PERTEMUAN KE-6
PENGUKURAN
Dikerjakan Oleh :
2017
DEFINISI
WHAT DO WE MEASURE
Pada bab ini, kita akan membahas tentang mengukur karakteristik nilai pada setiap aset dan
kewajiban yang nilai moneternya dianggap perlu di perhatikan seperti : biaya akuisisi, biasa
gantirugi, harga keluaran, nilai realizable bersih, nilai sekarang, dan lainnya. Nilai moneter
ini merupakan informasi yang berguna untuk kelangsungan perusahaan.
Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi dengan
hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah
terjadi. Dalam Akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu menghitung
menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran dalam modal selama
periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan.
a. Subjective Value
Perusahaan menginginkan untuk menahan sejumlah aset dan kewajibannya dengan
jangka waktu panjang. Permasalahannya ada 3 yaitu : the expansive problem,
composition problem, dan the financing problem. Setiap masalah mempunyai jalan
keluar yang disajikan oleh manajemen operasi. Dari perkara diatas, manajemen
membuat rumus untuk nilai subjektif dari setiap perencanaan operasi perusahaan
selain itu manajemen juga perlu memformulasikan nilai subjektif atas perencanaan
alternatif lain jika diperlukan.
b. True Economic Value
Nilai yang paling berguna merupakan nilai kebenaran ekonomi. Nilai ekonomi
merupakan konsep mendasar yang menyinggung pada pilihsn atau keinginan orang
untuk mendapat tantangan lainnya. Banyak perhitungan metode penilaian dalam
keberadaan. Hasilnya didapat dari setiap metode yang relevan pada jenis keputusan
yang berbeda, biasanya dikategorikan berdasarkan nilai atau biaya.
i. Cost
Biaya mencerminkan pengorbanan untuk nilai yang akan didapat dimasa depan.
Biaya yang signifikan akan diindikasi akan menimbulkan suatu nilai pada
waktunya.
ii. Value
Nilai biasanya digambarkan dengan kepuasan seseorang ketika dia melakukan
konsumsi barang atau jasa. Nilai mengacu pada hubungan antara seseorang atau
perusahaan dengan objek ekonominya.
SKALA PENGUKURAN
Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan arti
kepada angka tersebut. Sebuah skala dibuat ketika aturan semantic digunakan untuk
menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau kejadian. Jenis skala yang dibuat
tergantung kepada aturan sematik yang digunakan.
1. Skala Nominal, dimana nomor hanya digunakan sebagai sebuauh label. Contohnya
adalah penomoran pemain sepak bola.
2. Skala Ordinal, Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya
sehubungan dengan property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3
kemungkinan jenis investasi untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3
berdasarkan nilai bersihnya saat ini
3. Skala Interval, memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak
hanya member peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya
diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan
menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan,
missal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30
derajat celcius, maka selain kita dapat mengataka bahwa suhu di ruanagn B lebih
panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan
A.
4. Skala Rasio adalah skala yang:
a. Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
b. Interval antar objek diketahui dan sama
c. Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui
Contohnya Ketika panjang A adalah 10 meter dan panjang B adalah 20 m, kita tak
hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali
lebih panjang dari A.
JENIS PENGUKURAN
Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiric
(hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat,
menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell.
AKURASI PENGUKURAN
Kita bisa mengukur jumlah kursi di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua
pengukuran mengandung kesalahan atau eror. Sumber kesalahan :
1. Operasi Pengukuran tidak tetap. Aturan untuk menetapkan nomor untuk properti
tertentu biasanya terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan
secara tepat dan karenanya dapat diinterpretasikan salah oleh pengukur.
2. Pengukur. Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau
menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak benar.
3. Instrumen. Banyak operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris
atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat.
4. Lingkungan. Pengaturan di mana operasi dilakukan pengukuran dpt mempengaruhi
hasil
5. Atribut yang tidak jelas. Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika
pengukuran melibatkan suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.
6. Resiko dan Ketidakpastian Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset
nyata.
Jika semua pengukuran kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan kesalahan, maka
yang kita butuhkan adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang diterima. Jika pengukuran
masih dalam batas-batas ini maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi.
Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran, dan
pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili sehubungan dengan transaksi ekonomi
yang mendasarinya dan berbagai peristiwa. Istilah presisi sering digunakan dalam dua
konteks. Pertama, mungkin merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan
gagasan pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan
dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya, serta persetujuan hasil antara
operasi pengukuran yang digunakan berulang kali yang diterapkan pada properti tertentu.
Dengan menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan bahwa keandalan dari pengukuran
berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu
perangkat operasi.
Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat,
namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi
berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju nilai sejati ' dari atribut
pengukuran. Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak
diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang
perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan
informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan
pragmatis dari kegunaan, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan
standar kuantitatif yang harus diterapkan.
Perhitungan yang paling dasar dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal dan laba.
Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal. Laba
berasal dari perbandingan dari pendapatan dikurangi beban, juga perubahan modal daam satu
periode akuntansi.
1. Pengukuran Modal
Berasal dari selisih asset dan liabilitas Dengan begitu kita harus menghitung ilai dari modal
awal, jumlah pendapatan yang didapat, jumlah modal yang digunakan, dan perubahan asset
bersih. Peningkatan modal diluar periode akan menghitung jumlah laba dari berbagaimacam
sumber daya termasuk operasi dan perhitungan ulang (setelah pengaturan untuk pemasukan
dari modal baru atau pembayaran dividen). Nilai wajar yang dihitung ulang pada periode
berikutnya akan menjadi modal awal pada periode selanjutnya. Modal dibagi menjadi 3 yaitu
:
a. Modal yang berasall dari setoran pemilik
b. Modal yang didistribusika kepada pemilik
c. Moda yang berasal dari kegiatan operasional
Modal menunjukkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Kinerja modal dilihat dari
masa yang akan datang dari kinerja masa lalu.
Menunjukan sumber daya yang dikelola oleh manajemen, sehingga kita memerlukan
informasi bagaimana kemampuan operasional yang ditunjukkan dengan laba dan kemampuan
manajemen dalam mengelola sumber daya yang ditunjukan dari modal.
2. Pengukuran Laba
Laba menunjukan peningkatan modal yang diperoleh dari hasil kegiatan operasional periode.
Berasal dari perubahan modal karena perubahan :
a. Periode
b. Kegiatan termasuk peningkatan dan penurunan asset bersih
Laba adalah selisih pendapatan dan beban atau selisih modal akhir dan awal (konsep
ekoomik). Laba merupakan objek yang dibagikan kepada investor dan tdak boleh dibagikan
lebih besar dari labanya.
Masalah dalam pengukuran asset bersih adalah melibatkan pengukuran aktiva. Bagaimana
untuk mengukur nilai wajarnya dengan lebih menekankan pada laba yaitu laba yang berasal
dari modal dan lebih pada principle based yaitu ilai asset yang bisa digunakan di masa yang
akan datang. Maka laba diukur menggunakan fair value bukan cost.
Beberapa permasalahan sengja diciptakan untuk auditor dengan cara mengaihkan focus
terhasap perhitungan profit dari kecocokan atau perbandingan antara pendapatan dan beban
untuk menghitung perubahan dalam nilai wajar asset bersih. Laba ditentukan dari kecocokan
pendapatan dan beban dalam setiap transaksi pada waktu dimana auditor dapat berkonsentrasi
dalam mengumpulkan ukti-bbukti dari setiap transaksi. Namun, apabila laba diperoleh dari
perubahan nilai wajar maka akan timbul pertanyaan lebih sulit bagi auditor mengenai
pengumpulan bukti dalam estimasi manajemen. Sebagai contoh, sebuah aspek dari
perhitungan profit dengan cara menaksir perubaha dalam nilai wajar aset bersih. Manajemen
diperlukan untuk menaksir pada waktu pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa sebuah aset
mungkin saja mengalami penurunan nilai (impairment loss). Jika indikasi tersebut ada maka
manajemen harus mengestimasi jumlah aset yang tidak lengkap tersebut.
Pedoman standart audit internasional untuk kegiatan akibat penurunan nilai auditing dan
lainnya memperkirakan nilai wajar terkandung adalah ISA 540. Auditor diharuskan untuk
mengumpulkan bukti untuk menilai apakah manajemen telah mengikuti standar akuntansi
dengan tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan nilai wajar. Untuk
melakukan hal ini, auditor harus menentukan apakah manajemen telah memillih metode dan
asumsi penilaian yang tepat dan masuk akal. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode
penilaian atas aktiva tertentu dan kewajiban yang dipertimbangkan, auditor bisa menerima
metode penilaian yang wajar.
Dalam tambahan untuk isu yang terkait dengan penggunaan nilai wajar dan masalah
terkait, auditor juga menghadapi masalah yang disebabkan oleh variabilitas dalam tingkat
keandalan dan ketepatan pengukuran biaya histiris. Sebagai contoh, sistem produksi standar
biaya didasarkan pada biaya historis sebagai masukan, asumsi tentang volume pengolahan
metode, dan isu-isu lingkungan penugasan biaya overhead antara produk, proses, dan
departement. Semua faktor tersebut mempengaruhi biaya persediaan di tangan pada akhir
periode dan barang yang dijual pada selama periode tersebut. Dalam konteks ini, auditor
perlu untuk menguji kewajaran dari prosedur yang diterapkan dalam mengembangkan standar
dari suatu spesifikasi teknik. Ini termasuk mengumpulkan bukti tentang kewajaran asumsi
yang mendasari dan penggunaan data yang konsisten. Biaya persediaan per unit akan tampak
sangat tepat, tapi perubahan kondisi operasi dapat menghasilkan variasi yang signifikan dan
membuat asumsi yang mendasari untuk alokasi biaya tidak valid.
Kegiatan audit yang dilakukan adalah pengukuran audit di masa yang akan datang
menggunakan fair value bukan historical cost. Kalau sudah wajar pengujian selanjutnya
menguji apakah sudah mematuhi sistem manajemen yang ditetapkan oleh manajemen bisa
membantu pemakai laporan keuangan dalam prospek perusahaan di masa yang akan datang.