Anda di halaman 1dari 17

CORPORATE GOVERNANCE & CONTROL

(PERAN AUDIT INTERNAL DAN MANAJEMEN RISIKO)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang telah di berikan

Dosen Pengampuh : Ririn Apriana M.Nur,SE.,M.Ak

Disusun oleh : Putri Handayani S. Panigoro 19033018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

AKUNTANSI A

T.A. 2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa

selesai pada waktunya. Tak lupa ucapan Terima Kasih kepada dosen Ibu Ririn Apriana

M.Nur,SE.,M.Ak yang telah memberikan kami tugas untuk membuat makalah dengan judul

”Peran Audit Internal dan Manajemen Resiko“ pada mata kuliah Corporate Governance &

Control. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Selain itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi

terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Luwuk, 30 Mei 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar..............................................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................................... ....iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................................5

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................6

1.3. Tujuan..........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audit..........................................................................................7

2.2 Pengertian Manajemen Risiko....................................................................7

2.3 Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko.......................................................8

2.4 Analisis Kasus Subprime Mortgage Amerika Serikat...............................13

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .................................................................................................16

Daftar Pustaka...............................................................................................................17

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi

ekonomi mendorong profesi internal audit untuk lebih responsif terhadap kebutuhan

manajemen dalam rangka meningktkan keunggulan kompetitif di pasar bisnis. Di era

globalisasi, auditor internal akan menghadapi tantangan yang lebih berat terutama

adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi informasi serta lingkungan

yang turbulensi. Menurut Hery (2004), sebagai penilaian dan persepsi negatif sering

ditujukan terhadap fungsi internal audit. Auditee sering kali merasa bahwa keberadaan

Devisi Internal Audit hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibandingkan

benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh peranannya untuk

dapat mejadi seorang konsultan internal (yang merupakan ekspresi tertinggi dalam

peran pengawas internal). Seringkali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit

internal masih dianggap menyulitkan dan merugikan bagi audit, bahkan terkesan

formalitas dan cenderung mengabaikan tingkat kesulitan tau kendala yang akan

dihadapi audit nantinya atas pelaksanaan saran dari bagian audit internal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari audit intern?

2. Apa pengertian dari manajemen risiko?

3. Apa fungsi dan tujuan dari manajemen risiko?

4. Bagaimana analisis kasus pada Subprime Mortgage Amerika Serikat?

5
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari audit intern

2. Untuk mengetahui apa pengertian dari manajemen risiko

3. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan dari manajemen risiko

4. Untuk mengetahui Bagaimana analisis kasus pada Subprime Mortgage Amerika


Serikat

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audit Intern

Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat seiring

dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Adapun definisi atau pengertian internal

auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Yaitu menurut ara ahli adalah

sebagai berikut:

Menurut Sawyer Internal audit adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk

dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi untuk

mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi

organisasi.

Menurut Institute of internal Auditor Internal audit adalah suatu aktivitas independen,yang

memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan jaminan

keyakinan serta konsultasi yang dirangcang untuk memberikan suatu nilai tambah serta

meningkatkan kegiatan operasi organisasi.

Peran Internal Auditor di Era Globalisasi.

2.2 Pengertian Manajemen Risiko

Pada dasarnya Manajemen Risiko adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen

dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan,

keluarga dan masyarakat.  Jadi Manajemen Risiko mencakup kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinir dan mengawasi program penanggulangan

risiko.

7
2.3 Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko

Fungsi manajemen resiko pada pokoknya mencakup :

a. Menemukan kerugian potensial

Artinya berupaya untuk menemukan/mengidentifikasi seluruh risiko yang dihadapi

oleh perusahaan, yang meliputi :

1.  Kerusakan phisik dari harta kekayaan perusahaan

2.  Kehilangan pendapatan atau kerugian lainnya akibat terganggunya operasi

perusahaan.

3.  Kerugian akibat adanya tuntutan hukum dari pihak lain

4.  Kerugian-kerugian yang timbul karena : penipuan, tindakan-tindakan kriminal

lainnya, tidak jujurnya karyawan dan sebagainya.

5.  Kerugian-kerugian yang timbul akibat “keyman” meninggal dunia, sakit atau

menjadi cacat.

Tujuan Manajemen Risiko

Tujuan Manajemen Risiko di perusahaan pada dasarnya untuk mengamankan

perusahaan dari kemungkinan perusahaan terkena kerugian dan meminimalkan kerugian

bila peril sudah terjadi. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai oleh Manajemen Risiko

dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1.    Tujuan sebelum terjadinya peril.

2.    Tujuan sesudah terjadinya peril.

Tujuan sebelum terjadinya peril.

Tujuan yang ingin dicapai yang menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril ada

beberapa macam, antara lain :

1.      Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya : upaya untuk menanggulangi kemungkinan

kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan melalui analisa keuangan

terhadap biaya program keselamatan, besarnya premi asuransi, biaya dari bermacam-

macam teknik penanggulangan risiko.

8
2.      Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi kecemasan, sebab

adanya kemungkinan terjadinya peril tertentu dapat menimbulkan kecemasan dan

ketakutan, sehingga dengan adanya upaya penanggulangan maka kondisi itu dapat diatasi.

3.      Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang berasal

dari pihak ketiga/pihak luar perusahaan, seperti :

a)      Memasang/memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu di tempat kerja/pada waktu

bekerja untuk menghindari kecelakaan kerja, misalnya : pemasangan rambu-rambu,

pemakaian alat pengaman (misal : gas masker) untuk memenuhi ketentuan yang tercantum

dalam Undang-undang Keselamatan Kerja.

b)      Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan, yang dilakukan oleh debitur

untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh kreditur.

Tujuan setelah terjadinya peril

Pada pokoknya mencakup upaya untuk penyelamatan operasi perusahaan setelah

terkena peril, yang dapat berupa :

1.      Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya manajer risiko harus mengupayakan

pencarian strategi bagaimana agar kegiatan tetap berjalan sehabis perusahaan terkena

peril, meskipun untuk sementara waktu yang beroperasi hanya sebagian saja.

2.      Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan

terkena peril.  Hal ini sangat penting terutama untuk perusahaan yang melakukan pelayanan

terhadap masyarakat secara langsung, misalnya: bank, sebab bila tidak akan menimbulkan

kegelisahan dan nasabahnya bisa lari ke perusahaan pesaing.

3.      Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak

sepenuhnya, paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya.  Untuk mencapai tujuan

ini bilamana perlu perusahaan untuk sementara melakukan kegiatan usaha di tempat lain.

4.      Mengusahakan tetap berlanjutnya pengembangan usaha bagi perusahaan yang

sedang melakukan pengembangan usaha, misalnya : yang sedang memproduksi barang

baru atau memasuki pasar baru.  Jadi harus berupaya untuk mengatur strategi agar

9
pengembangan yang sedang dirintis tetap bisa berlangsung.  Sebab untuk melakukan

perintisan tersebut sudah dikeluarkan biaya yang tidak kecil.

5.      Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan.  Artinya

harus dapat menyusun kebijaksanaan untuk meminimumkan pengaruh buruk dari suatu peril

yang diderita perusahaan terhadap karyawannya, para pelanggan/penyalur, para pemasok

dan sebagainya.  Artinya akibat dari peril jangan sampai menimbulkan masalah sosial,

misalnya jangan sampai mengakibatkan terjadinya pengangguran.

Pelaksanaan yang baik dari fungsi manajemen risiko dan fungsi audit internal dalam

suatu struktur perusahaan masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Terdapat beberapa

pendapat yang mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pendapat pertama

menyatakan bahwa fungsi manajemen risiko dan fungsi audit internal dapat disatukan, tetapi

dibutuhkan pengelolaan yang lebih hati-hati terhadap situasi tersebut. Pendapat kedua

menyatakan bahwa fungsi internal audit perlu menjaga independensinya untuk menilai

kelayakan fungsi manajemen risiko. Tulisan ini dibuat bukan untuk membuktikan pendapat

mana yang benar, melainkan untuk memberi landasan teori mengenai pendapat-pendapat

tersebut dan memberikan contoh pelaksanaannya di beberapa perusahaan di Indonesia.    

Setiap perusahaan menghadapi risiko yang menjadi kendala bagi mereka dalam

usaha mencapai tujuan. Penerapan manajemen risiko yang efektif pada perusahaan

merupakan salah satu alat penting bagi manajemen untuk menciptakan tata kelola

perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG). Menurut Keputusan Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP- 480/BL/2009,

pelaksanaan fungsi manajemen risiko dilakukan berdasarkan suatu strategi manajemen

risiko yang sekurang-kurangnya memuat: 

1. Identifikasi semua risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan perusahaan.

2. Penjelasan mengenai penyebab dari timbulnya risiko-risiko tersebut.

3. Identifikasi kemungkinan terjadinya risiko-risiko tersebut. 

4. Penjelasan tentang implikasi atas terjadinya risiko-risiko tersebut.

10
5. Langkah-langkah yang akan diambil apabila risiko-risiko tersebut terjadi. 

Menurut ISO 31000: 2009 Risk Management – Principles and Guidelines, manajemen

risiko adalah upaya organisasi yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan

risiko sehingga manajemen risiko merupakan arsitektur untuk mengelola risiko secara

sistematis, yang terdiri dari prinsip, kerangka kerja, dan proses untuk mengelola risiko.

Manajemen risiko juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

142/PMK.010/2009 sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan

usaha. Sesuai dengan penjelasan dan pengertian tentang manajemen risiko yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka perusahaan yang menerapkan manajemen risiko khususnya

yang berbasis ISO 31000: 2009 akan memperoleh manfaat sebagai berikut: 

1. Meningkatkan kemungkinan untuk mencapai objektif perusahaan.

2. Mendorong manajemen yang proaktif.

3. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian untuk mengidentifikasi serta menghadapi

risiko perusahaan.

4. Meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang dan

ancaman.

5. Memenuhi persyaratan legal dan peraturan serta norma internasional.

6. Memperbaiki pelaporan keuangan, tata kelola perusahaan, kepercayaan pemangku

kepentingan, pengendalian, efektivitas dan efisiensi operasional, tindakan

pencegahan kerugian dan insiden perusahaan, pembelajaran perusahaan, dan

ketahanan perusahaan.

7. Menyediakan informasi dan dasar yang dapat diandalkan untuk pengambilan

keputusan dan perencanaan.

8. Meningkatkan kinerja kesehatan, keamanan dan keselamatan, termasuk

perlindungan lingkungan.

9. Mengurangi kerugian.

11
Semakin berkembangnya perusahaan maka kegiatan dan masalah yang dihadapi

perusahaan semakin kompleks. Oleh sebab itu, selain dari penerapan manajemen risiko

yang baik, perusahaan perlu memiliki internal control atau pengendalian internal sebagai

salah satu kebijakan yang dapat dijalankan oleh manajemen perusahaan dalam

meningkatkan kinerja perusahaannya. Pengendalian internal mempunyai peranan yang

sangat penting bagi suatu organisasi perusahaan. Pengendalian internal merupakan alat

yang baik untuk membantu manajemen dalam menilai operasi perusahaan guna dapat

mencapai tujuan usaha. Untuk menjaga agar sistem pengendalian internal dapat

dilaksanakan, diperlukan adanya bagian yang berfungsi melaksanakan tugas pengawasan

atau audit internal. Fungsi yang dimaksudkan merupakan upaya tindakan pencegahan,

penemuan penyimpangan-penyimpangan (fraud) melalui pembinaan dan pemantauan

pengendalian internal secara terus-menerus. Fungsi ini harus membuat suatu program yang

sistematis dengan mengadakan observasi langsung, pemeriksaan dan penilaian atas

pelaksanaan kebijakan pimpinan serta pengawasan sistem informasi akuntansi dan

keuangan lainnya. Pelaku yang menjalankan fungsi ini disebut dengan internal auditor. 

Menurut American Institute of Certified Public Accountants melalui Commitee on

Auditing Procedures, Statement on Auditing Statement Net, AICPA, New York,

pengendalian internal adalah pengawasan internal yang meliputi susunan organisasi dan

semua metode serta ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk

melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi

dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan

perusahaan yang telah dibentuk. Sesuai dengan pengertian dan fungsinya, maka internal

auditor melaksanakan tugasnya sebagai berikut: 

1. Mengevaluasi secara terus-menerus apakah Sistem Pengendalian Intern (SPI)

perusahaan telah memadai dan berjalan sesuai dengan ketentuan. 

12
2. Memverifikasi setiap transaksi apakah telah dilaksanakan sesuai dengan sistem dan

prosedur, serta ketentuan perusahaan dan undang-undang yang berlaku.

3. Menyampaikan informasi tentang kondisi (adanya penyimpangan atau transaksi

yang berjalan tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku) yang

diperoleh dari hasil audit, dan membuat saran-saran perbaikan kepada manajemen

melalui laporan hasil audit. 

Berdasarkan tugas-tugas yang dilaksanakan tersebut, apabila dalam audit ditemukan

adanya penyimpangan, maka auditor akan menginformasikan kepada manajemen tentang

hal penyimpangan yang ditemukan, dan mengapa hal tersebut terjadi serta siapa yang

melakukannya. Atas dasar temuan tersebut, auditor akan memberikan saran atau

rekomendasi kepada manajemen. 

The Risk Management Society (RIMS) dan The Institute of Internal Auditors (IIA)

menyatakan bahwa fungsi manajemen risiko dan audit internal akan lebih efektif jika bekerja

sama daripada terpisah, terutama jika keduanya memahami perannya masing-masing. Di

Indonesia, penerapan manajemen risiko telah dianggap sangat penting khususnya pada

perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri jasa keuangan. Hal tersebut terbukti dari

dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 5/8/PBI/2003 yang diubah atau

diperbaharui oleh PBI Nomor 11/25/PBI/2009 dan surat edaran Bank Indonesia No.

13/23/DPNP tentang penerapan manajemen risiko bagi perusahaan bank umum. Begitu

pula dengan penerapan fungsi audit internal yang sangat penting bagi perusahaan di

Indonesia karena akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. 

2.4 Subprime Mortgage Amerika Serikat

Pertumbuhan subprime mortgage market di Amerika meningkat dengan cepat

yang mencapai 22% dari total originasi KPR dalam jumlah total sisa pinjaman lebih

$650 juta pada akhir tahun 2006 (lihat grafik). Beberapa faktor utama meningkatnya

13
pasar. Dari sisi demand, sektor perumahan yang baik selama tahun 2002- 2005,

rendahnya suku bunga KPR & apresiasi harga rumah. Dari sisi suplai, dengan

demand yang tinggi dan masih terbukanya peluang usaha, penyalur KPR

berbodong-bondong masuk ke pasar ini untuk menawarkan jasanya.. Dengan

meningkatnya kompetisi, penyalur KPR bersaing untuk mendapat konsumen dengan

menawarkan produk KPR yang cukup bervariasi tanpa mengenal secara mendalam

karakterisktik risikonya serta me-relaxkan ketentuan originasi KPR. Hal ini

mengakibatkan banyak KPR dengan fitur berisiko tinggi yang disetujui untuk

konsumen yang tidak layak. Dengan menurunnya pertumbuhan sektor perumahan

semenjak awal 2006 yang ditandai dengan menurunya peningkatan harga rumah

dan meningkatnya suku bunga KPR, banyak konsumen KPR di pasar ini yang

mengalami kesulitan membayar angsuran dan kemudian dinyatakan gagal bayar.

Hasil survei yang dikeluarkan oleh Mortgage Banker Association (MBA) mengatakan

bahwa delinquency rate untuk subprime mortgage loans untuk Q4-2006 berada di

13,33%. Sebagai perbandingan, deliequency rate untuk prime mortgage loan

berkisar 2,57 %. Sementara itu, foreclosure rate adalah 2% dibanding 0,24% untuk

subprime & prime mortgage loan per Q4-2006. Dan foreclosure inventory ratea

adalah 0,5% dan 5,1% untuk subprime& prime mortgage loan per Q4-2006.

Dari kasus ini dapat kami simpulkan bahwa krisis Subprime Mortgage Amerika

Serikat disebabkan oleh investor yang tidak memperhatikan faktor fundamental portofolio

yang dibelinya, dan penyaluran kredit yang menyimpang dari prinsip 5 C (Character,

Capacity, Collateral, Condition, Capital). Akibat adanya globalisasi, dimana transaksi

keuangan bisa terjadi lintas negara, bahkan lintas dunia, maka dampak krisis subprime

mortgage AS ini menginfeksi bursa saham di seluruh dunia, mengakibatkan penurunan

harga saham besar-besaran, dan membangkitkan kepanikan para investor. Untuk

14
mengatasinya, diperlukan intervensi bank sentral, terutama The Fed, melalui kebijakan open

market operation dan penurunan tingkat suku bunga diskonto.

Dilihat dari kasus ini peran dari audit internal dan manajemen risiko sangat

diperlukan didalamnya agar ketika akan mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu

kegiatan, sebelumnya sudah dikaji dan dievaluasi terlebih dahulu kegiatan tersebut serta

risiko-risiko apa yang akan didapat kedepannya apabila melakukan hal tersebut. Dengan

begini jika kegiatan tersebut sudah dikatakan layak untuk dijalankan maka nantinya risiko-

risiko yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut dapat diminimalisir sebaik mungkin.

Sehingga jumlah keuntungan yang didapat lebih besar daripada tingkat kerugian yang

didapat dari risiko-risiko kegiatan tersebut.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi

ekonomi mendorong profesi internal audit untuk lebih responsif terhadap kebutuhan

manajemen dalam rangka meningktkan keunggulan kompetitif di pasar bisnis. Di era

globalisasi, auditor internal akan menghadapi tantangan yang lebih berat terutama

adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi informasi serta lingkungan

yang turbulensi.

Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat seiring

dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Adapun definisi atau pengertian

internal auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Yaitu menurut ara ahli

adalah sebagai berikut: Menurut Sawyer Internal audit adalah suatu fungsi penilaian

independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi

aktivitas organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai

bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi.

Pada dasarnya Manajemen Risiko adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen

dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh

organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat.  Jadi Manajemen Risiko mencakup

kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinir dan

mengawasi program penanggulangan risiko.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://fekool.blogspot.com/2016/05/corporate-governance-peran-audit.html

17

Anda mungkin juga menyukai