SHARF
Skema Sharf
Sumber Hukum
Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak
tunai).
Umar bin Khattab mendengar seseorang menukarkan emas sambil berkata ketika
menerima tukarannya: Tunggulah penjagaku pulang dari hutan. Lalu Umar
berkata Demi Allah, janganlah engkau berpisah dengannya sehingga terjadi proses
pertukarannya. Aku mendengar Rasulullah bersabda, tukar menukar emas dengan
emas itu adalah riba, kecuali dilakukan dengan kontan. Kurma dengan kurma juga
adalah riba, kecuali kontan dengan kontan. (HR. Bukhari)
Emas, perak, kurma, gandum, anggur kering, dan garam adalah contoh barang-
barang ribawi atau barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan.
Berdasarkan hadits di atas, dapat diartikan kalau terjadi pertukaran sesama barang
sejenis harus sama jumlahnya dan harus dari tangan ke tangan (tunai). Impikasinya
adalah bahwa pertukaran untuk mata uang yang berbeda, misal ringgit Malaysia
dengan rupiah dibolehkan jumlahnya berbeda (Contoh: RM 1 dengan Rp 2.500)
asalkan dilakukan secara tunai/tidak boleh utang.
Menurut ajaran islam, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan
merupakan komoditas. Artinya tanpa didayagunakan, uang tidak dapat
menghasilkan pendapatan atau keuntungan dengan dirinya sendiri.
Terdapat 4 (empat) jenis transaksi pertukaran valuta asing, adalah sebagai berikut:
Piutang (valas)
Keuntungan
Kerugian
Utang (valas)
WADIAH
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang
bukan pemiliknya untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak
yang mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan
kapan pun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali
uang/barang titipan tersebut dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang
titipan.
Dalam akad hendaknya dijelaskan tujuan wadiah, cara penyimpanan, lamanya waktu
penitipan, biaya yang dibebankan pada pemilik barang dan hal-hal lain yang
dianggap penting.
Sumber Hukum
1. Al-Quran
sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya... (QS. 4:58)
2. As-Sunah
tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan
jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu (HR. Abu Dawud
dan Al Tirmidzi).
Rukun dan Ketentuan Syariah
1. Pelaku yang terdiri atas pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi) dan
pihak yang menyimpan (mustawda)
2. Objek wadiah berupa barang yang dititipkan
3. Ijab kabul/serah terima
WAKALAH
Agen (wakil) boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak menerima komisi
(hanya mengharap ridha Allah/tolong menolong). Tetapi bila ada komisi atau upah
maka akadnya seperti akad ijarah/sewa menyewa. Wakalah dengan imbalan disebut
dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara
sepihak.
Sumber Hukum
1. Al-Quran
maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu itu..
jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman
...Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungjawabannya
2. As-Sunnah
Diriwatkan dari Busr bin ibn Sadiy al Maliki berkata: Umar
mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan
sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, memerintahkan agar saya
diberi imbalan (fee). Saya berkata: Saya bekerja hanya karena Allah
Umar menjawab: Ambillah apa yang kamu beri, saya pernah bekerja
(seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun
berkata seperti apa yang kamu katakan. Kemudian Rasul bersabda kepada
saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta: makanlah (terimalah)
dan bersedekahlah. (HR. Bukhori Muslim)
1. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal, karena jika terjadi
salah satu syarat wakalah tidak terpenuhi
2. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai
3. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan
4. Wakil mengundurkan diri
5. Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu
yang diwakilkan