Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI

Disusun Oleh:
Erwin Kurnia 223610028

MANAJEMEN BINSIS SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MA’SOEM
TAHUN 2024 / 1445 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 2
2.1 Just In Time ............................................................................................................................... 2
2.2 Konsep Just In Time .................................................................................................................. 5
2.3 Konsep Dasar dan Tujuan Esensil JIT ........................................................................................ 5
2.4 Implikasi Just In Time ................................................................................................................ 6
2.5 Implementasi Just In Time (JIT) Manufacturing ........................................................................ 7
2.6 Elemen Penting Sistem Just In Time .......................................................................................... 8
2.7 Kanban ....................................................................................................................................... 9
2.8 Tujuan dan Manfaat Just In Time............................................................................................... 9
2.9 Karakteristik Just In Time ........................................................................................................ 10
2.10 Keunggulan dan Kelemahan Metode JIT ................................................................................. 11
2.11 Sistem Pembelian Just In Time ................................................................................................ 12
2.12 Peranan Just In Time ................................................................................................................ 13
2.13 Faktor Kunci Sukses dalam Just In Time ................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persaingan di antara perusahaan-perusahaan akan membawa keuntungan bagi konsumen karena
persaingan yang semakin intensif akan mendorong perusahaan untuk menghasilkan produk dengan harga
yang lebih rendah, kualitas menjadi lebih tinggi, dan semakin banyak pilihan. Selain itu, perkembangan
teknologi informasi seperti internet, e-commerce,dll membuat konsumen lebih mudah melakukan akses
terhadap kualitas produk dan jasa yang akan mereka beli. Tentu saja produk dan jasa yang akan mereka
beli adalah produk dengan kualitas terbaik dan harga yang relatif murah. Dengan demikian perusahaan
yang mampu eksis didunia bisnis adalah perusahaan yang dapat menghasilkan produk-produk tersebut.
Untuk menghadapi masalah tersebut, manajer harus mengetahui apa yang diinginkan konsumen dan kapan
mereka memerlukannya. Perusahaan harus mampu menciptakan suatu sistem yang dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas perusahaan dengan mengeliminasi setiap pemborosan yang ada. Salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mewujudkan kondisi ini adalah dengan menerapkan sistem
pengendalian persediaan dan produksi Just In Time. Sekarang, Sistem Just In Time bukan hanya sekedar
wacana saja tetapi telah dapat diimplementasikan di beberapa perusahaan baik diperusahaan luar negeri
maupun perusahaan dalam negeri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan permasalah dalam makalah ini yaitu
bagaimana :
1. Konsep Just In Time
2. Implikasi Just In Time
3. Elemen Penting Sistem Just In Time

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui :
1. Konsep Just In Time
2. Implikasi Just In Time
3. Elemen Penting Sistem Just In Time

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Just In Time


Just In Time adalah sebuah filosofi manajemen yang berasal dari Jepang yang telah diaplikasikan
secara nyata sejak awal tahun 1970 pada perusahaan manufaktur di Jepang. Pada awalnya Toyota Motor,
Taichi Ono dan tangan kanannya Shigeo Shingo mengadaptasi strategi Henry Ford yang disesuaikan
dengan etos kerja masyarakat Jepang sehingga lahirlah sebuah filosofi yang disebut sebagai Just In
Time. (Mulla, 2009, hal. 115)
Just In Time pertama kali dikembangkan di negara Jepang oleh perusahaan Toyota pada dekade
yang lalu, dan kemudian diadopsi oleh banyak Perusahaan Manufaktur di Jepang dan Amerika Serikat
seperti: Hewlet Packard, IBM, dan Harley Davidson. Salah satu pendekatan untuk mengeliminasi
pemborosan dalam perusahaan manufaktur telah muncul yaitu suatu filosofi operasi yng disebut Just In
Time. Just In Time merupakan suatu filosofi operasi manajemen, yaitu sumber daya, termasuk material
personel, dan fasilitas yang digunakan dalam keadaan tepat waktu.
Latar belakang munculnya just in time dapat ditelusuri pada keadaan negara Jepang yang
mengalami kekurangan sumber daya alam dan mempunyai ruang terbatas. Jepang sangat tidak menyukai
adanya pemborosan. Bertolak belakang dengan negara Jepang, industri Barat melakukan penyimpanan
barang yang berlebihan, mempunyai lingkungan operasi yang kurang efisien, mengerjakan pekerjaan
pencatatan akuntansi yang berlebihan dengan menggunakan metode yang kurang efisien dalam
memecahkan masalah yang timbul dalam produksi. Akibatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk
memproduksi suatu produk menjadi lama, biaya operasi yang tinggi dan produk yang dihasilkan kurang
baik mutunya. Pemborosan diartikan sebagai barang yang cacat, memproduksi kembali suatu produk dan
bahan yang terbuang.
Menurut just in time pemborosan diartikan sebagai setiap penggunaan bahan yang tidak
dibutuhkan atau penggunaan bahan yang berlebihan dalam memproduksi suatu produk seperti, cadangan
persediaan, jam kerja, tenaga kerja produksi yang tidak diperlukan, jamkerja ulang yang diperlukan untuk
memperbaiki hasil produksi yang kurang baik mutunta, hasil produksi yang sedikit, tata letak produk yang
kurang baik, pekerjaan pencatatan akuntansi yang berlebihan, bahan baku yang rusak, kebanyakan
pemasok, kebanyakan pesanan pembelian, kecepatan atau keterlambatan penerimaan bahan, fasilitas
penyimpanan yang terlalu besar, perencaan bahan yang tidak baik, mengganti pemasok dan lain-lain.
Just In Time tidak mentoleransi adanya pemborosan. Just In Time merupakan suatu sistem produksi yang
didesain untuk mengeliminasi pemborosan dalam lingkungan produksi. Menurut just in time pemborosan
adalah sesuatu yang tidak memberi nilai tambah secara langsung kepada nilai suatu produk. (Santoso,
2001, hal. 5)
Just In Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang
mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang ramping (lean Production) memasok pelanggan
persis sesuai dengan keinginan pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui
perbaikan berkelanjutan. Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas system produksi
atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan)
bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai

2
3

biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan reabilitas produk yang
lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara
pelanggan dengan pemasok. Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem manajemen pabrikasi dan
persediaan komprehensif dimana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan diproduksi pada saat
diproduksi pada saat (just in time) akan digunakan dalam setiap tahap proses produksi/pabrikasi.
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas,
menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis
pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya
(baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem
ini, perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi
biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang.
Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan
produktivitas. Oleh karena itu penggunaan istilah JIT seringkali diartikan dengan “zero inventories”. JIT
pada dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk yang dihasilkan. (Efrianti, 2014, hal. 101)
JIT merupakan suatu metode pemikiran produksi yang diprakarsai oleh Jepang, konsep JIT adalah
memproduksi item yang dibutuhkan pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang cermat. Dengan
diterapkannya JIT melalui mekanisme kanban, diharapkan dapat memecahkan permasalahan dalam
penanganan persediaan bahan baku sehingga dapat mencapai efisiensi biaya produksi dan meningkatkan
laba perusahaan. Penerapan Just In Time dapat memperbaiki aset produktivitas, pertumbuhan penjualan,
karakteristik perusahaan pada dunia bisnis modern. Just In Time hanya meminta unit yang dibutuhkan
tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan dan pada saat yang dibutuhkan. (Dania, 2015, hal. 2)
Ide-ide yang mendukung Just In Time adalah sebagai berikut: (a) Sederhana adalah lebih baik, (b)
Penekanan pada kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan, (c) Mempertahankan persediaan yang
menjadi sumber pemborosan dan pekerjaan jelek yang tersembunyi, (d) Setiap aktivitas atau fungsi yang
tidak menambah nilai harus dihilangkan, (e) Barang diproduksi apabila dibutuhkan, (f) Pekerja harus
berketerampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki efisiensi dan kualitas produk. Sasaran
utama just in time adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi dengan cara
menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk.
Sasaran just in time menitikberatkan pada continous improvement untuk mencapai biaya produksi yang
rendah, tingkat produktivitas yang tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki
waktu penyerahan produ akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok.
JIT memiliki 8 prinsip dasar, yaitu: (a) Seek a produce-to order production schedule, (b) Seek
unitary production, (c) Seek eliminate waste, (d) Seek continous product flow improvement, (e) Seek
product quality perfection, (f) Respect people, (g) Seek to eliminate contingencies, (h) Maintain long term
emphasis. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi pemborosan
merupakan jantung dari IT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka perusahaan akan menghasilkan
produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang
dimunculkan adalah biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, hubungan antara
pelanggan dengan pemasok.
JIT adalah suatu filosofi bisnis yang khusus membahas bagaimana mengurangi waktu produksi
sekaligus mengurangi kegagalan produksi baik dalam proses manufaktur maupun proses non-manufaktur.
4

Istilah lain JIT adalah short-cycle atau lean manufacturing. (Witjaksono, 2013, hal. 221). JIT adalah
filosofi yang berfokus pada kegiatan pekerjaa yang dibutuhkan atau yang diminta pada saat itu juga. JIT
merupakan suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-produk harus ditarik dari
seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang
tetap untuk mengantisipasi permintaan (a pull system). JIT berpengaruh dalam hal mengurangi persediaan
sampai pada tingkat yang sangat rendah. Usaha untuk mencapai tingkat persediaan sampai tingkat yang
tidak signifikan sangat vital bagi kesuksesan JIT. Namun demikian, gagasan untuk mencapai persediaan
yang tidak signifikan niscaya akan menentang alasan-alasan tradisional untuk menyimpan pesediaan yang
telah disebutkan sebelumnya. JIT memecahkan masalah kinerja tepat waktu dengan cara mengurangi
waktu tunggu, dan bukannya dengan meningkatkan persediaan. Waktu tunggu dalam hal ini tidak hanya
sampai pesanan diterima di perusahaan, namun sampai bahan baku diolah menjadi barang jadi (output).
Waktu tunggu yang lebih singkat akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan
pengiriman pada tanggal yang diminta oleh pelanggan dan sekaligus dapat dengan cepat menghadapi
permintaan pasar. Dengan demikian, daya saing perusahaan meningkat. JIT mengurangi waktu tunggu
dengan menghindari kegagalan mesin, kerusakan bahan baku atau suku cadang, tidak tersedianya bahan
baku atau suku cadang, dan dengan menggunakan proses manufaktur sel. Sel-sel manufaktur mengurangi
jarak perjalanan antara mesin dan persediaan.
Kebanyakan penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan berikut ini, yaitu:
kegagalan mesin, kerusakan bahan baku atau suku cadang, dan tidak tersedianya bahan baku atau suku
cadang. Penyimpanan persediaan merupakan salah satu solusi untuk ketiga masalah tersebut. Mereka yang
mendukung pendekatan JIT mengklaim bahwa persediaan tidak memecahkan masalah melainkan hanya
menyembunyikan atau menutup-nutupi masalah-masalah tersebut. JIT dapat memecahkan masalah dengan
menekankan pemeliharaan preventif, total kontrol kualitas, dan dengan menjaga relasi yang baik
dengan supplier. Ada terdapat empat aspek penting dalam JIT:
1. Penghapusan semua kegiatan yang tidak menambah nilai produksi atau jasa.
2. Diperlukan suatu komitmen untuk tingkat kualitas yang lebih tinggi.
3. Diperlukan suatu komitmen untuk perbaikan terus menerus dalam efisiensi kegiatan.
4. Penekanan pada penyederhanaan dan meningkatkan pengidentifikasian terhadap aktivitas yang tidak
menambah nilai.
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati
nol, artinya perusahaan sebisa mungkin tidak menanggung biaya penyimpanan. Bahan baku akam tetap
datang pada saat dibutuhkan. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang setia dan
profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan baku.
Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan
produktivitas. Oleh karena itu penggunaan istilah JIT seringkali diartikan dengan “zero inventories”. JIT
pada dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk yang dihasilkan. Untuk mencapai tujuan JIT tersebut, diperlukan asumsi sebagai berikut:
1. Ukuran lot kecil
2. Konsistensi kualitas tinggi
3. Pekerja dapat diandalkan
4. Persediaan menjadi minimum atau sebisa mungkin menjadi nol
5. Mesin dapat diandalkan
5

6. Rencana produksi stabil


7. Kepastian jadwal operasi
8. Keseragaman komitmen dan pandangan antara manajemen perusahaan dan karyawan, dimana memiliki
komitmen yang tinggi terhadap penerapan JIT yang dilakukan di perusahaan. (Sinuraya, 2011)

2.2 Konsep Just In Time


Dalam konsep Just In Time, menyatakan terdapat empat aspek fundamental dalam konsep Just In
Time, yaitu: (1). Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi seluruh produk
atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktivitas atau sumber daya yang menjadi sasaran untuk
pengurangan atau penghilangan, (2). Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala
sesuatunya dari awal adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang. Perusahaan perlu
memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu yang tinggi dalam semua aspek
aktivitas-aktivitas perusahaan, (3). Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas
perusahaan. Perusahaan perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) pada semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi manajemennya.
Perbaikan yang berkesinambungan adalah pengupayaan terus-menerus nilai yang kian besar yang
diberikan kepada pelanggan, (4). Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas
nilai tambah, hal ini membantu untuk mengidentifkasi aktivitas yang tidak menambah nilai. (Putra, 2014,
hal. 4-5)

2.3 Konsep Dasar dan Tujuan Esensil JIT


JIT memiliki tiga macam kerangka perspektif, yaitu pendekatan filosofis JIT terhadap produksi,
teknik pendesainan dan perencanaan sistem pabrikasi JIT, dan teknik pengendalian lantai perakitan dengan
JIT. Pengendalian aktivitas pengerjaan, perakitan atau pengolahan di lantai pabrik dalam sistem JIT sangat
transparan karena kendali arus material atau komponen dan pekerjaan dikendalikan dengan kanban.
Kanban akan mengendalikan arus material (komponen dan subkomponen) sehingga material tiba di tempat
yang sesuai dalam jumlah yang benar dan sesuai, serta tepat pada waktu yang ditentukan sebelumnya.
Sehubungan dengan itu, pengerjaan dapat berlangsung sesuai jadwal.
Untuk menunjang pelaksanaan pengerjaan yang lancar, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat waktu,
maka sistem manufaktur dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan menerapkan
JIT di pabrik tersebut. Untuk keperluan itu, didesain produk dan tata letak pabrik disinkronkan. Penataan
disesuaikan dengan visibilitas untuk menerapkan kanban di pabrik yang bersangkutan. Filosofi JIT
merupakan sesuatu yang sering kurang diperhatikan, tetapi perannya sangat menentukan keberhasilan
aplikasi JIT. Filosofi JIT menetapkan berbagai gagasan dan strategi mendasar dari JIT, terutama yang
berhubungan dengan kelayakan menerapkan sistem kanban dalam pelaksanaan produksi.
Kebanyakan perusahaan menggunakan sistem persediaan terbaik yang sesuai untuk perusahaan
mereka. Sistem persediaan Just In Time (JIT) mempunyai beberapa manfaat. Manfaat JIT yang utama
sebagai berikut:
1. Waktu penyiapan (set up) diperpendek secara signifikan didalam gudang. Kurangilah waktu penyiapan
agar lebih produktif yang akan memungkinkan perusahaan meningkatkan efisiensi, dan waktu yang
dihemat dapat dimanfaatkan pada bidang lain yang memerlukan peningkatan.
6

2. Kelancaran arus bahan atau komponen dari gudang ke rak perakitan ditingkatkan. Setelah karyawan
memusat pada area spesifik dari sistem, akan memungkinkan mereka untuk memproses pengerjaan
barang dengan lebih cepat sebagai ganti dari mempunyai pekerjaan yang banyak, melelahkan, dan
menyederhanakan tugas yang ada.
3. Karyawan yang memiliki banyak keahlian, dapat digunakan secara lebih efisien. Setelah karyawan
terlatih atau terdidik bekerja pada bagian yang berbeda dalam sistem siklus sediaan, akan
memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja ketika mereka diperlukan dan pada saat terjadi
kekurangan pekerja, serta permintaan untuk produk tertentu meningkat.
4. Konsistensi yang lebih baik terhadap penjadwalan dan konsistensi penggunaan jam orang terhadap
karyawan. Jika tidak ada permintaan atas suatu produk pada waktu tertentu maka pekerja tidak perlu
dibebani pekerjaan. Hal itu dapat menyelamatkan uang perusahaan karena tidak perlu membayar
pekerja untuk pekerjaan yang belum diselesaikan dan memungkinkan mereka diarahkan pada pekerjaan
lain.
5. Penekanan peningkatan hubungan dengan pembekal. Tidak ada perusahaan yang ingin terjadi
kekurangan atas sediaan. Tidak ada perusahaan yang ingin kekurangan atas sistem persediaan mereka
dan akan menciptakan kekurangan persediaan yang dimiliki didalam rak penyimpanan. Jika perusahaan
memiliki seorang pembekal kepercayaan maka perusahaan dimungkinkan mendapat barang-barang
atau komponen yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dan memelihara nama baik
perusahaan di depan orang banyak (masyarakat).
6. Pembekal melanjutkan pemeliharaan terhadap karyawan yang produktif selama 24 jam penuh dan
kegiatan dipustkan atas keluar masuknya karyawan. Setelah manajemen memusatkan perhatian pada
batas waktu pertemuan, akan membuat karyawan bekerja keras untuk memenuhi perwujudan sasaran
persahaan dalam kaitan dengan keputusan kerja, promosi, atau bahkan upah yang lebih tinggi. (Haming,
2014, hal. 306-309)

2.4 Implikasi Just In Time


1. JIT sederhana dalam teori, namun sangat sulit diwujudkan terutama dalam manufaktur.
2. Salah satu alasan utama banyak perusahaan enggan menerapkan JIT adalah dengan ketiadaan barang
dalam proses, disertai kekhawatiran seluruh proses produksi akan terhenti bilamana suatu masalah
muncul pada salah satu rantai proses produksi.
3. Perusahaan yang hendak menerapkan JIT hendaknya terlebih dahulu menghilangkan seluruh hal yang
berpotensi menjadi penyebab kegagalan sistem antara lain dengan cara:
a. Mendesain kembali proses produksi sehingga tidak menimbulkan biaya tinggi bila hendak
memproduksi satu atau sejumlah kecil item produk pada saat tertentu.
b. Alternatif yang biasa dilakukan untuk mengurangi biaya adalah dengan memperpendek jarak antar
proses, memperkerjakan pegawai yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan tuntutan tugas
baru dan menggunakan peralatan yang serba guna.
4. Inti utama dari sistem JIT adalah para pegawai yang sangat terlatih dan senantiasa mampu memenuhi
tuntutan untuk mencapai standar kualitas produk barang/jasa tertinggi.
7

5. Bilamana seorang pekerja menjumpai masalah pada komponen produk yang diterimanya, maka pekerja
yang bersangkutan berkewajiban untuk segera melaporkan hal tersebut pada atasannya agar segera
dapat diambil tindakan yang diperlukan.
6. Para pemasok dituntut agar mampu memproduksi sekaligus mengirimkan produk yang bebas cacat (free
defect) kapan saja diperlukan.
7. Implikasi JIT pada sistem akuntansi manajemen:
a. Bagian akuntansi manajemen wajib mendukung peralihan dari sistem konvensional menuju sistem
JIT dengan cara melakukan pemantauan, identifikasi dan komunikasi pada para pengambil
keputusan mengenai asal-muasal/sumber penundaan (delay), kesalahan (error) dan pemborosan
(waste).
b. Kegiatan klerikal akuntansi manajemen menjadi lebih sederhana, karena berkurangnya mutasi
persediaan yang harus dipantau.
8. Untuk mengukur tingkat reabilitas sistem JIT memanfaatkan ukuran berikut ini sebagai patok duga
(bench mark) efektivitas siklus manufaktur, antara lain:
a. Defect Rate
b. Cycle Time
c. Prosentasi ketetapan waktu pengiriman produ pada pelanggan
d. Akurasi perintah produksi/ pengadaan bahan
e. Perbandingan antara produksi aktual dengan rencana produksi
f. Perbandigan antara jam mesin aktual dengan jam mesin yang tersedia
9. Rasio produktivitas konvensional berkenaan dengan tenaga kerja dan mesin kerap tidak konsisten
dengan filosofi JIT.
10.Inovasi manajemen, termasuk JIT memerlukan perubahan kultur organisasi secara keseluruhan,
contohnya:
a. JIT dapat mengubah irama kerja dan disiplin kerja organisasi secara keseluruhan.
b. Perombakan tata letak pabrik (plan lay out) untuk membentuk shop, sangat mungkin memerlukan
renovasi besar-besaran yang haus diperhitungkan sebagai investasi.
11.Karena ide dasar JIT adalah minimalisasi pemborosan sekaligus keseragaman alur kerja, menyebabkan
banyak pekerja yang tidak siap dengan perubahan tersebut. Karenanya sosialisasi penerapan JIT harus
dilakukan jauh sebelum hari-H.
12.JIT sangat menekankan kerja sama tim, maka kerap dijumpai pekerja yang mengalami stress, terutama
mereka yang berasal dari lingkungan kerja yang selama ini terisolasi atau mereka yang memiliki
kepribadian yang tidak tearn orinted. (Witjaksono, 2013, hal. 227-228)

2.5 Implementasi Just In Time (JIT) Manufacturing


JIT adalah metode untuk mengurangi waktu penyimpanan (storage time) dan waktu penyimpanan
tersebut tidak berkontribusi ke aktivitas yang bernilai tambah. Dalam filosofi JIT, perusahaan hanya
memproduksi apabila ada permintaan dari pembeli, tanpa memanfaatkan tersedianya persediaan sehingga
perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Setiap operasi atau produksi hanya bertujuan memenuhi
permintaan. Produksi tidak akan terjadi sebelum ada tanda dari proses selanjutya yang menunjukkan
permitaan produksi. Suku cadang dan bahan tiba pada saat yang ditentukan untuk dipakai dalam produksi
8

(on time to production). JIT Manufacturing menuntut ketepatan waktu produksi dan ketepatan penyerahan
produk akhir kepada pelanggan maupun produk antara dari satu tahap produksi ke tahap berikutnya. Dalam
sistem akuntansi manajemen kontemporer, produksi harus memenuhi “zero defect” yang artinya tingkat
kerusakan nol pada semua tahap siklus hidup produk. Adapun sistem tradisional, masih mentolerir tingkat
kerusakan produk atau produk cacat pada tingkat tertentu yang diperbolehkan. (Salman, 2016, hal. 13-14)

2.6 Elemen Penting Sistem Just In Time


Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini dibutuhkan adanya kerja
sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Flexible Resources
Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki kemampuan ganda dan fleksibel.
Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh peralatan dan mesin dalam jalur produksi. Selain itu,
mereka juga diharapkan mampu untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil alat-alat yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Cellular Layout
Dalam sistem Just In Time, mesin-mesin diatur sedemikian rupa menyerupai setengah lingkaran
atau ditata dengan pola selular untuk tujuan efisiensi sehingga dapat mengurangi berbagai pemborosan.
Setiap sel dirancang untuk memproduksi satu produk tertentu. Produk dipindahkan dari satu mesin ke
mesin lainnya dari awal hingga akhir. Setiap sel merupakan miniatur pabrik secara keseluruhan.
3. Pull System
Dalam pull system, proses produksi akan ditentukan oleh adanya permintaan dari onsumen. Ketika
permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari perakitan akan memberikan tanda ke bagian sebelumnya
untuk mengirimkan sejumlah partisi atau bahan yang dibutuhkan pada bagian tersebut. Demikian
seterusnya, bagian di belakangnya akan mengirimkan tanda ke bagian yang ada di belakangnya lagi untuk
mengirimkan barang setengah jadi sesuai dengan kebutuhan.
4. Quick Set up
Set up merupakan aktivitas yang terdiri dari menyiapkan bahan, mengubah setting mesin,
mempersiapkan peralatan, dan melakukan pengujian. Dalam sistem Just In Time, set up yang berulang-
ulang tidak diperlukan lagi karena mesin telah dirancang untuk satu jenis produk.
5. Small-lot Production
Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time hanya akan berproduksi sesuai dengan
permintaan konsumen. Tidak seperti yang dilakukan dalam sistem tradisional yang menerapkan
sistem mass production. Produksi dalam jumlah yang kecil ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya-biaya
yang tidak perlu seperti biaya gudang, biaya pemeliharaan barang, dan lain-lain.
6. Quality at The Source
Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time. Jika sejumlah unit
produk jadi yang dihasilkan mengandung produk cacat, perusahaan tidak dapat mengirimkan sejumlah
barang yang diminta oleh konsumen dan perusahaan harus mengulang kembali proses produksi hanya
untuk membuat pengganti produk yang cacat saja. Kondisi ini akan menimbulkan adanya penundaan dalam
pengiriman barang kepada konsumen dan menimbulkan kekecewaan konsumen. Jadi, dalam
lingkungan Just In Time kualitas merupakan elemen yang sangat penting disamping elemen yang lain.
9

7. Supplier Networks
Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli.
Pemasok diharapkan mampu mengirim barang dalam frekuensi yang lebih banyak dengan jumlah yang
lebih kecil. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja sama guna mencapai keberhasilan bersama di
masa mendatang.
Sistem Just In Time telah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di dunia, seperti Toyota
Motor Company di Jepang yang merupakan negara pencetus dari ide ini, Dell Computer, Intel, Mc. Donald,
Black and Decker, Goodyear, dan lain-lain. Sistem ini tidak hanya bisa diterapkan di perusahaan
manufaktur saja, tetapi juga dapat diterapkan di jenis perusahaan lainnya, seperti perusahaan dagang
maupun jasa. Di Indonesia. Ada beberapa perusahaan yang telah mencoba untuk menerapkan sistem Just
In Time, seperti PT Astra Daihatsu Motor, PT Triangle Motor, PT Ardi Indah, dan lain-lain. Diantara
perusahaan-perusahaan tersebut, ada beberapa perusahaan yang telah berhasil menerapkan sistem ini,
seperti PT Astra Daihatsu Motor, perusahaan ini telah berhasil meningkatkan kualitas produknya,
mengurangi biaya, dan meningkatkan partisipasi dari pekerja-pekerjanya. Bagi perusahaan-perusahaan di
Indonesia, sistem ini merupakan suatu hal yang baru karena hanya beberapa perusahaan yang mampu
menerapkannya dengan baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan sistem ini sulit untuk diterapkan di
Indonesia, seperti ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, dan yang paling penting adalah masalah
dana. (Agustina, 2007, hal. 139-141)

2.7 Kanban
Di Jepang, Kanban berarti “kartu”. Para pekerja menggunakan seperangkat kartu pengendali untuk
memberi tanda saat bahan dan produk harus dipindahkan dari satu operasi ke lini perakitan lainnya. Kanban
digunakan dengan JIT untuk menurunkan “lead time” secara signifikan, menurunkan persediaan dan
meningkatkan produktivitas dengan menghubungkan semua operasi produksi secara lancar tanpa terputus.
Dengan sistem Kanban, proses atau tahap sebelumnya tidak dapat mengirim suku cadang atau komponen
yang sedang diproses ke tahap berikutnya jika tidak diminta oleh kartu kanban dari proses di bawahnya.
Langkah berikutnya mengendalikan jumlah yang diproduksi, Jadi tidak akan terjadi overproduksi, prioritas
dalam produksi menjadi jelas dan pengendalian persediaan menjadi lebih mudah.

2.8 Tujuan dan Manfaat Just In Time


Tujuan just in time memiliki dua tujuan strategis yaitu: untuk meningkatkan keuntungan dan
memperbaiki daya saing perusahaan. Kedua tujuan ini dicapai dengan mengontrol biaya-biaya
(memungkinkan terbentuknya harga yang berdaya saing lebih baik dan meningkatkan kauntungan),
memperbaiki kerja pengiriman, dan juga kualitas. Tujuan just in time adalah menghasilkan sebuah produk
hanya ketika dibuthkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan. Sedangkan menurut
pendapat lain tujuan utama just in time adalah untuk menghasilkan produk hanya jika diperlukan dan hanya
menghasilkan kuantitas produk sebanyak yang diminta pelanggan. Just In Time mempunyai dua tujuan
strategik yaitu: (1) Meningkatkan laba, (2) Memperbaiki posisi persaingan perusahaan, (3) Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan: mengurangi persediaan, meningkatkan mutu, mengendalikan aktivitas supaya biaya
lebih rendah, dan memperbaiki kinerja pengiriman barang. (Diaz, 2015, hal. 4)
10

Manfaat utama sistem Just In Time adalah akan mengubah daya telusur biaya, meningkatkan
akurasi penentuan cost produk, menurunkan kebutuhan alokasi biaya tak langsung, mengubah perilaku dan
kepentingan relatif biaya tenaga kerja langsung, dan mempengaruhi sistem penentuan cost pesanan dan
cost proses. Terdapat dua manfaat yang dapat ditemukan dari Just In Time antara lain:
1. Manfaat tangibles, yaitu:
a. Turn over pembelian bahan baku/ suku cadang bertambah.
b. Ketepatan pengiriman meningkat.
c. Lead time pengiriman berkurang.
d. Pekerjaan ekspedisi berkurang.
e. Waktu implementasi perubahan-perubahan oleh pemasok berkurang.
2. Manfaat intangibles, yaitu:
a. Memperbaiki kualitas produk.
b. Berhasil mendorong pemasok memenuhi kualitas yang diperlukan.
c. Memperbaiki produktivitas.
d. Jadwal produksi yang lebih baik.
e. Mengurangi keperluan untuk menginpeksi barang-barang yang masuk.
f. Meningkatkan efisiensi.
g. Memperbaiki posisi kompetitif.
h. Memperbaiki desain produk.
i. Memperbaiki moralitas dalam produksi.
j. Lebih banyak kontak personal dengan pemasok.
k. Mengurangi pekerjaan klerikal. (Putra, 2014, hal. 5)

2.9 Karakteristik Just In Time


Ada beberapa karakteristik utama dari perusahaan yang telah menerapkan sistem Just In Time,
diantaranya adalah:
1. Kualitas yang tinggi. Perusahaan yang telah menerapkan system JIT berupaya mencapai tingkat kualitas
dimana mereka dapat beroperasi dengan persediaan yang rendah dan skedul yang ketat. Sistem JIT
berupaya menghapus sumber-sumber yang tidak efisien dan gangguan serta melibatkan karyawan
dalam operasi untuk terus melakukan perbaikan. Dengan kata lain, perusahaan berpegang pada konsep
lebih baik menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan biaya produksi sedikit lebih mahal,
daripada menghasilkan barang dengan biaya produksi murah tapi kualitasnya rendah.
2. Tingkat persediaan rendah. Dalam system JIT, persediaan dianggap suatu pemborosan karena dengan
adanya persediaan diperlukan biaya penyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Persediaan digudang
tidak banyak, yang ada hanya secukupnya untuk melanjutkan proses produksi kepada unit kerja
berikutnya dan kalau habis baru dikirim lagi, sehingga ada arus kerja yang berkesinambungan.
3. Jalur produksi yang fleksibel. Sistem produksi menggunakan sellular manufacturing technique yaitu
pengaturan layout dan peralatan proses produksi yang fleksibel sehingga barang yang diproduksi tidak
terlalu sering mengalami perpindahan produk terlalu sering dianggap sebagai non value added activity.
4. Perubahan struktur organisasi yang mengarah ke produk. Konsep JIT meghendaki setiap bagian dalam
proses produksi mempunyai service departement masing-masing sehingga apabila ada penyimpangan
11

dapat ditelusuri sedini mungkin. Penggunaan teknologi informasi secara efektif. Merupakan salah satu
syarat utama dalam penerapan sistem JIT. Sistem JIT merupakan konsep tepat waktu maka tidak ada
keterlambatan dari jadwal induk sekecil apapun (non schedule interruption) yang dapat ditolelir,
disebabkan penyimpangan sekecil apapun dari jadwal rutin akan menyebabkan kemacetan proses
produksi. (Diaz, 2015, hal. 4)

2.10 Keunggulan dan Kelemahan Metode JIT


Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dari metode JIT. Berikut ini beberapa keunggulan
dari metode JIT, antara lain:
1. Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas yang
diminta pelanggan.
2. Persediaan kecil, mungkin nol.
3. Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem sel.
4. Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk.
5. Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus menyesuaikan dengan perubahan alat kerja
dan metode kerja.
6. Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu produk.
Beberapa kelemahan dari metode ini, yaitu:
1. Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan pelanggan saja,
misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk.
2. Dalam perusahaan manufaktur sulit sekali tidak memiliki persediaan, khususnya yang bahan bakunya
impor.
3. Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah, dan mungkin
biayanya mahal.
4. Memerlukan waktu yang cukup panjang untuk membangun relasi yang kuat dengan para supplier.
5. Pengurangan persediaan yang dipaksa dan terlalu drastis dapat menyebabkan para pekerja stress. Jika
para pekerja melihat JIT sebagai suatu cara untuk memeras mereka, maka usaha-usaha untuk
mengimplementasikan JIT tidak akan sepenuhnya berhasil dan kinerja karyawan malah akan
menurun. (Sinuraya, 2011, hal. 7-8)
Adapun keuntungan dan kerugian penerpan JIT Purchasing. Berikut ini beberapa keuntungan dari JIT
purchasing, antara lain:
1. Keuntungan Bagi Pembeli
Berbagai keuntungan penerapan JIT purchasing antara lain: penurunan biaya bahan baku, penurunan
rework, lebih tepat waktu, penurunan biaya administrative, penurunan biaya persediaan, penurunan
inspeksi, serta kualitas barang jadi lebih baik.
2. Keuntungan Bagi Pemasok
Keuntungan bagi pemasok antara lain: capacity requirements dan jadwal produksi lebih konsisten serta
pemindahan finishedgoods yang lebih dapat diprediksi.
12

Selain itu terdapat beberapa kerugian penerapan metode JIT purchasing, antara lain: perusahaan
akan sulit untuk beralih ke pemasok lain, keterlambatan pengiriman akan mengakibatkan kegiatan produksi
terganggu, serta ketiadaan inspeksi mengakibatkan substandard finished goods. (Suryandi, 2011, hal. 6-7)

2.11 Sistem Pembelian Just In Time


Istilah purchasing atau pembelian mencakup proses pembelian barang atau jasa yang berkualitas
baik, dalam kuantitas benar, pemilihan pemasok, pencapaian harga, mengeluarkan kontrak atau pesanan
dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan pengiriman yang baik.
Sistem pembelian Just In Time mengharuskan adanya sistem penjadwalan pengadaan barang
dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan
atau penggunaan. Pembelian Just In Time adalah pembelian bahan-bahan atau barang sedemikian sehingga
mereka dikirimkan hanya pada saat dibutuhkan bagi produksi atau penjualan. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelian Just In Time adalah sistem pembelian penjadwalan pengadaan barang
atau bahan yang tepat waktu sehingga dapat dilakukan pengiriman atau penyerahan secara cepat dan tepat
untuk memenuhi permintaan.
Perbedaan Just In Time Purchasing dengan Pembelian Tradisional, di dalam metode
pembelian Just In Time Purchasing dan pembelian tradisional tedapat bebrapa perbedaan dasar yaitu:
1. Pemasok, Just In Time Purchasing hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk
memperoleh bahan yang bermutu tinggi, mencapai pengiriman yang tepat waktu dan jumlah, serta
berharga murah. Sedangkan sistem tradisional menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh
barang dengan harga murah dan bermutu tinggi. Dan akibatnya aktifitas-aktifitas tidak bernilai tambah
yaitu untuk memperoleh harga yang murah harus membeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin
mutunya lebih rendah.
2. Kontrak Pembelian, Just In Time Purchasing menerapkan kontrak pembelian jangka panjang dengan
beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat
dipilih pemasok:
a. Memasok bahan yang murah
b. Bermutu tinggi
c. Berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah
d. Mengurangi frekuensi pemesanan
Sedangkan pada sistem tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak
pemasok.
3. Aktivitas dalam arus pembelian bahan, pada Just In Time Purchasing, aktivitas pembelian bahan hanya
melalui sedikit tahap daripada sistem pembelian tradisional yang melalui banyak tahapan-tahapan.
Dalam rangka menerapkan Just In Time, maka kondisi dan proses pembelian harus diatur dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Dekat dengan pemasok.
b. Sedikit pemasok.
c. Pemasok tahu kualitas yang diinginkan perusahaan.
d. Meminimalisasi inspeksi.
e. Eliminasi penggudangan.
13

2.12 Peranan Just In Time


Dalam sistem Just In Time ada beberapa peranan penting yaitu menghasilkan sebuah produk hanya
ketika dibutuhkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh pelanggan. Just In Time memiliki
beberapa peranan penting diantaranya:
1. Meningkatkan laba.
2. Meningkatkan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui:
a. Pengendalian biaya.
b. Peningkatan kualitas.
c. Perbaikan kinerja kualitas. (Putra, 2014, hal. 5)

2.13 Faktor Kunci Sukses dalam Just In Time


Ada tujuh faktor kesuksesan Just In Time yaitu:
1. Suppliers, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan.
b. Pembeli daan pemasok membentuk kemitraan.
c. Kemitraan Just In Time
2. Layout, merupakan tata letak yang memungkinkan pengurangan kesia-siaan yang lain, yaitu
pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku manusia menjadi fleksibel, JIT mensyaratkan:
a. Sel kerja untuk produk keluarga.
b. Pergerakan atau perubahan mesin.
c. Jarak yang pendek.
d. Tempat yang kecil untuk persediaan.
e. Pengiriman langsung ke area kerja.
3. Inventory, persediaan dalam sistem produksi dan distribusi sering diadakan untuk berjaga-jaga. Teknik
persediaan yang efektif memerlukan Just In Time bukan Just In Case. Persediaan Just In
Time merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk mempertahankan operasi sistem yang
sempurna yaitu jumlah yang tepat, tiba pada saat yang diperlukan bukan sebelum atau sesudah.
4. Schedulling, jadwal yang efektif dikomunikasikan di dalam organisasi dan kepada pemasok, maka akan
sangat mendukung penerapan Just In Tme. Penjadwalan yang lebih baik juga mengingatkan
kemampuan untuk memenuhi pesanan konsumen, menurunkan persediaan dan mengurangi barang
dalam proses, Just In Time mensyaratkan:
a. Mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier.
b. Jadwal bertingkat.
c. Enekan bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh tempo
d. Lot kecil.
e. Teknik kanban.
5. Preventive Maintenance, pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan supaya tidak terjadi atau merupakan suatu tindakan pencegahan. Misalnya dengan cara
pemeliharaan rutin pada fasilitas yang digunakan maupun pelatihan karyawan secara terus menerus agar
dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
14

6. Kualitas, hubungan Just In Time dan mutu kuat sekali, karena berhubungan dengan tiga hal, yaitu:
a. Just In Time mengurangi biaya perolehan mutu yang baik karena biaya produk sisa, pengerjaan
ulang, investasi persediaan menurun.
b. Just In Time meningkatkan mutu dengan mengurangi antrian dan waktu antara Just In Time juga
membatasi jumlah sumber kesalahan potensial.
c. Mutu yang baik berarti lebih sedikit cadangan sehingga Just In Time lebih mudah diterapkan.
7. Employee Empowerment, karyawan yang diberdayakan dapat ikut terlibat dalam isu-isu operasi harian
yang merupakan falsafah Just In Time. Pemberdayaan karyawan mengikuti nasehat manajemen bahwa
tidak ada orang yang lebih tahu mengenai suatu pekerjaan selain karyawan pelaksana pekerja itu
sendiri. (Putra, 2014, hal. 8-9)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas,
menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis
pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya
(baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem
ini, perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi
biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang.
Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan
produktivitas. JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak
memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini pemakalah buat dengan sesungguhnya, untuk memenuhi tugas mata
kuliah akuntansi manajemen tentang Just In Time (JIT). Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dalam menganalisis biaya-biaya pada perusahaan. Pemakalah menyadari masih terdapat banyak
kekurangan pada makalah ini baik dari segi penulisan makalah, kelengkapan isi, data yang disajikan, dan
lainnya. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca untuk penulisan makalah
yang lebih baik lagi kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Y. (2007). Analisa Penerapan Sistem Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi dan
Produktivitas Pada Perusahaan Industri. Jurnal Akuntansi & Keuangan , 139-141.

Dania, W. A. (2015). Aplikasi Just In Time Pada Perencanaan & Pengendalian Persediaan Kentang. Jurnal
Industria Vol.1 No.1 , 22-30.

Diaz, A. P. (2015). Penerapan Metode JIT Pembelian Bahan Baku Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya
Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.10 , 4.

Efrianti, D. (2014). Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi Pengadaan
Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol.2 No.1 ISSN 2337-7852 , 99-108.

Haming, M. (2014). Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa Buku 2. Jakarta : PT Bumi
Aksara.

Mulla, B. M. (2009). Pengaruh Penerapan JIT (Just In Time) dan TQM (Total Quality Management)
Terhadap Delivery Performance Pada Industri Otomotif Di Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan
Terapan Tahun.2 No.2 , 115.

Putra, C. (2014). Penerapan Metode Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan
Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.3 No.1 , 4-5.

Salman, K. R. (2016). Akuntansi Manajemen Alat Pengukuran Dan Pengambilan Keputusan


Manajerial. Jakarta: PT Indeks.

Santoso, H. F. (2001). Just In Time. Jurnal Akuntansi Krida Wacana Vol.1 No.1 , 5.

Sinuraya, C. (2011). Perbandingan Metode EOQ (Economic Order Quantity) dan JIT (Just In Time)
Terhadap Efisinsi Biaya Persediaan dan Kinerja Non-Keuangan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 05 Tahun
ke-2 Mei-Agustus , 6-7.

Suryandi, F. A. (2011). Peranan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern Aktivitas
Pembelian Bahan Baku Guna Mencapai Penyerahan Bahan Baku Yang Tepat Waktu. Jurnal Ilmiah
Akuntansi No.06 , 6-7.

Witjaksono, A. (2013). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

16

Anda mungkin juga menyukai