Anda di halaman 1dari 19

JUST IN TIME

Rayhan Tsaaqifa1, Salsa Ria Wardani2, Diana Hanum Dwi Anggraini3

Arnindita Sasmika Putri4

Mahasiswa Program Studi Manajemen Bisnis Syariah

UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

1. ABSTRAK
Just in time adalah suatu sistem yang dirancang untuk mendapatkan kualitas
yang baik, menekan biaya, dan mencapai waktu dan biaya seefisien mungkin dengan
menghilangkan pemborosan yang ada. Tujuan penelitian ini yaitu diharapkan peneliti
mampu menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai penerapan teori
yang telah diperoleh dalam perkuliahan terutama mengenai penerapan teori just in time
pada perusahaan. Just In Time (JIT) dapat dikembangkan dan diterapkan pada semua
aktivitas perusahaan dalam rangkaian penciptaan nilai yaitu dengan cara desain serta
pengembangan, pengadaan, pemanufakturan, pemasaran, distribusi, dan pelayanan
konsumen. Namun, dalam praktiknya, JIT banyak diterapkan untuk pengadaan
(pembelian) dan pemanufakturan. Strategi ini harus fleksibel, waktu pakai produknya
singkat, serta mampu memperkecil waktu produksi (manufacturing lead time) dan
distribusi (ordering lead time). Penulis juga mencamtumkan perbedaan antara just in
time dengan sistem tradisional khususnya pada persediaan, produksi, waktu tunggu,
pengelola kualitas dan fleksibilitas. Sistem tradisional cenderung mengandalkan
strategi produksi yang didasarkan pada perkiraan dan perencanaan jangka panjang.
Selain itu penulis juga menuliskan tentang Sistem Manajemen Sediaan Tradisional,
Manajemen Sediaan Just-in-Time, Just-In-Time Pembelian dan produksi, Pengaruh Just
In Time Pada Penentuan Biaya, Penentuan Biaya Backflush, Pelaporan Manajemen
Dalam Just-In-Time. Penelitian yang digunakan dalam paper ini adalah penelitian
kualitatif.
Kata kunci: Just in Time, Efisiensi Biaya, Fleksibilitas
2. ABSTRACT
Just in time is a system designed to get good quality, reduce costs, and achieve
time and cost as efficiently as possible by eliminating the waste. The aim of this
research is that it is hoped that researchers will be able to increase students' knowledge
and understanding regarding the application of the theory that has been obtained in
lectures, especially regarding the application of just in time theory to companies. Just
In Time (JIT) can be developed and applied to all company activities in the value
creation series, namely by means of design and development, procurement,
manufacturing, marketing, distribution and customer service. However, in practice, JIT
is widely applied to procurement (purchasing) and manufacturing. This strategy must
be flexible, have a short product usage time, and be able to reduce production time
(manufacturing lead time) and distribution (ordering lead time). The author also
mentions the differences between just in time and traditional systems, especially in
inventory, production, waiting time, quality management and flexibility. Traditional
systems tend to rely on production strategies that are based on forecasting and long-
term planning. Apart from that, the author also writes about Traditional Inventory
Management Systems, Just-in-Time Inventory Management, Just-In-Time Purchasing
and Production, The Effect of Just In Time on Cost Determination, Backflush Cost
Determination, Management Reporting in Just-In-Time. The research used in this paper
is qualitative research.
Keywords: Just In Time, Cost Efficiency, Flexibility

3. INTRODUCTION
Perkembangan industri di Indonesia yang semakin maju memaksa perusahaan-
perusahaan harus memiliki strategi yang ampuh dan tepat sasaran. Hal tersebut
bertujuan agar terpenuhinya kebutuhan konsumen yang semakin banyak, bervariasi,
dan beragam, sehingga menuntut produk dengan pelayanan yang cepat, tepat dan
bermanfaat. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam pelayanan proses produksi
cepat dan tepat adalah dengan meningkatkan kualitas produk yang diproduksi serta
menekan biaya yang dikeluarkan sehingga proses produksi berjalan dengan lancar dan
permintaan konsumen dapat terpenuhi cepat serta tepat waktu.
Perkembangan teknologi manufaktur yang semakin maju menghasilkan sebuah
sistem yang dikenal dengan kosistem Just In Time. Sistem Just In Time adalah sebuah
filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa dengan cara
menghilangkan pemborosan yang dianggap tidak memilki nilai tambah (Heizer dan
Render, 2004:257). Dengan menerapkan sistem Just In Time ini maka diharapkan
perusahaan dalam proses produksinya akan memiliki biaya yang rendah, harga jual
yang murah, kualitas yang baik, dan kemampuan ketepatan waktu pengiriman kepada
pelanggan (Putra dan Idayati, 2014:2).
Tujuan implementasi Just In Time adalah memproduksi produk yang hanya
dibutuhkan konsumen pada waktu yang tepat pada tingkat kualitas yang diinginkan. Di
Indonesia, implementasi Just In Time saat ini telah digunakan oleh banyak perusahaan,
terutama pada perusahaan besar. Perusahaan menyadari bahwa untuk mendapatkan
profit di era persaingan ini haruslah bekerja seefisien mungkin. Dukungan Just In Time
terhadap manajemen kualitas sangat penting karena Just In Time manufacturing telah
menjadi strategi utama untuk keunggulan bersaing (Yuniawan dan Sudharmono, 2005).
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai penerapan teori yang telah
diperoleh dalam perkuliahan terutama mengenai penerapan teori just in time pada
perusahaan. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan pengetahuan pembaca dan sekitarnya.

4. BACKGROUND LITERATUR
A. Definisi Just-In-Time
JIT dikenal sebagai suatu filosofi untuk menyelesaikan produk pada setiap tahap
seketika (Just In Time) dan dengan biaya yang minimum. Setiap perusahaan umumnya
bertujuan untuk memaksimalkan laba. Oleh karena itu, untuk mencapai laba yang
maksimum tersebut diperlukan suatu sistem agar kemampuan yang dimiliki suatu
perusahaan dapat mencapai Ekonomi Invoice Fakultas Ekonomi Dan Bisnis sistem Just
In Time ini maka diharapkan perusahaan dalam proses produksinya akan memiliki biaya
yang rendah, harga jual yang murah, kualitas yang baik, dan kemampuan ketepatan
waktu pengiriman kepada pelanggan.1
Konsep Just In Time berfokus pada pengiriman bahan baku, komponen, atau
produk akhir tepat waktu, hanya dalam jumlah yang diperlukan, sehingga menghindari
persediaan berlebihan. JIT adalah salah satu prinsip inti dari konsep Lean

1
Sultan Sarda, Muttiarni, dan Nur Afmi, “Analisis Penerapan Just In Time Dalam Meningkatkan Efesiensi
Produksi Pada Pt. Tri Star Mandiri”, Jurnal Ekonomi Invoice Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Volume 1, No. 1,
halaman 68
Manufacturing, yang pertama kali dikembangkan oleh perusahaan Jepang, khususnya
Toyota, pada tahun 1950-an. Salah satu karakteristik utama JIT adalah pengurangan
persediaan.2 Persediaan yang berlebihan dianggap sebagai pemborosan sumber daya
karena memerlukan ruang penyimpanan, biaya perawatan, dan risiko penurunan
kualitas atau nilai produk. Dengan mengurangi persediaan hingga minimum yang
diperlukan, perusahaan dapat menghemat biaya, meningkatkan efisiensi operasional,
dan mengurangi risiko kerugian.
Selanjutnya, JIT menekankan produksi yang tepat waktu. Artinya, produk hanya
diproduksi ketika ada pesanan dari pelanggan atau permintaan yang jelas. Hal ini
berlawanan dengan praktik tradisional di mana perusahaan seringkali memproduksi
barang dalam jumlah besar untuk persediaan. Dengan JIT, perusahaan dapat merespons
perubahan dalam permintaan pasar dengan lebih cepat dan lebih efisien.
Kolaborasi yang erat dengan pemasok juga menjadi elemen penting dalam
pendekatan JIT. Pemasok harus mampu mengirimkan bahan baku atau komponen tepat
waktu sesuai dengan jadwal produksi perusahaan. Ini memerlukan hubungan yang kuat
dan saling menguntungkan antara perusahaan dan pemasok.
Selain itu, JIT menekankan kualitas produk yang tinggi. Dengan memastikan
bahwa bahan baku dan proses produksi memenuhi standar kualitas yang ketat,
perusahaan dapat menghindari cacat yang mengarah pada pemborosan sumber daya dan
kehilangan reputasi. Penerapan Just In Time bertujuan untuk mencapai beberapa
tujuan, termasuk peningkatan efisiensi operasional, pengurangan biaya produksi,
peningkatan responsibilitas terhadap pelanggan, dan peningkatan daya saing di pasar
global yang kompetitif. Meskipun JIT dapat memberikan banyak manfaat,
implementasinya juga memerlukan perencanaan yang cermat dan manajemen yang
efisien untuk memastikan bahwa proses produksi berjalan lancar dan terkoordinasi
dengan baik.

B. Perbedaan Just-In-Time Dan Sistem Tradisional


Dalam dunia bisnis dan manufaktur, pengelolaan produksi dan persediaan
merupakan aspek kunci yang dapat mempengaruhi efisiensi operasional dan
keuntungan perusahaan. Ada dua pendekatan utama yang digunakan perusahaan dalam

2
Trimanto Setyo Wardoyo, “Unsur Budaya Sebagai Faktor Pendukung Keberhasilan JUST-IN-TIME (JIT)” Jurnal
Ilmiah Akuntansi, Volume 3, No. 2, halaman 24
mengelola produksi dan persediaan: Just-in-Time (JIT) dan sistem tradisional. Kedua
pendekatan ini memiliki filosofi dan metodologi yang berbeda dalam memandang
bagaimana persediaan harus dikelola, proses produksi dijalankan, dan bagaimana
kualitas produk dijaga.
Pendekatan Just-in-Time (JIT) memfokuskan pada konsep produksi yang sangat
efisien dengan mengurangi persediaan hingga batas minimum yang diperlukan untuk
memenuhi permintaan pelanggan. Filosofi JIT adalah menghilangkan segala bentuk
pemborosan dalam produksi, seperti over production (produksi berlebihan), waiting
(menunggu), inventory (persediaan berlebihan), dan defects (cacat).3 Dalam JIT,
produksi dimulai hanya ketika ada permintaan yang jelas, sehingga mengurangi biaya
penyimpanan persediaan dan risiko penyusutan nilai persediaan.
Di sisi lain, sistem tradisional cenderung mengandalkan strategi produksi yang
didasarkan pada perkiraan dan perencanaan jangka panjang. Ini sering menghasilkan
persediaan yang lebih besar untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan atau masalah
dalam rantai pasokan. Dalam sistem ini, perusahaan mungkin lebih memprioritaskan
penggunaan kapasitas pabrik dan memiliki waktu tunggu yang lebih panjang karena
adanya persediaan yang harus diproses atau diangkut. Berikut adalah perbedaan utama
antara keduanya4:
1. Persediaan
a. Just-in-Time: Prinsip utama JIT adalah menghindari akumulasi persediaan yang
berlebihan. Dalam JIT, barang atau bahan hanya dibeli atau diproduksi saat
diperlukan. Ini berarti persediaan dijaga pada tingkat minimum yang diperlukan
untuk memenuhi permintaan saat ini.
b. Sistem Tradisional: Dalam sistem tradisional, perusahaan seringkali memiliki
persediaan yang besar untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan atau masalah
dalam rantai pasokan. Ini sering menghasilkan persediaan berlebihan yang
memerlukan ruang penyimpanan tambahan dan biaya tambahan.

3
El Bethree Jeremya Janson, dan Nyoman Nurcaya, “Penerapan Just In Time Untuk Efisensi Biaya Persediaan”,
Jurnal Manajemen Unud, Vol. 8, No. 3, halaman 1757
4
Usfatun Mubarokah, “Analisis Perbandingan Metode Tradisional Dan Metode Just In Time Dalam Menentukan
Biaya Produksi Untuk Meningkatkan Laba Pada Perusahaan Rokok Putra Masa Depan - Nganjuk”, Jurnal Simki-
Economic, Vol. 2, No. 3, halaman 9
2. Produksi
a. Just-in-Time: Dalam JIT, produksi dimulai hanya ketika ada pesanan atau
permintaan pelanggan yang jelas. Ini mengurangi risiko pembuatan produk yang
tidak terjual atau produk yang sudah usang.
b. Sistem Tradisional: Dalam sistem tradisional, produksi seringkali didasarkan
pada perkiraan dan jadwal tetap, terlepas dari permintaan aktual. Hal ini dapat
menghasilkan produk yang tidak terjual atau perlu disimpan dalam persediaan
yang besar.
3. Waktu Tunggu
a. Just-in-Time: JIT berusaha untuk mengurangi waktu tunggu di seluruh rantai
pasokan. Proses produksi dan pengiriman diatur untuk berjalan sesuai dengan
waktu yang tepat.
b. Sistem Tradisional: Sistem tradisional seringkali memiliki waktu tunggu yang
lebih lama karena adanya persediaan besar yang harus diproses atau diangkut.
4. Pengelolaan Kualitas
a. Just-in-Time: JIT menekankan pengendalian kualitas yang ketat untuk
menghindari pemborosan dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
sejak awal.
b. Sistem Tradisional: Dalam beberapa kasus, sistem tradisional mungkin kurang
fokus pada pengendalian kualitas karena ada lebih banyak persediaan yang
dapat dikorbankan jika ada masalah.
5. Fleksibilitas
a. Just-in-Time: JIT seringkali lebih fleksibel dalam menyesuaikan produksi
dengan perubahan permintaan atau kebutuhan pelanggan.
b. Sistem Tradisional: Sistem tradisional mungkin kurang fleksibel dan lebih sulit
beradaptasi dengan perubahan pasar atau permintaan yang mendadak.

Pilihan antara JIT dan sistem tradisional tergantung pada jenis bisnis, produk
yang dihasilkan, dan tujuan perusahaan. Beberapa perusahaan mungkin mengadopsi
elemen-elemen JIT dalam sistem mereka, sementara yang lain mungkin memilih
pendekatan tradisional yang lebih cocok dengan model bisnis mereka.
C. Sistem Manajemen Sediaan Tradisional
Sistem Manajemen Sediaan Tradisional adalah pendekatan yang lebih lama dan
umum digunakan dalam pengelolaan persediaan di berbagai jenis bisnis. Dalam sistem
ini, perusahaan cenderung menjaga persediaan yang lebih besar untuk mengantisipasi
fluktuasi permintaan pelanggan, memenuhi pesanan dengan cepat, atau menghadapi
ketidakpastian dalam rantai pasokan. Berikut beberapa karakteristik utama dari Sistem
Manajemen Sediaan Tradisional5:
1. Perencanaan Berdasarkan Perkiraan: Dalam sistem tradisional, perusahaan sering
melakukan perencanaan persediaan berdasarkan perkiraan permintaan masa depan.
Mereka mungkin menggunakan metode statistik atau pengalaman masa lalu untuk
menentukan berapa banyak barang yang harus diproduksi atau dibeli. Ini bisa
menghasilkan persediaan berlebihan jika perkiraan tidak akurat.
2. Biaya yang Lebih Besar: Pada metode Tradisional menghasilkan biaya pengeluaran
yang cukup tinggi dibandingkan dengan metode JIT disebabkan oleh biaya
overhead pada gudang.
3. Waktu Tunggu yang Lebih Lama: Karena persediaan yang besar perlu diproses dan
diangkut, waktu tunggu dalam sistem tradisional cenderung lebih lama. Ini dapat
mengakibatkan penundaan dalam memenuhi pesanan pelanggan.
4. Kapasitas Pabrik yang Digunakan Secara Optimal: Dalam upaya untuk menjaga
persediaan yang lebih besar, perusahaan mungkin lebih mementingkan penggunaan
kapasitas pabrik secara optimal, bahkan jika produksi melebihi permintaan aktual.
5. Ketersediaan Produk yang Lebih Tinggi: Sistem tradisional sering menghasilkan
tingkat ketersediaan produk yang lebih tinggi karena persediaan selalu tersedia.
Namun, ini juga dapat menyebabkan risiko over production dan produk yang sudah
usang.
6. Pengendalian Kualitas Mungkin Kurang Ketat: Dalam beberapa kasus, perusahaan
mungkin tidak memberikan penekanan yang sama pada pengendalian kualitas
ketika mereka memiliki persediaan yang besar yang dapat dikorbankan jika terjadi
masalah produksi.

5
Devie Oktarini, dan Marcella Agustiningrum, “Analisis Perbandingan Pengendalian Persediaan Sparepart
Dengan Metode Tradisional Dan Just In Time Dalam Upaya Mengurangi Pemborosan”, Jurnal Ilmiah Teknik
Industri, Volume 7, No. 1, halaman 66
Meskipun Sistem Manajemen Sediaan Tradisional memiliki beberapa
keunggulan, seperti ketersediaan produk yang tinggi, pendekatan ini juga memiliki
beberapa kelemahan, seperti biaya penyimpanan yang tinggi dan risiko produk yang
sudah usang. Oleh karena itu, banyak perusahaan modern telah beralih ke pendekatan
Just-in-Time (JIT) atau strategi pengelolaan persediaan yang lebih canggih untuk
mengoptimalkan kinerja mereka.

D. Manajemen Sediaan Just-in-Time


Manajemen Sediaan Just-in-Time (JIT) adalah pendekatan yang sangat efisien
dalam pengelolaan persediaan yang bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dalam
produksi dan operasi bisnis. Pendekatan ini berasal dari Jepang dan pertama kali
diperkenalkan oleh Toyota pada tahun 1950-an.6 Berikut adalah beberapa karakteristik
utama dari Manajemen Sediaan Just-in-Time:
1. Pengurangan Persediaan: JIT berfokus pada mengurangi atau bahkan
menghilangkan persediaan yang tidak perlu. Barang atau bahan hanya diproduksi
atau dibeli saat diperlukan, sehingga meminimalkan biaya penyimpanan
persediaan7.
2. Produksi Sesuai Permintaan: Dalam JIT, produksi dimulai hanya ketika ada pesanan
atau permintaan pelanggan yang jelas. Ini mengurangi risiko pembuatan produk
yang tidak terjual atau produk yang sudah usang.
3. Peningkatan Efisiensi Produksi: Dengan mengurangi pemborosan dan
mengoptimalkan aliran produksi, JIT dapat meningkatkan efisiensi produksi. Ini
mencakup pengurangan setup time (waktu persiapan mesin) dan pemotongan
operasi yang tidak perlu.
4. Kualitas yang Ketat: JIT menekankan pengendalian kualitas yang ketat untuk
menghindari pemborosan dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi sejak
awal. Produk yang cacat dapat mengganggu aliran produksi JIT.
5. Peningkatan Kolaborasi dengan Pemasok: Dalam JIT, hubungan yang kuat dengan
pemasok sangat penting. Perusahaan bekerja sama dengan pemasok untuk
memastikan pengiriman bahan tepat waktu dan dalam jumlah yang diperlukan.

6
Ibid, halaman 24
7
Desi Efrianti, “Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi Pengadaan Persediaan
Bahan Baku”, Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, Volume 2, No. 1, halaman 99
6. Fleksibilitas yang Diperlukan: JIT dapat menjadi kurang fleksibel dalam
menghadapi perubahan permintaan atau masalah dalam rantai pasokan. Oleh karena
itu, pengelolaan persediaan yang baik dan perencanaan yang cermat sangat penting.

Manajemen Sediaan Just-in-Time telah terbukti berhasil dalam mengoptimalkan


efisiensi operasional dan mengurangi pemborosan dalam berbagai industri. Namun,
pendekatan ini juga memiliki tantangan dalam hal ketepatan waktu dalam pengiriman,
perencanaan yang tepat, dan ketergantungan yang lebih besar pada pemasok. Oleh
karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan secara cermat apakah JIT sesuai
dengan jenis bisnis dan kebutuhan mereka sebelum menerapkannya.

E. Just-In-Time Pembelian
Just-in-Time (JIT) pembelian adalah suatu pendekatan dalam manajemen
persediaan yang bertujuan untuk mengoptimalkan efisiensi dan mengurangi
pemborosan dalam rantai pasokan. Prinsip utama dari JIT pembelian adalah bahwa
perusahaan hanya membeli bahan atau komponen yang diperlukan pada saat
diperlukan, tanpa membentuk persediaan berlebihan. Konsep ini pertama kali
diperkenalkan oleh Toyota pada tahun 1950-an dan telah menjadi model bagi banyak
industri8.
Dalam JIT pembelian, perusahaan berusaha untuk meminimalkan persediaan
dan menghindari akumulasi barang yang tidak dibutuhkan. Ini dilakukan dengan
mengatur sistem produksi sedemikian rupa sehingga bahan atau komponen yang
diperlukan tiba tepat waktu untuk digunakan dalam produksi atau pemenuhan pesanan
pelanggan. Pendekatan ini mengurangi biaya penyimpanan persediaan, risiko
persediaan usang, dan pemborosan yang terkait dengan produksi berlebihan.
Penting untuk mencatat bahwa JIT pembelian memerlukan kerjasama yang erat
dengan pemasok. Perusahaan dan pemasok bekerja bersama-sama untuk mengatur
pengiriman barang sesuai jadwal produksi atau permintaan pelanggan. Komunikasi
yang baik dan perencanaan yang akurat menjadi kunci keberhasilan dalam JIT
pembelian.

8
Selvi Indri Susanti, dan Khozin Arief, “Implementasi Just In Time System Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya
Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus Pada Perusahaan Much Dessert – Bandung)”, Jurnal Indonesian
Accounting Literacy, Vol. 01, No. 03, halaman 622
Selain itu, JIT pembelian juga menempatkan penekanan yang tinggi pada
kualitas. Karena tidak ada persediaan cadangan untuk menggantikan barang yang cacat,
perusahaan harus memastikan bahwa barang yang dipesan memiliki kualitas yang
sangat baik. Oleh karena itu, JIT mendorong pengendalian kualitas yang ketat dan kerja
sama erat dengan pemasok yang dapat diandalkan.
Penerapan JIT pembelian dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi
operasional, menghemat biaya, dan meningkatkan aliran kas dengan menghindari
pembelian besar-besaran dan persediaan yang besar. Namun, pendekatan ini juga
memiliki tantangan, termasuk ketergantungan yang lebih besar pada pemasok dan
kesulitan menyesuaikan diri dengan fluktuasi permintaan yang mendadak. Oleh karena
itu, perusahaan harus mempertimbangkan dengan cermat apakah JIT pembelian sesuai
dengan jenis bisnis dan kebutuhan mereka sebelum menerapkannya.

F. Just-In-Time Produksi
Just-in-time (JIT) produksi adalah suatu sistem manajemen produksi yang
bertujuan untuk menghasilkan barang atau layanan tepat pada waktunya, dengan
kuantitas yang dibutuhkan, dan dalam kualitas yang baik. JIT produksi juga dikenal
sebagai pendekatan yang mengurangi pemborosan dalam proses produksi dengan
menghindari penyimpanan berlebihan.
Salah satu prinsip utama dari JIT adalah mengurangi atau bahkan
menghilangkan stok yang tidak perlu dalam proses produksi. Dalam sistem ini, barang
atau komponen hanya diproduksi saat ada pesanan dari pelanggan atau saat diperlukan
dalam proses produksi selanjutnya. Ini bertentangan dengan pendekatan tradisional
yang seringkali melibatkan persediaan besar sebagai cadangan untuk mengatasi
ketidakpastian dalam permintaan atau produksi. Dengan JIT, perusahaan berupaya
untuk menghindari pemborosan dalam bentuk persediaan yang tidak diperlukan,
sehingga mengurangi biaya penyimpanan, risiko penurunan nilai barang, dan biaya
produksi yang berlebihan.9
Sistem JIT juga melibatkan koordinasi erat antara berbagai bagian dalam
perusahaan, seperti pemasok, produksi, dan distribusi. Pemasok berkomitmen untuk
mengirimkan bahan baku atau komponen pada waktu yang tepat, sehingga produksi

9
Sumanto, dan Lita Sari marita, “Penerapan Sistem Just In Time Persediaan Di Produksi Studi Kasus : Pt. Nitto
Materials Indonesia”, Jurnal Informatika Merdeka Pasuruan, Vol 2, No 3, halaman 2
dapat berjalan tanpa hambatan. Selain itu, produksi dirancang untuk mengoptimalkan
aliran kerja, menghindari kemacetan, dan mengurangi waktu tunggu antara berbagai
tahap produksi.
Salah satu manfaat utama dari JIT adalah peningkatan efisiensi. Dengan
mengurangi persediaan dan memaksimalkan penggunaan sumber daya, perusahaan
dapat menghemat biaya produksi dan meningkatkan margin keuntungan. Selain itu, JIT
juga dapat mengidentifikasi masalah dengan lebih cepat, karena setiap gangguan dalam
aliran produksi akan segera terlihat dan dapat ditangani.
Namun, JIT juga memiliki risiko. Salah satu risikonya adalah ketidakstabilan
dalam rantai pasokan. Jika salah satu pemasok mengalami masalah atau keterlambatan
pengiriman, ini dapat mengganggu seluruh produksi. Oleh karena itu, perusahaan yang
menerapkan JIT perlu memilih pemasok yang andal dan membangun hubungan yang
kuat dengan mereka.
Secara keseluruhan, just-in-time produksi adalah pendekatan yang kuat untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemborosan dalam proses produksi. Namun,
perusahaan perlu berhati-hati dalam mengelola risiko yang terkait dengan implementasi
JIT. Selain itu Perusahaan juga harus memastikan kerja sama yang baik dalam rantai
pasokan untuk mencapai kesuksesan dalam menerapkan konsep ini.

G. Pengaruh Just In Time Pada Penentuan Biaya

Pengaruh Just-in-Time (JIT) pada penentuan biaya adalah aspek yang penting
dalam strategi manajemen persediaan dan produksi. JIT berdampak pada berbagai
aspek biaya perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dapat
menghasilkan pengurangan biaya yang signifikan. Berikut adalah beberapa cara JIT
memengaruhi penentuan biaya10:

1. Penurunan Biaya Penyimpanan Persediaan: Salah satu dampak langsung dari JIT
adalah pengurangan biaya penyimpanan persediaan. Dalam JIT, persediaan dijaga
pada tingkat minimum yang diperlukan untuk memenuhi permintaan saat ini. Hal
ini mengurangi biaya penyewaan gudang, biaya pemeliharaan stok, biaya asuransi
persediaan, dan risiko ketinggalan zaman persediaan.

10
Anggini Aprilianti, dan Yusup Rachmat Hidayat, “Pengaruh Just In Time Terhadap Efisiensi Biaya Produksi
Pada PT. Toyota Boshoku Indonesia”, Jurnal Logistik Indonesia, Vol. 3, No. 2, halaman 132
2. Pengurangan Biaya Pembelian Besar-Besaran: JIT mengurangi kebutuhan akan
pembelian besar-besaran bahan atau komponen karena barang dibeli hanya ketika
diperlukan. Ini dapat menghindari biaya yang terkait dengan pembelian besar,
seperti diskon volume atau biaya pengiriman besar.
3. Peningkatan Efisiensi Produksi: JIT membantu perusahaan mengoptimalkan proses
produksi, mengurangi waktu tunggu, dan menghindari over production. Hal ini
dapat menghasilkan peningkatan efisiensi produksi, yang pada gilirannya
mengurangi biaya produksi per unit.
4. Peningkatan Kualitas Produk: JIT menekankan pengendalian kualitas yang ketat
untuk menghindari pemborosan dan produksi barang cacat. Ini dapat mengurangi
biaya yang terkait dengan memproses, memperbaiki, atau mengganti produk yang
cacat.
5. Peningkatan Aliran Kas: Dengan menghindari investasi besar dalam persediaan dan
mengoptimalkan aliran produksi, JIT dapat meningkatkan aliran kas perusahaan.
Ini karena uang tidak terkunci dalam persediaan yang tidak terpakai.
Meskipun JIT dapat menghasilkan pengurangan biaya yang signifikan,
perusahaan juga harus mempertimbangkan beberapa tantangan yang terkait.
Ketergantungan yang lebih besar pada pemasok, risiko dalam rantai pasokan, dan
kesulitan menyesuaikan diri dengan fluktuasi permintaan adalah beberapa contoh
tantangan yang perlu diperhatikan. Selain itu, perusahaan perlu menginvestasikan
dalam sistem informasi dan teknologi yang kuat untuk mendukung pengelolaan
persediaan JIT, yang dapat memerlukan biaya awal yang signifikan.
Perusahaan harus memiliki perencanaan yang sangat baik dan pemahaman yang
mendalam tentang proses mereka untuk berhasil menerapkan JIT secara efektif. Secara
keseluruhan, pengaruh JIT pada penentuan biaya dapat bervariasi tergantung pada
seberapa baik perusahaan dapat mengelola prosesnya dan sejauh mana perusahaan
dapat beradaptasi dengan pendekatan ini sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka.
Dalam banyak kasus, JIT dapat menghasilkan pengurangan biaya yang substansial,
tetapi harus diimplementasikan dengan hati-hati dan dengan pemahaman yang baik
tentang risiko dan manfaatnya.
H. Penentuan Biaya Backflush
Penentuan biaya dengan metode backflush adalah pendekatan yang digunakan
dalam akuntansi biaya untuk menghitung biaya produksi secara retrospektif, yaitu
setelah barang jadi atau proses produksi selesai. Metode ini sering digunakan dalam
lingkungan produksi yang memiliki banyak langkah atau tahap produksi yang sulit
untuk dipantau secara individual. Mari kita bahas lebih rinci bagaimana proses
penentuan biaya dengan metode backflush bekerja.
Pertama-tama, dalam sistem backflush, perusahaan mengidentifikasi tahap-
tahap produksi yang terlibat dalam pembuatan produk akhir. Ini bisa mencakup
langkah-langkah seperti pemrosesan, perakitan, pengujian, dan berbagai tahap lainnya
yang diperlukan dalam produksi barang tersebut. Selama atau setelah selesai setiap
tahap produksi, perusahaan mencatat jumlah produk yang telah diproduksi dalam unit
atau satuan yang relevan. Ini mencakup jumlah barang jadi yang telah dihasilkan pada
akhir proses produksi.11
Selanjutnya, biaya produksi tidak dicatat secara berurutan saat langkah produksi
berlangsung. Sebaliknya, biaya produksi dikumpulkan dan dicatat pada akhir periode
atau setelah sejumlah barang jadi telah diproduksi. Ini termasuk biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang telah terjadi selama
periode tersebut. Pengumpulan biaya ini dilakukan dengan merinci biaya per komponen
atau tahap produksi yang relevan.
Salah satu aspek kunci dalam penentuan biaya backflush adalah penyesuaian,
yang biasanya terjadi pada akhir periode akuntansi. Penyesuaian ini dilakukan untuk
memastikan bahwa biaya yang dicatat sesuai dengan aktivitas produksi yang
sebenarnya. Jika terdapat perbedaan signifikan antara biaya yang telah dicatat
sepanjang periode dan biaya yang sebenarnya dikeluarkan, perusahaan dapat
melakukan penyesuaian agar mencerminkan angka yang lebih akurat.
Meskipun metode backflush dapat mengurangi kerumitan dalam akuntansi
harian, perusahaan perlu memiliki kontrol yang ketat atas seluruh proses produksi. Ini
termasuk pemantauan stok dan pengelolaan yang baik untuk memastikan bahwa biaya
yang dicatat akurat mencerminkan produksi yang sebenarnya. Selain itu, pemilihan

11
Jonathan Julio Budiman, Ventje Ilat, dan Lidia M. Mawikere, “Analisis Penentuan Biaya Produksi Dengan
Menggunakan Metode Full Costing Untuk Menentukan Harga Jual Pada Pt. Blue Ocean Grace International”,
Jurnal Riset Akuntansi Going, Volume 14, No. 1, halaman 127
metode backflush atau metode akuntansi biaya lainnya harus mempertimbangkan
karakteristik khusus perusahaan dan lingkungan produksinya.

I. Pelaporan Manajemen Dalam Just-In-Time


Pelaporan manajemen dalam sistem Just-In-Time (JIT) merupakan bagian kunci
dari operasi perusahaan yang mengadopsi pendekatan ini. JIT mengutamakan efisiensi
produksi, pengelolaan stok yang ketat, dan Komitmen manajemen yang kuat.12 Oleh
karena itu, pelaporan manajemen dalam JIT berperan penting dalam menyediakan
informasi real-time dan wawasan yang diperlukan untuk mengoptimalkan proses
produksi dan rantai pasokan.
Salah satu aspek utama dari pelaporan manajemen JIT adalah pemantauan
persediaan. Dalam JIT, perusahaan berusaha untuk menjaga persediaan pada tingkat
yang minimum, sehingga pelaporan berkaitan dengan pemantauan stok dalam waktu
nyata. Ini memungkinkan manajemen untuk mengetahui kapan harus memesan bahan
baku atau komponen, serta untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian antara produksi dan
permintaan pelanggan.
Selain itu, pelaporan manajemen JIT juga terkait erat dengan pengukuran
kinerja produksi dan kualitas. Ini melibatkan pelaporan tentang waktu siklus produksi,
efisiensi produksi, tingkat kesalahan, dan berbagai indikator kinerja lainnya. Informasi
ini digunakan untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan untuk
mengukur pencapaian target produksi.
Pelaporan manajemen dalam JIT juga mencakup pengukuran biaya. Perusahaan
perlu melacak biaya produksi, biaya overhead, dan biaya lainnya secara cermat. Ini
membantu dalam menghitung biaya unit produk dengan akurat dan memastikan bahwa
biaya produksi tetap dalam kendali. Perusahaan juga dapat menggunakan analisis biaya
untuk memutuskan apakah memproduksi sendiri atau membeli komponen atau produk
tertentu.
Selain itu, pelaporan manajemen JIT dapat mencakup pemantauan kinerja
pemasok. Perusahaan perlu memastikan bahwa pemasok dapat mengirimkan bahan
baku atau komponen tepat pada waktunya sesuai dengan prinsip JIT. Oleh karena itu,
pemantauan kinerja pemasok menjadi bagian penting dari pelaporan manajemen.

12
Siti Atikah Oktaviani, Sofah Listianti, dan Ramadhani Irma Tripalupi, “Penerapan Just In Time (Jit) Sebagai
Solusi Pengendalian Persedian Perusahaan Di Masapandemi Covid-19”, Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis
Syariah, Volume 4, No. 1, halaman 129
Dalam JIT, pelaporan manajemen harus dilakukan secara real-time atau sesuai
dengan jadwal yang sangat ketat, sehingga manajemen dapat mengambil tindakan
segera jika terjadi ketidaksesuaian atau masalah dalam rantai pasokan atau produksi.
Dengan demikian, pelaporan manajemen dalam JIT berperan sebagai alat penting
dalam menjaga kelancaran operasi dan mencapai tujuan efisiensi, kualitas, dan
pengurangan pemborosan yang menjadi dasar dari sistem ini.

5. DATA AND METHODOLOGY


Penelitian yang kami gunakan yaitu jenis penelitian kualitatif. Metode kualitatif
merupakan metode yang fokus pada pengamatan mendalam. Oleh karena itu,
penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu
fenomena yang komprehensif. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sumber
Pustaka sebagai sumber informasi, seperti buku dan jurnal yang kemudian dianalisis
dan diolah, sehingga memperolah informasi-informasi penting terkait just in time dan
untuk mencapai tujuan penelitian.

6. CONCLUSION

JIT dikenal sebagai suatu filosofi untuk menyelesaikan produk pada setiap tahap
seketika (Just In Time) dan dengan biaya yang minimum. Konsep Just In Time berfokus
pada pengiriman bahan baku, komponen, atau produk akhir tepat waktu, hanya dalam
jumlah yang diperlukan, sehingga menghindari persediaan berlebihan. Persediaan yang
berlebihan dianggap sebagai pemborosan sumber daya karena memerlukan ruang
penyimpanan, biaya perawatan, dan risiko penurunan kualitas atau nilai produk.

Ada dua pendekatan utama yang digunakan perusahaan dalam mengelola


produksi dan persediaan: Just-in-Time (JIT) dan sistem tradisional. Kedua pendekatan
ini memiliki filosofi dan metodologi yang berbeda dalam memandang bagaimana
persediaan harus dikelola, proses produksi dijalankan, dan bagaimana kualitas produk
dijaga. Pendekatan Just-in-Time (JIT) memfokuskan pada konsep produksi yang sangat
efisien dengan mengurangi persediaan hingga batas minimum yang diperlukan untuk
memenuhi permintaan pelanggan. Di sisi lain, sistem tradisional cenderung
mengandalkan strategi produksi yang didasarkan pada perkiraan dan perencanaan
jangka panjang.
Sistem Manajemen Sediaan Tradisional adalah pendekatan yang lebih lama dan
umum digunakan dalam pengelolaan persediaan di berbagai jenis bisnis. Dalam sistem
ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu perencanaan berdasar perkiraan, biaya yang
lebih besar, waktu tunggu yang lebih lama, kapasitas pabrik yang digunakan,
ketersediaan produk yang lebih tinggi, dan pengendalian kualitas.

Manajemen Sediaan Just-in-Time (JIT) adalah pendekatan yang sangat efisien


dalam pengelolaan persediaan yang bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dalam
produksi dan operasi bisnis. Manajemen Sediaan Just-in-Time telah terbukti berhasil
dalam mengoptimalkan efisiensi operasional dan mengurangi pemborosan dalam
berbagai industri. Namun, pendekatan ini juga memiliki tantangan dalam hal ketepatan
waktu dalam pengiriman, perencanaan yang tepat, dan ketergantungan yang lebih besar
pada pemasok

Just-in-Time (JIT) pembelian adalah suatu pendekatan dalam manajemen


persediaan yang bertujuan untuk mengoptimalkan efisiensi dan mengurangi
pemborosan dalam rantai pasokan. Ini dilakukan dengan mengatur sistem produksi
sedemikian rupa sehingga bahan atau komponen yang diperlukan tiba tepat waktu untuk
digunakan dalam produksi atau pemenuhan pesanan pelanggan. Penerapan JIT
pembelian dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi operasional,
menghemat biaya, dan meningkatkan aliran kas dengan menghindari pembelian besar-
besaran dan persediaan yang besar.

Just-in-time (JIT) produksi adalah suatu sistem manajemen produksi yang


bertujuan untuk menghasilkan barang atau layanan tepat pada waktunya, dengan
kuantitas yang dibutuhkan, dan dalam kualitas yang baik. Namun, perusahaan perlu
berhati-hati dalam mengelola risiko yang terkait dengan implementasi JIT. Selain itu
Perusahaan juga harus memastikan kerja sama yang baik dalam rantai pasokan untuk
mencapai kesuksesan dalam menerapkan konsep ini.

JIT berdampak pada berbagai aspek biaya perusahaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dan dapat menghasilkan pengurangan biaya yang signifikan.
Meskipun JIT dapat menghasilkan pengurangan biaya yang signifikan, perusahaan juga
harus mempertimbangkan beberapa tantangan yang terkait. Secara keseluruhan,
pengaruh JIT pada penentuan biaya dapat bervariasi tergantung pada seberapa baik
perusahaan dapat mengelola prosesnya dan sejauh mana perusahaan dapat beradaptasi
dengan pendekatan ini sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka.

Penentuan biaya dengan metode backflush adalah pendekatan yang digunakan


dalam akuntansi biaya untuk menghitung biaya produksi secara retrospektif, yaitu
setelah barang jadi atau proses produksi selesai. Salah satu aspek kunci dalam
penentuan biaya backflush adalah penyesuaian, yang biasanya terjadi pada akhir
periode akuntansi. Penyesuaian ini dilakukan untuk memastikan bahwa biaya yang
dicatat sesuai dengan aktivitas produksi yang sebenarnya.

Pelaporan manajemen dalam JIT harus dilakukan secara real-time atau sesuai
dengan jadwal yang sangat ketat, sehingga manajemen dapat mengambil tindakan
segera jika terjadi ketidaksesuaian atau masalah dalam rantai pasokan atau produksi.
Dengan demikian, pelaporan manajemen dalam JIT berperan sebagai alat penting
dalam menjaga kelancaran operasi dan mencapai tujuan efisiensi, kualitas, dan
pengurangan pemborosan yang menjadi dasar dari sistem ini.

Adapun saran penulis untuk peneliti selanjutnya sebagai berikut:

a. Bagi peneliti disarankan lebih spesifik dan mendalam dalam melakukan penelitian
mengenai Just In Time.
b. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya, disarankan untuk
membaca dan mengumpulkan referensi lain yang diharapkan dapat menghasilkan
sebuah hasil penelitian baru yang baik dan memperoleh ilmu baru.
c. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan acuan bagi
peneliti selanjutnya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadikan paper ini lebih
baik, dan kami berharap penulis selanjutnya lebih baik dari kami.

REFERENCES

Sarda, Sultan, Muttiarni, dan Nur Afmi, 2019. Analisis Penerapan Just In Time
Dalam Meningkatkan Efesiensi Produksi Pada Pt. Tri Star Mandiri. Jurnal
Ekonomi Invoice Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Volume 1. No. 1. halaman
68
Setyo, Trimanto Wardoyo. 2004. Unsur Budaya Sebagai Faktor Pendukung
Keberhasilan JUST-IN-TIME (JIT). Jurnal Ilmiah Akuntansi. Volume 3. No.
2. halaman 24
Bethree, El Jeremya Janson, dan Nyoman Nurcaya. 2019. Penerapan Just In Time
Untuk Efisensi Biaya Persediaan. Jurnal Manajemen Unud. Vol. 8. No. 3.
halaman 1757
Mubarokah, Usfatun. 2018. Analisis Perbandingan Metode Tradisional Dan Metode
Just In Time Dalam Menentukan Biaya Produksi Untuk Meningkatkan Laba
Pada Perusahaan Rokok Putra Masa Depan – Nganjuk. Jurnal Simki-
Economic. Vol. 2. No. 3. halaman 9
Oktarini, Devie, dan Marcella Agustiningrum. 2019. Analisis Perbandingan
Pengendalian Persediaan Sparepart Dengan Metode Tradisional Dan Just In
Time Dalam Upaya Mengurangi Pemborosan. Jurnal Ilmiah Teknik Industri.
Volume 7. No. 1. halaman 66
Efrianti, Desi. 2014. Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap
Efisiensi Pengadaan Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Kesatuan. Volume 2. No. 1. halaman 99
Indri, Selvi Susanti, dan Khozin Arief. 2021. Implementasi Just In Time System
Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus
Pada Perusahaan Much Dessert – Bandung). Jurnal Indonesian Accounting
Literacy. Vol. 01. No. 03. halaman 622
Sumanto, dan Lita Sari marita. 2017. Penerapan Sistem Just In Time Persediaan Di
Produksi Studi Kasus : Pt. Nitto Materials Indonesia. Jurnal Informatika
Merdeka Pasuruan. Vol 2. No 3. halaman 2
Aprilianti, Anggini, dan Yusup Rachmat Hidayat. 2019. Pengaruh Just In Time
Terhadap Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Toyota Boshoku Indonesia.
Jurnal Logistik Indonesia. Vol. 3. No. 2. halaman 132
Julio, Jonathan Budiman, Ventje Ilat, dan Lidia M. Mawikere. 2019. Analisis
Penentuan Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing
Untuk Menentukan Harga Jual Pada Pt. Blue Ocean Grace International.
Jurnal Riset Akuntansi Going. Volume 14. No. 1. halaman 127
Atikah, Siti Oktaviani, Sofah Listianti, dan Ramadhani Irma Tripalupi. 2022.
Penerapan Just In Time (Jit) Sebagai Solusi Pengendalian Persedian
Perusahaan Di Masapandemi Covid-19. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis
Syariah. Volume 4. No. 1. halaman 129

Anda mungkin juga menyukai