Anda di halaman 1dari 23

Production Planning and Control

Berdasarkan Pendekatan Sistem Just In


Time (JIT) Pada PT. Toyota-Astra Motor

DISUSUN OLEH:
LADY SANDRA AYU PRADIANTI

NIM : 041411535042

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PDD UNIVERSITAS AIRLANGGA

BANYUWANGI

2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis bisa
menyelesaikan paper yang berjudul Production Planning and control Berdasarkan
Pendekatan Sistem Just In Time (JIT) Pada PT. Toyota-Astra Motor. ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah sistem informasi akuntansi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banyuwangi, 27 November 2015

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya berdasarkan pada


peramalan kebutuhan di masa yang akan datang. Padahal tidak seorangpun dapat
memprediksi masa yang akan datang dengan pasti walaupun dia memiliki pemahaman yang
sempurna tentang masa lalu dan memiliki insting yang tajam terhadap kecenderungan yang
terjadi di pasar. Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem
tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi
berdasarkan permintaan yang sesungguhnya.
Kemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan mengakibatkan
berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun disisi lain memerlukan
pengeluaran investasi yang relative besar untuk menggunakan peralatan modern. Karena
keterbatasan dana masih banyak perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional
untuk menghadapi kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti
Jepang mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In Time, dimana sistem ini
dilatar belakangi oleh pemborosan- pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri,
yang terjadi dikarenakan adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi
lebih tinggi.
Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh
faktor waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu merupakan salah satu faktor
penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka
perusahaan harus dapat melayani permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau
mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu
untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari
segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT.
Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi
segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi, dengan memberikan komponen
produksi yang tepat serta pada waktu dan tempat yang tepat, sedangkan Operasi Tradisional
memproduksi komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk mengantisipasi
terjadinya sesuatu.

3
JIT memiliki dua tujuan strategis, yang pertama untuk meningkatkan laba dan yang
kedua untuk memperbaiki posisi bersaing perusahaan. Kedua tujuan tersebut dapat dicapai
dengan mengendalikan biaya, memperbaiki kinerja pengiriman dan dengan peningkatan
kualitas. Produksi dan pembelian dengan sistem JIT mewakili usaha terus-menerus dalam
mengejar produktivitas melalui penghapusan pemborosan.
Meski JIT berfokus lebih dari sekedar manajemen persediaan, pengendalian persediaan
merupakan keuntungan tambahan yang penting. Jenis dan efisiensi tata letak pabrik dikelola
secara berbeda dalam proses manufaktur JIT. JIT mengganti tata letak pabrik tradisional
dengan suatu pola.
Pada sistem sekarang, lini produksi PT. Toyota-Astra Motor masih menggunakan
sistem tradisional dan menghadapi masalah-masalah seperti volume kegiatan Departemen
Production Planning & Control yang besar, ketidak cocokan rencana dan produksi aktual,
kurang adaptif terhadap perubahan permintaan, mekanisme informasi yang kurang baik, dan
inventori yang menumpuk. Tindakan yang diusulkan untuk menjawab permasalahan tersebut
adalah merancang sistem produksi JIT (Just In Time) untuk menggantikan sistem produksi
sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja aspek pokok dalam konsep Just In Time Toyota ?


2. Apakah keuntungan yang diperoleh Toyota dengan menggunakan Just In Time?
3. Apakah dampak implementasi Just In Time terhadap Akuntansi Manajemen?
4. Bagaimana Penerapan Sistem Just In Time di Pabrik-pabrik Toyota?
5. Bagaimana struktur organisasi pada PT. Toyata-Astra Motor?
6. Bagaimana flowchart bagian pengendalian persediaan dan perencanaan produksi?
7. Bagaimana perancangan DFD dan ERD yang diusulkan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui aspek pokok dalam konsep Just In Time perusahaan Toyota


2. Mengetahui apa saja keuntungan yang diperoleh Toyota dengan menggunakan JIT
3. Mengetahui dampak implementasi Just In Time terhadap Akuntansi Manajemen itu sendiri
4. Mengetahui Penerapan Sistem Just In Time di Pabrik-pabrik Toyota
5. Mengetahui struktur organisasi PT. Toyota-Astra Motor
6. Mengetahui flowchart bagian pengendalian persediaan dan perencanaan produksi.
4
7. Mengetahui usulan perancangan DFD dan ERD yang tepat untuk PT. Toyota-Astra Motor.

1.4 Manfaat Penulisan


Diharapkan karya tulis ini dapat memberi pemahaman tentang aspek pokok konsep
JIT PT. Toyota-Astra Motor, memberi informasi tentang keuntungan yang diperoleh
perusahaan jika menggunakan Just In Time, memberi informasi tentang dampak
implementasi Just In Time terhadap Akuntansi Manajemen, memberi informasi tentang
penerapan sistem Just In Time di Pabrik-Pabrik Toyota, memberi informasi tentang struktur
organisasi PT. Toyota-Astra Motor, memberi informasi tentang flowchart pengendalian
persediaan dan perencanaan produksi, dan perancangan DFD serta ERD untuk PT. Toyota-
Astra Motor.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Just In Time (JIT)

Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time) merupakan suatu sistem manajemen
pabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada
prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan
dan pada saat yang dibutuhkan oleh konsumen. Sistem Just In Time juga dipandang sebagai
sebuah sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, biaya dan waktu
penyerahan sebaik mungkin, dengan menghapuskan semua pemborosan yang terdapat dalam
proses internal, sehingga mampu menyerahkan produk yang dipesan sesuai dengan kehendak
konsumen secara tepat waktu (Imai, 1997).
Sistem Just In Time merupakan suatu konsep filosofi yaitu memproduksi produk yang
dibutuhkan, pada saat dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan,
pada tingkat kualitas prima, dari setiap tahap proses dalam sistem manufacturing, dengan
cara yang paling ekonomis dan efisien melalui eliminasi pemborosan dan perbaikan proses
secara terus menerus (Gaspersz, 1998). Sedangkan menurut Heizer dan Render (2004), Just
In Time merupakan sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa
dengan cara menghilangkan pemborosan. Sistem Just In Time merupakan upaya untuk
mengurangi persediaan, dengan demikian memangkas segala biaya-biaya.

2.2 Konsep Dasar Just In Time

Sistem produksi Just In Time menggunakan metode produksi yang berkonsep pada
inventory minimum, waktu set up mesin, tenaga kerja dengan kemampuan multifungsional
dan waktu pekerjaan yang pendek sesuai dengan standar yang ditetapkan pada siklus waktu
(Gaspersz, 1998). Menurut Indrajid dan Pranoto (2003), terdapat lima tahap pengenalan
konsep dasar dari Just In Time dalam suatu perusahaan, yaitu:
1. Hanya memproduksi produk sejumlah yang diminta oleh konsumen
2. Memproduksi produk bermutu tinggi
3. Memproduksi produk berbiaya rendah
4. Memproduksi produk berdaur waktu yang cepat

6
5. Mengirimkan produk pada konsumen tepat waktu
2.3 Prinsip-prinsip Just In Time
Secara singkat prinsip Just In Time adalah menghilangkan sumber-sumber
pemborosan produksi dengan cara menerima jumlah yang tepat dari bahan baku dan
memproduksinya dalam jumlah yang tepat pada tempat yang tepat dan waktu
yang tepat pula (Indrajid dan Pranoto, 2003). Terdapat tujuh macam prinsip dasar yang
menyusun sistem produksi Just In Time sehingga menjadikan sebuah sistem yang memiliki
kualifikasi tinggi, ketujuh prinsip itu menurut Leo (2007) adalah:
1. Simplification, merupakan salah satu tools Just In Time dalam penyederhanaan proses
maupun prosedur yang ada.
2. Cleanliness and Organization, fasilitas-fasilitas yang bersih dan teratur akan memudahkan
pekerja dalam melakukan pekerjaan.
3. Visibility, kejelasan yang membuat suatu kesalahan dapat terlihat dengan jelas.
4. Cycle time, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk.
5. Agility, kekuatan dalam pembuatan produk dengan memberikan respon yang cepat dan
tepat terhadap perubahan.
6. Variability Reduction, kemampuan mengurangi hal-hal yang tidak diperlukan.
7. Measurement, pengukuran serta pengertian akan proses keseluruhan.

2.4 Karakteristik Just In Time

Ada beberapa karakteristik utama pada perusahaan-perusahaan yang telah


menerapkan sistem Just In Time. Adapun karakteristik-karakteristik perusahaan dalam
menerapkan sistem Just In Time menurut Sulastiningsih (1999), dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Kuantitas
a. Tingkat kuantitas stabil sesuai yang diinginkan penyerahan dengan ukuran lot kecil dengan
frekuensi lebih sering.
b. Kontrak jangka panjang.
c. Lebih sedikit menggunakan kertas
d. Kuantitas penyerahan bervariasi, tetapi masih bentuk kontrak keseluruhan
e. Pemasok didorong untuk melakukan pengepakan kuantitas yang tepat.
f. Pemasok didorong untuk mengurangi ukuran lot produksi mereka.

7
2. Kualitas
a. Spesifikasi minimum
b. Pemasok membantu untuk memenuhi kebutuhan kualitas
c. Membina hubungan yang erat antara pembeli dan pemasok melalui tim kerja sama
pengendalian kualitas.
d. Pemasok didorong untuk menggunakan pengendalian proses daripada mengandalkan
inspeksi.

3. Pemasok
a. Membina hubungan dengan lebih sedikit pemasok (pemasok tunggal) dalam lokasi
geografis yang dekat.
b. Aktif menggunakan analisis nilai untuk memperoleh pemasok yang diinginkan serta
bertahan pada harga yang kompetitif
c. Melakukan pengelompokkan pemasok
d. Menjalin hubungan bisnis berulang dengan pemasok yang sama pemasok didorong untuk
mengembangkan Just In Time dalam aktivitas pembelian.

4. Pengiriman
Pengiriman terjadwal dengan menggunakan metode atau transportasi yang telah dikontrak
dalam jangka panjang.

2.5 Tujuan Just In Time


Tujuan dari Just In Time (JIT) adalah menghilangkan pemborosan melalui perbaikan
terus-menerus. Melalui Just In Time, segala sesuatu material, mesin dan peralatan, sumber
daya manusia, modal, informasi, manajerial, proses dan lainnya yang tidak memberikan nilai
tambah pada produk disebut sebagai pemborosan. Nilai tambah produk, merupakan kunci
dalam Just In Time. Nilai tambah produk diperoleh dari aktivitas aktual yang dilakukan pada
produk, tidak melalui pemindahan, penyimpanan, penghitungan dan penyortiran (Ristono,
2010).
Menurut Indrajid dan Pranoto (2003), tujuan dari adanya manajemen menggunakan
dan mengembangkan konsep manajemen Just In Time dalam perusahaan dapat dirangkum
atas beberapa aspek. Adapun tujuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

8
1. Menciptakan fleksibilitas produk yang tinggi produksi, bersifat sistem tarik (pull
system) memerlukan fleksibilitas tinggi untuk menanggapi tuntutan konsumen yang terus
berkembang. Produksi dengan cara sistem tarik (pendekatan baru) merupakan produksi
yang dilakukan untuk menganggapi permintaan, sedangkan produksi dengan sistem dorong
(pendekatan lama) merupakan produksi yang ditetapkan produsen kepada konsumen.

2. Meningkatkan efisiensi proses produksi


Peningkatan efisiensi dapat dilakukan terutama melalui pengurangan persediaan barang
sehingga mengakibatkan pengurangan biaya persediaan, atau dengan kata lain meningkatkan
perputaran modal. Biaya persediaan ini sangat tinggi, berkisar antara 20 persen40 persen
dari harga barang pertahun. Efisiensi didapat juga dengan cara mendesain pabrik sedemikian
rupa sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan aman.

3. Meningkatkan daya kompetisi


Meningkatnya efisiensi dalam proses produksi dengan sendirinya akan meningkatkan daya
saing perusahaan. Hal ini dianggap salah satu tujuan yang paling penting, yaitu suatu tujuan
strategis, karena peningkatan efisiensi berarti penurunan biaya dan ini memungkinkan
perusahaan untuk tetap bertahan dalam persaingan pasar.

4. Meningkatkan mutu barang


Kemitraan pembeli-penjual yang dibina dan berlangsung dalam jangka panjang selalu
berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dalam hal mutu dan biaya barang.
Mutu tinggi dari suku cadang atau komponen yang dipasok oleh pemasok pada gilirannya
akan meningkatkan mutu barang yang diproduksi oleh perusahaan. Kemitraan penjual
pembeli memungkinkan melakukan pengendalian mutu suku cadang atau komponen dengan
lebih murah dan lebih handal.

5. Mengurangi pemborosan
Pengurangan pemborosan terutama dalam bentuk barang yang terbuang, karena pada
hakekatnya pemborosan adalah biaya. Menurut jenisnya, pemborosan dapat dibedakan dari
cara pemborosan itu terjadi, yaitu:
a. Karena produksi berlebih (memproduksi barang dengan jumlah yang terlalu banyak).

9
b. Karena waktu tunggu (waktu tunggu yang tidak produktif dalam proses produksi
perusahaan).
c. Karena transport (gerakan yang tidak perlu dalam proses produksi).
d. Karena proses (operasi atau proses yang tidak perlu).
e. Karena persediaan (penimbunan bahan baku, bahan setengah jadi, bahan jadi, atau bahan
lain yang berlebih).
f. Karena gerakan (pengerjaan kembali atau hasil dari kegiatan-kegiatan yang tidak perlu).

2.6 Manfaat Just In Time

Manfaat yang didapatkan dari penerapan konsep Just In Time memberikan


keuntungan-keuntungan yang baik bagi perusahaan. Adapun manfaat-manfaat yang diperoleh
dengan adanya penerapan Just In Time menurut Garrison dan Norren (1997), adalah sebagai
berikut
1. Modal kerja dapat ditunjang dengan adanya penghematan karena pengurangan biaya-biaya
persediaan
2. Lokasi yang tadinya untuk menyimpan persediaan dapat digunakan untuk aktivitas lain
sehingga produktivitas meningkat.
3. Waktu untuk melakukan aktivitas produksi berkurang, sehingga dapat menghasilkan
jumlah produk lebih banyak dan cepat merespon konsumen. Tingkat produk cacat berkurang,
mengakibatkan penghematan dan kepuasan konsumen meningkat

2.7 Faktor Pendukung Just In Time

Sistem produksi Just In Time memiliki beberapa faktor pendukung yang berperan penting
dalam usaha untuk mencapai keberhasilan penerapan sistem tersebut. Menurut Heizer dan
Render (2004), terdapat beberapa faktor penting dalam Just In Time, yaitu:

1. Faktor Supplier (Pemasok)


Just In Time sangat memerlukan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan
pembeli seperti konsep kemitraan (partnership). Sistem Just In Time memerlukan jumlah
pemasok yang sedikit, pemasok dekat dengan pabrik, peningkatan frekuensi pengiriman

10
dalam jumlah kecil, dilakukannya kontrak jangka panjang, pemasok dibantu dalam
peningkatan kualitas serta penerapan Just In Time yang dibangun secara bersama-sama.

2. Faktor Inventory (Persediaan)


Perusahaan pabrikasi biasanya menyimpan tiga jenis persediaan yaitu bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi. Just In Time memerlukan teknik dalam mengelola inventory
antara lain penggunaan pull system untuk pergerakan inventory, pengurangan variabilitas,
pengurangan persediaan, ukuran lot yang kecil dan pengurangan waktu set up
.
3. Faktor Scheduling (Penjadwalan)
Scheduling atau penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu serta penggunaan
sumber daya dalam kegiatan operasi produksi. Just In Time mensyaratkan dan
mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier, jadwal produksi yang bertingkat,
menekankan bagian dari jadwal paling dekat dengan tempo, lot kecil, dan teknik kanban.

4. Faktor Layout (Tata Letak)


Tata letak (layout) merupakan susunan dari mesin-mesin dan peralatan serta semua
komponen yang menunjang produksi dalam suatu pabrik. Tata letak yang baik
memungkinkan pengurangan pemborosan yaitu pergerakan, misalnya pergerakan bahan baku
maupun manusia.

5. Faktor Quality Management (Manajemen Kualitas)


Just In Time memiliki prinsip utama dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas
cacat adalah lebih penting dari output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat
dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih murah dari pada pekerjaan mengulang.
Dengan demikian Just In Time lebih dapat menghemat biaya karena tidak ada pemborosan.

6. Faktor Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)


Pemeliharaan dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan melalui tindakan
pencegahan. Preventive maintenance merupakan semua aktifitas yang dilakukan untuk
menjaga peralatan dan mesin tetap bekerja dengan baik dan untuk mencegah kerusakan. Just
In Time membutuhkan preventive maintenance yang terjadwal dan adanya pemeliharaan rutin
harian.

11
7. Faktor Employee Empowerment (Pemberdayaan Pekerja)
Pemberdayaan pekerja berarti melibatkan pekerja dalam setiap langkah proses produksi.
Pemberdayaan pekerja dengan meluaskan pekerjaan pekerja sehingga bertanggung jawab dan
memiliki kewenangan tambahan yang dipindahkan sedapat mungkin pada tingkat terendah.

2.8 Pengertian Production Planning and Control


Production Planning and Control adalah sebuah proses pengendalian aliran material
masuk dan keluar dari sebuah sistem kerja yang bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar
dan pendistribusian yang tepat sehingga dapat meminimalkan biaya produksi.
Perancangan dan pengendalian produksi harus dilakukan di awal proses sebelum
melakukan proses produksi, yang bertujuan untuk menentukan apa saja yang harus dilakukan
pada awal hingga tahap akhir. Perencanaan juga tidak boleh diberhentikan hingga proses itu
selesai karena hasilnya pasti tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga harus dievaluasi
berkala dengan melakukan pengendalian. (Nasution, 2006:13).
2.9 Pengertian Perancangan Produksi
Perancangan produksi sangat penting dalam merencanakan proses produksi. Perancangan
produksi diharuskan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Berjangka Waktu
Proses produksi adalah sebuah hal yang rumit untuk dilakukan dan memiliki keterkaitan dari
berbagai macam point dan proses tersebut menunjukkan adanya perubahan dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu, perencanaan yang baru harus disiapkan untuk mengatasi perubahan
yang akan terjadi sehingga perancangan harus dilakukan secara berjangka waktu lama.
b. Berjenjang
Perancangan produksi tidak dapat dilakukan hanya sekali dan harus dilakukan secara
berjenjang karena perencanaan produksi akan selalu bertingkat dari perencanaan produksi
jangka pendek hingga perencanaan jangka panjang.
c. Terpadu
Dalam perancangan proses produksi harus dilakukan bersama-sama seperti menyatukan
faktor-faktor untuk dijadikan satu rencana yang terpadu didalam proses produksi.
d. Berkelanjutan
Dari perancangan sebelumnya, rencana yang baru harus merupakan sistem yang melanjutkan
perancangan sebelumnya, agar proses tersebut terus berjalan.
e. Terukur

12
Perancangan produksi harus menetapkan suatu nilai agar bisa diukur sehingga bila terjadi
penyimpangan dapat digunakan sebagai alat untuk menjadi dasar penetapan.
f. Realistis
Perancangan produksi haruslah dikondisikan dengan kondisi produksi yang sekarang, agar
target yang dicanangkan merupakan hal yang realistis untuk dicapai.
g. Akurat
Data yang didapat harus akurat agar tidak terjadi kesalahan sehingga pada tahap akhir dan
dapat dipertanggung jawabkan kebenaran datanya.
h. Menantang
Perancangan prduksi harus dibuat dengan data-data dan target yang realistis sehingga akan
mudah untuk pencapaian target produksi dan akan berusaha dengan sungguh-sungguh.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Aspek Pokok Dalam Konsep Just In Time Toyota


Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus
untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan. Terdapat empat aspek pokok
dalam konsep Just In Time Toyota, yaitu:
1. Menghilangkan semua aktifitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai
tambah terhadap produk atau jasa.
2. Komitmen terhadap kualitas prima.
3. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
4. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas
aktivitas yang memberikan nilai tambah.

3.2 Keuntungan Yang Diperoleh Toyota Dengan Menggunakan Just In Time.


Toyota memperoleh berbagai macam manfaat dengan menerapkan JIT, beberapa diantaranya
yaitu :
Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
Persediaan tidak perlu dicek, disimpan atau diretur kembali.
Kertas kerja dapat lebih simple
Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang
lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Keterlacakan biaya
Keakuratan penentuan biaya produk
Mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah
Meminimumkan persediaan
Zero Defect
Mengurangi harga pokok produksi
Menghemat biaya penyimpanan dan gudang
Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
Menghemat waktu perpindahan
Biaya mutu

14
3.3 Dampak Implementasi Just In Time Terhadap Akuntansi Manajemen
Beberapa hubungan dan dampak implementasi JIT Toyota terhadap Akuntansi Manajemen :

3.3.1 Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk


Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui
dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai
dampak pada:
1. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
2. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
3. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
4. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
5. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.

3.3.2 JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.


Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan
pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan
hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan
JIT dengan Tradisional meliputi:
a. Persediaan Rendah
b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c. Filosofi TQC (Total Quality Control)

3.3.3 JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead


Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama
untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk
tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tenaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas
jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.
JIT TRADISIONAL
Sistem Pull-through Sistem Push-through
Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan
Sel-sel pemanufakturan Berstruktur departemen
Tenaga kerja terinterdisipliner Tenaga kerja terspesialisasi

15
Pengendalian mutu (TQC) Level mutu akseptabel (AQL)
Desentralisasi jasa Sentralisasi jasa

3.3.4 Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT


Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah
sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat
menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
3.3.5 JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan
pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.
Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini
produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan
aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.

3.3.6 Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung


Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja
langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi
berkurang
2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.

3.3.7 Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan


Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka
penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan
penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT
diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga
penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.
Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan
manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat
berbagai keputusan misalnya:

16
1. Penetapan harga jual berdasar cost-plus,
2. Analisis trend biaya,
3. Analisis profitabilitas lini produk,
4. Perbandingan dengan biaya para pesaing,
5. Keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.

3.3.8 Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan


Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus
memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel
pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan
perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya
dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangat
kecil, maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan.
Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.
3.3.9 Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena
adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan
nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu
menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada
penyederhanaan.

3.4 Penerapan Sistem Just In Time di Pabrik-pabrik Toyota

Penerapan JIT di Pabrik-pabrik Toyota memiliki prinsip bahwa Just-in-Time berarti


membuat hanya apa yang dibutuhkan, ketika dibutuhkan, dan dalam jumlah yang
dibutuhkan. Misalnya, secara efisien menghasilkan sejumlah besar mobil, yang dapat terdiri
dari sekitar 30.000 komponen, perlu untuk membuat rencana produksi rinci yang meliputi
bagian pengadaan. Menyediakan apa yang dibutuhkan, ketika dibutuhkan, dan dalam jumlah
yang dibutuhkan sesuai dengan rencana produksi ini dapat menghilangkan pemborosan atau
kesia-siaan, inkonsistensi, dan persyaratan yang tidak masuk akal, sehingga meningkatkan
produktivitas.

17
JIT pada pabrik-pabrik Toyota memeiliki nama sendiri yakni dengan nama Toyota
Production System (TPS). TPS ini mengendalikan produksi dengan sistem kanban yang
memainkan persan secara integral. Sistem kanban juga telah disebut metode Supermarket
karena ide di balik itu dipinjam dari supermarket. Supermarket menggunakan kartu kontrol
produk di mana informasi yang terkait dengan produk, seperti produk nama, kode dan lokasi
penyimpanan, dimasukkan. Karena Toyota memiliki tanda kanban untuk digunakan dalam
proses produksi mereka, metode yang kemudian disebut sistem kanban. Di Toyota, ketika
proses mengacu pada proses sebelumnya untuk mengambil bagian, menggunakan kanban
untuk berkomunikasi bagian mana telah digunakan. Supermarket hanya menyediakan
persediaan yang dibutuhkan oleh pelanggan hanya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan,
dan memiliki semua item yang tersedia untuk dijual pada pelanggan pada waktu tertentu juga.

Pada Toyota Production System (TPS) penghapusan kesia-siaan dinamakan dengan


penghapusan limbah. Pada awalnya filososfi tersebut dinamakan dengan penghapusan
lengkap semua limbah dari semua aspek produksi dalam mengejar metode yang paling
efisien, seperti mesin yang diciptakan pada awal-awal produksi Toyota yakni mesin tenun
otomatis Sakichi Toyoda. TPS diuji dan dicoba selama bertahun-tahun untuk meningkatkan
efisiensi didasarkan pada konsep Just-in-Time dikembangkan oleh Kiichiro Toyoda, pendiri
(dan presiden kedua) dari Toyota Motor Corporation. Limbah dapat bermanifestasi sebagai
kelebihan persediaan, penambahan proses, dan produk-produk yang cacat. Jika sampah
tersebut dibiarkan dan dijumlahkan masing-masing dimana terbentuk sampah tersebut maka
pada akhirnya berdampak pada pengelolaan korporasi itu sendiri.

Kiichiro Toyoda, yang mewarisi filosofi ini, berangkat untuk mewujudkan


keyakinannya bahwa kondisi ideal untuk membuat hal-hal yang dibuat ketika mesin,
fasilitas, dan orang-orang bekerja sama untuk menambah nilai tanpa menghasilkan limbah
apapun. Dengan metodologi dan teknik ini sehingga dapat menghilangkan limbah antar
proses, hasilnya adalah Just In Time (JIT).

18
3.5 Struktur Organisasi PT. Toyota-Astra Motor

3.6 Flowchart Bagian Pengendalian Persediaan Dan Perencanaan Produksi


3.6.1 Flowchart Bagian pengendalian persediaan

19
3.6.2 Flowchart Bagian Perencanaan Produksi

20
3.7 Desain DFD dan ERD yang diusulkan
3.7.1 Desain DFD

3.7.2 Desain ERD

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Toyota menggunakan Just In Time karena sistem ini memang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan perusahaan, dengan menggunakan Just In Time mereka dapat memangkas biaya
yang tidak perlu sehingga perusahaan dapat semakin efisien dan efektif dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. Toyota memperoleh banyak keuntungan dari penerapan sistem Just
In Time ini, seperti yang dipaparkan pada pembahasan di atas. Dipandang dari segi
Akuntansi Manajemen, pengimplementasian sistem Just In Time dalam Toyota sudah tepat
dibanding menggunakan sistem persediaan/konvensional. Kelebihan sistem JIT ini adalah
dapat mengurangi biaya tenaga kerja, persediaan, risiko kerusakan, dan peningkatan kualitas
produk. Keunggulan tersebut seiring dengan adanya Total Production System dan
pengecekan kualitas baik ditingkat pemasok, maupun di internal Toyota sendiri sebagai
dalam penerapan sistem JIT sehingga risiko limbah yang akan terbentuk dapat ditekan. Selain
itu, biaya tenaga kerja dan biaya penyimpanan dapat ditekan sampai seminimal mungkin.
Kekurangan sistem JIT ini adalah sulit mencari pemasok yang terintegrasi dengan proses
produksi pada perusahaan Toyota, biaya pengiriman tinggi, kesulitan menghadapi perubahan
permintaan, tuntutan sumber daya manusia yang multifungsi, dan perlengkapan teknologi
yang membutuhkan biaya besar.

4.2 SARAN
PT. Toyota-Astra Motor diharapkan bisa lebih meningkatkan lagi sistem Just In Time
yang sudah berjalan karena Tidak semua perusahaan dapat menerapkan sistem Just In Time,
hal ini dikarenakan tidak semua industri atau industri tertentu tidak cocok menggunakan
sistem Just In Time. Sistem Just In Time ini sulit untuk dilaksanakan apabila perusahaan
tersebut bukan perusahaan yang besar atau sudah maju, karena kunci suksesnya terletak pada
supplier yang tanggap dan fast response.

22
DAFTAR PUSTAKA

Garrison, Ray H., dan Eric W Mowen, 1997, Akuntansi Manajerial. Buku 1, Ahli
bahasa: Totok Budisantoso, S.E., Akt. Jakarta: Salemba Empat
Gaspersz, Vincent. 1998. Production Planning and Inventory Control Terintegrasi MRP II
dan JIT Manufacturing 21. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Heizer, Jay and Barry Render. 2004. Principles of Operations Management, Prentice Hall,
New Jersey.
Imai, Masaaki. 1997. Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada Manajemen. CV.
Teruna Grafica, Gemba Kaizen: Jakarta.
Indrajid, R. E dan R. D. Pranoto. 2003. Manajemen Persediaan: Barang Umum dan Suku
Cadang Keperluan Pemeliharaan, PT. Grasindo: Jakarta.
Leo, Anton. 2007. Usulan Penerpan Sistem Produksi Just In Time Pada Proses Produksi
Sabun Krim Merk Bu Krim pada PT Birina Multi Daya. Skripsi. Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.
Ristono, Agus. 2010. Sistem Produksi Tepat Waktu. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Sulastiningsih, Zulkifli, 1999, Akuntansi Biaya dilengkapi dengan isu-isu Kontemporer,
Jakarta: UPP AMP YKPN
Supriyono, 1999. Manajemen Biaya. Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE

H Bodnar, George & S Hopwood, William, diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf dan Rudi
M. Tambunan. 2000. Sistem Informasi Akuntansi (Buku Satu). Jakarta : Salemba Empat.

http://hardiantovaldi.blogspot.co.id/2012/12/analisis-struktur-organisasi-perusahaan_27.html

http://tonton-thonitonton.blogspot.co.id/2010/11/makalah-proses-produksi.html

http://blogstudent.mb.ipb.ac.id/2015/01/17/kelebihan-dan-kekurangan-sistem-informasi-just-in-
time-pada-toyota-motor-corporation/

http://www.sustainelectronics.illinois.edu/NSFworkshop/Reading/Production%20Planning%20and%
20Control%20for%20Remanufacturing%20Industry%20Practice%20and%20Research%20Needs.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai