Anda di halaman 1dari 4

Jenis Pengukuran

1. Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka dapat
diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada
pengukuran variabel apapun. Seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume
merupakan hal-hal yang dapat diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada
tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang
berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.

2. Turunan
Menurut Campbell, pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari
pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan, yang
bergantung pada pengukuran massa dan volume. Operasi pengukuran yang dilakukan
bergantung pada hubungan yang sudah diketahui dengan sifat-sifat mendasar lainnya.
Adanya hubungan seperti ini didasarkan pada teori empiris yang disepakati dikaitkan
dengan sifat-sifat tertentu dengan sifat-sifat lainnya. Operasi matematika dapat
dilakukan pada bilangan-bilangan yang berasal dari pengukuran turunan.

Contoh pengukuran turunan dalam akuntansi adalah laba, laba diturunkan dari
penjumlahan dan pengurangan atas pendapatan dan beban.

3. Formal / Fiat

Pengukuran seperti ini mencakup pengukuran yang didasarkan pada definisi yang
berubah-ubah (contoh pengukuran laba pada akuntansi). Pada akuntansi, berbagai
dewan standar akuntansi menentukan skala akuntansi dengan keputusan resmi (fiat),
bukan dengan referensi berdasarkan teori pengukuran yang telah dikonfirmasi.
Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk mengukur
konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel pendapatan, laba,
beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep keuntungan dan kemudian
digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak langsung.

Sumber kesalahan dalam pengukuran

1. Operasi pengukuran tidak dinyatakan secara akurat.


Ketentuan di dalam menentukan jumlah sifat-sifat tertentu biasanya terdiri dari
serangkaian operasi. Serangkaian operasi tidak dapat dijelaskan secara akurat dan
oleh karenanya dapat juga diinterpretsikan secara tidak akurat oleh pengukur. Sebagai
contoh, penghitungan laba mencakup berbagai operasi seperti klasifikasi dan alokasi
antara aset dan beban yang sering diinterpretasikan secara beragam oleh akuntan yang
lain.

2. Pengukur

Pengukur dapat salah menginterpretasikan peraturan, sehingga menjadi bias, atau


dapat mengaplikasikan atau membaca instrumen secara tidak benar.

3. Instrumen

Banyak operasi yang memerlukan penggunaan instrument fisik, seperti


halnya thermometer atau barometer, yang mempunyai kelemahan-kelemahan.
Terdapat potensi kesalahan sekalipun apabila instrumen bukan peralatan yang
berbentuk fisik, misalnya, bagan, grafik, tabel jumlah atau indeks harga.

4. Lingkungan
Pengaturan di mana operasi dilakukan pengukuran dapat mempengaruhi hasil,
contohnya kondisi cuaca saat dilakukan pengukuran.

5. Atribut yang tidak jelas

Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan
suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung. Bagaimana menilai aset tidak
lancar? Apakah nilai saat ini, biaya perolehan, biaya saat ini, atau harga jual? Karena
tujuan utama akuntansi adalah untuk mencerminkan "nilai" maka penting untuk
mendefinisikan secara jelas atribut "nilai". Apakah itu nilai guna, nilai tukar, atau
atribut lain yang harus diukur akuntan? Masalahnya terletak pada mendefinisikan
atribut yang akan diukur bukan pada metode pengukurannya itu sendiri.

6. Risiko dan ketidakpastian

Hal ini berkaitan dengan distribusi keuntungan aset berwujud.

Pengukuran yang andal


Keandalan erat kaitannya dengan konsistensi yang telah terbukti pada setiap operasi
untuk memperoleh hasil-hasil yang memuaskan atau hasil-hasil (jumlahnya) sendiri dalam
pemakaian tertentu. Dalam statistik, keandalan memerlukan pengukuran dapat diulang atau
dihasilkan ulang, sehingga menunjukkan kekonsistenannya. Keandalan bertentangan dengan
variabilitas.

Keandalan menggabungkan dua aspek :

1. Akurasi dan kepastian dari pengukuran

2. Kejujuran pengungkapan terhadap transaksi dan peristiwa ekonomi

Dalam SAC 3 paragraf 16 dinyatakan bahwa:

Keandalan dalam informasi finansial dapat ditentukan berdasarkan tingkat hubungan antara
informasi apa yang melibatkan pengguna dan penetapan transaksi serta kejadian-kejadian
yang timbul, diukur dan dipaparkan. Informasi yang dianggap andal adalah informasi yang
tanpa bias dan dapat menggambarkan transaksi dan kejadian-kejadian.

Pengukuran yang akurat

Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat andal, memberikan hasil yang sangat
tepat, namun mungkin menghasilkan hasil yang tidak akurat. Konsistensi hasil ketepatan dan
keandalan tidak secara signifikan berkaitan dengan keakuratan. Sebab keakuratan berkaitan
dengan seberapa dekat pengukuran dengan "nilai yang sesungguhnya" pada pengukuran sifat-
sifat, sasaran, kemudian baru menjelaskannya.

Permasalahan dalam banyak pengukuran, nilai sesungguhnya (true value) tidaklah


diketahui. Untuk menentukan akurasi dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut yang harus
diukur untuk mencapai tujuan dari pengukuran. Tujuan akuntansi adalah mendapat informasi
yang berguna, sehingga akurasi dalam akuntansi berhubungan dengan hubungan pragmatis
dalam hal ini adalah kegunaan. Namun para akuntan masih belum satu suara dalam hal
standar yang spesifik dan kuantitatif mengenai kegunaan suatu informasi. Yang harus diingat,
pengulangan operasi tidak memastikan menghasilkan keakuratan, contohnya mengukur cost
persediaan menggunakan FIFO secara berulang ratusan kali dan mendapatkan hasil yang
sama, bukan berarti hasil tersebut akurat (menunjukkan true value), kecuali dalam hal untuk
mengecek kesalahan perhitungan matematik. Daripada menggunakan istilah akurasi, akan
lebih bijaksana jika menerapkan istilah para ilmuwan sosial, yaitu "validitas".
KASUS:

Akuntansi "benar dan adil" dan "nilai wajar" dan hukum akan menjadi ganjalannya

Isu Abacus ini beralih ke pers sebagai konvergensi ke standar pelaporan keuangan
internasional (IFRS) dimulai. lebih dari tiga puluh tahun sejak lama menjalani standar
akuntansi internasional (IAS), aplikasi dan penegakan standar internasional di bawah
bimbingan dewan standar akuntansi internasional (IASB) sudah dekat...

Dalam setting ini saran oleh banyak komentator (termasuk IASB dalam dokumen
publiknya) bahwa rezim IFRS adalah prinsip - bukan berbasis aturan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini telah dibahas dalam beberapa editorial Abacus baru-baru ini
dan selanjutnya diteliti di sini. sedangkan yang mempromosikan prinsip daripada mantra
mantra telah gagal untuk menentukan prinsip-prinsip itu, tenor umum komentar mereka
memberi alasan untuk membayangkan bahwa perbedaan tersebut didukung oleh kriteria
kualitatif, "pandangan benar dan adil" (atau yang setara) override legal atau profesional.
Seringnya jalan menuju "nilai wajar" di banyak IFRS menambahkan dukungan lebih lanjut
pada pendekatan berprinsip terhadap hal-hal komersial. akan ditunjukkan bahwa kedua
pengaturan tersebut, bagaimanapun, menggambarkan sifat yang dapat
dipertanggungjawabkan dari apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip yang lebih memilih.
pengaturan tersebut merupakan kesulitan potensial dalam mencapai konvergensi rezim IFRS
yang efektif ...

Anda mungkin juga menyukai