Samsuar &
Akramunnas
(2017), Fauzia
Return On Assets
(2019)
X1 H1

Current Ratio H2
X2 Variabel Dependen

Harga Saham

Y
H3
Debt to Equity Ratio
X3

H4

Volume Penjualan
X4 Dewi & Rangkuti
H5 (2020), Natarsyah
(2000)

Abidin et.al (2016)


Indeks Harga Saham
Gabungan
X5

Samsuar &
Akramunnas (2016)
2.4 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Harga saham merupakan nilai yang harus diperhatikan oleh setiap

perusahaan, karena tinggi rendahnya harga suatu saham dapat mempengaruhi para

investor dalam menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Oleh karena itu

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor - faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi harga saham, dalam hal ini peneliti mengambil faktor fundamental

dan teknikal yang lebih banyak berpengaruh terhadap harga saham.

Dari rerangka konseptual di atas, berikut ini merupakan pengembangan dari

hipotesis yang akan peneliti ajukan:


2.4.1 Return On Assets Terhadap Harga Saham

Return On Assets (ROA) menggambarkan seajauh mana kemampuan aset-

aset perusahaan untuk bisa menghasilkan laba. Dari sudut investor, salah satu

indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan

melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan.

Menurut Mardiyanto (2009: 196) Return On Assets (ROA) adalah rasio

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

yang berasal dari aktivitas investasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini ROA

menjadi salah satu faktor fundamental yang bertujuan untuk mengetahui kinerja

perusahaan dengan melalui analisis laporan keuangan perusahaan, baik dengan

membandingkan laporan keuangan internal dan eksternal (perusahaan lain)

sehingga dapat diketahui perusahaan mana yang memiliki kinerja yang lebih baik

yang akan dipilih nantinya untuk berinvestasi. Hal tersebut didukung oleh Teori

Sinyal (signalling theory) teori yang membahas mengenai bagaimana perusahaan

memberikan informasi atau sinyal baik positif maupun negatif bagi pemegang

saham (Scott dalam Himawan dan Christiawan, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah S (2002) dengan hasil penelitian

yang konsisten yaitu ROA berpengaruh terhadap harga saham. Kemudian

Penelitian yang dilakukan oleh Tenriolar Samsuar dan Akramunnas (2017) serta

penelitian Ratna Sari Dewi dan Dede Yusuf Rangkuti (2020) juga mendapatkan

hasil variable ROA berpengaruh postitif dan signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, hipotesis

pertama yang diajukan ialah:


H1: Return on assets berpengaruh terhadap harga saham industri perhotelan di

Bursa efek Indonesia.

2.4.2 Current Ratio Terhadap Harga Saham

Kemampuan likuiditas keuangan antar perusahaan cenderung berbeda

antara satu industri dan industri lainnya. Kriteria perusahaan yang mempunyai

posisi keuangan kuat adalah mampu memenuhi kewajiban keuangan kepada pihak

luar secara tepat waktu, mampu menjaga kondisi modal kerja yang cukup, mampu

membayar bunga dan kewajiban dividen yang harus dibayarkan, dan menjaga

posisi kredit utang yang aman. Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan

semakin baik bagi investor, perusahaan yang diminati investor adalah perusahaan

yang mempunyai rasio likuiditas cukup tinggi (Rahardjo dalam Samsuar dan

Akramunnas, 2017). Semakin baik current rationya maka akan semakin likuid

perusahaan tersebut, sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat untuk

berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak positif pada harga

saham. Jadi, current ratio diperkirakan berpengaruh positif terhadap harga saham,

artinya ketika CR mengalami kenaikan, diikuti dengan kenaikan harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Tenriolar Samsuar dan Akramunnas (2017)

dan Fauzia (2019) mendapatkan hasil bahwa current ratio tidak berpengaruh

terhadap harga saham. Meski hasil penelitian bertentangan dengan teori tetapi

penelitian ini akan kembali menguji variabel tersebut dengan mengajukan

hipotesis kedua ialah:


H2: Current ratio berpengaruh terhadap harga saham industri perhotelan di Bursa

efek Indonesia.

2.4.3 Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang mengukur kemampuan

modal perusahaan dalam menjamin hutang. Rasio DER bermanfaat untuk

menunjukkan kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Bagi investor, semakin

besar rasio DER akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko

yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan (Kasmir,

2007). Semakin besar DER, maka semakin rendah harga saham perusahaan

karena perusahaan harus membayar utang dan investor semakin tidak menarik

untuk membeli saham perusahaan.

Penelitian yang di lakukan oleh Dewi dan Rangkuti (2020) dengan hasil

Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2002) dengan hasil

yang sama yaitu DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis ketiga diajukan ialah:

H3: Debt to equity ratio berpengaruh terhadap harga saham industri perhotelan di

Bursa efek Indonesia.

2.4.4 Volume Penjualan Terhadap Harga Saham

Jones et.al, (2009) menyatakan “Trading volume is number of shares

stocks or indexs traded”. Volume penjualan merupakan banyaknya lembar saham

yang diperdagangkan. Susanto dan Sabardi (2010) menyatakan bahwa secara

historis volume perdagangan saham mempunyai kaitan dengan harga pasar di


bursa, dikarenakan volume perdagangan saham dianggap sebagai ukuran dari

kekuatan atau kelemahan pasar sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan.

Dengan menggunakan volume penjualan dengan harga, insvestor

mengetahui segala hal yang sebenarnya sedang terjadi di pasar modal (Fauzia,

2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Sugeng Abidin et.al, (2016) menyatakan

bahwa Volume perdagangan secara parsial berpengaruh negatif terhadap harga

saham. Meski hasil penelitian terdahulu yang bertentangan dengan teori,

penelitian ini akan kembali menguji variabel tersebut dengan mengajukan

hipotesis keempat ialah:

H4: Volume penjualan berpengaruh terhadap harga saham industri perhotelan di

Bursa efek Indonesia.

2.4.5 Indeks Saham Gabungan Terhadap Harga Saham

Menurut Samsul (2006 : 185), IHSG berubah setiap hari karena (1)

perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan (2) adanya saham tambahan.

Pertambahan jumlah saham beredar berasal dari emisi baru, yaitu masuknya

emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadi tindakan corporate action

berupa split, right, waran, dividen saham, saham bonus, dan saham konversi.

Perubahan harga saham individu di pasar terjadi karena faktor permintaan dan

penawaran.

Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu,

tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam

keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk.
Penelitian oleh Tenriola Samsuar dan Akramunnas (2017) mendapatkan

hasil bahwa IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis kelima diajukan ialah:

H5: Indeks harga saham gabungan berpengaruh terhadap harga saham industri

perhotelan di Bursa efek Indonesia.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan rancangan penelitian asosiatif kausal

dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2019:55), penelitian asosiatif

kausal merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel atau lebih. Hubungan kausal merupakan hubungan yang sifatnya

sebab-akibat, salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain

(dependen). Penelitian asosiatif menggunakan teknik analisis kuantitatif atau

statistik. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang

spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal

hingga pembuatan desain penelitiannya. Pada Penelitian ini terdapat variabel


independen yaitu Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity

Ratio (DER). Serta variabel dependen yaitu harga saham.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2019) teknik pengumpulan data merupakan suatu cara

peneliti untuk mendapatkan data, sehingga data yang digunakan dalam penelitian

memenuhi standar data yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik dokumentasi. Dokumentasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan

beberapa informasi tentang data dan fakta yang berhubungan dengan masalah dan

tujuan penelitian baik dari sumber dokumen yang dipublikasikan, jurnal ilmiah,

koran, majalah, website, dan lain-lain. Metode dilakukan dengan cara menelusuri

data historis dari website resmi BEI. Data diperoleh dari laporan keuangan

tahunan perusahaan industri perhotelan yang terdaftar di bursa efek Indonesia

tahun 2018 – 2020.

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut (Sugiyono, 2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham yang terdaftar

di bursa efek Indonesia tahun 2018 – 2020.

2. Sampel
Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel

menggunakan Teknik purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan

sampel yang representatif serta sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Kriteria yang digunakan dalam memilih sampel adalah sebagai berikut :

1. Merupakan perusahaan industri perhotelan yang listed di BEI periode

tahun 2018 sampai 2020.

2. Hanya perusahaan industri perhotelan yang baru melakukan IPO (Initial

Public Offering) selama periode penelitian yang dimasukkan dalam

penelitian.

3. Menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2018 sampai

2020 berturut-turut.

Dari kriteria di atas maka didapatkan sampel sebanyak 7 perusahaan yang

terdaftar Bursa Efek Indonesia dari tahun 2018 – 2020.

Tabel 1

Daftar Perusahaan

NO Kode Nama Perusahaan Tanggal IPO

1 CLAY Citra Putra Reality Tbk 18/01/2019

2 DFAM Dafam Property Indonesia Tbk 27/04/2018

3 EAST Eastparc Hotel Tbk 9/07/2019

4 FITT Hotel Fitra International Tbk 11/06/2019

5 HRME Menteng Heritage Reality Tbk 12/04/2019


6 NATO Surya Permata Andalan Tbk 18/01/2019

7 PGJO Tourindo Guide Indonesia Tbk 08/01/2020

3.4 Variabel Penelitian

Sugiyono (2019:68) mendefinisikan variabel penelitian sebagai suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Berikut ini merupakan klasifikasi variabel serta definisi

operasional dari masing-masing-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu:

3.4.1 Klasifikasi Variabel

Berikut merupakan klasifikasi serta definisi dari masing-masibg

variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni:

1. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena asanya variabel independen (Sugiyono, 2019:69). Variabel dependen

dalam penelitian ini yakni harga saham.

2. Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2019:69). Terdapat lima variabel

independen dalam penelitian ini yakni: Return on Assets (ROA), Current Ratio

(CR), Debt to Equity Ratio (DER), Velume Penjualan, Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG).

3.4.2 Operasional variable

1. Harga Saham (Y)


Harga Saham (Y) menurut Sunariyah (2006), harga saham adalah harga

suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Dalam

penelitian ini menggunakan harga dari suatu saham yang ditentukan pada saat

pasar saham sedang berlangsung dengan berdasarkan kepada permintaan dan

penawaran pada saham yang dimaksud, dengan harga saham yang diwakili

oleh harga saham penutupan (closing price) pada tutup tahun.

2. Return on Assets (X1)

Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan asset perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. ROA juga

merupakan indikator efisiensi penggunaan total asset perusahan.

3. Current Ratio (X2)

Current ratio (CR) merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan

kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk

mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban

jangkapendeknya. Rasio ini salah satu dari rasio likuiditas.

4. Debt to Equity Ratio (X3)

Debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan total hutang yang dimiliki

perusahaan dengan total ekuitas.

5. Volume Penjualan (X4)

Volume perdagangan saham adalah merupakan rasio antara jumlah lembar

saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang

beredar pada waktu tertentu (Suad Husnan, 2005).

6. Indeks Harga Saham Gabungan (X5)


Indeks harga saham gabungan merupakan Indikator pergerakan harga saham

yang tercatat di bursa dan merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis

saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 2

Definisi Operasional variable

No Variable Perubahan Definisi Operasional

Penelitian Indikator

1 Fundamental  ROA Laba Setelah Pajak


ROA= x 100%
Total Aktiva

 CR
Aktiva Lancar
CR= x 100 %
Utang Lancar

 DER
Total Utang
DER= x 100 %
Total Ekuitas

2 Teknikal  Volume Volume Perdagangan Individu


VP=
Volume Perdagangan Sektoral
Perdagangan

 Indeks

Harga ∑ Kapitalisasi Pasar


IHSG= x 100 %
∑ Nilai Pasar
Saham

Gabungan

3 Harga Saham Harga Saham Data harga satu saham pada waktu

penutupan (closing price)


3.5 Prosedur Analisis Data

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum.

Menurut Suliyanto (2011) statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan

gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2016). Analisis statistik

deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu return on assets

(ROA), current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), volume penjualan, indeks

harga saham gabungan dan kebijakan dividen yang diukur dengan harga saham.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016) uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah

dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Apabila variabel tidak berdistribusi

secara normal maka hasil uji statistik akan mengalami penurunan. Pada penelitian

ini uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikan diatas 0,05
maka data terdistribusi normal. Sedangkan jika hasil One Sample Kolmogorov

Smirnov menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data tidak terdistribusi

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2016) pengujian multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Pengujian multikolinearitas adalah pengujian yang mempunyai

tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi

antara variabel independen. Efek dari multikolinearitas ini adalah menyebabkan

tingginya variabel pada sampel. Hal tersebut berarti standar error besar,

akibatnya ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-tabel. Hal ini

menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara variabel independen yang

dipengaruhi dengan variabel dependen.

Untuk menemukan ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi

dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF).

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan

nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas

yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau

sama dengan nilai VIF diatas 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi

ketidaknyamanan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika


varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada

tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda adalah

dengan melihat grafik sccatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu

SRESID dengan residual error yaitu ZPRED. Jika tidak ada pola tertentu dan tidak

menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Model yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2016).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2011).

Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi

menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

a) Jika 0 < d < dl maka tidak ada autokorelasi positif. Keputusan tolak.

b) Jika dl ≤ d ≤ du maka tidak ada autokorelasi positif. Keputusan no desicion.

c)Jika 4 – dl < d < 4 maka tidak ada korelasi negatif. Keputusan tolak

d) Jika 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl maka tidak ada korelasi negatif.

e) Jika du <d< 4 - du maka tidak ada autokorelasi.

3.5.3 Analisis Linier Berganda

Model regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan

untuk mengetahui pola hubungan antara dua variabel atau lebih. Persamaan

regresi linier berganda dapat dinyatakan sebagai berikut:


Y = α +β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + e

Keterangan:

Y = Harga saham

α = konstanta

β 1..β 5 = koefisien regresi

X1 = Variabel Retrun On Assets

X2 = Variabel Current Ratio

X3 = Variabel Debt to Equity Ratio

X4 = Variabel Volume perdagangan

X5 = Variabel Indeks Harga Saham Gabungan

e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian

3.5.4 Pengujian Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen (Imam Ghozali, 2011).


b. Uji F

Menurut Ghozali (2016) Uji F disini bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel bebas (independen) secara bersama–sama berpengaruh terhadap variabel

terikat (dependen). Prosedur yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

a) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat

bebas (n - k), dimana n: jumlah pengamatan dan k: jumlah variabel.

b) Kriteria keputusan:

1. Uji Kecocokan model ditolak jika α > 0,05

2. Uji Kecocokan model diterma jika α < 0,05

c. Uji Parsial (Uji t)

Menurut Ghozali (2016) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level

0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria:

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi

tidak signifikan). Ini berarti variabel independen tidak mempunyai pengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi

signifikan). Ini berarti variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen.


DAFTAR PUSTAKA
Abbondante, Paul. 2010. Trading volume and stocks indices: A test of technical
analysis. American Journal of Economics and Business Administration, 2
(3): 287-292

Fama, Eugene. 1970. Efficient Capital Markets – A review of theory and


empirical work. Journal of Finance 25 (2).

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivriete Dengan Program IBM SPSS
23. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gumanti, Tatang Ary dan Elok Sri Utami, 2002. Bentuk Pasar Efisien dan
Pengujiannya. Jurnal Akuntansi & Keuangan 4 (1):5-68.
Hadi, Nor. 2013. Pasar Modal (Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan Pasar Modal).Yogyakarta: Graha Ilmu.

Himawan dan Christiawan. 2016. Pengaruh Keputusan Pendanaan Dan Kebijakan


Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufaktur Di Indonesia.
Business Accounting Review 4 (1): 193-204.

Husnan, Saud. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Keempat, AMP YKPN, Yokyakarta.

Jones, Charles P. Dkk. 2009. Investment: Analysis and Management (An


Indonesian Adaptation). Indonesia : Salemba Empat, Jakarta.
Natarsyah, Syahib. (2002). Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan
Resiko Sistematik terhadap Harga Saham Kasus Industri Barang Konsumsi
yang Go-Publik di Pasar Modal Indonesia. Bunga Rampai Kajian Teori
Keuangan, September 2002: 537-559.

Ratna Sari Dewi, Dede Yusuf Rangkuti, Analisis Faktor Fundamental Teknikal
Terhadap Harga Saham Subsektor Transportasi dan Energi di BEI, Jurnal
Muhammadiyah Manajemen Bisnis, Vol. 1 No. 1, Februari 2020.

Sawidji, Widoatmojo. 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jurnalindo


Aksan Grafika, Jakarta.

Sony Siswoyo. 2013. Analisis Fundamental dan Teknikal Untuk Profit Lebih
Optimal. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugeng Abidin, Suhandak, dan Raden Rustam Hidayat, Pengaruh Faktor Teknikal
Terhadap Harga Saham (Studi pada Harga Saham IDX30 di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2012-2015), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB),
Vol. 37 No. 1, Agustus 2016.

Sugiyono (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.


Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: CV Alfabeta.
Susanto, Djoko dan Sabardi, Agus. 2010, Analisis Teknikal di Bursa Efek. Edisi
Dua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Tandelilin, E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Penerbit BPFE,


Yogyakarta.

Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius

Tenriola Samsuar, Akramunnas. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal


terhadap Harga Saham Industri Perhotelan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Syariah, Vol. 1 No.
1, Oktober 2017.

Walsh, C. 2003. Key Management Ratios. Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai