Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

PERANAN JUST IN TIME SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI


PRODUKSI PADA PT. ARGUS REZKY PRATAMA DI KABUPATEN
BULUKUMBA

OLEH :
KELOMPOK 9

YUSRIL HENDRAWAN (200303083)


NAUFAL HANIF (200303095)
ASTRID MAHARANI DEWI SHELONITHA (200303011)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan ...................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 5
B. Tinjauan Empiris ...................................................................................... 21
C. Kerangka Konsep ..................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain dan Pendekatan Penelitian ........................................................... 26


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 26
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 26
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 27
E. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 27
F. Metode Analisi Data ................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang pesat khususnya pada perusahaan manufaktur

mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga keqa langsung disatu sisi. Namun

disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relatif besar khususnya dalam

menggunakan peralatan modern, karena keterbatasan dana masih banyak

perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional dalam menghadapi

kemajuan teknologi itu sendiri.

Keunggulan suatu perusahaan manufaktur terhadap para pesaingnya

ditentukan oleh faktor-faktor yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia.

Waktu merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu

perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani

permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk

aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas

bernilai tambah. Salah satu alat, agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi

faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep test

in kıme system. Operasi Jusf in bize merupakan suatu pendekatan untuk

mengidentifikasi dan mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam

aktivitas produksi, dengan memberikan komponen produksi yang tepat serta pada

waktu dan tempat yang tepat. Operasi Just in time memproduksi komponen

produksi tepat pada waktu memenuhi kebutuhan produksi, sedangkan Operasi

Tradisional memproduksi komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud

1
untuk mengantisipasi kalau-kalau terjadi sesuatu.

Analisis just in time dalam produksi memiliki peranan dalam meningkatkan

efisiensi dan produktivitas. Penerapan just in time produksi perusahaan manufaktur

dapat meningkatkan manufacturing cycle efficiency. Meningkatnya manufacturing

cycle efficiency sebagai alat ukur dan hilangnya aktivitas yang tidak menambah

nilai, maka akan berdampak terhadap efisiensi produksi. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa penerapan sistem just in time produksi dapat meningkatkan

produktivitas perusahaan.

Tujuan utama Jusf in time System adalah meningkatkan laba dan posisi

persaingan perusahaan melalui pengendalian biaya, just in time (JIT) merupakan

filosofi yang memusatkan pada aktivitas yang dfiperluas oleh segmen internal

lainnya dalam suatu organisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem just in time

dirancang untuk meminimalkan semua inefisiensi yang muncul dalam proses

produksi guna memenuhi kebutuhan konsumen dengan kualitas, biaya, dan waktu

yang tepat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efisiensi waktu yang

digunakan dalam produksi maka secara langsung perusahaan dapat mengukur

kemampuannya dalam proses produksi berdasarkan waktu.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2005)

dimana hasil penelitian menemukan bahwa Just in time memiliki pengaruh yang

signifikan dalam meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi. Kemudian penelitian

Aprilianti, dan Yusup Rachmat Hidayat (2019) hasil penelitian bahwa test In time

berpengaruh terhadap Efisiensi Biaya Produksi. Begitu pula dengan Nurhidayati.

(2017) menemukan bahwa Pengaruh Penerapan Metode Just In Time Terhadap

2
memberikan dampak terhadap Efisiensi Biaya Produksi Pada perusahaan.

PT. Argus Rezky Pratama Kabupaten Bulukumba adalah perusahaan yang

bergerak dalam bidang produksi air mineral. Sehingga dalam pengelolaan unit

usaha sebagai perusahaan manufaktur dalam bidang produksi air mineral maka

perusahaan mengalami perkembangan pada unit usaha, namun perusahaan

menghadapi masalah dimana dalam tahun 2019 mengalami penurunan, karena

seringkali terjadi keterlambatan dalam produksi dan menyangkut penggunaan

waktu dalam produksi masih kurang optimal sehingga masih perlu diterapkan

adanya penerapan just in fire dalam pelaksanaan produksi air mineral

Berdasarkan kenyataan di atas itulah maka penulis terdorong untuk

melakukan penelitian untuk mengambil judul : “Penerapan Just In Time System

Dalam Meningkatkan Efisiensi dan Produksi Pada PT. Argus Rezky Pratama di

Kabupaten Bulukumba.“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana penerapan metode Just in Time

System dalam meningkatkan efisiensi produksi air mineral pada PT. Argus Rezky

Pratama di Kabupaten Bulukumba.

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode just in

tîme dalam meningkatkan efisiensi produksi air mineral pada PT. Argus Rezky

Pratama di Kabupaten Bulukumba.

3
D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teori

a. Bagi penulis yaitu ebagai sumbangan pikiran kepada perusahaan PT.

Argus Rezky Pratama di Kabupaten Bulukumba dalam menerapkan

konsep just in time system.

b. Manfaat Akademik yaitu sebagai bahan referensi bagi setiap penulis untuk

melakukan penelitian mengenai just in tîme system dalam produksi air

mineral.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan bagi manajemen perusahaan khususnya dalam

proses produksi sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan

dalam mengelola perusahaan.

b. Memberikan gambaran penerapan sistem produksi Just in Time system

dalam akuntansi manajemen dalam mengendalikan pengiriman tepat waktu

dan dampaknya terhadap biaya yang berguna untuk memperluas wawasan

dan pola pikir penulis selama di bangku kuliah.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Just In Time

Istilah just in time secara harfiah berarti tepat waktu, yang telah banyak dan

berhasil digunakan oleh industri di Jepang dengan memanfaatkan kemampuan

pemasok bahan baku atau komponen untuk menyerahkan pesanan tepat pada saat

dibutuhkan dan pada tingkat yang dibutuhkan saja. Sejak itulah industriawan di

Jepang menyadari bahwa mereka tidak perlu lagi menimbun bahan maupun

komponen di pabrik dalam jumlah besar, karena produsen bahan dan komponen

atau supplier dapat memenuhi kebutuhan mereka secara tepat waktu, tepat jumlah,

dan tepat harga. Secara singkat. lost in time adalah suatu pendekatan yang berusaha

menghilangkan semua sumber pemborosan, sesuatu yang tidak menambah nilai

didalam kegiatan produksi dengan menyugukan suku cadang yang tepat pada

tempat dan waktu yang tepat.

Just in tire merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi

penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just in time sangat sederhana, yaitu

produksi hanya apabila ada permintaan (pull system) atau dengan kata Iain hanya

memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuatitas yang diminta.

Filosofi Just in time digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi

oleh banyak perusahaan manufaktur dijepang. Bila just in time merupakan suatau

filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada

semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan. Sasaran utama Just in

5
time adalah menngkatkan produktivitas system produksi atau operasi dengan cara

nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah nilai bagi suatui

produk (Samryn, 2015:11).

Just in Time (JIT) mendasakan pada delapan kunci utama, Samryn

(2015:11) yaitu:

a. Menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada

permintaan.

b. Memproduksi dengan jumlah kecil,

c. Menghilangkan pemborosan

d. Memperbaiki aliran produksi

e. Menyempurnakan kualitas produk

f. Orang-orang yang tanggap

g. Menghilangkan ketidakpastian

h. Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.

Istilah josh in Time secara harfiah berarti tepat waktu, yang telah banyak

dan berhasil digunakan oleh industri di Jepang dengan memanfaatkan kemampuan

pemasok bahan baku atau komponen untuk menyerahkan pesanan tepat pada saat

dibutuhkan dan pada tingkat yang dibutuhkan saja. Sejak itulah industriawan di

Jepang menyadari bahwa mereka tidak perlu lagi menimbun bahan maupun

komponen di pabrik dalam jumlah besar, karena produsen bahandan komponen atau

supplier dapat memenuhi kebutuhan mereka secara tepat waktu, tepat jumlah, dan

tepat harga.

Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan bahan

6
baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang

untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan ini

dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan

perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat

melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi

selama beberapa waktu karena satu dan Iain hal. Namun penyimpanan persediaan-

persediaan itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem JIT (just-in-time)

merupakan upaya untuk mengurangi atau menghilangkan persediaan (dengan

demikian, memangkas biaya-biaya).

Menurut Samryn (2015:14-15) mengemukakan bahwa test in Time adalah

suatu sistem produksi dimana bahan baku hanya dibeli sesuai dengan jumlah yang

dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang sesungguhnya. Dalam

pengertian sederhana JIT berarti bahwa jumlah unit kebutuhan bahan yang tepat

ditransfer ke dalam tiap tahap produksi pada waktu yang tepat.

Hansen dan Mowen (2015:399) mengemukakan bahwa josh ın time adalah

pendekatan manufaktur yang menyatakan bahwa barang harus ditarik melewati

sistem oleh permintaan saat ini daripada didorong melalui sistem pada skedul tetap

berdasarkan permintaan yang diantisipasi.

Dalam kondisi ideal, perusahaan yang menerapkan sistem persediaan just in

time hanya membeli bahan baku yang cukup untuk satu hari operasi dalam rangka

memenuhi kebutuhan hari itu. Selain itu, perusahaan tidak memiliki barang-barang

yang masih dalam proses pengolahan pada akhir hari kerja dan semua barang yang

diselesaikan pada hari itu langsung segera dikirimkan kepada para pelanggan

7
sehingga tidak ada barang-barang yang harus disimpan di gudang persediaan

barang jadi.

Pengertian Just in time (JIT) menurut Simamora (2017:100) menyatakan

bahwa sistem tepat waktu (Jusf in bize, JIT) adalah sistem manajemen pabrikasi

dan persediaan komprehensif di mana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli

dan diproduksi pada saat diproduksi dan pada waktu akan digunakan dalam setiap

tahap proses produksi/pabrikasi.

Dapat diartikan Jusf in time adalah suatu usaha organisasi untuk

menghasilkan output dengan kemungkinan lead time yang minimal dan pada total

biaya yang serendah mungkin dengan terus mengidentifikasi dan menghilangkan

segala bentuk pemborosan dan varians.

Supriyono (2018:65) dalam pengertian luas just in time adalah : ” Just in

time adalah suatu filosofi yang memuaskan pada aktivitas yang diperlukan oleh

segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.” Dari definisi di atas JIT

mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut :

a. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus

dieliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya

(pemakai sumber-sumber ekonomi) yang tidak perlu, misalnya persediaan

sedapat mungkin nol.

b. Adanya komintmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi,

Komitmen ini diperlukan agar dapat mengerjakan sesuatu dengan benar

pada saat pertama (doing things right the first lime) sehingga produk rusak

dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan waktu dan biaya untuk

8
pengerjakan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.

c. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (continuous

improvement) dalam meningkatkan efisiensikegiatan. Komitmen ini

merupakan salah satu upaya agar dapat dihasilkan produk yang bermutu

tinggi dan berbiaya rendah.

d. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman

terhadap aktivitas yang bernilai tambah. Komitmen ini sekaligus dapat

membantu pengidentifikasian aktivitas yang tidak bernilai tambah sehingga

aktivitas ini dapat dieliminasi.

Just in time dapat ditetapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan

seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi, dan sebagainya.

Namun, bidang fungsional yang telah banyak menerapkan Basf in time adalah

pembelian dan produksi. Pembelian Just in fixe adalah sistem pembelian barang

yang tepat waktu dan jumlah sehingga barang tersebut dapat segera diterima untuk

memenuhi permintaan (perusahaan dagang) atau untuk segera digunakan

(perusahaan manufaktur), dengan demikian barang tersebut tidak perlu disimpan

digudang atau persediaan nol.

Just in time menurut Ma’arif dan Tanjung (2015:311) mengemukakan

bahwa just in time adalah filosofi manajemen dari pemecahan masalah yang

berkelanjutan dan dipaksakan, sehingga pemasok-pemasok dan komponen-

komponen ditarik melalui sistem untuk menunjukkan dimana dan kapan mereka

dibutuhkan.

Selanjutnya Witjaksono (2015:195) menyatakan bahwa just in time adalah

9
sebuah filosofis bisnis yang khusus membahas bagaimana mengurangi waktu

produksi sekaligus mengurangi kegagalan produksi baik dalam proses manufaktur

maupun proses non-manufaktur.

Just in time memusuhi pemborosan yang tidak memberi nilai tambah

produk. JIT juga membeberkan permasalahan dan kemacetan yang disebabkan oleh

keragaman (varaibilitas). Keragaman ini terjadi karena adanya deviasi dari nilai

optimumum. Just in time juga akan mampu mencapai produksi ramping dengan

mengurangi persediaan.

Menurut Deitiana, (2016:223), just in time merupakan falsafah pemecahan

masalah yang berkelanjutan dan memang harus dihadapi yang dapat menyebabkan

sesuatu terbuang percuma. Menurut Martono (2018:380) Just in Lime pertama kali

dikembangkan dan disempurnakan di pabrik Toyota Manufacturing oleh Taiichi

Ohno di Jepang, oleh karena itu Taiichi Ohno sering disebut sebagai bapak just in

time (JIT).

Karena bahan dan komponen produksi yang diperlukan oleh perusahaan

akan didatangkan tepat waktu yang diperlukan maka bahan dan komponen tersebut

tidak akan datang mendahului dan juga tidak akan datang terlalu lambat. Bahan dan

komponen tersebut akan datang pada titik waktu yang tepat sesuai dengan

kebutuhan perusahaan. Begitu pula, produk harus sudah selesai ketika langganan

membutuhkannya sehingga produk tidak akan diselesaikan lebih cepat dan juga

tidak akan didatangkan terlambat. Jika produk diselesaikan lebih cepat akan

menimbulkan biaya persediaan yang akan berakibat akan mengurangi laba yang

diperoleh perusahaan, dan jika produk selesai terlambat maka konsumen atau

10
langganan kemungkinan tidak akan mau menerimanya sehingga keterlambatan juga

akan berakibat tidak diterimanya produk oleh konsumen, sehingga juga akan

menimbulkan biaya persediaan. Seandainya konsumen mau menerimanya tidak

menutup kemungkinan kepuasan konsumen sudah agak berkurang, dan hal ini juga

akan berakibat kepada pesanan (order) lanjutan dari konsumen di kemudian hari

akan berkurang, dan dalam jangka menengah dan jangka panjang akan sangat

berpengaruh kepada penguasaan pangsa pasar perusahaan di dunia persaingan

bisnis. Oleh karena itu eliminasi persediaan akan memperkecil biaya persediaan

dan biaya penanganan persediaan di dalam gudang perusahaan. Jika hal ini dapat

dicapai maka kualitas kerja akan semakin baik, dan beban kerja akan semakin

seimbang dan penurunan biaya akan terjadi sehingga efisiensi perusahaan akan

terbina. Konsep yang membahas kebutuhan ini dinamakan dengan konsep just in

time.

Just in time akan selalu berusaha mereduksi biaya persediaan sebab just in

lime memandang bahwa persediaan merupakan pemborosan. Persediaan

merupakan penahanan aktiva lancar yang tidak menghasilkan jika disimpan dan

hanya akan menghasilkan atau merugikan jika dijual. Menyimpan persediaan jelas

merupakan kerugian meskipun bagi para spekulan untuk minyak gorengtara dapat

dipandang sebagai hal yang menguntungkan. Perhitungan pada spekulan tidak

dapat dipandang sebagai aktivitas normal sebab spekulasi jangka pendek bersifat

untung-untungan yang tidak didasarkan atas perhitungan normal.

Just in time menekankan pada pembelian bahan baku yang sesuai dengan

kebutuhan proses produksi, tidak kurang dan tidak lebih pada saat bahan-bahan

11
diperlukan untuk membuat produk yang dipesan konsumen baik melalui pesanan

maupun kebutuhan pasar, sehingga tidak ada persediaan bahan baku di gudang

kecuali untuk diproses habis.

2. Klasifikasi Just In Time

Penghematan yang dihasilkan dari investasi persediaan yang minimum dan

penghematan biaya pemilikan telah meningkatkan perhatian pada sistem

persediaan just in tire (JIT). Prosedur persediaan ini membutuhkan koordinasi

dengan pemasok sehingga bahan dapat tiba segera sebelum digunakan. Diperlukan

penjual yang dapat melakukan pengiriman yang berkesinambungan dari standar

partai yang kecil dengan kerusakan nol. Penekanannya adalah pada penurunan

jumlah pemasok dan pada perbaikan mutu sehingga pembelian dapat secara

langsung dikirimkan ke lini perakitan yang memerlukan sedikit atau tanpa

pemeriksaan.

Dengan JIT, otorisasi untuk suatu jenis suku cadang yang akan dibuat pada

stasiun pekerjaan tertentu akan diberikan berkat adanya permintaan terhadap suku

cadang tersebut pada stasiun kerja berikutnya dalam suatu lini produksi, apabila

suku cadang digunakan pada bagian perakitan terakhir, maka kebutuhan produksi

untuk membuatnya akan diotorisasi.

Just in time adalah suatu sistem komperehensif berkenan dengan persediaan

pengendalian manufaktur dalam hal mana pembelian material (bahan baku) dan

pembuatan produk (proses produksi) dilakukan sampai waktunya dibutuhkan.

Menurut Witjaksono (2015:199) mengemukakan bahwa terdapat 2 macam test in

tîme, yakni:

12
1. JIT Manufaktur

Berikut ini karakteristik sukses implementasi JIT Manufaktur :

a. A smooth, uniform production rafe. Dimulai minyak gorengjak

kedatangan bahan baku hingga pengiriman produk jadi.

b. Penerapan pull method untuk koordinasi proses produksi. Alat bantu

yang digunakan adalah Wıthdrawal Kanban dan Production Kanban.

c. Pembelian bahan dan pengerjaan produk dalam proses serta produksi

produk jadi dalam jumlah yang sedikit (small lot size).

d. Penyiapan (setup) mesin yang cepat dan murah.

e. Bahan baku dan produk senantiasa terbaik. Kerap didukung dengan

implementasi TQC (Total Quality Control).

f. Pemeliharaan peralatan yang efektif.

g. Atmosfir kerja sama tim yang mendukung peningkatan sistem

produksi.

h. Multiskilled Workers dan Flexible Facilities.

2. JIT Pembelian

Berikut ini karakteristik sukses implementasi JIT Pembelian

a. Hanya sedikit pemasok.

b. Kontrak pengadaan jangka panjang dengan pemasok.

c. Bahan baku dan bahan pembantu dikirim dalam jumlah kecil sesegera

mungkin sebelum dibutuhkan.

d. Inspeksi minimal pada bahan baku dan bahan pembantu yang diterima

dari pemasok.

13
e. Pembayaran/pelunasan pada setip pemasok dilakukan sesuai jadwal

yang disepakati, biasanya berdasarkan batch.

Just in time yang sukses membutuhkan perubahan dalam proses manufaktur

yang berulang, dapat menyesuaikannya dengan falsafah persediaan yang baru

tersebut. Yang terlibat dalam hal ini adalah manajemen prosesnya, bukan hanya

manajemen persediaan, tujuan dasar adalah untuk memproduksi dan

menyampaikan apa yang dibutuhkan, kapan hal itu dibutuhkan, pada semuatahap

proses produksi, tepat pada saat akan diparikasi, dipasang dan dikirim kepelanggan.

Walaupun kenyataanya tidak ada pabrik yang seperti itu, Just in tîme merupakan

sesuatu yang ideal dan karena itu merupakan tujuan yang layak.

3. Kekuatan Sistem Just In Time

Menurut Supriyono (2018:311-321) Just in time menawarkan alternatif

penyelesaian masalah yang tidak memerlukan persediaan, yaitu:

a. Biaya Setup Dan Biaya Penyimpanan Rendah

Just in fire berusaha agar biaya setup tersebut nol. Biaya setup sebesar nol

dapat dicapai dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk setup (untuk biaya

setup) dan mengembangkan kontrak-kontrak jangka panjang dengan para pemasok

(untuk biaya pemesanan). Dengan melaksanakan dua tahap tersebut biaya transaksi

untuk memiliki persediaan dapat didorong ke tingkat yang tidak signifikan. Jika

biaya sebep dan pemesanan menjadi tidak signifikan, hanya tinggal biaya

penyimpanan yang harus diminimumkan. Usaha meminimumkan biaya

penyimpanan dapat dicapai dengan mengurangi persediaan menjadi sangat rendah,

dan jika mungkin nol. Pendekatan ini menjelaskan mengapa sistem JIT mendorong

14
ke persediaan nol.

Negosiasi kontrak-kontrak jangka panjang dengan pihak luar yang

memasok bahan dapat sangat mengurangi frekuensi pemesanan dan biaya

pemesanan. Namun, pengurangan waktu setup mengharuskan perusahaan untuk

mencari cara-cara baru yang lebih efisien dalam melaksanakan setup. Pengalaman

dalam perusahaan-perusahaan yang sudah menggunakan Just in fire menunjukkan

bahwa dengan cara-cara baru tersebut dapat dicapai pengurangan yang besar atas

waktu setup.

b. Kinerja Tepat Waktu: Penyelesaian Dengan Just In Time

Kinerja tepat waktu adalah suatu pengukuran kemampuan suatu perusahaan

untuk tanggap terhadap kepentingan pelanggan atau pembeli. post in time

menyelesaikan masalah kinerja tepat waktu bukan dengan menyelenggarakan

persediaan, namun dengan mengurangi waktu tunggu secara besar-besaran. Waktu

tunggu yang lebih pendek dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi pengirimam tepat waktu dan cepat tanggap terhadap permintaan pasar.

Jadi, kemampuan perusahaan dalam bersaing menjadi meningkat.

Just in Time mengurangi waktu tunggu dengan tiga cara yaitu: (a)

mengurangi waktu setup, (b) meningkatkan mutu, dan (c) mengurangi

pemanufakturan bersel (cellular). Pemanufakturan bersel dapat mengurangi jarak

tempuh antara mesin dengan persediaan dan sel-sel tersebut dapat juga

mempengaruhi waktu tunggu dengan tajam. Pengurangan waktu tunggu tidaklah

unik bagi perusahaan yang menerapkan Just in time karena sebagian besar

perusahaan menerapkan Just in live dapat mengurangi waktu tunggu paling tidak

15
sebesar 90%.

c. Menghindari Kemacetan: Pendekatan Just In Time

Menghindari Sebagian besar kemacetan (shutdown) dalam berproduksi

terjadi karena salah satu dari tiga alasan sebagai berikut: (a) kegagalan mesin, (b)

kerusakan bahan atau subperakitan, dan (c) tidak tersedianya bahan atau

subperakitan.kemacetan: pendekatan just in time.

d. Potongan Dan Kenaikan Harga: Pembelian Sistem Just In Time

Secara tradisional biasanya perusahaan menyimpan persediaan sehingga

perusahaan dapat memperoleh keuntungan berupa potongan harga karena membeli

dalam kuantitas tertentu dan dpaat mengantisipasikan adanya kemungkinan

kenaikan harga di masa yang akan datang. Tujuan pembelian dalam kualitas besar

adalah mengurangi biaya persediaan. Just in time mempunyai tujuan yang sama

dengan pendekatan tradisonal yaitu untuk mengurangi biaya persediaan. Namun

pemecahan masalah yang ditawarkan oleh post in time berbeda dengan pendekatan

tradisional. post in time mencakup tujuan tersebut melalui negosiasi kontrak jangka

panjang dengan beberapa pemasok yang dipilih.

e. Beberapa Observasi Umum

Just in time secara langsung membahas masalah-masalah tata letak pabrik,

rancangan proses standar mutu, dan persediaan. Penyederhanaan dan efisiensi

merupakan kriteria utama untuk menentukan tata letak pabrik dan merancang

proses standar mutu Just in lime secara aktif berusaha mencapai kerusakan nol.

Mengerjakan sesuatu dengan benar sejak saat pertama (doing it right the first time)

merupakan kondisi penting suatu sistem yang berusaha untuk tidak mencadangkan

16
adanya pengerjaan kembali. Dalam Jusf in time, persediaan dipandang sebagai

sesuatu yang harus dihindari dan perusahaan harus berusaha untuk menguranginya

pada tingkat yang tidak signifikan atau jika mungkin pada tingkat nol.

Pengimplementasian JIT berarti mengubah tata letak pabrik dan rancangan

proses yang tradisional : mengubah dari departemental dan tata letak fungsional

yang terpusat pada lokasi tertentu ke tata letak pemanufakturan bersel dengan

lokasi bahan-bahan dan komponen-komponen yang berdekatan dengan lokasi

pengerjaan itu sendiri. Hal ini berarti mengubah pekerja yang berorientasi pada

spesialisasi tertentu menjadi pekerja yang berorientasi interdisipliner. Para pekerja

dalam sistem Just in time perlu dilatih untuk melaksanakan berbagai tugas.

Dengan berusaha mencapai kerusakan nol dan persediaan nol, JIT

memerlukan komitmen perbaikan yang berkesinambungan terhadap efisiensi.

Prinsip-prinsip perbaikan berkesinambungan dan eliminasi pemborosan

merupakan dasar pendekatan just in time.

4. Sasaran Implementasi Just In Time (JIT)

Keberhasilan implementasi just in time membawa perbaikan secara

signifikan seperti kualitas yang lebih baik, meningkatkan produktivitas,

mengurangi tenggang waktu, mengurangi sebagian besar persediaan, mengurangi

waktu persiapan (setup), menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan produksi.

Menurut Simamora (2017:102) terdapat lima elemen kunci demi

keberhasilan sysfem jusf in time. elemen-elemen ini meliputi:

a) Jumlah Pemasok Yang Terbatas

Dalam sistem just in time, pemasok diperlakukan sebagai mitra dan

17
biasanya terikat kontrak jangka panjang dengan perusahaan. Para pemasok

merupakan bagian vital dari sistem yang membuat josf in time berjalan mulus,

memastikan masukan-masukan bermutu dan pengiriman yang tepat waktu. Supaya

aplikasi sistem just in fire berjalan mulus, perusahaan mestilah belajar untuk

bergantung pada segelintir pemasok yang bersedia melakukan pengiriman-

pengiriman yang kerap dalam jumlah-jumlah yang kecil.

b) Tingkat Persediaan Yang Minimal

Berlawanan dengan lingkungan pabrikasi tradisional, di mana bahan baku,

suku cadang, dan pasokan dibeli jauh-jauh hari sebelumnya dan disimpan di

gudang sampai departemen produksi membutuhkannya, maka dalam lingkungan

just in time bahan baku dan suku cadang dibeli dan diterima hanya ketika

dibutuhkan saja.

c) Pembenahan Tata Letak Pabrik

Untuk menerapkan just in lime secara benar, perusahaan perlu membenahi

arus lini-lini pabrikasi di dalam pabrik-pabriknya. Arus lini (how line) adalah jalur

fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi

dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi.

d) Pengurangan Setup Time

Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk

mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir-

formulir terkait dan bergerak cepat guna mengakomodasikan produksi unsur yang

berbeda. Setup fire kerap sedemikian lamanya (dan mahal pula) sehingga begitu

waktu pergeseran ini selesai, perusahaan- perusahaan meyakini bahwa mereka

18
terlebih dahulu harus melakukan pengoperasian mesin produksi (production en)

yang lama sebelum berhenti dan siap kembali mengolah unsur yang berlainan.

Permasalahan dengan production ren yang lama adalah bahwa cara ini menumpuk

persediaan yang mesti menunggu berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan

berbulan- bulan sebelum menjalani pemrosesan lebih lanjut pada stasiun kerja

berikutnya.

e) Kendali Mutu Terpadu

Aktivitas-aktivitas just in time menghasilkan produk-produk bermutu tinggi

karena produk-produk diolah dari bahan baku bermutu tinggi dan inspeksi produk

dilakukan pada seluruh proses produksi. Tidak sebagaimana metode pabrikasi

tradional, dalam sistem josf in time inspeksi dianggap sebagai aktivitas yang tidak

memberikan nilai tambah bagi produk sehingga lingkungan jusf in fixe

memasukkan inspeksi ke dalam operasi produksi yang berkelanjutan. Operator

mesin just in time menginspeksi produk-produk pada waktu produk-produk tadi

melewati proses produksi. Operator yang menemukan adanya cacat akan

menentukan penyebabnya. Prosedur inspeksi yang terintegrasi ini, disertai bahan

baku bermutu tinggi, menghasilkan barang jadi bermutu tinggi.

f) Tenaga Kerja Yang Fleksibel

Dalam lingkungan pabrikasi konvensional, tenaga kerjanya biasanya

terspesialisasi. Para karyawan dilatih untuk menunaikan satu jenis tugas, misalnya

mengoperasikan mesin gerinda saja. Karena tata letak pabrik dalam lingkungan jusf

in time berbeda dari lingkungan pabrik konvensional, karyawan-karyawannya

harus mempunyai bermacam-macam keahlian teknis. Dalam lingkungan kerja just

19
in time, para karyawan mungkin diminta mengoperasikan beberapa jenis mesin

secara simultan.

Just in time manufacturing menuntut ketepatan waktu produksi dan

penyerahan produk akhir kepada customer maupun produk dari satu tahap produksi

ke tahap produksi berikutnya. Dengan demikian, untuk menjamin ketepatan waktu

dan ketepatan jumlah produk yang diproduksi oleh tahap tertentu proses produksi

maupun oleh perusahaan secara keseluruhan, dituntut produksi tanpa cacat atau

rusak, dan bahan baku yang dimasukkan proses sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan tanpa cacat, serta kondisi mesin dan ekuipmen produksi tanpa

kerusakan. Untuk menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi mutu yang

dijanjikan kepada cusfomer dibutuhkan pengendalian menyeluruh atau total quality

control (TQC).

5. Pengertian Efisiensi

Efisiensi adalah suatu ukuran dari tingkat keberhasilan sebuah kegiatan

yang dievaluasi berdasarkan biaya / sumber daya yang digunakan untuk mencapai

hasil yang diinginkan. Dalam hal ini, semakin sedikit sumber daya yang digunakan

untuk mencapai hasil yang diharapkan. Maka prosesnya bisa disebut lebih efisien.

Suatu kegiatan dapat dikatakan efisien karena prosesnya membaik. Misalnya, lebih

cepat atau lebih murah. Efisiensi ini dapat diartikan sebagai ketepatan cara didalam

melakukan sesuatu. Serta kemampuan melaksanakan tugas dengan baik serta tepat

tanpa membuang biaya, waktu dan tenaga.

Sumarsan (2017:9) mengatakan bahwa efisiensi merupakan perbandingan

antara keluaran dengan masukkan atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu

20
unit Input yang di pergunakan. Pengukuran efisiensi dapat dikembangkan dengan

cara membandingkan antara kenyataan biaya yang dipergunakan dengan standar

pembiayaan yang telah ditetapkan, yaitu gambaran tentang tingkat biaya tertentu

yang dapat mengungkapkan berapa besar biaya yang diperlukan untuk dapat

menghasilkan sejumlah output tertentu.

Efisiensi adalah rasio antara output dan input atau jumlah output perunit

dibandingkan input. Pusat pertanggung jawaban A lebih efisien dari pada B jika

menggunakan input yang lebih sedikit dibandingkan dengan B, sedangkan output

yang dihasilkan sama, atau memperoleh hasil yang lebih besar sedangkan input

yang digunakan sama.

Menurut Mardiasmo (2018:132) bahwa pengertian efisiensi berhubungan

erat dengan konsep produktifitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan

menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang

digunakan (cost of output).

Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya

oleh suatu unit organisasi (misalnya:staf,upah, biaya administratif) dan keluaran

yang dihasilkan. Indikator tersebut memberikan informasi tentang konversi

masukan menjadi keluaran (yaitu:efisiensi dari proses internal).

B. Tinjauan Empiris

Penelitian ini termotivasi oleh beberapa penelitian terdahulu mengenai Just

In Time System. Berikut ini akan disajikan ringkasan hasil penelitian terdahulu

yang dapat dilihat melalui uraian dibawah ini

21
Ratnasari, Dzulkirom AR dan Husaini. (2014) Analisis Just In time Dalam Usaha

Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus Pada Perusahaan kecap cap

“kuda” Tulungagung). Penerapan lost in Time System pada perusahaan kecap cap

“KUDA” secara evolusioner akan memberikan banyak manfaat bagi proses

produksinya, sehingga akan memperoleh efisiensi biaya produksi yang semakin

besar yang mendukung misi perusahaan.

Aprilianti dan Yusup (2019) Pengaruh Just In time Terhadap Efisiensi

Biaya Produksi Pada PT. Toyota Boshoku Indonesia. Just In time dan berpengaruh

terhadap Efisiensi Biaya Produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji T yang

menunjukkan variabel test In time (X) mempunyai nilai T hitung sebesar 4,415.

Nilai t tabel yang merupakan standar diperoleh nilai T tabel pada tingkat signifikan

0,05 yaitu sebesar 2,018. Hasil analisis menunjukkan T hitung> T tabel (4,415 >

2,018) ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, atau terdapat pengaruh positif

diantara keduanya.

Nurhidayati. (2017) Pengaruh Penerapan Metode Just in time Terhadap

Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Citra Abadi Sejati Periode 2010-2013. Hasil

penelitian mengungkapkan fakta bahwa berdasarkan penerapan Metode Just In bize

dari tahun 2010-2013 mengalami peningkatan yang cukup stabil dan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap efisiensi biaya produksi pada PT. Citra Abadi Sejati.

Hal ini ditandai dengan pengurangan persediaan sampai pada tingkat yang paling

rendah, dengan demikian Just In dine dapat memangkas biaya-biaya yang tidak

memberikan nilai tambah pada produk. Dengan demikian, perusahaan akan

22
terhindar dari terjadinya pemborosan sehingga biaya produksi akan menjadi lebih

rendah dan tingkat efisiensinya menjadi lebih tinggi.

Sarda, dkk (2019) Analisis Penerapan Just in b/ze Dalam Meningkatkan

Efesiensi Produksi Pada PT. Tri Star Mandiri. Hasil penelitiannya adalah Dalam

Biaya Penyimpanan sebelum Penerapan System test in Tıme, biaya penyimpanan

bahan bakunya sebesar Rp. 32.086.720 sedangkan Biaya Penyimpanan setelah

Penerapan Sistem Just in Time, biaya penyimpanan bahan bakunya sebesar Rp.

16.043.360 Maka dapat menekan biaya penyimpanan bahan baku (material) sebesar

Rp. 16.043.360 Sehingga dapat meningkatkan produktivitas produksi.Akan tetapi

dalam mengukur keseluruhan waktu yang diperlukan dalam proses produksi

campuran beton dikatakan belum efesien karena waktu yang diperlukan sebelum

menggunakan JIT lebih kecil dibandingkan setelah menggunakan JIT sehingga

belum Efesien Dalam Meningkatkan Produktivitas Perusahaan pada PT. Tri Star

Mandiri.

Aznedra, DKK (2018) Analisis Pengendalian Internal Persediaan dan

Penerapan Metode Just in Time Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku

Studi Kasus PT. Siix Electronics Indonesia. Hasil penelitian adalah pengendalian

internal persediaan tidak berjalan dengan baik sehingga tidak ada efisiensi pada

biaya persediaan bahan baku, begitupun dengan penerapan metode just in time tidak

efisien terhadap biaya persediaan bahan baku.

23
C. Kerangka Konsep

PT. Argus Rezky Pratama Kabupaten Bulukumba merupakan perusahaan

produksi air mineral yang dimana dalam menjalankan aktivitas usaha maka

perusahaan perlu meningkatkan efisiensi dan produksi air mineral, salah satu upaya

yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan peningkatan efisiensi

produksiadalah dengan menerapkan system Just In time Hansen dan Mowen

(2015:478) yang menyatakan bahwa sistem lost in lime menawarkan peningkatan

efisiensi biaya dan secara simultan mempunyai fleksibilitas untuk merespon

permintaan pelanggan akan kualitas yang lebih baik serta variasi yang lebih banyak.

Produksi dan pembelian dengan system test in time mewakili usaha terus-menerus

dalam mengejar produktivitas melalui penghapusan pemborosan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa jika perusahaan PT. Argus Rezky Pratama menerapkan sistem

Just in time, maka efisiensi biaya produksi akan relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan tidak diterapkannya test in time. Karena dalam Jusf in fire segala aktivitas

yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk dianggap sebagai pemborosan

yang harus dihilangkan/dieliminasi. Sehingga dengan adanya penerapan test In

Time yang dilakukan oleh perusahaan maka diharapkan akan meningkatkan

efisiensi dan produksi yang dilakukan pada PT. Argus Rezky Pratama Kabupaten

Bulukumba.

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dibuat

kerangka berpikir yang akan memberikan gambar mengenai arah dan sistematika

pemecahan masalah tersebut seperti di bawah ini.

24
Pt. Argus Rezky Pratama
Kabupaten Bulukumba

Peningkatan Produksi Air Mineral

Manufacturing Cycle Efficiency


Analisis Just In Time
(MCE)

Analisis Troughput Time

Efisien/Tidak Efisien

Rekomendasi

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Dan Pendekatan Penelitian

Desain penelitian merupakan pedoman dalam melakukan proses penelitian

diantaranya dalam menentukan, pengumpulan data serta analisa data. Berdasarkan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, jenis penelitian ini tergolong

penelitian kualitatitf. Dimana langkah-langkah yang dilakukan dengan penelitian

kualitatif adalah secara deskriptif mengenai penerapan just in tire dalam

meningkatkan efisiensi produksi air mineral.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

PT. Argus Rezky Pratama, yakni suatu perusahaan yang aktivitas usahanya

bergerak di bidang produksi air mineral berlokasi. Sedangkan waktu yang

digunakan selama penelitian kurang lebih tiga bulan dimulai dari Januari sampai

dengan Maret 2023.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Observasi, Yaitu analisa secara langsung mengenai hal-hal dan semua

kejadian yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti, dengan

cara mendatangi perusahaan tempat meneliti.

2) Dokumentasi, Yaitu pengumpulan data dan keterangan-keterangan yang

diperoleh dari dokumen-dokumen intern yang berhubungan dengan

26
masalah dalam penelitian.

D. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif, yaitu data yang tidak

dapat diukur dan dikualifikasi. Jadi data yang dimaksud adalah keterangan-

keterangan baik yang tertulis maupun lisan tentang bagaimana kebijaksanaan

manajemen terhadap penanganan biaya di perusahaan tersebut seperti upah lembur

yang diberikan pada pekerja, cara pemasokan bahan baku perusahaan, sistem

pendistribusian tugas pada setiap pekerja, hambatan-hambatan dalam produksi dan

pendistribusian barang sesuai jadwal pengiriman.

Sumber data berasal dari sumber internal, berupa:

1) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan

pihak-pihak yang berkaitan langsung, seperti data biaya produksi dan

persediaan barang.

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan

yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini.

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan batasan-batasan yang dipakai

penulisan untuk menghindari adanya interpretasi tehadap variabel yang diteliti,

yaitu sebagai berikut:

Just in time adalah suatu sistem produksi dimana bahan baku hanya dibeli sesuai

dengan jumlah yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang

27
sesungguhnya.

Produksi just in time adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau

produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh

tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.

Efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran dengan masukkan atau

jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu unit Input yang di pergunakan.

F. Metode Analisis Data

Adapun alat analisis yang digunakan yaitu:

1) Analisis troughput time sebagaimana yang dinyatakan oleh Mulyadi (2016:26)

adalah suatu analisis untuk menghitung keseluruhan waktu yang diperoleh

untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, dengan rumus :

Troughput time = Waktu proses + waktu penentuan + waktu permintaan +

Waktu tunggu

2) Analisis efisiensi kerja bagian produksi sebagaimana yang dinyatakan oleh

Mulyadi (2016:382) adalah suatu analisis untuk menghitung efisiensi kerja

dengan rumus Manufacturing Cycle Efisiensi (MCE)

MCE = Processing time (waktu produksi) .


Trouhgput time (keseluruhan waktu dalam produksi)

28
DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti, A., dan Yusup, R.H. 2019. Pengaruh Just In time Terhadap Efisiensi
Biaya Produksi Pada PT. Toyota Boshoku Indonesia. test In time dan
berpengaruh terhadap Efisiensi Biaya Produksi. Jurnal Logistik Indonesia
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 125-133 125 E-ISSN 2621-6442.

Aznedra, dkk. 2018. Analisis Pengendalian Internal Persediaan dan Penerapan


Metode Jusf in time Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku Studi
Kasus PT. Siix Electronics Indonesia. Measurement, Vol.12 No. 2 1-13
September 2018 P-ISSN 2252-5394.

Deitiana, T. 2016. Manajemen Operasional Strategi dan Analisis. Edisi Asli.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Hansen, D. R, dan Mowen, M. 2015. Akuntansi Manajerial. Buku Satu. Edisi


Kedelapan. Jakarta: Salemba Empat.

Krismiaji. 2015. Dasar-Dasar Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama. Jakarta:


UPP AMP YKPN.

Ma’arif, M.S., dan Tanjung. 2015. Manajemen Operasi. Edisi Pertama. Jakarta:
Grasindo.

Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Martono, V.R. 2018. Manajemen Operasi Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Empat.

Mulyadi. 2016. Akuntansi Manajemen. Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi


Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Nurhidayati. 2017. Pengaruh Penerapan Metode test in Time Terhadap Efisiensi


Biaya Produksi Pada PT. Citra Abadi Sejati Periode 2010-2013. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Akuntansi, Home > Vol. 2 No.2 (2017).

Ratnasari, Dzulkirom AR dan Husaini. 2014. Analisis Just In time Dalam Usaha
Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus Pada Perusahaan
kecap cap “kuda” Tulungagung). JurnalAdministrasi Bisnis (JAB) Vol. 12
No. 2 Juli 2014 administrasibisnis.studentjournaI.ub.ac.id

Samryn, L.M. 2015. Akuntansi Manajemen informasi Biaya untuk Mengendalikan


Aktivitas Operasi dan Investasi. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Sarda, S., dkk. 2019. Analisis Penerapan Just In t/me Dalam Meningkatkan

29
Efesiensi Produksi Pada PT. Tri Star Mandiri. Jurnal Ekonomi Invoice
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Volume 1 No 1 Tahun 2019

Simamora, H. 2017. Akutansi Manajemen. Jakarta: Star Gate Publisher.

Sumarsan, T. 2017. Sistem Pengendalian Manajemen Konsep, Aplikasi, dan


Pengukuran Kinerja. Jakarta: Indeks.

Supriyono, R.A. 2018. Akuntansi Biaya .' Perencanaan dan Pengendalian Biaya
serta Pembuatan Keputusan. Edisi Kedua. Buku Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Tjiptono, F. & Anastasia, D. 2016. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi.


Witjaksono, A. 2015. Akuntansi Biaya (edisi revisi). Yogyakarta: Graha
IImu.

30

Anda mungkin juga menyukai