Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENYIMPANGAN TOSHIBA

CORPORATION

Anggota :

Mahendra Wahyu Pratama (15312522)


Nugraeni Susanti (15312528)
Arum Asoka Rini (15312530)
Wulan Purbaningrum (15312541)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Toshiba Corporation merupakan perusahaan elektronik terbesar di dunia
yang bermarkas di Tokyo, Jepang. Didirikan pada tahun 1875, Toshiba
Corporation adalah inovator kelas dunia dan pemimpin global di bidang teknologi
tinggi dengan 247 anak perusahaan dan afiliasi utama di seluruh dunia. Sejak
peluncuran perdana PC notebook T1100 pada tahun 1985, Toshiba telah mencatat
total pengiriman ke seluruh dunia sejumlah lebih dari 100 juta PC notebook pada
Tahun Keuangan 2010.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat di negara-negara berkembang dan
pertumbuhan lamban di negara maju telah menyebabkan perubahan besar dalam
ekonomi dan paradigma industri di abad ke-21. Untuk bertahan di tengah
meningkatnya persaingan global yang melampaui batas-batas negara, Toshiba
terus berfokus pada merestrukturisasi usaha untuk memperkuat basis pendapatan
mereka sementara mencari cara untuk mengubah struktur bisnis secara
keseluruhan dengan menargetkan sektor-sektor pertumbuhan dan bisnis yang
tumbuh. Tujuannya adalah untuk menjadi pesaing global yang lebih kuat dengan
mengejar pendekatan konsentrasi dan seleksi sementara sekaligus menciptakan
produk dan jasa yang Pertama dan No 1 di Dunia dengan biaya yang kompetitif
dan menarik pelanggan.
Dikenal sebagai perusahaan dengan laju inovasinya yang terdepan serta
banyak mewarnai referensi buku bisnis dengan berbagai prestasi. Salah satunya
karya firma hukum Mori Hamada & Matsumoto yang menceritakan tentang
bagusnya tata kelola dalam perusahaan. Toshiba menduduki peringkat sembilan
dari 120 perusahaan publik di Jepang dalam Good Governance Practice.
Namun reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan hanya karena
pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi target performance unit. Kasus ini
terjadi baru-baru ini yaitu tahun 2015. Toshiba terbukti melakukan pembohongan
publik dan investor dengan cara menggelembungkan keuntungan di laporan
keuangan hingga overstated profit 1,2 Miliar US Dollar sejak tahun fiskal 2008.
Dan yang lebih memprihatinkan skandal tersebut melibat top management dari
Toshiba Corporation.
Sejak laporan audit penginvestigasian resmi dirilis dua bulan setelah komite
yang diketuai Koichi Ueda dan beranggotakan beberapa pakar akuntansi Jepang
menginvestigasi Toshiba dan sampai pada kesimpulan telah terjadi penyimpangan.
Pada 21 Juli 2015, delapan dari 16 petinggi Toshiba yang terlibat skandal
akuntansi resmi mengundurkan diri. Termasuk diantaranya Presiden Direktur
Hisao Tanaka, Wakil Presdir Norio Sasaki dan Chief Executive Atsutoshi Nishida.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang masalah yang diuraikan, pokok permasalahan yang akan
dibahas adalah :
Bagaimana penyimpangan yang dilakukan perusahaan Toshiba.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan pada masalah yang dihadapi, penulis melakukan penelitian ini
dengan tujuan:
Mengetahui penyimpangan yang dilakukan perusahaan Toshiba Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANALISIS KASUS


Toshiba adalah perusahaan yang didirikan di Jepang pada tahun 1875.
Sebagai perusahaan yang didirikan di Negara Jepang, Negara yang mempunyai
budaya malu, kerja keras, mandiri, inovatif dan budaya-budaya baik lainnya.
Tetapi pada tahun 2014 lalu, muncul sebuah permasalahan akuntansi yang
mengejutkan dimana terdapat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
Toshiba. Penyimpangan-penyimpangan tersebut ditemukan oleh Komite
Independen.
Kasus ini bermula atas inisiatif Pemerintahan Perdana Menteri Abe yang
mendorong transparansi yang lebih besar di perusahaan-perusahaan Jepang untuk
menarik lebih banyak investasi asing. Atas saran pemerintah tersebut, Toshiba
menyewa panel independen yang terdiri dari para akuntan dan pengacara untuk
menyelidiki masalah transparansi di Perusahaannya. Betapa mengejutkannya
bahwa dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan panel independen tersebut
mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan aktif dalam menggelembungkan
laba usaha Toshiba sebesar 151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun) sejak
tahun 2008.
Panel yang dipimpin oleh mantan jaksa top di Jepang itu, mengatakan
bahwa eksekutif perusahaan telah menekan unit bisnis perusahaan, mulai dari unit
personal computer sampai ke unit semikonduktor dan reaktor nuklir untuk
mencapai target laba yang tidak realistis. Manajemen biasanya mengeluarkan
tantangan target yang besar itu sebelum akhir kuartal/tahun fiskal. Hal ini
mendorong kepala unit bisnis untuk mencoreng catatan akuntansinya. Laporan itu
juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus-menerus
dilakukan sebagai kebijakan resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi siapa
pun untuk melawannya, sesuai dengan budaya perusahaan Toshiba.
Akibat laporan ini CEO Toshiba, Hisao Tanaka, mengundurkan diri, disusul
keesokan harinya pengunduran diri wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki. Selain itu
Atsutoshi Nishida, chief executive dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009
yang sekarang menjadi penasihat Toshiba juga mengundurkan diri. Panel tersebut
mengatakan bahwa Tanaka dan Sasaki tidak mungkin tidak tahu atas praktik
penggorengan laporan keuangan ini. Penggorengan ini pasti dilakukan secara
sistematis dan disengaja.
Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal April ketika isu akuntansi ini
terungkap. Nilai pasar perusahaan ini hilang sekitar 1,67 triliun (setara dengan
RP174 triliun). Badan Pengawas Pasar Modal Jepang kemungkinan akan
memberikan hukuman pada Toshiba atas penyimpangan akuntansi tersebut dalam
waktu dekat ini.
Penyimpangan yang paling utama adalah adanya overstated profit yang
mencapai 151.8 bn yen (U$ 1.22 Miliar) sejak tahun fiskal 2008 atau enam tahun
terakhir dan keadaan tersebut memang diakui apa adanya oleh top management
Toshiba.
Overstated profit bisa terjadi bukan karena economic factor tetapi justru
karena non economic factor yaitu budaya perusahaan dimana bawahan tidak bisa
melawan atasan. Memang di Jepang pun ada budaya menghormati orang yang
lebih tua atau senior tetapi ternyata budaya ini malah menimbulkan penyimpangan
bagi Toshiba. Permasalahan dalam tubuh perusahaan awalnya terjadi karena
manajer menetapkan target yang tidak realistis untuk dicapai. Dari situlah
munculnya banyak masalah lain karena pegawai berusaha bagaimanapun caranya
supaya mencapai target yang diharapkan.

2.2 FAKTOR PENYIMPANGAN DARI PERUSAHAAN TOSHIBA


Manajemen Toshiba memberlakukan kebijakan target performance bagi
perusahaannya, dimana perusahaan dituntut untuk memenuhi target yang telah
ditetapkan. Hal ini menimbulkan tekanan didalam lingkungan kerja Toshiba serta
menyebabkan rasa bersalah dalam diri para manajer divisi apabila target yang
telah ditetapkan tersebut tidak dapat dicapai. Bangsa Jepang dikenal sebagai
bangsa yang menjunjung tinggi kehormatan diri, sehingga apabila target yang
telah ditetapkan oleh manajemen tidak dapat dicapai, maka mereka merasa rendah
diri dan merasa telah gagal. Selain karena masalah kebudayaan, para manajer ini
juga ingin mendapatkan bonus yang besar dari sistem target performance yang
diberlakukan oleh Manajemen Toshiba ini. Muncullah niat dari para oknum ini
untuk menggelembungkan revenue/profit yang diperoleh Toshiba sehingga
mereka dapat mendapatkan bonus yang besar dan membuat seolah-olah
perusahaan Toshiba mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Kesalahan / flaw berikutnya dari manajemen Toshiba adalah kurangnya
pengawasan secara langsung atasan kepada bawahan mereka, sehingga ketika para
oknum di Toshiba ini menggelembungkan pendapatan Toshiba, manajemen tidak
mengetahui hal ini dan malah memberikan bonus kepada para oknum tersebut.
Manajemen juga terlalu mempercayai para oknum yang menggelembungkan
pendapatan Toshiba ini sehingga tidak pernah melakukan inspeksi atas keabsahan
pendapatan yang mereka peroleh.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan diskusi kami, kami menyimpulkan bahwa
kasus Toshiba bermula atas inisiatif Pemerintahan Perdana Menteri Abe yang
mendorong transparansi yang lebih besar di perusahaan-perusahaan Jepang untuk
menarik lebih banyak investasi asing. Setelah diaudit oleh panel yang Independen,
mulai terlihat fraud yang terjadi dalam Perusahaan Toshiba. Panel independepan
mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan aktif dalam menggelembungkan
laba usaha Toshiba sebesar 151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun) sejak
tahun 2008 dari 300 laporan keuangan perusahaan. Karena adanya kasus tersebut
mengakibatkan saham perusahaan menjadi turun sekitar 20%.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan manajemen Toshiba
memberlakukan kebijakan target performance bagi perusahaannya, dimana
perusahaan dituntut untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Pemberlakuan
target, mengakibatkan karyawan tertekan menimbulkan tekanan didalam
lingkungan kerja Toshiba. Selain itu, kesalahan / flaw berikutnya dari manajemen
Toshiba adalah kurangnya pengawasan secara langsung atasan kepada bawahan
mereka, sehingga ketika para oknum di Toshiba ini menggelembungkan
pendapatan Toshiba, manajemen tidak mengetahui.

3.2 SARAN UNTUK TOSHIBA


Melalui latar belakang masalah dan kajian teori, Toshiba memang terbukti
melakukan kesalahan dan kesalahan ini termasuk kesalahan yang fatal dan sudah
berjalan sejak tahun 2008. Kami memiliki beberapa saran untuk Toshiba, baik
secara preventif mau pun saran untuk peristiwa yang sudah terjadi. Berikut ini
merupakan saran sebagai tindakan pencegahan:
1. Memiliki kebijakan yang lebih mengikat. Maksudnya adalah agar Toshiba
membuat suatu kebijakan yang dengan adanya kebijakan tersebut maka
kecil kemungkinan bagi orang-orang di dalam perusahaan tersebut untuk
melakukan tindakan kecurangan. Salah satu contoh kebijakannya adalah
dengan menerapkan hukuman yang sangat berat bagi pelaku tindak
kecurangan tersebut seperti memuat namanya di website Toshiba dengan
keterangan bahwa dia adalah pelaku kecurangan. Dengan begitu maka tidak
akan ada perusahaan yang ingin bekerja sama dengan orang tersebut.
Kebijakan ini tentu akan membuat orang-orang yang bekerja di Toshiba
menjadi segan untuk melakukan kecurangan.
2. Jangan terlalu terpaku dengan budaya yang ada dalam suatu negara.
Berdasarkan hasil pencarian kami, kami menemukan bahwa di Jepang
terdapat suatu kebudayaan untuk menghormati senior. Mungkin hal inilah
yang menyebabkan kasus di Toshiba ini baru terungkap setelah sekian lama.
Mungkin saja sebenarnya karyawan di Toshiba tahu akan hal tidak baik
yang sudah dilakukan oleh seniornya, namun karyawan tersebut segan untuk
menegur dan melapor karena adanya unsur kebudayaan tersebut.
3. Memiliki internal control yang lebih kuat. Seperti yang kita tahu,
keberadaan internal control bertujuan untuk mencapai suatu tujuan dari
perusahaan dan menghindari tindakan-tindakan terpuji (salah satunya adalah
bentuk tindakan yang mengindikasikan adanya kecurangan). Internal control
ini sendiri diatur oleh COSO (Committee of Sponsoring Organization of
The Treadway Commission). Menurut COSO, internal control bertujuan
agar pelaporan keuangan dapat tersaji dengan benar, operasi dalam
perusahaan berjalan dengan efektif dan efisien, dan agar seluruh bagian dari
perusahaan patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Mari kita
tekankan tujuan internal control menurut COSO pada pelaporan keuangan.
Jika pelaporan keuangan tidak tersaji dengan benar, maka internal control
dalam perusahaan tersebut dapat dikatakan lemah bukan? Selain itu, internal
control sendiri bertujuan agar setiap orang di dalam perusahaan dapat
mematuhi peraturan yang berlaku. Dalam kasusnya, Toshiba jelas
melanggar peraturan yang berlaku. Karena itulah, kekuatan internal control
sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
seperti pada kasus Toshiba ini.
Selain saran dari segi preventif, kami juga memiliki saran kepada Toshiba
dalam menghadapi masalah yang sudah terjadi ini. Hanya saja, karena saran yang
kami berikan bertujuan untuk menyelamatkan nama baik Toshiba, maka salah satu
dari saran ini akan menyimpang dari nilai integritas. Sesungguhnya jika Toshiba
ingin menjalankan nilai integritas maka Toshiba seperti membuka aibnya sendiri
karena nilai integritas berarti bersikap jujur dan bertanggung jawab. Jika Toshiba
jujur dan membeberkan kesalahannya, bukankah hal itu akan membuat namanya
semakin buruk? Berikut ini merupakan saran kami untuk Toshiba dalam
menghadapi kasus ini:
1. Adanya peran shareholder dalam laporan keuangan perusahaan. Jika
shareholder boleh ikut campur dalam hal laporan keuangan, maka
shareholder tentu akan bertanya kepada pihak manajemen darimana laba
sebesar itu didapat dan shareholder tentu akan meminta bukti. Shareholder
sendiri memiliki hak untuk bertanya di dalam rapat umum. Karena itu,
alangkah baiknya jika shareholder memiliki andil dalam laporan keuangan
perusahaan.
2. Memecat orang-orang yang sudah terlibat di dalam kasus tersebut. Saran
inilah yang kami katakan sedikit menyimpang dari nilai integritas.
Seharusnya, akan lebih baik jika Toshiba mengambil jalan hukum agar
publik tahu mengenai hal yang sebenarnya terjadi. Namun, kami tidak
mendukung hal ini karena masalahnya akan bertambah besar dan nama
Toshiba akan menjadi semakin buruk dalam waktu yang lama.
3. Mengusahakan untuk selalu terbuka dalam memberikan data/informasi yang
diminta oleh Kantor Akuntan Publik. Saran ini sangat menjunjung nilai
integritas karena Toshiba seharusnya bersikap jujur saja dalam
menyampaikan informasinya, bukannya malah membesar-besarkan labanya.
Jika kita pikir baik-baik, akan lebih baik bersikap jujur dan terbuka
dibanding bersikap tidak jujur dan akhirnya justru merusak nama baik
Toshiba yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya.

DAFTAR PUSTAKA
________.2015. Toshiba scandal puts focus on Japan's cut-price company audits.
(online), (http://www.cnbc.com/2015/07/29/toshiba-scandal-puts-focus-
on-japans-cut-price-company-audits.html, diakses tanggal 7 Maret
2016).

________.2013. Lintas Sejarah. (online), (http://www.asia.toshiba.com/bahasa-


indonesia/history/, diakses tanggal 7 Maret 2016).

Andoko, Tree. 2017. Behavioral Forensik Audit dalam Kasus Fraud Perusahaan
di Jepang (online), (http://www.kompasiana.com/treandoko/behavioral-
forensik-audit-dalam-kasus-fraud-perusahaan-di-
jepang_58ad26b18223bd3305055c19 diakses tanggal 05 Maret 2017).

Warmoll, Chris. 2015. Toshiba $1.2bn accounting scandal claims first scalps
(online),(https://www.financialdirector.co.uk/financial-
director/news/2418561/toshiba-usd12bn-accounting-scandal-claims-
first-scalps-with-ey-set-for-probediakses tanggal 04 Maret 2017).

Rahayu, Mina. 2016. Toshiba Corporation Accounting Scandal (online),


(https://minarahayu.wordpress.com/2016/05/08/toshiba-corporation-
accounting-scandal diakses tanggal 06 Maret 2017).

Anda mungkin juga menyukai